PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Beban
Pada umumnya beban (expense) sering dijadikan sinonim kata dengan
for the purpose of generating revenue. Cost of goods sold is the expense
measured by the cost of the finished goods sold during a period of time.
2.2
Pengakuan Beban
Menurut IAI dalam bukunya Standar Akuntansi Keuangan, (2007:23)
95. Beban diakui dalam lapporan laba rugi atas dasar hubungan langsung
antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh.
Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan
(matching of cost with revenues) ini melibatkan pengakuan ppenghasilan
dan beban secara gabungan tau bersamaan yang dihasilkan secar langsung
dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama; misalnya
berbagai komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan (cost
or expense of goods sold) diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan
yang diperoleh dari penjualan barang. Namun demikian, penerapan konsep
matching dalam kerangka dasar ini tidak memperkenankan pengakuan pos
dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aset atau kewajiban.
96. Jika manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode
akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan
secara luas atau tidak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas
dasar prosedur alokasi yang berkaitan dengan penurunan aset seperti aset
tetap, goodwill, paten, dan merek dagang. Dalam kasus semacam itu,
beban ini disebut penyusutanf atau amortisasi. Prosedur alokasi ini
dimaksud untuk mengakui beban dalam periode akuntansi yang menikmati
manfaat ekonomi aset yang bersangkutan.
97. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat
ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, untuk tidak lagi memenuhi
syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aset.
98. Beban diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa
adanya pangakuan aset, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi
produk.
2.3 Pengukuran Beban
Dalam mengukur beban dalam satu periode akuntansi, dibutuhkan
berbagai keputusan atau pertimbangan untuk menentukan bagaimana beban
tersebut akan dialokasikan pada periode-periode selanjutnya yang menunjukkan
adanya pendapatan. Menurut Hendriksen (1999:180) pengukuran beban yang
paling umum adalah:
1. Biaya historis: metode konvensional untuk mengukur beban adalah harga
perolehan historis bagi perusahaan. Alasan utama penganut ini adalah
karena biaya historis diasumsikan dapat diverifikasi karena dapat
menggambarkan pengeluaran perusahaan.
dapat
dilepaskan
dari pengungkapan
BAB III
KESIMPULAN
3.5 Kesimpulan
Konsep beban dalam akuntansi selalu mengarah pada pendapatan, karena
hasil pendapat bersih yang diterima oleh perusahaan tergantung berapa banyak
beban yang dikeluarkan. Dikarenakan beban merupakan penurunan manfaat
ekonomis suatu perusahaan karena ada sesuatu yang telah dikorbankan untuk
menghasilkan pendapatan. Hal tersebut merupakan suatu intisari dari pengertian
akun beban.
Sebelumnya telah dipaparkan mengenai akun beban dengan beberapa teori
dan analisa. Dengan beberapa aspek, diantaranya adalah pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan. Beban diakui dengan beberapa mekanisme dan
aturan yang ada pada Standar Akuntansi Keuangan. Beban diukur dengan
menggunakan historical cost dan current price. Sementara itu untuk penyajian
beban diletakan pada laporan laba-rugi dengan mengguntakan single step atau
multi step. Dan diungkapkan dengan benar sesuai dengan fakta pada laporan labarugi.
AKUNTANSI POSITIF:
KASUS I KORUPSI
BANK CENTURY
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks,
berkembang
pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Adapun
pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, praktik fraud
cenderung memiliki modus banyak untuk dilakukan. Fraud dapat terjadi
pada sektor swasta maupun sektor publik.
Pada sektor swasta, banyak terdapat penyimpangan dan kesalahan
yang dilakukan seseorang dalam menafsirkan catatan keuangan. Hal itu
menyebabkan banyaknya kerugian yang besar bukan hanya bagi orangorang yang bekerja pada perusahaan, akan tetapi pada investor-investor
yang menanamkan dananya pada perusahaan tersebut. Seperti pada kasus
BLBI, Bank Bali, dan Bank Century juga telah mengurangi kepercayaan
investor
luar
negeri.
Dengan
demikian
untuk
audit
berkualitas
dibutuhkan
dalam
penyajian
laporan
keuangan
perusahaan.
Dalam ilmu akuntansi terdapat bidang khusus yang dapat
diperdalam untuk menangani kasus fraud dan atau korupsi yaitu akuntansi
forensik dan audit investigatif. Di Amerika profesi yang bergerak di
bidang akuntansi forensik disebut auditor forensik atau pemeriksa fraud
10
11
Pendek (bailout) oleh pemerintah dengan nilai sangat fantastis. Tetapi dana
tersebut di korupsi oleh beberapa oknum.
Korupsi tersebut dapat diketahui dengan beberapa momentum,
diantaranya karena adanya penyelidikan, penyidikan, audit investigatif dan
hal yang berkaitan dengan akuntansi forensik. Korupsi merupakan suatu
tindak pidana korupsi, keadaan dimana seseorang atau lebih membuat
negara rugi dengan mengalirkan uangnya kepada pribadi atau kelompok
tertentu. Ini sangat tampak pada kasus Bank Century. Maka dari itu penulis
mengambil kasus korupsi Bank Century dalam tulisan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
12
penyatuan kegiatan usaha dengan cara Penggabungan atau Merger dimana Bank
Century sebagai nama bank hasil merger tersebut.
Para pemegang saham telah menyetujui penggabungan usaha bank-bank
tersebut ke dalam Bank Century sesuai dengan risalah Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RUPSLB) masing-masing bank yang diaktakan masingmasing dengan Akta No.155 dan No.157 pada tanggal 22 Oktober 2004 dari
Buntario Tigris Darmawa NG, SH, notaris di Jakarta.
Pada tanggal 7 September 2004, Bank mengajukan Pernyataan
Penggabungan kepada BAPEPAM dalam rangka penggabungan usaha dengan
bank-bank yang menggabungkan diri dan telah mendapat pemberitahuan
efektifnya penggabungan tersebut sesuai dengan surat Ketua BAPEPAM No.
S.3232/PM/2004 tanggal 20 Oktober 2004. Peleburan usaha dilaksanakan dengan
syarat dan ketentuan antara lain sebagai berikut:
1. Semua kekayaan dan kewajiban serta operasi, usaha, kegiatan setiap bank
yang menggabungkan diri beralih hukum kepada Bank Century.
2. Semua pemegang saham bank-bank yang bergabung karena hukum
menjadi pemegang saham Bank Century.
3. Bank sebagai Perusahaan hasil penggabungan tetap mempertahankan
eksistensinya sebagai perusahaan terbatas dan sebagai bank umum dengan
memakai nama PT Bank Century Tbk.
4. Semua perusahaan yang menggabungkan diri karena hukum akan bubar
2.1.2
13
berpotensi menimbulkan masalah. Status ini terus disandang oleh Bank Century
hingga tanggal 6 November 2008, lalu ditetapkan menjadi Bank Dalam
Pengawasan Khusus (DPK).
Gambar 2.1 Skema Status Bank Century
14
15
16
Simpanan
17
adanya
indikasi
korupsi
dan
kerugian
negara,
18
20. Pada tahun 2013, tersangka kasus Bank Century yaitu Budi Mulya
(mantan deputi gubernur BI) menjalani persidangannya dalam
Pengadilan Tipikor dan menghadirkan Sri Mulyani dan Boediono
sebagai saksi didalam persidangan.
21. Pada tahun 2015, sejauh ini yang diduga tersangka terkait kerugian
negara sekitar 6,7 triliun dengan adanya bailout Bank Century adalah
Robert Tantular, Hermanus Hasan Muslim, Anton Tantular, Hartawan
Aluwi, Hendro Wiyanto, Hesham Al Warraq, Rafat Ali Rizvi, Theresia
Dewi Tantular. Mereka tersebut adalah pihak internal Bank Century,
sedangkan pihak eksternal yang diduga terkait adalah Budi Mulya.
22. Nama Bank Century diganti menjadi Bank Mutiara. Hingga tahun
2016 Bank Mutiara berganti nama dengan Bank J Trust Indonesia yang
diakuisisi oleh perusahaan Jepang. Dan proses penegakan hukum
belum menemukan novum (bukti baru).
2.1.4 Hasil Audit Investigatif Badan Pemeriksa Keuangan
Audit investigatif tahap satu dilakukan pada tahun 2009, sedangkan
pemeriksaan lanjutan (audit atau akuntansi forensik) dilakukan pada tahun 2011.
Untuk uraian kali ini akan dibahas hasil audit investigatif tahap satu yang
dilakukan pada tahun 2009. Dalam hasil pemeriksaan investigasi ini, BPK
menemukan beberapa hal penting diantaranya:
1. BI tidak tegas dan tidak prudent dalam menerapkan aturan dan
persyaratan akuisisi dan merger yang ditetapkannya sendiri dalam
merger Bank CIC, Bank Pikko, dan Bank Danpac menjadi Bank
Century.
2. BI tidak tegas dalam melaksanakan pengawasan atas Bank Century
sehingga permasalahan yang dihadapi Bank Century sejak merger
19
belum
dibentuk
berdasarkan
undang-undang.
perkiraan
biaya
penanganan.
Tidak
dibahasnya
20
8. Penggelapan dana kas valas sebesar USD 18 juta dan pemecahan 247
NCD (Negotiable Certificate of Deposit) masing-masing nominal Rp 2
miliar.
9. Praktek-praktek tidak sehat dan pelanggaran-pelanggaran ketentuan
oleh pengurus bank, pemegang saham, dan pihak-pihak terkait dalam
pengelolaan bank yang merugikan Bank Century.
yang signifikan.
Adanya perlakuan Surat-Surat Berharga (SSB) yang semula macet
menjadi lancar dengan rekomendasi KEP (Komite Evaluasi Perbankan).
BAB III
ANALISA KASUS
21
22
Perbuatan melawan hukum dan hubungan kausalitas adalah ranah para ahli
dan praktisi hukum, sedangkan perhitungan besarnya kerugian yang timbul karena
perbuatan melawan hukum adalah ranah akuntan forensik. Akuntan forensik
membantu para ahli dan praktisi hukum dalam mengumpulkan bukti dan barang
bukti untuk menentukan hubungan kausalitas tersebut. Segitiga akuntansi
forensik, selain menjelaskan hubungan kausalitas antara kerugian dengan
perbuatan melawan hukum, juga menjelaskan hubungan antara ilmu akuntansi,
hukum, dan auditing.
Menurut Sukanto (2009) menyatakan tujuan audit investigatif adalah
sebagai berikut:
23
24
3.1.1.3
Korupsi (Corruption)
25
3.1
Analisa Kasus
Dalam kasus korupsi Bank Century terdapat banyak sekali kepentingan
26
27
3
4
28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Sejak awal didirikan Bank Century terindikasi adanya suatu pelanggaran
atau bahkan ada indikasi korupsi pada proses merger. Setelah berjalan beberapa
tahun kinerja keuangan yang kurang memuaskan dengan ditunjukannya CAR
yang buruk, dan puncaknya adanya kalah kliring dalam Bank Century. Pada
akhirnya Bank Century mengalami kesulitan liuiditas, kemudian memohon
bailout kepada pemerintah. Keputusan yang krusial dan penuh pertimbangan
diambil oleh pemerintah untuk memberikan bailout tersebut.
Proses bailout yang membengkak dari ratusan milyar hingga nominal 6,7
triliun. Nominal tersebut yang diduga kerugian negara. Dana yang mengalir untuk
menjadikan Bank Century sehat, diduga digunakan oleh beberapa oknum pemilik
saham Bank Century untuk dilakukan korupsi. Apabila ditinjau dari aspek
akuntansi terlihat bagaimana sikap skeptis dan konservatisme kurang dari
pengambil keputusan bailout Bank Century.
Hal tersebut bisa terungkap karena adanya lembaga negara yang
mempunyai wewenang untuk melakukan audit investigatif dan akuntansi forensik.
Ilmu tersebut mendukung proses hukum bagi koruptor yang telah merugikan
negara, dan hanya mementingkan keperluan pribadi atau kelompok lain
dibandingkan dengan negaranya sendiri. Proses korupsi terjadi dengan mulainya
29
fraud, karena korupsi merupakan bagian dari fraud. Korupsi merupakan kejahatan
luar biasa bagi Indonesia.
4.2 Saran
Untuk mencegah tindak pidana korupsi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya adalah regulasi dan sistem yang baik. Disamping itu
dalam kasus korupsi Bank Century diperlukan data yang baik untuk menjadi dasar
bagi pemangku kebijakan yang strategis. Hal tersebut diperlukan karena
mempunyai dampak bagi perekonomian Indonesia. Dari aspek akuntansi ada yang
disebut dengan konservatisme atau kehati-hatian. Hal ini yang diperlukan untuk
para pengambil keputusan, dalam bahasan ini adalah pengambil keputusan bailout
Bank Century.
30
AKUNTANSI POSITIF:
KASUS II KORUPSI
DANA HAJI
31
BAB I
PENDAHULUAN
32
33
BAB II
PEMBAHASAN
34
Sejak tahun 2004 hingga april 2007, seluruh dana setoran awal jamaah haji
ditempatkan pada rekening giro atas nama menteri agama, sejak bulan April 2007
sebagian besar dari total dana setoran awal (maksimal 95% dari saldo) pada BPS
ditempatkan juga pada deposito pada BPS yang bersangkutan. Mulai April 2009
sebagian dari dana setoran awal jamaah dan Dana Abadi Umat (DAU)
ditempatkan pada surat berharga syariah negara atau sukuk.
Maka dari itu dapat disimpulkan, potensi pendapatan jasa bunga yang
semakin besar sejalan dengan makin besarnya jumlah waiting list dan jasa bunga
(Bunga Sukuk > Deposito > Giro). Dan Deposito dengan semakin besarnya nilai
simpanan nasabah maka peluang untuk mendapatkan jasa bunga lebih besar
(diatas Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau counter rate / premium).
2.1 Modus Dan Celah Dugaan Perampokan Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPIH)
Berikut ini terdapat modus dan celah yang dapat dilakukan oleh oknum
Departemen
Agama
dalam
dugaan
perampokan
atau
korupsi
Biaya
35
36
BAB III
ANALISA KASUS
37
1. Jika keseluruhan biaya haji (direct dan indirect cost) ditanggung oleh
jemaah maka total BPIH yang dibayar jamaah adalah US$ 3.585,9.
2. Jika hasil jasa bunga setoran awal sebesar Rp.1,051 triliun (setara US$
110.647.546) digunakan sebagai tambahan BPIH, maka jumlah BPIH
(direct cost) yang dibayar oleh jamaah menjadi US$ 3.015,6 (US$ 3.585,9
US$ 570,3).
3. Maka Kesepakatan Kemenag dan Komisi VII DPR untuk BPIH tahun
2010/1431H
38
39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Kasus korupsi yang mendera Kementrian Agama sungguh ironis, dimana
objek korupsi nya adalah ibadah ke tanah suci. Dugaan adanya mark up biaya
(beban) menyebabkan kerugian negara oleh penyimpang kewenangan. Beban
(biaya) tidak disajikan dan diungkapkan dengan sebenarnya, mungkin sejak dari
pengakuan dan pengukuran diduga sudah terjadinya indikasi perbuatan korupsi.
Research yang dilakukan oleh ICW pada tahun 2010 menghasilkan temuan
adanya indikasi korupsi telah terkonfirmasi dengan adanya penyelidikan dan
penyidikan oleh KPK pada tahun 2013. Ini merupakan kontribusi oleh lembaga
swasta yang mempunyai keandalan dan kesadaran yang tinggi terhadap
munculnya korupsi di Indonesia.
4.2
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah dimana kita sebagai pribadi
diharapkan untuk mengeluarkan suatu pendapat sesuai dengan kenyataan yang
ada. Terlebih khusus bagi seorang akuntan yang bertugas untuk menyusun
anggaran dan laporan keuangan, beban harus mulai diakui, disajikan dan
diungkapkan dengan nyata. Kemudian diharapkan kepada pembaca bisa
mengambil hikmah yang sama, yaitu keinginan anti korupsi dan berkontribusi
untuk pencegahan atau penindakan anti korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
40
41