Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional Metalurgi dan Material IX (SENAMM IX) 2016 Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa, 11 Oktober 2016


Prosiding

Pengaruh Perlakuan Panas dan Penempaan


terhadap Sifat Kekerasan dan Struktur Mikro
pada Baja Laterit.
Satrio Herbirowo a, Dedi Irawan, Bintang Adjiantoro
Pusat Penelitian Metalurgi dan Material - LIPI, Tangerang Selatan, Indonesia
a

satr006@lipi.go.id

Abstrak
Indonesia memiliki sumber bijih nikel laterit dan batubara yang melimpah. Walaupun begitu, sumber daya ini belum
dipertimbangkan sebagai bahan baku utama dalam industri baja Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini untuk
mengetahui keunggulan yang dimiliki oleh baja laterit melalui proses perlakuan panas dan pembentukan logam serta
potensinya. Baja nikel laterit dapat digunakan untuk aplikasi pada baja konstruksi jembatan dan bangunan karena
memiliki kandungan nikel tinggi. Perilaku baja nikel laterit ini dapat ditingkatkan dengan cara perlakuan panas dan
pembentukan logam. Penelitian ini disampaikan untuk mengetahui perilaku perlakuan panas terhadap perubahan
struktur mikro dan nilai kekerasan yang terjadi pada baja nikel laterit. Perlakuan panas yang dilakukan meliputi
pemanasan austenisasi pada suhu 1100 C kemudian dilakukan variasi pembentukan logam secara forging 1 dan 2
pass serta reduksi secara rolling. Karakterisasi sampel dengan pengujian metalografi menggunakan mikroskop optik
dan pengujian kekuatan mekanik dilakukan dengan kekerasan permukaan. Hasil yang didapat menunjukkan
perubahan struktur mikro pada baja nikel laterit setelah dilakukan perlakuan panas dan penempaan menuju sifat
keuletan tinggi. Struktur mikro yang terbentuk terdiri dari austenit dan perlit dan bentuk setelah pembentukan logam
semakin kecil dan pipih. Nilai kekerasan dapat meningkat saat dilakukan proses tempa dan menurun saat proses
pengerolan jika dibandingkan dengan sampel as-cast dan peningkatan nilai kekerasan tertinggi pada sampel baja
laterit A dengan 2 pass tempa sebesar 201,6 HB.
Kata kunci: baja nikel laterit, struktur mikro, kekerasan, tempa

PENDAHULUAN
Perkembangan dunia industri saat ini terus berkembang, termasuk juga perkembangan industri otomotif.
Baja sebagai material utama dalam menunjang berbagai keperluan industri terus meningkat, maka tuntutan akan
pemenuhan kebutuhan material baja dengan sifat-sifat mekanis tertentupun terus meningkat pula. Dengan keadan ini,
dunia industri maupun lembaga penelitian terus melakukan riset untuk mencari kualitas baja yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan. Perlakuan panas (heat treatment) merupakan salah satu alternatif untuk merekayasa struktur
mikro sehingga dapat merubah sifat mekanis dari suatu baja. Dengan perlakuan panas yang tepat terhadap suatu baja
akan didapatkan sifat-sifat mekanis tertentu yang diharapkan. [1].
Indonesia memiliki sumber bijih nikel laterit dan batubara yang melimpah. Walaupun begitu, sumber daya
ini belum dipertimbangkan sebagai bahan baku utama dalam industri baja Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini
untuk mengetahui keunggulan yang dimiliki oleh baja laterit melalui proses perlakuan panas dan pembentukan
logam serta potensinya. Baja nikel laterit dapat digunakan untuk aplikasi pada baja konstruksi jembatan dan
bangunan karena memiliki kandungan nikel tinggi. Perilaku baja nikel laterit ini dapat ditingkatkan dengan cara

Prosiding SENAMM IX 2016


ISSN :2541-0725

Seminar Nasional Metalurgi dan Material IX (SENAMM IX) 2016 Fakultas Teknik, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, 11 Oktober 2016
Prosiding
perlakuan panas dan pembentukan logam. Penelitian ini disampaikan untuk mengetahui perilaku perlakuan panas
terhadap perubahan struktur mikro dan nilai kekerasan yang terjadi pada baja nikel laterit [2].
Peningkatan mutu ditinjau dari sifat mekanik perlu dilakukan suatu analisa dan studi lebih lanjut untuk
mendapatkan performa baja berkekuatan tinggi dalam negeri yang mampu bersaing dengan baja buatan negara lain,
sehingga baja produksi dalam negeri dapat digunakan sebagai pengganti baja yang masih harus di impor dari negara
lain. Pada penelitian ini akan mengkaji beberapa sifat mekanis baja laterit, adapun langkah dalam penelitian
dilakukan urutan sesuai dengan langkah sebagai berikut studi literatur, hipotesis, pengumpulan data dan kesimpulan.
METODE
Bahan awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja laterit produk hasil peleburan BPML LIPI
Lampung berbentuk billet dengan ketebalan 10 mm yang pada awal dilakukan pengujian komposisi kimia. Specimen
awal dibentuk dengan dimensi 10mm x 10 mm x 50mm dilanjutkan dengan pemanasan pada temperatur austenisasi
1100C dengan lama penahanan pemanasan selama 45 menit, kemudian dilakukan proses penempaan dengan variasi
1 dan 2 pass dan reduksi pengerolan serta pendinginan normalising di udara.
Pengujian kimia dilakukan di laboratorium P2MM-LIPI, pengujian kekerasan dilakukan laboratorium
terpadu B2TKS metode yang digunakan metode Brinell hardnes tester, dan untuk pengujian struktur mikro juga
dilakukan di LUK-BPPT dengan menggunakan mikroskop optik Olympuss U-MSSP4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Komposisi Kimia
Hasil pengujian komposisi kimia baja armour ditunjukan pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia baja laterit
Unsur

Komposisi Kimia (%)

C
Si

0,79
0,045

Cr

0,016

Mn

0,0047

Mo

0,0104

Ni

3,61

Max 0,041

Max 0,152

Dilihat dari tabel komposisi kimia baja laterit diatas, baja laterittersebut dapat digolongkan
kedalam low alloy steel. Dengan melihat syarat bahwa baja dapat digolongkan kedalam Low alloy steel
Prosiding SENAMM IX 2016
ISSN :2541-0725

Seminar Nasional Metalurgi dan Material IX (SENAMM IX) 2016 Fakultas Teknik, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, 11 Oktober 2016
Prosiding
jika unsur paduannya 8% dan unsur yang menarik perhatian adalah unsur krom yang cukup tinggi yang
memiliki kelebihan dalam ketahanan korosi. Di samping kandungan Ni dan Fe, baja laterit juga
mengandung unsur lain, yaitu Cr dan Mn dimana kedua unsur tersebut akan berdampak pada sifat
weldability steel serta kekerasan permukaan dan ketahanan korosi. Untuk menghasilkan suatu produk
yang menuntut keuletan dan tahan terhadap gesekan perlu dilakukan pemanasan ulang atau temper.
Tujuan dari proses tempering adalah untuk meningkatkan keuletan dan mengurangi kerapuhan[3].

Pengujian Struktur Mikro

Pada gambar 1 menunjukan berbagai foto struktur mikro baja armour hasil proses quenching
dengan variasi temperatur austenisasi, gambar 1a struktur mikro baja armour tanpa treatment menunjukan
struktur mikro ferrite dan pearlite sedangkan untuk gambar 1b, 1c dan 1d yang mengalami treatment
kemudian dilakukan proses quenching akan terbentuk struktur martensite yang berbentuk bilah atau lath
[4]

a)

b)

Prosiding SENAMM IX 2016


ISSN :2541-0725

Seminar Nasional Metalurgi dan Material IX (SENAMM IX) 2016 Fakultas Teknik, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, 11 Oktober 2016
Prosiding
c)

Gambar 1. (a) as-cast (b) Rolling (c) Forging


Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan Vickers ditunukkan sebagai berikut :
Tabel 2. Data Pengujian Kekerasan Baja Laterit

No
Uji

Kekerasan Brinnell (HB)


As-Cast

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

161,7
170,9
174,2
170,9
167,6
170,0
173,6
176,7
179,1
166,7

Forging
1 Pass
196,4
197,6
193,2
190,8
191,2
196,0
194,8
194,0
196,0
188,6

AVG

171,1

193,9

Forging
2 Pass
197,6
197,6
199,6
201,6
194,4
194,8
196,0
198,4
201,6
179,1

Rolling

196,1

202,6

196,4
203,8
205,6
203,8
204,2
188,6
206,0
206,9
204,2
206,0

Dari hasil penelitian pengujian nilai kekerasan baja armour di dapatkan bahwa nilai kekerasan
tertinggi adalah 206 HB dimana nilai kekerasan ini didapatkan dari proses austenisasi pada temperatur
1100C dan setelah proses rolling. Maka dengan hasil sifat mekanik tersebut dapat diproyeksikan untuk
baja kekuatan tinggi untuk penelitian selanjutnya [5].

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Komposisi kimia baja laterit adalah baja paduan rendah ( low alloy steel ) dengan kandungan Carbon 0,79 %.

Prosiding SENAMM IX 2016


ISSN :2541-0725

Seminar Nasional Metalurgi dan Material IX (SENAMM IX) 2016 Fakultas Teknik, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, 11 Oktober 2016
Prosiding
2. Struktur mikro yang terbentuk dari proses austenisasi adalah martensite, dimana struktur ferit dan perlit ini akan
mempengaruhi nilai kekerasan dari material.
3. Nilai kekerasan material mengalami peningkatan kekerasan yang sangat besar dengan dilakukannya proses forging
sebesar 193,9 HB dan setelah rolling berubah menjadi 202,6 HB.

REFERENSI
[1]

Wibawa, Samdan. 2013. Analisis Struktur Mikro Dan Sifat Mekanik Baja Karbon Rendah Fasa Ganda Pada
Proses Intercritical Annealing Dengan Pendinginan Cepat. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

[2]

Desiana. 2008. Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Korosi Baja Laterit Pada Lingkungan Air.

[3]

Haryadi, Gunawan Dwi. 2014. Pengaruh Suhu Tempering Terhadap Kekerasan, Kekuatan Tarik dan Struktur
Mikro pada Baja K-460, 18.

[4] Jena PK, Mishra B, Ramesbabu M, Babu A, Singh AK, Sivakumar K. Effect Of Heat Treatment On
Mechanical And Ballistic Properties Of High Strength Armour Steel. International Journal Of Impact
Engineering 2009;37:242-249.
[5]

F., Wahid, U., & Semarang, H. (2014). Prosiding SNST ke-5 Tahun 2014 Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim Semarang 13, 1318.

Prosiding SENAMM IX 2016


ISSN :2541-0725

Anda mungkin juga menyukai