Anda di halaman 1dari 8

REFLEKSI KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 19-11-2016


Jam

Ruangan : IGD Kebidanan RSUD Undata

: 14.25 WITA

IDENTITAS
Nama

: Ny. M

Nama Suami : Tn. R

Umur

: 19 tahun

Umur

: 21 tahun

Alamat

: Jl. Juanda No.30

Alamat

:Jl.Juanda No.30

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

ANAMNESIS
GIP0A0

Usia Kehamilan : 37-38 minggu

HPHT : 05-02-2016

Menarche

: 12 tahun

TP

Perkawinan

: 1 tahun

: 12-06-2017

Keluhan Utama

: Sesak nafas dan nyeri perut tembus

belakang
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien masuk IGD Kebidanan dengan keluhan sesak nafas disertai dada
terasa berat dan nyeri perut tembus belakang, sejak 10 jam sebelum masuk rumah
sakit, pelepasan lendir (+), darah (-), air (-) sejak 1 hari yg lalu. Mual (-), muntah
(-), pusing (-), sakit kepala (-).batuk berlendir (+).
Sebelumnya, pasien memiliki riwayat asthma yang diderita sejak kecil.
Sesak nafas timbul pada saat pasien terkena udara dingin. Selama kehamilan ini
dalam sebulan biasanya pasien mengeluhkan mengalami sesak nafas sebanyak 2
kali dan kadang tidak menentu akan tetapi tidak dirasakan setiap hari.

A. PEMERIKSAAN FISIK
KU

: Sedang

Kesadaran

: Kompos mentis

BB

: 50 Kg

TB

: 155 cm

TTV :
Tek. Darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 100x/menit

Respirasi

: 30x/menit

Suhu

: 36,7C

Thorax
:
I : retraksi dinding dada (+), sikatriks (-)
P : Vocal fremitus simetris kiri dan kanan
P : Hipersonor +/+
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing +/+. Bunyi jantung
I/II murni reguler
PemeriksaanObstetri :
PemeriksaanLuar
-

Palpasi abdomen:
-

Leopold I

: bagian tertinggi janin teraba lunak kesan bokong, TFU 28

cm.
-

Leopold II

: bagian kiri ibu teraba berbenjol-benjol kesan ekstremitas,

bagian kanan ibu teraba datar kesan punggung.


-

Leopold III

: bagian terendah janin teraba bundar dan keras kesan

kepala.
-

Leopold IV

: konvergen

DJJ

: 128 kali/menit, reguler

HIS

: 1x/10 menit durasi 20-25x/menit

Pergerakan Janin : +
2

Janin Tunggal
TBJ

: +

: 2635 gr

PemeriksaanDalam

Vulva/Vagina
: Lesi tidak ada
Porsio
: Lunak, Tipis
Pembukaan
: 2-3 cm
Pengeluaran
: Lendir (-), Darah (+), Air (-)
Penurunan Kepala : Hodge I

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah rutin:

Parameter

Hasil

Satuan

Range Normal

WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
RDW-CV
RDW-SD
NEUT %
LYM %

12,3
3.87
8,6
27,6
71
22,3
31,3
425
66,6
25,5

103/uL
106/uL
g/dL
%
fL
pg
g/dL
103/uL
%
fL
%
%

4,8 10,8
4,7 6,1
14 18
42 52
80 99
27 31
33 37
150 450
11,5 14,5
37 54
40 74
19 48

Immunoserologi : HbsAg Non-reaktif

C. PERMASALAHAN
Pada kasus ini, perempuan 19 tahun dengan GIP0A0 dengan usia
kehamilan 37-38 minggu datang dengan keluhan sesak nafas dan terasa
3

berat yang disertai sakit perut tembus belakang dan pengeluaran lendir dari
jalan lahir. Dari pemeriksaan fisik dan obstetri didapatkan suara
pernapasan Wheezing (+/+), serviks membuka 1 cm, portio tipis,
penurunan kepala Hodge 1, ketuban utuh. Pasien memiliki riwayat asthma
sebelumnya dan selama kehamilan mendapatkan serangan sebanyak 2x
setiap bulanya dan kadang tidak menentu. sebelumnya pasien sudah
menghirup obat yang biasa digunakan ketika serangan terjadi akan tetapi
tidak memberikan perubahan oleh karena itu pasien segera ke Rumah
sakit.
D. DIAGNOSA
GIP0A0 + Gravid 37-38 minggu + Inpartu kala I fase laten + Asthma
Bronchial Persisten Ringan

E. PENATALAKSANAAN
Intervensi perawatan :
Rencana rawat inap
Rencana Melakukan persalinan normal
Istrahat yang cukup
Observasi BJF, HIS, dan kemajuan persalinan
Melakukan pemeriksaan Fungsi Paru melalui Spirometri
Konsul Interna
Intervensi pengobatan
O2 2-4 Lpm
IVFD RL 28 Tpm
Nebulizer Beta-agonis inhalasi (Salbutamol 1 flc), Jika tidak
membaik pemberian salbutamol inhalasi dapat diulangi sebanyak

2x, (dalam 1 jam) + Kortikosteroid Inhalasi


Transfusi PRC 1 kantong
SF 1x1

PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien GIP0A0 dengan usia kehamilan 37-38 minggu
datang dengan keluhan sesak nafas dan dada terasa berat, disertai batuk berlendir.
Sebelum kehamilan, pasien memiliki riwayat asthma dan selama kehamilan
mendapatkan serangan sebanyak 2x setiap bulanya akibat cuaca dingin dan
kadang tidak menentu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Suara pernapasan
tambahan berupa Wheezing (+/+), Dari hasil pemeriksaan terhadap pasien, hal
tersebut sesuei dengan teori untuk Asthma bronchial Persisten Ringan, yaitu
Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan, Gejala
berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan diawali oleh faktor pencetus
yang bersifat individu, serta bunyi pernapasan tambahan berupa Wheezing (+/+)
yang dirasakan >1x/ mgg, tetapi < 1x/hari, Gejala malam >2x/bln tetapi <1x/
minggu, Pasien juga datang dengan keluhan sakit perut tembus belakang dan

pengeluaran lendir dari jalan lahir. Dari pemeriksaan obstetri didapatkan serviks
membuka 1 cm, portio tipis, penurunan kepala H1, ketuban utuh, yang
menandakan pasien masuk dalam fase inpartu kala I fase laten. [1,2,3]
Intervensi Perawatan yang diberikan terhadap pasien berupa rencana rawat
inap, mengobservasi BJF, HIS, dan kemajuan persalinan, dan melakukan
persalinan normal dikarenakan pada saat pemeriksaan obstetri dilakukan pasien
memasuki masa persalinan fase I kala fase laten. Pemeriksaan Selama kehamilan
berat penyakit asma dapat berubah sehingga penderita memerlukan pengaturan
jenis dan dosis obat asma yang dipakai. Penelitian retrospektif memperlihatkan
bahwa selama kehamilan 1/3 penderita mengalami perburukan penyakit, 1/3 lagi
menunjukkan perbaikan dan 1/3 sisanya tidak mengalami perubahan. Meskipun
selama kehamilan pemberian obat-obat harus hati-hati, tetapi asma yang tidak
terkontrol bisa menimbulkan masalah pada bayi berupa peningkatan kematian
perinatal, pertumbuhan janin terhambat dan lahir prematur, peningkatan insidensi
operasi caesar, berat badan lahir rendah dan perdarahan postpartum. Prognosis
bayi yang lahir dari ibu menderita asma tapi terkontrol sebanding dengan
prognosis bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita asma. Oleh sebab itu
mengontrol asma selama kehamilan sangat penting untuk mencegah keadaan yang
tidak diinginkan baik pada ibu maupun janinnya. Melakukan pemeriksaan fungsi
paru melalui spirometry bertujuan untuk menilai PEFR (peak expiratory flow
rate) atau FEV1( Forced expiratory volume in 1 second),secara kontinu
merupakan ukuran terbaik untuk menilai keparahan [1,2,3]

Intervensi pengobatan yang diberikan kepada pasien berupa pemberian


Oksigen untuk mempertahankan PO2 lebih dari 60 mmhg, dan sedapat mungkin
normal, bersamaan dengan saturasi oksigen 95 %. Pemberian Nebulizer inhalasi
Beta-agonis inhalasi salbutamol pada pasien telah sesuei dengan teori untuk
penanganan awal/lini pertama untuk asma persisten ringan, dimana pemeberianya
dapat diulangi sebanyak 2x selang 20 menit selama 1 jam pertama. Pemberian
kortikosteroid inhalasi juga sangat membantu dalam penanganan asma akut
dikarenakan berfungsi sebagai obat inflamasi, pada pasien ini tidak diberikan
kortikosteroid inflamasi dikarenakan setelah 1x pemberian nebulizer pasien
memperlihatkan respon yang baik[1,2,3]
Pemberian Transfusi darah pada pasien hamil diberikan apabila kadar
hemoglobin 7 gr/dl, dimana bertujuan untuk meningkatkan daya angkut oksigen
pada pasien anemia dan hipotensi ortostatik sekunder karena kehilangan darah.
Akan tetapi pada pasien ini diberikan transfusi 1 kantong PRC dan preparat zat
besi dikarenakan dari pemeriksaan laboratorium yang menunjukan kadar
Hemoglobin pasien yaitu 8,6 gr/dl serta pasien memiliki kondisi riwayat penyakit
paru-paru kronis (asthma bronchial) [1,2,3]

DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono,P, dkk, 2010. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
2. Cunningham.F.G, et all. 2013. Obstetri Wiiliams. Edisi 23. Volume 2. Badan
Penerbit EGC : Jakarta

3. PDPI.2013. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia.


Acecesed on : http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.pdf

Anda mungkin juga menyukai