Anda di halaman 1dari 83

PERENCANAAN CORE

( INTI BANGUNAN)

1. Pengertian core (inti bangunan)


Core atau inti bangunan menurut

Schueller (1989) adalah suatu tempat untuk

meletakan transportasi vertikal dan distribusi energi ( seperti lift, tangga, wc dan
shaft mekanis ). Dari sumber modul perkulihan teknologi bangunan 5, inti adalah
tempat untuk memuat sistem-sistem transportasi mekanis dan vertikal serta
menambah kekakuan bangunan.
Jadi kesimpulannya bahwa inti bangunan (core) suatu tempat untuk meletakan
sistem transportasi vertikal dan mekanis dengan bentuk yang disesuaikan dengan
fungsi bangunan serta untuk menambah kekakuan bangunan diperlukan sistem
struktur dinding geser sebagai penyalur gaya lateral (seperti tiupan angina tau
gempa bumi) pada inti.

2. Bentuk Inti Bangunan


Untuk bentuk dan ukuran inti bangunan tidak ada batasannya tetapi inti bangunan
mempunyai beberapa ciri khas yaitu : (Schueller ,1989)
Bentuk inti :
o Inti terbuka (N)
o Inti tertutup (B)
o Inti tunggal dengan kombinasi inti linear (A)
Jumlah inti :
o Inti tunggal
o Inti jamak
Letak inti :
o Inti di dalam (C)
o Inti di sekeliling (J)
o Inti di luar (M)
Susunan inti :
o Inti simetris (F)
o Inti asimetris (J)
Geometri bangunan sebagai penentu bentuk bangunan :
o Langsung (K)
o Tidak langsung (P)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

Sumber : Schueller (1989, hal. 126)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

Menurut Juwana (2005), letak inti bangunan tinggi yang berbentuk menara (tower)
berbeda dengan bangunan yang berbentuk memanjang (slab) yaitu :
1. Inti pada bangunan bentuk bujur sangkar
Bentuk bujur sangkar banyak digunakan untuk bangunan perkantoran dengan
koridor mengelilingi inti bangunan. Contoh : Gedung Blok G DKI, Gedung
Indosat, Wisma Bumi Putera di Jakarta dan One Park Plaza di Los Angleles
Amerika Serikat.

2. Inti pada bangunan bentuk segitiga


Contoh dari inti bangunan dengan bentuk segitiga adalah Hotel Mandarin di
Jakarta, Gedung US Steel di Pittsburg Amerika Serikat, Riverside Development
di Brisbane Australia dan Central Plaza di Hongkong.

3. Inti pada bangunan bentuk lingkaran


Menara berbentuk lingkaran biasanya digunakan pada fungsi hunian (apartemen
dan hotel) dengan koridor berada di sekeliling inti bangunan sebagai akses ke
unit-unit hunian. Contoh dari inti bangunan dengan bentuk lingkaran adalah ShinYokohama Hotel di Jepang, Marina City di Chicago Amerika Serikat dan Gedung
Tabung Haji di Kuala Lumpur Malaysia.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

4. Inti pada bangunan dengan bentuk memanjang


Bangunan dengan bentuk memanjang biasanya digunakan untuk fungsi hotel,
apartemen atau perkantoran. Seperti Gedung Central plaza di Jakarta, Gedung
Inland Steel di Chicago Amerika Serikat merupakan bangunan memanjang
dengan inti di luar bangunan.

Adapula inti bangunan yang terletak di sisi bangunan contohnya adalah Hotel
Atlet Century, Hotel Horizon dan Wisma Metropolitan di Jakarta.

Sedangkan untuk inti yang berada di tengah bangunan biasanya digunakan


untuk fungsi perkantoran. Contohnya adalah Wisma Indocement di Jakarta,
Connaught Center(Jardine House) di Hongkong, Rockefeller Center dan Chase
Manhattan Bank di New York Amerika Serikat.

Selain itu, inti yang terletak di tengah bangunan memanjang memiliki banyak
pola. Contohnya adalah Kantor Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) di
Jakarta dan Gedung Phoenix-Rheinrohr di Dusseldorf Jerman.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

5. Inti pada bangunan dengan bentuk silang


Bangunan dengan bentuk silang dan Y,T,H atau V, merupakan variasi dari
bangunan

bentuk

memanjang.

Bentuk

seperti

ini

dimaksudkan

untuk

mendapatkan luas lantai tipikal yang cukup luas tetapi bangunan tetap dapat
memanfaatkan paencahayaan alamiah. Bangunan dengan bentuk ini banyak
digunakan untuk fungsi hotel, apartemen dan perkantoran. Salah satu contohnya
adalah Gedung Patra Jasa di Jakarta.

6. Inti pada bangunan bentuk Y


Contoh dari inti bangunan dengan bentuk Y adalah Gedung Unilever di Hamburg
jerman, Gedung Unesco di Paris dan Hotel Duta Merlin di Jakarta.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

7. Inti pada banguanan dengan bentuk acak


Bangunan dengan inti bangunan yang terletak di luar titik berat massa bangunan
dan ditempatkan secara acak kurang menguntungkan bagi perencanaan
bangunan tahan gempa. Contoh bangunan yang menggunakan bentuk inti
tersebut adalah Gedung MBf Tower di Penang Malaysia dan Conrad International
Centennial di Singapura.

Perbedaan fungsi bangunan akan mempengaruhi pola letak inti bangunan. Pada
bangunan tinggi, luas lantai bersih, sirkulasi dan jaringan utilitas serta pemanfaatan
pencahayaan alamiah menjadi pertimbangan untuk menempatkan letak inti.
Penempatan letak inti bangunan akan memberikan pengaruh pada bangunan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

3. Bahan Struktur Inti Bangunan


Inti dari bahan pembuatnya dapat menggunakan baja, beton ataupun gabungan
keduanya (beton tulang) yang disebut sebagai inti struktural. Selain itu, inti dari
material lain seperti dinding biasa (batu bata,celcon dll) disebut sebagai inti non
struktural karena tidak terlalu kuat menahan gaya lateral.
Adapun Adapun kelebihan dan kekurangan pada penggunaan material sebagai
penyusun inti structural menurut Schueller (1989) yaitu :
Untuk inti dari rangka baja bisa manggunakan kuda-kuda Vierendeel untuk
mencapai kestabilan lateral. Sistem Vierendeel ini cukup fleksibel sehingga
hanya digunakan untuk bangunan bertingkat relatif sedikit. Pengakuan
diagonal dari rangka Vierendeel digunakan untuk mencapai kekakuan inti
yang diperlukan untuk bangunan yang lebih tinggi. Keuntungan inti rangka
baja adalah karena relative cepatnya perakitan batang-batang prefab.

Sumber : Poerbo (2000, hal. 91)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

Sumber : Poerbo (2000, hal. 44)

Sebaliknya, inti dari beton menghasilkan ruang selain juga memikul beban
dan pertimbangan khusus terhadap kebakaran tidak diperlukan. Ketiadaan
pelenturan pada bahan beton merupakan kelemahannya, terutama terhadap
beban gempa.
Yang dimaksud dengan Sistem Vierendeel adalah sistem struktur yang tampaknya
seperti rangka batang yang batang diagonalnya dihilangkan tetapi ini bukan rangka
batang sehingga bentuk titik hubungnya sangat kaku. Sistem ini banyak sekali
digunakan pada gedung bertingkat, karena sangat fungsional ( tidak menggunakan
elemen diagonal) dan lebih efisien (Schodek,1999).

Sumber : Schodek (1999, hal. 327)


4.
Sistem
Struktur Inti Bangunan
Sistem yang berkerja pada suatu inti bangunan harus dapat menahan gaya lateral
yang disebabkan oleh banyak sumber seperti gempa atau beban baik beban
bangunan sendiri atau beban dari luar. Untuk itu dibutuhkan sistem struktur yang
dapat menahan gaya tersebut yaitu system struktur dinding geser (shear wall).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

Dinding geser (shear wall) adalah unsur pengaku vertikal yang dirancang untuk
menahan gaya lateral atau gempa yang berkerja pada bangunan (Schueller,1989).

Berdasarkan klasifikasi bentuk


geser(1989,
menurut
(1989), yaitu :
Sumberdinding
: Schueller
hal.Schueller
108)
Bentuk inti :
o Inti terbuka : bentuk X, I dan [
o Inti tertutup : bujur sangkar, persegi panjang, bulat dan segitiga
o Inti disesuaikan dengan bentuk bangunan (10,15,20)
Jumlah inti :
o Inti tunggal (1,2,3,4)
o Inti terpisah (8,19,20)
o Inti banyak (4,10,12)
Letak inti :
o Inti fasade eksterior (9)
o Inti interior : inti fasade (10), inti di dalam bangunan (1-3, 6-7)
o Inti eksentris (4,9)
Sistem interaksi:
o Bersendi : pemberian sendi pada balok rangka untuk memikul beban gravitasi.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

10

Sumber : Schueller (1989, hal. 144)

o Vierendeel : pembagian beban pada inti dan struktur rangka.

Sumber : Schueller (1989, hal. 139)

Sumber : Schueller (1989, hal. 139)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

11

Sumber : Schueller (1989, hal. 138)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

12

5. Lubang Utilitas (Shaft) dan Jalur Utilitas


Penempatan inti bangunan akan berdampak kepada kemungkinan penempatan jalur
distribusi jaringan utilitas, baik pada arah vertikal yang akan berdampak pada
rancangan denah bangunan maupun pada arah horisontal yang berdampak pada
potongan bangunan. Selanjutnya, dalam inti bangunan terdapat sejumlah ruangan
yang diatur sedemikian rupa sehingga jumlah keseluruhan luas inti bangunan tidak
melebihi 20% luas tipikal yang ada. Di samping itu, 80% luas tipikal masih perlu
dikurangi dengan jalur sirkulasi horisontal (koridor), sehingga luas efektif bangunan
menjadi berkurang. Sekitar 4% dari luas tipikal digunakan untuk lubang utilitas untuk
sistem Mekanikal dan Elektrikal, yang umumnya dibagi atas 2 zona distribusi.
Pemisahan lubang untuk ventilasi dan penyegaran udara bertujuan agar tidak terjadi
konflik atau persilangan antar saluran udara (ducting) yang perbandingan panjang
dan lebarnya sekitar 1:2 sampai 1:4 dan bahan pelapisnya dapat menahan api
selama 2 jam.
Contoh :

6. Utilitas di dalam Core


Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan
untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
kemudahan komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan bangunan
harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan
denga perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, struktur, interior dan
lainnya.
Perancangan utilitas di dalam inti bangunan (core) terdiri dari :
1. Perancangan lif.
2. Perancangan tangga darurat.
3. Perancangan sistem plambing.
4. Perancangan pengolah udara.
5. Perancangan instalasi listrik.
6. Perancangan telepon.
7. Perancangan CCTV dan sekuriti sistem.
8. Perancangan tata suara.
9. Perancangan pembuangan sampah.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

13

6.1. Perancangan lif


Lif (elevator) adalah kereta alat angkut untuk mengangkut orang atau barang dalam
suatu bangunan yang tinggi atau bertingkat. Dalam persyaratan bangunan yang
membutuhkan adanya lif adalah bangunan yang lebih dari 4 lantai karena
kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan tugas atau keperluannya
dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai dengan 4 lantai.
Berdasarkan fungsinya lif dibedakan menjadi 4 yaitu :
1. Lif penumpang (passenger elevator) digunakan untuk mengangkut manusia.
2. Lif barang (fright elevator) digunakan untuk mengangkut barang.
3. Lif uang/makanan (dumb waiters) digunakan untuk mengangkut barang yang
relative kecil dan ringan seperti uang/makanan.
4. Lif pemadam kebakaran, biasanya berfungsi sebagai lift barang.
Lif yang dipasang dalam bangunan harus mengacu kepada peraturan-peraturan
daerah, Dinas Keselamatan Kerja dan Dinas Pemadam Kebakaran. Untuk
menentukan kriteria perencangan lif penumpang harus diperhatikan : tipe dan fungsi
dari bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai dan intervalnya. Selain itu perlu
dibedakan dari kapasitas (car/kg), jumlah muatan dan kecepatan.

Makin tinggi bangunannyamakin tinggi kecepatannya. Sedangkan kapasitas, jumlah


muatan dan kecepatan untuk masing-masing lif tidak sama tergantung dari pabrik
pembuatnya.
Sistem penggerak dalam elevator juga dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Sistem dengan motor penggerak (tractioan lift) yaitu mesin dapat berada di atas
(penthouse) atau di bawah (basement), biasanya digunakan untuk fungsi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

14

bangunan kantor, pertokoan, hotel, apartemen, rumah sakit dan sebagainya.


Untuk kecepatannya, motor di atas adalah antara 2,5 sampai 9 meter/detik
sedangkan motor di bawah adalah sekitar 1 meter/detik. Dalam penggunaannya
lif dengan motor di atas lebih baik daripada di bawah karena pergerakan lif
sangat halus, efisien dan hemat energi listrik.

2. Sistem dengan dongkrak hidrolik (hydraulic) yaitu mesin di bawah, biasanya


digunakan untuk bangunan 3 4 lantai untuk mengangkut uang/makanan.
Untuk

kecepatan

lifnya

antara

0,30

sampai

0,90

meter/detik

dan

kapasitasangkut maksimum 10 ton (dengan tuas tunggal) dan dapat


mangangkut sampai dengan 50 ton (dengan tuas ganda).
Lif hidrolik ini mempunyai karakteristik yaitu :
a. Tidak mengakibatkan tambahan beban di puncak bangunan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

15

b. Hanya digunakan untuk kecepatan yang relatif rendah.


c. Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya sedikit.
d. Ada kemungkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lif.
e. Sangat baik untuk mengangkut beban berat.
f. Alas lantai kereta dapat berada pada level bangunan secara tepat.
g. Tidak membutuhkan beban pengimbang (counter weight).
h. Menimbulkan suara yang lebih berisik dibandingkan dengan lif yang
digerakan oleh motor traksi.

Berdasakan anatomi lif sendiri dibedakan menjadi 3 bagian :


a. Lif pit
Tempat pemberhentian akhir yang paling bawah, berupa buffer sangkar dan
buffer beban pengimbang. Karena letaknya paling bawah, lif pit harus dibuat
dari dinding yang tidak rembes air. Ukuran luas dan kedalaman tergantung

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

16

dari ukuran kereta dan kedalamannya dipengaruhi oleh kecepatan lif dan
tingginya bangunan.
b. Ruang luncur Hoistway
Tempat meluncurnya sangkar/kereta lif, tempat pintu-pintu masuk kereta lif,
tempat meluncurnya beban pengimbang (counter weight) dan tempat
meletakan rel rel peluncur dari kereta lif dan beban pengimbang. Dari
materialnya terbuat dari dinding beton atau batu bata dengan rangka tertentu,
kecuali untuk lif pemadam kebakaran. Ukuran ruang luncur tergantung dari
ukuran kereta lif dan dapat diberikan bukaan untuk pintu lif. Pintu lif sangat
mempengaruhi harga lif walaupun jumlah lif tergantung dari kebutuhan.
Setiap pintu lif diberi tombol tombol untuk tempat pemberhentian kereta lif
dan di dalam kereta lif terdapat tombol tombol yang berhubungan dengan
pintu lif keluar. Setiap ruang dalam kereta lif secara standar telah ditentukan
macam, bentuk dan warnanya atau pemakai memberikan tambahan dan
perubahan yang akan diperhitungkan dalam biaya pembelian kereta lif.
c. Ruang mesin
Tempat untuk meletakan mesin/motor traksi lif dan tempat panel kontrol
(mengatur jalannya kereta). Ruangan ini dilengkapi dengan pengatur udara
yaitu exhauster atau alat pendingin yang berguna menjadikan ruangan
tersebut tidak panas sehingga panel mesin tersebut tidak terganggu.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

17

Letak lif
Lif sebagai tempat penghubung antara ruang bawah dan ruang atas merupakan
suatu tempat yang harus mudah dicapai dari ruangan disekitarnya. Oleh karena
itu, penempatan lif ini harus tepat sehingga dapat melayani raungan di bawah
dengan di atasnya, mudah terlihat, mudah dicapai dan tidak mengganggu segi
arsitektur.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

18

Ada beberapa cara untuk meletakkan beberapa lif dalam satu bangunan. Lif
dapat

dipasang

berdampingan

atau

berhadapan

tetapi

kalu

dipasang

berdampingan lebih dari 3 lif sebaiknya dipasang berhadapan. Kalau dipasang


berhadapan akan timbul suatu masalah mengenai jarak antara lif lif yang
berhadapan. Hal ini akan diatur sesuai dengan fungsi dan kegunaan dari
bangunan tersebut.
Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai, dianjurkan untuk membagi
layanan lif dengan mengelompokkan lantai yang dilayani, konsep zona, dimana
tiap zona dilayani oleh sejumlah lif tertentu. Jika pembagian zona ini masih
mengakibatkan jumlah lif tetap banyak, dapat digunakan sejumlah lif dengan
pintu masuk terpisah dan ditempatkan pada lantai transfer yang disebut sky
lobby. Sky lobby ini digunakan untuk tempat transfer dari zona yang lebih rendah
ke zona di atasnya. Disamping itu, sky lobby ini dapat digunakan untuk
menampung sementara pada kondisi darurat (kebakaran) dan kebutuhan aktifitas
lainnya, seperti ruang mekanikal elektrikal (mesin pengkondisian udara dan
pompa air), bak penampungan air (reservoir), restoran, lobby hotel, ruang
pengelola, ruang rapat, kolam renang dan lain lain. Untuk strukturnya, lanytai
sky lobby harus kaku dan kokoh agar dapat mengatasi gaya lateral yang
diakibatkan oleh angin atau gempa bumi.
Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang diperlukan meningkat
sebanding dengan jumlah lantai yang dilayani(di atas 20% luas lantai). Jika hal
tersebut terjadi pada bangunan tinggi, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan :
a. Sejumlah lantai harus dibagi menjadi beberapa zona : zona I melayani
sejumlah lantai zona bawah, zona II melayani sejumlah lantai zona tengah dan
zona III melayani sejumlah zona atas. Dengan pembagian zona tersebut,
beban lif menjadi berkurang. Namun pembagian zona tidak memberikan
dampak pengurangan luas inti, sebab ruang mesin lif tetap berada di lantai
yang sama, yang letaknya di atas zona III.
b. Untuk mengurangi luas inti, khususnya pada lantai bagian atas, gedung dibagi
menjadi beberapa lobi yang ditempatkan pada lantai tertentu.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

19

Selanjutnya, lif dengan kapasitas besar dan kecepatan tinggi melayani


penumpang dari lobi utama di lan

tai dasar ke sky lobby atau dari sky

lobby yang satu ke sky lobby berikutnya. Dari sky lobby orang dapat pindah
dengan menggunakan eskalator ke sejumlah lif yang melayani zona di
atasnya. Konsep ini memungkinkan dikuranginya ruang yang digunakan untuk
lubang lif, sebab alur perjalanan lif tidak perlu setinggi bangunan. Penggunaan
sky lobby ini memungkinkan bangunan berfungsi ganda, seperti memuat
apartemen/hotel di bagian atas, perkantoran di bagian tengah dan fasilitas
perbelanjaan serta parker di bagian tengah.
c. Jika penggunaan sky lobby belum juga memenuhi ketentuan luas inti yang
disyaratkan, maka dapat digunakan lif double decker.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

20

Pengaturan tata letak lif pada lobi yang terkait dengan pembagian zona layanan
lif dapat terlihat pada gambar. Tiap zonal if biasanya melayani 10 15 lantai dan
4 zona merupakan batas maksimum. Jika menggunakan zona lif lebih dari 4,
maka harus menggunakan sky lobby (minimum 2 lantai) dan di atas sky lobby
masih dimungkinkan untuk ditambah 23 lantai tambahan untuk ruang
mekanik/elektrik.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

21

Bentuk dan Macam Lif


Bentuk dan macam lif tergantung dari fungsi dan kegunaan gedung. Bermacammacam lif menurut bentuknya:

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

22

a. Lif penumpang (tertutup)


Suatu lif penumpang dengan ukuran, berat dan kecepatan tertentu sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya. Ruang dalam lif disesuaikan dengan
kebutuhan atau keinginan pemilik bangunan. Kecepatan rendah untuk low
zone biasanya melayani bangunan bertingkat tidak lebih dari 10 lantai.
Kecepatan sedang atau tinggi untuk high zone biasanya melayani bangunan
bertingkat lebih dari 10 lantai.
b. Lif penumpang (transparan)
Suatu lif penumpang yang ruang dalamnya satu bidang atau lebih berupa
kaca tembus supaya dapat menikmati pemandangan luar (panorama). Bentuk
lif ini bermacam-macam, ada yang segilima, segi empat, bulat dan sebagainya
sesuai dengan perkembangan teknologi dan keindahan. Demikian juga ruang
dalamnya dapat diatur atau diubah sesuai dengan keinginan.
c. Lif untuk rumah sakit
Karena fungsinya mengangkut orang sakit, ukuran lif biasanya memanjang
dan pintu dapat dibuat 2 arah atau 2 pintu. Untuk bagian dalam lif dapat
disesuaikan dengan fungsinya.
d. Lif untuk kebakaran/barang
Ruanganya tertutup dan ruang dalamnya sederhana, khusus untuk kebakaran
semua peralatan/perlengkapan, rangka dan interiornya harus tahan terhadap
kebakaran minimal 2 jam. Bukan hanya rangka dari sangkarnya tetapi dindingdinding luar yang menutupi lubang lif harus juga terbuat dari dinding yang
tahan api. Pintu lif terakhir harus manghadap atau dapat langsung dijangkau

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

23

dari luar. Kapasitas lif barang berkisar rata-rata 1-5 ton dengan ukuran dalam
antara 1,60 x 2,10 m sampai 3,10 x 4,20 m dan kecepatan lif sekitar 1,5-2
m/detik maximum atau rata-rata 0,25-1 m/detik.

Kecepatan dan Berat Lif


Dalam peraturan bangunan khususnya untuk lif, ketepatan berangkat dan
berhentinya lif harus tanpa sentakan yang menggangu penumpang sehingga
kecepatan dan berat akan menentukan kenyamanan dalam menggunakan lif.
a. Untuk 4 s.d. 10 lantai, kecepatan 60-150 m/menit.
b. Untuk 10 s.d. 15 lantai, kecepatan 180-210 m/menit.
c. Untuk 15 s.d. 20 lantai, kecepatan 210-240 m/menit.
d. Untuk 20 s.d. 50 lantai, kecepatan 270-360 m/menit.
e. Untuk rumah sakit, kecepatan 150-210 m/menit.
Ukuran berat tergantung dari besar dan jumlah penumpang yang dapat
ditampung:
- 4 orang berat 320 kg.
- 8 orang berat 630 kg.
- 13 orang berat 1000 kg dst.
Pemilihan kapasitas lif akan menentukan jumlah lif yang mempengaruhi kualitas
pelayanan gedung terutama proyek komersil. Instalasi lif yang ideal adalah yang
menghasilkan waktu tunggu di setiap lantai yang minimal, percepatan yang
nyaman, angkutan vertikal yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat di
setiap lantai.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

24

Kriteria kualitas pelayanan lif adalah :


1. Waktu menunggu (interval, waiting time).
2. Daya angkut (handling capacity).
3. Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

25

Waktu menunggu (interval, waiting time)


Kesabaran orang untuk menunggu lif tergantung kepada kota/Negara di mana
orang itu berada. Orang yang tinggal di kota besar biasanya kurang sabar
daripada oang yang tinggal di kota kecil.
Untuk proyek komersil misalnya perkantoran diperhitungkan waktu menunggu
sekitar 30 detik.

w=

T
N

di mana : w = waktu menunggu (detik).


T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik).
N = jumlah lif.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

26

Waktu untuk menunggu lif sangat bermacam-macam tergantung kepada jenis


bangunan. Contohnya sebagai berikut :
a. perkantoran

25-45 detik

b. flat

50-120 detik

c. hotel

40-70 detik

d. asrama

60-80 detik

Daya angkut (handling capacity)


Daya angkut lif tergantung dari kapasitas dan frekuensi pemuatannya. Standar
daya angkut untuk jangka waktu 5 menit waktu sibuk (rush hour).

M = 5 x 60 x m=

5 x 60 x m x N= 300 x m x N

di mana : M = waktu menunggu (detik).


T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik).
N = jumlah lif.
m = kapasitas lif dan daya angkut (75 kg/orang).
Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time)
Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan sebab perjalanan lif antar
lantai pasti tidak akan mencapai kecepatan yang menjadi kemampuan lif itu
sendiri dan pada perjalanan lif non stop, kecepatan kemampuannya baru
tercapai setelah lif bergerak beberapa lantai dahulu.
Secara pendekatan, waktu perjalanan bolak balik lif terdiri dari :
a. Penumpang memasuki lif di lantai dasar yang memerlukan waktu 1,5
detik/orang dan untuk lif dengan kapasitas m orang perlu waktu 1,5 m
detik
b. Pintu lif menutup kembali ... 2 detik
c. Pintu lif membuka di setiap lantai tingkat ... (n-1)2 detik
d. Penumpang meninggalkan lif di setiap lantai dalam 1 zona sebanyak (n-1)
lantai : (n-1) x m/n-1 x 1,5 detik .. 1,5 m detik
e. Pintu lif menutup kembali di setiap lantai tingkat : . (n-2)2 detik
f.

Perjalanan bolak balik dalam 1 zona . 2(n-1)h detik

g. Pintu membuka di lantai dasar 2 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

27

Jumlah

T=

(2h + 4s) (n-1) + s(3m +4)

detik

di mana : s = kecepatan lif


T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik).
N= jumlah lif dalam 1 zona.
m = kapasitas lif dan daya angkut (75 kg/orang).
h = tinggi lantai sampai dengan lantai.

Beban puncak lif


Beban puncak diperhitungkan berdasarkan persentasi empiris terhadap jumlah
penghuni gedung, yang diperhitungkan harus terangkat oleh lif dalam waktu 5
menit waktu sibuk (rush hour).
a. Perkantoran

= 4% x jumlah penghuni gedung.

b. Flat

= 3% x jumlah penghuni gedung.

c. Hotel

= 5% x jumlah penghuni gedung.

Perhitungan jumlah lif dalam 1 zona


Jika beban puncaklif dalam suatu gedung diperhitungkan sebesar P% x jumlah
penghuni gedung atas dasar a m per orang luas lantai netto, maka beban
puncak lif :

L = P(a-k)n
a
di mana : P = Persentasi empiris beban puncak lif (%).
T = luas lantai kotor per tingkat (m).
n = jumlah lantai.
k = luas inti gedung (m).
a = luas lantai netto per orang (m).
sedangkan : k = 5 x N x m x 0,3 = 1,5 mN
maka :

L=

P(a-1,5 mN)n
a

L = P(2a-3 mN)n
2a
daya angkut N lif dalam waktu 5 menit :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

28

M = 5 x 60 x m=

5 x 60 x m x N= 300 x m x N

persamaan : L = M
P(2a-3 mN)n = 300 x m x N
2a

T
2anTP_____

N=

3m (200a + nTP)
di mana : P = Persentasi empiris beban puncak lif (%).
T = luas lantai kotor per tingkat (m).
n = jumlah lantai.
a = luas lantai netto per orang (m).
T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik).
N = jumlah lif dalam 1 zona.
Korelasi jumlah lantai 1 zona kapasitas dan jumlah lif
Daya angkut lif dalam 5 menit:

M=

5 x 60 x m
= 300 m
w

Beban puncak lif :

L = P% x

Luas
= lantai netto dalam 1 zona
Luas lantai netto per orang

na

L=P

a
di mana : na adalah luas lantai netto dalam 1 zona.
Persamaan : M = L
300 m =
P

na

300 mN =

na
P

a
anTP__

N=

300a m
Contoh untuk menghitung kebutuhan lif 1 zona
Suatu bangunan bertingkat yang berfungsi sebagai tempat bangunan umum.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

29

Jumlah lantai

: 14 lantai

Luas lantai

: 1200 m/lantai

Tinggi lantai ke lantai

: rata-rata 4 m

Standar perhitungan kereta/lif yang digunakan.


- P untuk bangunan umum = 5-13% maks.
- Ruang gerak orang pada bangunan umum 6-10 m per orang.
- Kecepatan kereta untuk bangunan 14 lantai = 180 210 m/menit.
- Kapasitas penumpang (type 21) = 21 orang.
- Jumlah penumpang = 80% (20% untuk core/inti) x 21 orang = 17 orang.
Beban puncak lif/kereta
P(a-1,5 mN)n

L=

a
= 5% (1200 1,5N)14
6
= 5% (1200 1,5N)14
6
= 140 2,975 N
Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit
300 mN

M=

T
Sedangkan T
: =

(2h + 4s) (n-1) + s(3m +4)


s

untuk : s = 210 m/menit = 3,5 m/detik


m = 17 orang
h=4
n = 14 lantai
maka : T = (2h + 4s) (n-1) + s(3m +4)
s
T = (2 x 4 + 4 x 3,5) (14-1) + 3,5(3 x 17 +4)
3,5
T = 136,7 detik
jadi :

M=

300 mN
T

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

30

M=

300 x 17N
136,7

M=

37,31 N

Persamaan : M = L
37,31 N = 140 2,975 N
N = 3,475 ~ 4 lif
w = T/N = 136,7/4 = 34,2 detik > w min = 30 detik
< w max = 45 detik

Perhitungan jumlah lif zona banyak (multi zone system)


Untuk meningkatkan efisiensi bangunan, perancang bangunan berusaha
memperkecil volume gedung yang dipergunakan untuk sirkulasi vertikal,
terutama dalam bangunan tinggi (lebih dari 20 lantai). Juga untuk memperpendek
waktu perjalanan bolak balik lif yang memperpendek waktu menunggu lif
terutama di lantai dasar.
Untuk tujuan itulah, biasanya perancang bangunan menggunakan zoning lif
artinya pembagian kerja kelompok lif, misalnya 4 buah lif bekerja di lantai 1-15
sedangkan 4 buah lif lainnya bekerja di lantai 16-30 dsb.
Contoh untuk menghitung kebutuhan lif zona banyak
Suatu bangunan bertingkat yang berfungsi sebagai tempat bangunan umum.
Jumlah lantai

: 30 lantai (zona 1 = 15 lantai dan zona 2 = 15 lantai)

Luas lantai

: 1200 m/lantai

Tinggi lantai ke lantai

: rata-rata 3,6 m

Standar perhitungan kereta/lif yang digunakan.


- P untuk bangunan umum = 5-13% maks.
- Ruang gerak orang pada bangunan umum 6-10 m per orang.
- Kecepatan kereta untuk bangunan 15 lantai = 4 m/detik
- Kapasitas penumpang = 20 orang.
Perhitungan zona 2
Waktu perjalanan bolak balik lif dengan kecepatan s2 = 5 m/detik.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

31

T2 = 2(n1-1)h + (2h + 4s2) (n2-1) + s2 (3m +4)


s2

s2

T2 = 2h(n1-1) + (2h + 4s2) (n2-1) + s2 (3m +4)


s2
untuk : s1= 3 m/detik
s2= 5 m/detik
m = 20 orang
h = 3,6
n1= 15 lantai
n2= 15 lantai
maka : T2 = 2h(n1-1) + (2h + 4s2) (n2-1) + s2 (3m +4)
s2
T2 = 2.3,6(15-1) + (2.3,6 + 4.5) (15-1) + 5 (3.20 +4)
5
T2 = 160,32 detik

Beban puncak lif zona 2


L2 = P(2a-3 mN)n2
2a
untuk : P = 4%
a = 1200
a = 4 m/orang
m = 20 orang/lif
n2= 15 lantai
maka : L2 = P(2a-3 mN)n2
2a
L2 = 4%(2.1200-3 .20N)15
2.4
L2 = 180 4,5 N

Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit

M=

300 mN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

32

T2

M=

300.20N
160,32

M=

37,425 N

Persamaan : M = L
37,425 N = 180 4,5 N
N = 4,29 ~ 5 lif
w = T/N = 160,32/5 = 32,06 detik > w min = 30 detik
< w max = 45 detik
Perhitungan zona 1
Waktu perjalanan bolak balik lif dengan kecepatan s2 = 5 m/detik.
T1 = (2h + 4s1) (n1-1) + s1 (3m +4)
s1
untuk : s1= 3 m/detik
s2= 5 m/detik
m = 20 orang
h = 3,6
n1= 15 lantai
n2= 15 lantai
maka : T1 = (2h + 4s1) (n1-1) + s1 (3m +4)
s1
T1 = (2.3,6 + 4.3) (15-1) + 3(3.20 +4)
3
T1 = 153,6 detik

Beban puncak lif zona 2


L1 = P(2a-3 mN)n1
2a
untuk : P = 4%
a = 1200
a = 4 m/orang
m = 20 orang/lif

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

33

n1= 15 lantai
maka : L2 = P(2a-3 mN)n2
2a
L2 = 4%(2.1200-3 .20N)15
2.4
L2 = 180 4,5 N
Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit

M=

300 mN
T1

M=

300.20N
153,6

M=

39,0625 N

Persamaan : M = L
39,0625 N = 180 4,5 N
N = 4,13~ 5 lif
w = T/N = 153,6/5 = 30,72 detik > w min = 30 detik
< w max = 45 detik
Jadi : zona 1 dan 2 terdapat 5 lif dengan kecepatan rata-rata 3 m/detik dan 5
m/detik.

Perhitungan jumlah lif zona banyak dengan sky lobby


Untuk bangunan yang sangat tinggi dengan jumlah puluhan lantai mendekati 100
lantai atau lebih perlu diadakan penghematan volume inti gedung dengan
mengadakan zoning pelayanan lif ditambah lobi antara (sky lobby) yang dapat
dicapai dari lantai dasar dengan lif express yang langsung menuju sky lobby
tersebut.
Sky lobby berfungsi sebagai :
1. Lantai perpindahan untuk menuju lif lokal dalam zona di atasnya.
2. Tempat berkumpul sementara atau mengungsi pada waktu ada keadaan
darurat (kebakaran,gempa bumi) sambil menunggu pertolongan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

34

3. Karena ada lif lokal yang melayani zona-zona, maka diperlukan ruang mesin
lif langsung di atasnya.
Contoh untuk menghitung kebutuhan lif zona banyak dengan sky lobby
Suatu bangunan bertingkat dengan luas lantai 2190 m dan jumlah lantai 63
dibagi dalam 5 zona dengan 5 sky lobby (setiap zona terdiri dari 11 lantai
termasuk sky lobby).
Perhitungan lif lokal
Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 10(tidak termasuk sky lobby)

Waktu menunggu

w = 30 detik

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

Persentasi penghuni
untuk beban puncak lif

P = 4%

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = anwP = 18 orang/lif
300a

Kecepatan rata-rata lif

s = 2 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


T = (2h + 4s) (n-1) + s (3m +4)
s
T = (2.3,6 + 4.2) (10-1) + 2 (3.18 +4)
2
T = 126,4 detik

Jumlah lif lokal


N=

anTP__
300a m

N=

1814.10. 126,4.4%__
300.4.18

N = 4,25 ~ 5 lif
w = T/N = 126,4 /5 = 25,28 detik < w min = 1,5m = 27 detik
dicoba dengan lif lokal dengan kapasitas 20 orang/lif

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

35

maka :
T = (2h + 4s) (n-1) + s (3m +4)
s
T = (2.3,6 + 4.2) (10-1) + 2 (3.20 +4)
2
T = 132,4 detik
Jumlah lif lokal
N=

anTP__
300a m

N=

1814.10. 132,4.4%__
300.4.20

N = 4,001 ~ 4 lif
w = T/N = 132,4/4 = 33,1 detik > w min = 1,5m = 30 detik

Jadi setiap zona dilayani lif local sebanyak 4 buah lif dengan kecepatan rata-rata
2 m/detik dengan kapasitas penumpang 20 orang/lif.

Perhitungan lif express


Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 14

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum

= 25 detik

w maximum

= 45 detik

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = 20 orang/lif

Kecepatan rata-rata lif

s = 2 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2 detik

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30 detik

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2 detik

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4 detik

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

36

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(14-1)3,6


s

= 46,8 detik

_______________________________________________________
T = 114,8 detik

Jumlah lif express :


N=

anTP__
300a m

N=

1814.10. 114,8.4%__
300.4.20

N = 3,47 ~ 4 lif
w = T/N = 114,8 /4 = 28,7 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif dengan kapasitas
penumpang 20 orang dan kecepatan rata-rata 2 m/detik.
Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 2
Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 26

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum

= 25 detik

w maximum

= 45 detik

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = 20 orang/lif

Kecepatan rata-rata lif

s = 3,5 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2 detik

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30 detik

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2 detik

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4 detik

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30 detik

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(26-1)3,6

= 51,43 detik

3,5

_______________________________________________________

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

37

T = 119,43 detik

Jumlah lif :
N=

anTP__
300a m

N=

1814.10. 119,43.4%__
300.4.20

N = 3,61 ~ 4 lif
w = T/N = 119,43 /4 = 29,86 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif dengan kapasitas
penumpang 20 orang dan kecepatan rata-rata 3,5 m/detik.

Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 3


Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 38

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum

= 25 detik

w maximum

= 45 detik

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = 20 orang/lif

Kecepatan rata-rata lif

s = 5 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2 detik

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30 detik

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2 detik

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4 detik

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30 detik

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(38-1)3,6

= 53,28 detik

_______________________________________________________
T = 121,28 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

38

Jumlah lif :
N=

anTP__
300a m

N=

1814.10. 121,28.4%__
300.4.20

N = 3,67 ~ 4 lif
w = T/N = 121,28 /4 = 30,32 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif dengan kapasitas
penumpang 20 orang dan kecepatan rata-rata 5 m/detik.

Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 4


Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 50

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum

= 25 detik

w maximum

= 45 detik

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = 20 orang/lif

Kecepatan rata-rata lif

s = 7 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2 detik

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30 detik

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2 detik

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4 detik

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30 detik

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(50-1)3,6

= 50,4 detik

_______________________________________________________
T = 118,4 detik
Jumlah lif :
N=

anTP__
300a m

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

39

N=

1814.10. 118,4.4%__
300.4.20

N = 3,58 ~ 4 lif
w = T/N = 118,4 /4 = 29,60 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif dengan kapasitas
penumpang 20 orang dan kecepatan rata-rata 7 m/detik.
Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 5
Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 62

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum

= 25 detik

w maximum

= 45 detik

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = 20 orang/lif

Kecepatan rata-rata lif

s = 8,5 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2 detik

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30 detik

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2 detik

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4 detik

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30 detik

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(62-1)3,6

= 51,67detik

8,5

_______________________________________________________
T = 119,67 detik

Jumlah lif :
N=

anTP__
300a m

N=

1814.10. 119,67.4%__
300.4.20

N = 3,62 ~ 4 lif

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

40

w = T/N = 119,67 /4 = 29,92 detik


Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif dengan kapasitas
penumpang 20 orang dan kecepatan rata-rata 8,5 m/detik.

Daya listrik untuk lif


Daya listrik yang diperlukan dalam 1 kelompok lif sangat tergantung kepada
kapasitas, kecepatan dan jumlah lif. Suatu lif dengan kapasitas m dan kecepatan
s m/detik memerlukan daya sebesar :
E = 0,75 x m x 75 x s HP = 0,75 ms kw
75
Sedangkan faktor kebutuhan daya untuk 1 kelompok lif adalah :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

41

Jumlah lif

10

15

20

25

Faktor daya

0,8

0,7

0,7

0,6

0,6

0,5

0,5

0,4

0,4

0,3

Contoh :
Lif dengan kapasitas 3500lb = 1587,6 kg kecepatan 3 m/detik memerlukan daya
listrik sebesar
E = 0,75 x 1587,6 x 3 HP = 48 HP
75
Untuk 5 lif = 0,67 x 5 x 48 HP = 160 HP
Catatan :
1 orang diperhitungkan 75 kg.
Penggunaan daya listrik oleh lif (10 jam/hari)
kwh = 0,20 x 160 HP x 0,746 kw/HP x 10 jam = 240 kwh

Beban panas ruang mesin lif


Beban panas ruang lif maximum diperhitungkan 1/3 x jumlah HP di mana 1HP =
2500 Btu (1 Btu = 0,25 kalori). Temperatur ruang mesin lif harus dipertahankan
antara 60-90F. Suatu lif dengan kapasitas 2000 lb dan kecepatan 2,5 m/detik
memerlukan daya listrik sebesar :
E = 0,75 x 2000 x 0,4536 x 2,5 HP = 23 HP
75
(1 pound = 0,4536 kg; 1 HP = 75 kg m/detik;
1 HP = 0,746 KVA)
Beban panas = 1/3 x 23 x 2500Btu = 19.167 Btu

6.2. Perancangan Tangga Kebakaran


Tangga adalah suatu tempat untuk menghubungkan ruangan bawah dengan
ruangan diatasnya. Selain untuk menghubungkan ruangan-ruangan tersebut, tangga
berfungsi sebagai tempat untuk menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran sehingga
disebut sebagai tangga kebakaran.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

42

Di dalam sistem pencegahan kebakaran terdapat adanya klasifikasi bangunanbangunan menurut ketentuan struktur utamanya terhadap api berdasarkan kepada
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 02/KPTS/1985, yang mana dibagi dalam
beberapa kelas yaitu :
Kelas A
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3 jam. Bangunan
kelas A ini biasanya merupakan bangunan untuk kegiatan umum, seperti hotel,
pertokoan, perkantoran, rumah sakit, bangunan industry, tempat hiburan, museum
dan bangunan dengan penggunaan ganda/campuran.
Kelas B
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam. Bangunan
kelas B ini biasanya merupakan bangunan untuk perumahan bertingkat, asrama,
sekolah dan tempat ibadah.
Kelas C
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 1 jam. Bangunan
kelas C ini biasanya merupakan bangunan yang tidak bertingkat dan sederhana.
Kelas D
Bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur tersendiri, seperti
instalasi nuklir dan gudang persenjataan/mesin.

Syarat-syarat tangga kebakaran, yaitu :


a. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai ketahanan
kebakaran selama 2 jam.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

43

Tangga dipisahkan dari ruangan-ruangan lain dengan dinding beton yang


tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang mempunyai ketahanan
kebakaran selama 2 jam.

c. Bahan-bahan finishing, seperti lantai dari bahan yang tidak mudah terbakar dan
tidak licin, pegangan tangga terbuat dari besi.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

44

d. Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang).


e. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakaran selama 2 jam (pintu tahan
api).

f.

Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua pintu
lainnya membuka ke arah ruangan tangga, kecuali pintu paling bawah membuka
ke luar dan langsung berhubungan dengan ruang luar.

g. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel, kunci dan
pegangan yang juga tahan api. Pintu tidak dapat dibuka secara otomatis dari
ruangan tangga, kecuali pintu paling atas atau paling bawah.
h. Letak pintu kebakaran ini paling jauh dapat dijangkau oleh pengguna dalam jarak
radius 25 m. Oleh karena itu, diperlukan satu kebakaran dalam suatu bangunan
dengan luas 600 m yang ditempati 50-70 orang.
i.

Supaya asap kendaraan tidak masuk dalam ruangan tangga, diperlukan : (i)
Exhaust fan, yang berfungsi mengisap asap yang ada di depan tangga; (ii)
Pressure fan, yang berfungsi menekan/member tekanan di dalam ruang tangga
yang lebih besar daripada tekanan pada ruangan luar.

j.

Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai penunjuk arah ke
tangga dengan daya otomatis/emergency.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

45

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

46

Standar perhitungan tangga kebakaran


-

Waktu pengosongan gedung = 5 menit.

Setiap lebar tangga 0,6 m melewatkan 30 orang/menit.

Setiap lebar tangga minimum 1,20 m melewatkan 60 orang/menit.

Dalam 5 menit melewatkan 300 orang.

Dengan minimum 2 tangga per lantai, lebar tangga 1,20 m. Dapat melewatkan
600 orang per 5 menit.

Dengan satuan luas 4 m untuk gedung perkantoran, luas lantai netto yang dapat
dilayani = 4 x 600 = 2400 m/lantai.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

47

Untuk gedung perhotelan atau rumah sakit dengan satuan luas lantai netto per
orang 5 m, luas lantai netto yang dapat dilayani 5 x 600 = 3000 m/lantai.

Untuk gedung apartemen atau flat dengan satuan luas lantai netto per orang 3
m/orang, luas lantai netto yang dapat dilayani 2 tangga lebar 1,20 m = 3 x 600 =
1800 m/lantai.

6.3. Perancangan Sistem Plambing


Sistem peralatan plambing adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke
tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap daerahdaerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya dalam masalah
air.
Jenis peralatan plambing
Dalam artian khusus, istilah peralatan plambing meliputi :
1. Peralatan untuk penyediaan air bersih/air minum.
2. Peralatan untuk penyediaan air panas.
3. Peralatan untuk pembuangan dan ven.
4. Peralatan saniter (plumbing fixtures).
Dalam artian yang lebih luas, istilah peralatan plambing meliputi :
1. Peralatan pemadam kebakaran.
2. Peralatan pengolah air kotor.
3. Peralatan penyediaan gas.
4. Peralatan dapur.
5. Peralatan untuk mencuci (laundry).
6. Peralatan pengolah sampah.
7. Berbagai instalasi pipa lainnya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

48

Syarat-syarat dan mutu bahan plambing


Dalam perencanaan pelaksanaan plambing, harus diperhatikan syarat-syarat dari
bahan plambing, yaitu :
a. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan.
b. Tidak menimbulkan ganguan suara.
c. Tidak menimbulkan ganguan radiasi.
d. Tidak merusak perlengkapan bangunan.
e. Instalasi harus kuat dan bersih.
Selain syarat-syarat di atas, harus pula diperhatikan cara-cara pemasangan yang
baik, seperti penyambungan hubungan dari pipa-pipa yang besar ke yang kecil atau
sebaliknya. Instalasi plambing harus manggunakan bahan-bahan yang mutu
bahannya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Daya tahan bahan harus tahan lama, minimal 30 tahun.
b. Permukaan harus halus dan tahan air.
c. Tidak ada bagian yang tersembunyi/menyimpan kotoran pada bahan-bahan yang
dimaksud.
d. Bebas dari kerusakan, baik secara mekanis maupun yang lain.
e. Mudah pemeliharaannya.
f. Memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku.

Alat-alat pendukung sistem plambing

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

49

Di dalam perencanaan sistem plambing, perlu diperhatikan bahan/alat plambing.


Untuk bahannya dapat digunakan pipa besi tuang (galvanize), pipa PVC dan pipa
tembaga (untuk air panas). Penggunan pipa ini tergantung kepada jenis bangunan
dengan suatu tekanan tertentu sesuai dengan besar dan tinggi bangunannya.
Ukuran pipa yang sering digunakan mulai dari diameter sampai dengan 2 untuk
rumah tinggal dan sampai dengan 6 untuk bangunan tinggi.
Alat-alat plambing yang merupakan permulaan dari sistem pembuangan dari
instalasi dapat berupa keran, kloset, wastafel (lavatory), urinoir, bidet, bath tub,
shower dan lain-lain.

Sistem penyediaan air bersih


Air yang merupakan suatu kebutuhan manusia adalah pelengkap yang harus
disediakan dalam alat plambing. Air menurut kebutuhannya dapat dibagi menjadi air
bersih (air dingin atau air panas) dan air kotor (air sisa, air limbah, air hujan dan air
limbah khusus). Air bersih atau disebut juga air minum yaitu air yang dapat diminum
dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Agar air bersih/air minum tidak
mangganggu kesehatan manusia dan peralatan yang berhubungan dengan air, maka
diperlukan syarat-syarat fisik, kimia dan bakteriologis yang ditentukan oleh dinas
kesehatan.
Syarat-syarat fisik air bersih :
a. Jernih, bersih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.
b. Mempuyai suhu kira-kira 10-20 C.
c. Memenuhi syarat kesehatan.
Sumber air bersih
Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam tanah. Biasanya
terdapat pada daerah-daerah yang bergunung berapi sebagai mata air sungai. Air
sungai dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Adapun air dari mata air pegunungan juga di manfaatkan oleh perusahaan untuk

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

50

masyarakat yang memerlukan air bersih. Untuk mengambil air bersih di dalam tanah,
dapat dilakukan dengan cara membuat galian sumur yang kedalamannya tergantung
kepada tinggi permukaan air tanah yaitu sekitar 5-15 m.

Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah :


a. Sumur pompa/sumur galian = 5-15 m.
b. Sumur pompa dengan mesin = 15-40 m.
c. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well = 50-100 m.
d. Sumur pompa dalam/deep well = 100 m lebih.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

51

Kebutuhan air
Kebutuhan air dalam bangunan sangatlah bermacam-macam, yaitu :
a. Keperluan-keperluan :
1. Untuk minum, memasak/dimasak.
2. Untuk keperluan mandi, buang air kecil dan besar.
3. Untuk mencuci pakaian, cuci tangan/badan, cuci peralatan dan perlengkapan.
4. Untuk proses seperti industri.
b. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi :
1. Air panas.
2. Water cooling/AC.
3. Kolam renang dan air mancur/taman.
c. Kebutuhan yang sifatnya tetap :
1. Air untuk hydran.
2. Air untuk sprinkler.
d. Kebutuhan air cadangan yang sifatnya berkurang karena penguapan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

52

Sistem pemipaan plambing


Sistem pemipaan dalam bangunan menurut cara pengaliran airnya dibagi menjadi 2
macam yaitu :
1. Sistem Horisontal
Sistem pemipaan air secara horisontal adalah suatu sistem pemipaan yang
banyak digunakan untuk mengalirkan kebutuhan air pada suatu bangunan
perumahan/tempat tinggal yang tidak bertingkat.Ada 2 cara yang dipakai untuk
sistem pemipaan horizontal yaitu:
a. Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

53

Keuntungan pemipaan ini adalah pemakaian bahan yang lebih efisien dan
kerugiannya adalah daya pancar pada titik keran air tidak sama, semakin jauh
semakin kecil daya pancar airnya.
b. Pemipaan yang melingkar atau membentuk cincin.
Pemipaan ini menuntut penggunaan bahan pipa yang banyak karena kekuatan
daya pancar air ke semua titik akan menghasilkan daya pancar yang sama.

2. Sistem Vertikal
Sistem pemipaan air secara vertikal merupakan system pemipaan yang
digunakan pada bangunan bertingkat tinggi. Cara kerja system ini adalah dengan
menampung air terlebih dahulu pada tangki air (ground reservoir) yang terbuat
dari beton dengan kapasitas sesuai dengankebutuhan air pada bangunan
tersebut. Kemudian air air dialirkan dengan menggunakan pompa untuk langsung
menuju ke titik-titik keran yang diperlukan. Sistem ini lebih menguntungkan pada
penggunan pipa tetapi sering mengalami kesulitan kalau sumber tenaga listrik
untuk pompa mengalami pemadaman. Adapun cara lainnya yaitu menggunakan
pompa yang di tempatkan di atas bangunan kemudian dari tangki, air dialirkan ke
titik-titik keran yang diperlukan dengan menggunakan sistem gravitasi/diturunkan
secara langsung. Pada titik-titik tertentu yang jaraknya kurang dari 9 m dari tangki
digunakan alat tambahan untuk memperkuat daya pancar air, misalnya
menggunakan pompa tekan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

54

Penyimpaan air bersih


Untuk penyimpannan air bersih dari pompa atau perusahaan air, volume air harus
disesuaikan dengan keperluan penggunanya dihitung per 8 jam. Untuk menyimpan
air bersih tersebut dapat mengunakan ground reservoir dan tangki air. Ground
reservoir/ tangki bawah tanah ini memerlukan ruangan yang besar seperti ruang
pompa dan ruang pengurasannya sebagai ruang penunjangnya. Untuk memenuhi
persyaratan kesehatan sebagai tempat penyimpanan air maka digunakan bahan dari
beton. Sedangkan tangki air yang berada di atas atap bangunan harus terbuat dari
bahan yang ringan/bukan beton seperti fibre glass tau plat-plat baja yang terdiri dari
komponen plat yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk kotak sesuai
dengan ukuran yang dikehendaki.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

55

Sistem pembuangan air kotor


Air buangan/air kotor adalah air bekas pakai yang dibuang. Air kotor ini dapat dibagi
menjadi beberapa macam berdasarkan hasil penggunaannya yaitu :
a. Air bekas buangan : air yang digunakan untuk mencuci, mandi dan bermacammacam kebutuhan lainnya.
b. Air limbah : air untuk membersihkan limbah/kotoran.
c. Air hujan : air yang jatuh di atas permukan tanah dari proses alam.
d. Air limbah khusus : air bekas cucian dari kotoran dari peralatan tertentu dan
tempat tertentu seperti rumah sakit, pabrik, restoran dan laboratorium.
Untuk membuang dan mengalirkan air kotor ini, ada yang digabung pembuangannya
dan ada yang harus dipisahkan serta diproses tersendiri. System air kotor plambing
harus diperhatikan cara pembuangan dan penyambungannya agar tidak terjadi
perembesan yang berakibat mencemarkan lingkungan. Selain itu, pipa-pipa
dibuat/dipasang dalam ukuran yang besar mulai dari diameter 3 sampai dengan 6
dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengaliran air kotor tersebut.
Sistem pembuangan air bekas
Macam-macam air bekas di sini adalah air bekas cucian dari pakaian, peralatan,
kendaraan, peralatan masak dan bekas cucian lainnya. Untuk pipa pembuangannya
dapat menggunakan pipa PVC (vertikal) atau pipa beton (horisontal). Mengingat
bahwa panjang PVC 400 cm, maka sistem pemipaan pembuangan air bekas, baik
vertikal atau horisontal diusahakan setiap 400 cm dibuat sambungan/dihubungkan
dengan pipa-pipa lainnya. Untuk pipa vertikal, sambungannya mempunyai sudut
lebih kecil dari 90 sehingga tidak terjadi balik. Dan untuk horisontal, sambungannya
sudutnya harus lebih besar dari 90 atau dengan cara lain menggunakan bak control.
Sistem pembuangan air limbah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

56

Air limbah adalah air bekas buangan yang bercampur dengan kotoran/limbah. Air
limbah ini tidak diperbolehkan dibuang sembarangan/saluran air tetapi harus
ditampung ke dalam bak penampungan. Saluran air limbah di tanah/ di dasar
bangunan dialirkan dengan jarak sependek mungkin dan tidak diperbolehkan
membuat belokan tegak lurus. Pipa dengan sudut kemiringan 0,5-1% ke dalam bak
penampungan atau yang disebut septic tank. Bak penampungan ini tidak
diperbolehkan dicampur dengan air bekas buangan apalagi yang mengandung
sabun.
Untuk bangunan rumah tinggal, diperlukan satu atau dua septic tank dengan volume
1-1,5

dengan

dibuat

perembesannya.

Untuk

bangunan

yang

banyak

penghuninya, diperlukan septic tank dengan ukuran besar yang sering disebut
sebagai pengolah limbah (sewage treatment). Sewage Treatment Plant (STP) adalah
tempat pengolahan limbah yang jumlah kotorannya cukup banyak. Kemudian limbah
yang terkumpul diolah secara mekanis, diaduk dan diberi udara agar bakteri yang
bekerja mengolah limbah dapat hidup dengan baik serta dapat memproses
limbah/kotoran tersebut. Hasil dari pengolahan limbah harus diberi zat pembersih
sehingga air bekas pengolahan limbah dapat dialirkan melalui saluran pembuangan
kota atau digunakan kembali seperti menyiram tanaman dan mendinginkan alat
pendingin (AC).
Sewage Treatment Plant (STP) dapat diletakan di luar bangunan, di halaman atau di
bawah lantai dari toilet yang terendah. Jika diletakan di dalam bangunan Sewage
Treatment Plant (STP) ini harus dapat dimasuki oleh orang untuk mengontrol
sehingga diperlukan adanya penerangan dan sistem pengudaraaan yang baik.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

57

Sistem pembuangan air limbah khusus


Air limbah khusus adalah air bekas buangan yang berasal dari kebutuhan khusus
seperti restoran, pabrik, industry, bengkel, rumah sakit dan laboratorium. Air limbah
khusus ini harus ditampung di tempat tertentu dengan bak penampungan sendiri, lalu
dapat dibuang bersama-sama dengan air bekas biasa. Sebagai contohnya adalah
limbah yang berasal dari restoran, air limbah yang berasal dari tempat ini banyak
mengandung lemak, sedangkan lemak sendiri tidak dapat menyatu dengan air bekas
buangan. Oleh karena itu, diperlukan adanya bak penampungan untuk menangkap
lemak tersebut yang dinamakan grease trap.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

58

Sistem pembuangan air hujan


Air hujan adalah air yang berasal dari awan yang jatuh ke permukaan tanah/bumi. Air
hujan dialirkan ke saluran-saluran tertentu. Mengingat bahwa air hujan yang dialami
olehsetiap bangunan tidak sama, tergantung kepada letak dan kondisi bangunan
berada, maka untuk penyalurannya diperlukan adanya pipa plambing tersendiri yang
dihitung dan diukur dari atap yang menerima air hujan tersebut. Untuk rumah tinggal
atau bangunan perumahan, air hujan disalurkan melalui pipa vertikal dengan
diameter 3 yang diteruskan ke saluran horisontal denagan kemiringan 0,5-1%
dengan jarak terpendek menuju ke saluran air lingkungan. Air hujan tersebut
disalurkan dengan pipa tersendiri dengan saringan khusus yang terpisah dengan air
bekas. Untuk daerah yang penyerapan air tanahnya cukup baik, dibuatlah bak
penampungan air hujan, lalu diserap oleh tanah gembur dengan dasar yang terdiri
dari pasangan koral dan ijuk. Tujuan dibuatnya bak penampungan air hujan ini
adalah agar air hujan yang datang tidak terbuang dengan percuma ke selokan
lingkungan, melainkan meresap sehingga tanah menjadi daerah yang mengandung
banyak air yang nantinya akan digunakan untuk kebutuhan air di daerah tersebut.

Air hujan yang jatuh pada atap bangunan tinggi harus dibuat sistem pemipaan yang
dapat mengalirkan air hujan di atap menuju ke tanah. Pipa air hujan tersebut
dipasang secara vertikal pada shaft supaya dapat dibuang sejajar dengan pipa-pipa
plambing lainnya. Pipa ini dipasang sesuai dengan luas atap yang menampung air
hujan tersebut. Dalam menghitung besar pipa pembuangan air hujan, harus
diketahui luasan atap yang menampung air hujan tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

59

Untuk menghitung jumlah dan besar pipa tegak untuk air hujan, dapat dicari dengan
cara sebagai berikut :
Contoh :
Luas atap = 1200 m.
Hujan rata-rata di Indonesia antara 300-500 mm/m/jam = 5-8 liter/menit.
Curah hujan = 1200 m x 5-8 liter/menit = 6000-9600 liter/menit.
Karena luas atapnya 1200 m, maka diameter pipa yang efisien menurut table adalah
berukuran 6 yang dapat mengalirkan air dengan kapasitas +/- 1610 liter/menit.
Jika curah hujan = 8000 liter/menit, maka air hujan akan mengalir dalam waktu 1 x 6
= 8000 : 1610 = 5.
Jadi, untuk mempercepat pembuang air hujan dalam 1 menit diperlukan pipa dengan
diameter 6 sebanyak 5 buah.
Setelah mengetahui jumlah dan besar diameter tegak pipa air hujan, air hujan
tersebut dapat dialirkan melalui saluran air kota atau dialirkan ke dalam sumur
resapan. Untuk memperlancar aliran penyerapan air hujan, sumur resapan tersebut
dihubungkan dengan saluran air kota. Ini dimaksudkan supaya sumur resapan yang
yang terlalu kebanyakan air hujannya dapat dialirkan ke saluran air kota. Untuk
daerah yang rendah dapat dipasang pompa yang secara otomatis dapat membuang
air hujan yang penuh tersebut dialirkan ke saluran air kota. Penggunan sumur ini
dapat dilakukan di daerah yang daya resap airnya cukup baik.
Perhitungan kebutuhan peralatan plambing
Untuk memenuhi kebutuhan peralatan plambing pada suatu bangunan, harus
direncanakan sesuai dengan besar (luas) bangunan, fungsi dan jumlah orang yang
berada di dalam bangunan tersebut.
Contoh soal :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

60

Suatu bangunan kantor yang disewakan terdiri dari bangunan 15 dengan luas 1400
m/lantai dan dihuni oleh karyawan yang diasumsikan 6-8 m/orang. Kebutuhan
kloset, wastafel dan urinal pada bangunan tersebut sesuai dengan tabel.
Jumlah karyawan per lantai = 1400 m : (6-8) m/orang = 200 orang, yang terdiri dari
karyawan pria = 110 orang dan karyawan wanita = 90 orang. Sesuai dengan tabel
tersebut, maka kebutuhan :
Kloset karyawan pria untuk 110 orang

= 5 buah.

Kloset karyawan wanita untuk 90 orang

= 5 buah

Wastafel karyawan pria untuk 110 orang

= 5 buah

Wastafel karyawan wanita untuk 90 orang

= 4 buah

Urinal karyaan pria (kloset)

= 5 buah

Jadi, jumlah kloset, wastafel dan urinal tersebut merupakan kebutuhan peralatan
plambing untuk setiap lantai.
Suatu sekolah menengah diketahui jumlah guru, karyawan dan siswanya sebagai
berikut :
Guru pria

= 12 orang

Guru wanita

= 8 orang

Karyawan pria

= 6 orang

Karyawan wanita

= 3 orang

Siswa laki-laki

= 400 anak

Siswa perempuan

= 200 anak

Hitunglah jumlah kebutuhan peralatan plambing yaitu kloset, wastafel dan urinal
untuk guru, karyawan dan siswanya sesuai dengan tabel.
- Kebutuhan kloset guru dan karyawan pria = (12 + 6) orang : 10 = 2 buah
- Kebutuhan kloset guru dan karyawan wanita = (8 + 3) orang : 8 = 1 buah
- Kebutuhan wastafel pria = (12 + 6) orang : 12 = 1,5 ~ 2 buah
- Kebutuhan wastafel wanita = (8 + 3) orang : 8 = 1 buah
- Kebutuhan urinal pria = (12 + 6) orang : 8 = 2 buah
- Kebutuhan kloset siswa laki-laki = 400 anak : 40 = 10 buah
- Kebutuhan kloset siswa perempuan = 200 anak : 40 = 5 buah
- Kebutuhan wastafel siswa laki-laki = 400 anak : 35 = 11 buah
- Kebutuhan wastafel siswa perempuan = 200 anak : 35 = 6 buah
- Kebutuhan urinal siswa laki-laki = 400 anak : 40 = 10 buah
Untuk bangunan sekolah yang bertingkat 3 maka kebutuhan peralatan plambing di
atas juga dibagi 3.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

61

6.4. Perancangan Pengolah Udara


Penyegaran udara adalah suatu proses mendinginkan udara sehingga dapat
mencapai temperature dan kelembaban yang sesuai dengan yang diinginkan dan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

62

disyaratkan. Udara yang segar/dingin, kering dan mengandung O2, setelah dipakai
oleh penggunanya akan berubah menjadi panas, basah dan berkurang kandungan
O2-nya sehingga untuk mendapatkan udara yang segar perlu diberikan tambahan
udara yang mengandung O2.
Sistem penyegaran udara pada umumnya terbagi manjadi 2 golongan utama :
1. Penyegaran udara untuk kenyamanan kerja bagi orang yang melakukan kegiatan
tertentu.
2. Penyegaran udara untuk industri, penyegaran udara di ruangan diperlukan oleh
proses, bahan, peralatan atau barang yang ada di dalamnya.
Jenis penyegaran udara
Mesin penyegaran udara mempunyai 3 unit alat yang mengubah udara panas
menjadi dingin. Mesin tersebut adalah :
a. Evaporator, pipa yang berisi gas refrigerant yang cair dan dingin serta dihembus
oleh udara.
b. Kompresor, alat untuk menekan gas refrigerant untuk menjadikan refrigerant yang
cair dan dingin.
c. Kondensor, alat untuk mengembalikan refrigerant cair menjadi gas dengan hasil
pengembunan air.
Dengan alat-alat tersebut, jenis penyegaran udara dapat dibagi dalam beberapa
macam dengan menyesuaikan besar kecilnya ruangan yang akan didinginkan
udaranya.
1. Mesin penyegaran udara yang menyatukan ketiga alat tersebut (evaporator,
kompresor dan kondensor) dalam bentuk kotak kecil yang disebut penyegaran
udara ruang (room air conditioner/AC). Berukuran kecil dengan kapasitas 0,4-2,2
kW dimana 1 ton refrigerant (TR) = 1,25 KW. Mesin ini sering disebut AC window.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

63

2. Mesin penyegaran udara kecil ; mesin evaporatornya terpisah di dalam kotak dan
terletak di dalam ruangan. Sering disebut indoor unit karena banyak digunakan
untuk penyegaran udara ruang tidur, ruang tamu/keluarga, ruang kantor yang
kecil, ruang kelas dan lain-lain. Unit mesin ini dapat dipasang di lantai (floor type),
di dinding (wall type) dan langit-langit (ceiling type). Unit lainnya berisi kompresor
dan kondensor yang berada di luar ruangan sering disebut unit outdoor yang
dihubungkan dengan unit indoor oleh pipa yang berisi refrigerant. Mesin
penyegaran udara ini sering disebut AC split dan AC multi-split dengan kapasitas
0,4-2,2 KW.

3. Mesin penyegaran udara sedang ; unit indoor-nya untuk menyalurkan udara dingin
ke tempat yang jauh dibantu dengan pipa atau alat penyalur udara yang sering
disebut ducting. Mesin indoor dapat dipasang di langit-langit dengan kapasitas

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

64

1,5-15 KW yang dapat digunakan untuk mendinginkan ruangan yang luas seperti
restoran dan pusat perbelanjaan.

3. Mesin penyegaran udara sentral ; suatu sistem penyegaraan udara untuk


mendinginkan udara pada ruangan yang besar sehingga unit mesinnya
memerlukan ruangan tersendiri. Untuk menyalurkan udara dingin atau udara
kembali, mesin ini menggunakan pipa ducting dan berakhir pada lubang di
langit-langit yang disebut diffuser. Unit pengolah udara ini berkapasitas besar
yang sering disebut pengolah udara (air handling unit). Unit untuk mesin
kompresor dan kondensor diletakan jauh terpisah yang sering disebut chiller dan
dibantu oleh pompa. Mesin penyegaraan udara sentral ini, mengingat banyak
digunakan untuk penyegaraan udara di ruangan yang besar dan luas, seperti
bangunan kantor yang besar, hotel dan gedung pertemuan, maka perlu dibantu
dengan alat menara pendingin (cooling tower).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

65

Tujuan penyegaraan udara adalah berusaha supaya temperature kelembaban,


kebersihan dan penyaluran udara dalam ruangan memperolah keadaan yang
diinginkan sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. Beberapa faktor pertimbangan
pemilihan sistem penyegaran udara adalah sebagai berikut :
1. Faktor kenyamanan
Faktor kenyamanan ini dapat ditentukan oleh beberapa hal yang menyangkut :
temperature rata-rata, kelancaran aliran udara, kebersihan, kualitas dan jumlah
aliran udara serta suara aliran udara.
2. Faktor ekonomi
Yang harus diperhatikan dalam faktor ekonomi adalah biaya awal, biaya operasi
dan biaya perawatan. Biaya operasi dan perawatan meliputi konstruksi yang
sederhana, ketahanan peralatan, mudah perawatannya, mudah dicapai oleh
tenaga yang merawat dan efisien.
Mengingat penggunaan alat penyegaran udara untuk berbagai macam ruangan
dengan kegiatan yang berbeda-beda, maka diperlukan alat penyegaran udara yang
sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. Misalnya saja, bangunan kantor, penyegaran
udara diperlukan untuk memberikan kenyamanan lingkungan kerja. Oleh karena itu,
perlu diadakan pembagian zona (daerah) yang terdiri dari daerah pinggir (perimeter)
yang banyak dipengaruhi oleh kondisi udara luar bangunan dan daerah dalam yang
tidak banyak dipengaruhi udara luar. Biasanya digunakan sstem udara tunggal

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

66

(sentral) dengan volume udara yang bervariasi dengan unit induksi atau unit coil
kipas udara. Mesin tersebut diletakan di atas lantai yang berpondasi kuat intuk
mencegah getaran mesin terhadap bangunannya. Ruangan diberi lapisan untuk
meredam suara sehingga suara mesin tidak terdengar di ruangan yang diinginkan.
Ruangan ini dapat berisi 1 atau 2 mesin pendingin sesuai dengan kebutuhan mesin
tersebut. Syarat-syarat lainnya adalah :
a. Ruangan tersebut dapat dihubungkan dengan udara luar.
b. Ruangan tersebut terletak segaris di atas/di bawah ruangan mesin pendingin yang
dihubungkan dengan pipa-pipa pendingin.
c. Ruangan tersebut dihubungkan dengan pipa-pipa air (untuk pembersihan) dan
daya /panel (untuk menghidupkan motornya).
d. Ruangan tersebut diletakan sedekat mungkin terhadap ruangan yang diinginkan.
e. Ruangan tersebut harus mampu menampung tenaga untuk perawatan mesin
pendingin seperti membersihkan saringan udara dan komponennya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

67

Sedangkan penempatan menara pendingin harus dipesang di tempat yang


memenuhi fungsinya dengan baik. Tempat tersebut terletak di atas atap bangunan
atau di tempat lain dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak terhalang tembok di kiri/kanan.
b. Harus mendapatkan udara yang bebas, bersih, tidak berdebu dan berasap.
c. Diletakan di atap dengan pondasi sehingga getarannya tidak menjalar ke bagian
lain.
d. Penempatannya sedekat mungkin terhadap tangki air dan daya listrik.
e. Penempatanya juga sedekat mungkin terhadap mesin pendingin di ruangan.
f. Diletakan pompa untuk membantu mengalirkan air dari mesin pendingin.
g. Untuk sistem pendingin dengan air, mesinnya kecil dan memerlukan air cukup
banyak ; untuk mesin pendingin dengan udara, mesinnya besar sehingga
memerlukan tempat yang cukup luas dan keperluan air tidak terlalu banyak.

Menghitung beban pendingin ruang


Suatu bangunan terletak di Jakarta (6 LS). Bangunan berupa ruangan dengan
ukuran :
P (panjang)

= 60 m

L (lebar)

= 20 m

T (tinggi)

=4m

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

68

Kondisi ruangan luar rata-rata :


Temperatur

= 23-32 C

Kelembaban = 60-90%
Kondidi ruangan dalam rata-rata :
Temperatur

= 18-27 C

Kelembaban = 50-80%
Eksterior ruangan (kaca rayban) :
Tinggi plafond = 2,70 m
Tinggi tembok = 0,90 m
Okupasi (jumlah penghuni dalam ruang) :
= Luas : (6-8 m/orang)
= (60 x 20) m : 6 m/orang = 200 orang
Bangunan terdiri dari lantai .. s.d. lantai ..
Sehingga ditetapkan :
Temperatur luar rata-rata 30 C

= 86 F (t0)

Temperatur dalam ruangan rata-rata 25 C = 77 F (t1)


Selisih

= 9 F (t0- t1)

1. Beban kalor melalui kaca/beban sensibel (sensible heat gain thru glass)
Utara

= .. m x 686 Btu/h/m

= .. Btu.h

Selatan

= .. m x 398 Btu/h/m

= .. Btu.h

Timur

= .. m x 967 Btu/h/m

= .. Btu.h

Barat

= .. m x 1063 Btu/h/m

= .. Btu.h +

Jumlah per lantai

= .. Btu.h

Jumlah untuk .. lantai

= .. Btu.h

2. Beban kalor oleh transmisi bidang dinding/beban transmisi (transmission guin)


Utara

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h

Selatan

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h

Timur

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h

Barat

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h +

Jumlah per lantai

= .. Btu.h

Jumlah untuk .. lantai

= .. Btu.h

Transmisi bidang atap


= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

= .. Btu.h

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

69

3. Beban kalor intern (internal heat gain, people and lights)


Beban sensibel orang = okupasi x 200 Btu.h

= .. Btu.h

Beban latent orang = okupasi x 250 Btu.h

= .. Btu.h

Beban sensibel lampu = jumlah watt x 1,25 x 3,4 Btu/h = .. Btu.h


Jumlah per lantai

= .. Btu.h

Jumlah untuk .. lantai

= .. Btu.h

4. Ventilasi atau infiltrasi (ventilation or infiltration)


CFM = P x L x T x (AC) x 35,31
60
AC = pertukaran udara per jam (air changes per hour) = 2
Beban kalor infiltrasi udara luar :
a. Beban sensibel =
CFM x (t0- t1) x 1,08 Btu/h

= .. Btu.h

b. Beban latent =
CFM x perbedaan specific humidity gr/lb x 0,67 Btu/h
(udara luar dengan udara dalam) = .. Btu.h
Jumlah

= .. Btu.h

Total beban pendingin = (1)+(2)+(3)+(4) = .. Btu/h


1 ton R = 12000 Btu.h
Kapasitas AC = total beban

= .. Ton. R

12000
Daya listrik 1 ton R

= 1,25 kw

Total daya listrik

= total ton R x 1,25 kw = .. kw

Ducting AC adalah suatu alat untuk menyalurkan udara dingin untuk mengkondisikan
ruangan besar yang menggunakan alat AHU (air handling unit). Ducting AC terbuat
dari sheer metal atau fibre glass yang dibungkus alumunium foil dengan glass wool
sepanjang maks. 30-40 m arah horizontal (utama).
Luas ducting A (Sq.cm) = B(CFM) x 923
C(FPM)
Dimana :
A = luas ducting dalam Sq cm.
B = CFM (cubic feet per menit) ruangan.
C = Kecepatan aliran udara dalam FPM (feet per menit).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

70

1 feet = 30,48 cm.


1 inci = 2,54 cm.
Syarat ukuran ducting :

T
L
Lebar maks.

= 4 x tinggi

Ceiling space minimum

= T + (10-15)cm

Data empiris ducting


Recommended velocities FPM (C)
Untuk office building
Main ducts

= 1000 1300 mm

Branch ducts

= 600 900 mm

Branch riser

= 600 900mm

6.5. Perancangan Instalasi Listrik


Syarat-syarat perancangan instalasi listrik yang ekonomis adalah :
a. Fleksibilitas
Jaringan harus member kemungkinan untuk penambahan beban, tetapi harus
dalam batas ekonomis, cadangan tambahan beban yang berlebihan (over design)
adalah tidak ekonomis dan merupkan pemborosan.
b. Kepercayaan
Jaringan instalasi harus dapat diandalkan dan dapat dipercaya, sebab
pembebanan oleh peralatan listrik sering tidak dapat dikontrol. Hal yang perlu
diperhatikan adalah kualitas bahan-bahan instalasi. Kegagalan peralatan harus
dapat diketahui secara dini agar tidak terjadi kecelakaan.
c. Keamanan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

71

Jaringan instalasi harus dirancang sesuai pperaturan nasional yang berlaku


(peraturan umum instalai listrik), tabung instalasi harus mudah dicapai dan bebas
hambatan/halangan fisik.
Untuk merancang jaringan instalasi listrik suatu gedung harus lebih dahulu
menaksirkan beban total seluruh gedung dan menentukan lokasi transformator dan
tabung instalasi. Beban total yang pasti dapat diketahui setelah perancangan
lengkap selesai, tetapi ini memerlukan beberapa bulan, oleh karena itu perlu
diadakan perhitungan pra rencana.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

72

Kelompok pembebanan listrik dalam bangunan adalah sebagai berikut :


1. Pencahayaan listrik.
2. Stop kontak untuk peralatan rumah tangga maupun motor-motor kecil.
3. Ventilasi gedung dan AC.
4. Plambing dan sanitair.
5. Transportasi vertikal.
6. Peralatan dapur.
7. Peralatan khusus.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

73

Perhitungan kabel instalasi listrik


Kuat arus listrik
a. Instalasi fasa tiga :

I=

P______ (1)
1,732 x E1 x Cos

Dimana :

I = kuat arus dalam penghantar (ampere).


P= load (beban) yang dibutuhkan (watt).
E1 = tegangan antar fasa (volt).

Cos = faktor kerja = 0,8 0,9.


b. Instalasi fasa satu :

I=

P______ (2)
E x Cos

Luas penampang penghantar (A)


a. Instalasi fasa tiga :

A = 1,732 x Cos x I x l
xu

Dimana :

(3)

I = kuat arus dalam penghantar (ampere).


l = panjang penghantar (mater).
u = rugi tegangan (volt).
A = Luas penampang penghantar (mm).
= daya hantar jenis penghantar, untuk tembaga (Cu) = (50 x 106)
(ohm.m)-1.

a. Instalasi fasa tiga :

A = 2 x Cos x I x l
xu

(4)

Rumus (3) dan (4) umumnya digunakan untuk instalasi yang kecil (perumahan).
Voltage drop (u) dapat diambil antara (1-5)% dari tegangan supply atau rata-rata =
2,5%. Untuk instalasi yang besar (kantor, hotel, rumah sakit, pertokoan dan lain-lain)
luas penampang penghantar yang diperlukan dapat ditentukan sebagai berikut :
1. Hitung kuat arus.
2. Tentukan jenis kabel yang akan digunakan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

74

3. Berdasarkan tabel besar penampang penghantar yang dibutuhkan.


Instalasi dalam gedung dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Instalasi untuk penerangan.
2. Instalasi untuk power (lif, AC, pompa dan lain-lain).

Contoh :
Suatu gedung kantor dengan jumlah lantai 10 membutuhkan beban sebagai berikut :
Penerangan

= 80 kw

Lift

= 50 kw

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

75

AC sentral

= 300 kw

Pompa

= 5 kw

Tegangan yang digunakan 220/380 volt dengan faktor kerja = 0,8. Tentukan besar
penampang kabel yang digunakan untuk :
- Kabel penghantar dari gardu PLN ke main panel.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel penerangan.
- Kabel penghantar dari gardu PLN ke sub main power.
- Kabel penghantar dari sub main panel ke panel lift.
- Kabel penghantar dari sub main panel power ke panel AC.
- Kabel penghantar dari sub main panel ke main panel pompa.
Beban total = 435 kw = 435000 watt
Beban untuk power = 355 kw = 355000 watt
Total kuat arus yang diperlukan :

I=

P______ =
1,732 x E1 x Cos

435000_____ = 826 A
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah.

P______
435000_____
= 826 A arus 826 A sehingga diambil 2
DariI =tabel tidak ada
kabel=yang dapat
menghantarkan
1,732 x E1 x Cos

1,732 x 380 x 0,8

buah parallel yaitu NYFGbY 2 (4 x 240) mm.

- Kabel penghantar dari gardu PLN ke main panel adalah kabel tanah NYFGbY 2 (4
x 240) mm.

Kuat arus untuk instalasi penerangan

I=

P______ =
1,732 x E1 x Cos

8000_____ = 152 A
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY 4 x 50 mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel penerangan adalah kabel
tanah NYFGbY 4 x 50 mm.

Kuat arus untuk instalasi power

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

76

I=

I=

P______ =
1,732 x E1 x Cos

P______ =
1,732 x E1 x Cos

435000_____ = 826 A
1,732 x 380 x 0,8

355000_____ = 674 A
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah.


Dari tabel tidak ada kabel yang dapat menghantarkan arus 674 A sehingga diambil 2
buah parallel yaitu NYFGbY 2 (4 x 185) mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel power adalah kabel tanah
NYFGbY 2 (4 x 185) mm.

Kuat arus untuk panel lif

I=

P______ =
1,732 x E1 x Cos

50000_____ = 95 A
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY 4 x 25 mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel lif adalah kabel tanah
NYFGbY 4 x 25 mm.

Kuat arus untuk panel AC

I=

P______ =
1,732 x E1 x Cos

300000_____ = 570 A
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY 4 x 400 mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel lif adalah kabel tanah
NYFGbY 4 x 400 mm.

Kuat arus untuk panel pompa

I=

P______ =
1,732 x E1 x Cos

5000_____ = 9,5 A
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY 4 x 2,5 mm.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

77

- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel lif adalah kabel tanah
NYFGbY 4 x 2,5 mm.

6.6. Perancangan Telepon


Dalam perencanaan, sistem telepon harus menggunakan sistem hubungan seperti
saluran untuk daya pembangkit computer yaitu aliran di dalam lantai (floor duct).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

78

Selain itu, diperlukan sistem panel atau terminal telepon yang dapat langsung
berhubungan dengan luar melalui penggunaan sistem terminal utama menuju titik
yang diperlukan atau penggunaan sistem PABX (Private Automatic Branch
Exchange). Secara prinsip, perancangan sistem telepon memerlukan alat tambahan
yaitu baterai untuk membantu menjalankan mesin PABX sehingga berfungsi sesuai
dengan yang diinginkan.
Persiapan sistem telepon
Supaya sistem telepon ini dapat berfungsi harus dipersiapkan :
a. Panel distribusi saluran telepon.
b. Unit PABX sesuai dengan jumlah sambungan.
c. Handset telepon sama dengan jumlah kebutuhan.
d. Kabel telepon dalam bangunan.
e. Konektor kabel bangunan.
Penentuan jumlah pesawat telepon
Untuk menentukan jumlah pesawat telepon direct line maupun extensions harus
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
a. Jabatan personel.
b. Tugas personel yang dianggap cukup penting sehingga memerlukan sarana
telepon.
c. Jumlah dari penyewa bangunan perkantoran bertingkat.
d. fungsi ruangan dan lokasi.
Sistem instalasi telepon outlets
Untuk memberikan hasil perancangan instalasi telepon yang baik, perlu adanya
flexibilitas

yang

baik

kepada

pemakai

atau

penyewa

gedung

dengan

memasangsistem telepon outlets pada lantai. Dalam pemasangannya, digunakan


floor duct system, yang tiap outlets-nya dapat melayani luas kebutuhan 10 m.
Pemasangan ini dimaksudkan supaya kabel telepon tidak menggangu lalu lintas di
ruangan tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

79

6.7. Perancangan CCTV dan Sistem Sekuriti


CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk melihat
suatu ruangan melalui layar televise yang mampu menampilkan gambar rekaman
kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan (tersembunyi) yang diinginkan oleh
bagian keamanan. CCTV ini dapat bekerja selama 24 jamsesuai dengan kebutuhan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

80

Setiap gambar dapat ditayang ulang pada posisi waktu yang diinginkan oleh
operator. Karena sifatnya tertutup (rahasia), maka peletakan kamera dan tempat
monitor diatur oleh bagian sekuriti.
Dalam sistem ini, peralatan yang diperlukan adalah :
a. Kamera.
b. Monitor televisi.
c. Kabel koaxial.
d. Timelaps video recorder.
e. Ruangan sekuriti : ruangan yang telah dipasangi oleh monitor dan dilengkapi
fasilitas AC, toilet serta penerangan tersendiri.
6.8. Perancangan Tata Suara
Sistem tata suara perlu direncanakan untuk memberikan fasilitas kelengkapan pada
bangunan. Tata suara ini dapat berupa background music dan announcing system
(public address) yang berfungsi sebagai penghias keheningan ruangan atau
pemberitahuan berupa pengumuman tertentu. Selain itu juga ada system untuk car
call untuk bangunan umum. Peralatan dari tata suara tersebut dapat berupa :
microphone, cassette deck, mix amplifier, speaker selector switch, volume control
dan horn speaker (untuk car call).
Speaker sound pressure
Peletakan speaker ini sangat mempengaruhi rencana langit-langit dari ruangan
umum atau ruangan kantor. Oleh karena itu, harus diperhatikan letak speaker satu
terhadap yang lainnya sehingga suara yang dihasilkan dapat dinikmati dengan baik.
Horn speaker
Horn speaker diletakan di tempat parkir terbuka atau di tempat istirahat sopir
sehingga suara yang dihasilkan dapat terdengar oleh sopir yang sedang menunggu
mobilnya.
Microphone dan amplifier
Alat-alat ini sebaiknya diletakan pada suatu tempat yang aman, strategis dan mudah
dijangkau serta tidak menggangu ruangan. Dalam perancangan interior sebaiknya
alat-alat ini diletakan di reception desk atau diletakan pada suatu ruangan khusus
yang dekat dengan reception desk yang ditangani oleh operator sebagai pengelola
alat tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

81

6.8. Perancangan Limbah Sampah


Limbah sampah merupakan buangan dari bangunan khususnya bangunan yang
digunakan untuk kegiatan tertentu seperti pabrik, hotel, restoran dan pusat
perbelanjaan. Dengan hasil buangan yang berupa limbah sampah baik yang kering
ataupun yang basah, maka perlu adanya tempat khusus yang merupakan gudang
sampah yang dapat menampung sementara yang nantinya perlu dibuang ke luar
bangunan.
Untuk mengatasi limbah sampah pada bangunan bertingkat perlu dipersiapkan :
a. Kotak-kotak untuk tempat pembuangan yang terletak di tempat bagian servis di
setiap lantai bangunan.
b. Kotak penampungan di bagian paling bawah berupa ruangan/gudang yang
dilengkapi kereta bak sampah.

Masing-masing kotak sampah setiap lantai dihubungkan melalui pipa penghubung


dari beton/PVC/asbes dengan diameter 10-14. Dinding paling atas diberikan lubang
untuk udara dan dilengkapi dengan keran air untuk pembersihkan atau pemadaman
sementara jika terjadi kebakaran di lubang sampah tersebut.
Gudang sampah harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut :
a. Keran air untuk pembersihan.
b. Sprinkler untuk mencegah kebakaran.
c. Lampu sebagai penerangan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

82

d. Alat pendingin untuk bak sampah basah agar tidak terjadi pembusukan.
Gudang sampah ini harus berukuran besar baik luas dan tingginya sesuai dengan
fungsi bangunan serta harus dapat dijangkau oleh kendaraan pengambil sampah.

DAFTAR PUSTAKA

Juwana, Jimmy. Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga, 2004.


Poerbo, Hartono. Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi Jilid I. Jakarta :
Djambatan, 2000.
Poerbo, Hartono. Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi Jilid II. Jakarta :
Djambatan, 2005.
Poerbo, Hartono. Utilitas Bangunan. Jakarta : Djambatan, 2007.
Schueller, W. Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi. Bandung : PT ERESCO , 1989.
Schodek, Daniel. Struktur edisi kedua. Jakarta : Erlangga, 1999.
Soufyan dan Morimura. Perancangan dan pemeliharaan sistem plambing. Jakarta :
PT Pradnya Paramita, 2005.
Tanggoro, Dwi. Utilitas Bangunan. Jakarta: Universitas Indonesia, 2006.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

83

Anda mungkin juga menyukai