Anda di halaman 1dari 18

A.

KONSEP ASFIKSIA NEONATORUM


I.

PENGERTIAN
1.

Asfiksia neonaturium adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat

bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. ( Hanifa.2005:709)


2.

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara

spontan dan teratur (APN.2007:107)


3.

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis.

(Saifuddin.2006:347)
4. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di
dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (PaCO2 meningkat) dan asidosis.
(www.teguhsubianto.blogspot.com/2009/07)
5.

Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami

gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2.


(www.strisnoners.blogspot.com/2008/03)
II.

ETIOLOGI

1. Faktor ibu
Preaklampsia dan eklampsia
Demam selama persalinan
Infeksi berat seperti malaria, sipilis, TBC, HIV
Kehamilan lewat waktu / sesudah umur 42 minggu kehamilan (APN. 2007 : 108)
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, anemia,
hipertensi dan penyakit jantung. (Hanifa. 2005: 709)
Gangguan His misalnya hipertoni dan tetani.
Hipoksi ibu, oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi
selama anestesi. (Hanifa.2005:710)
2. Faktor plasenta
Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan misalnya pada plasenta previa.
(Hanifa.2005:710)
Perdarahan abnormal atau plasenta previa dan solusio plasenta. (APN.2007:108)
Plasenta tipis
Plasenta kecil

Plasenta tak menempel


3. Faktor janin / neonatus
Bayi Prematur ( sebelum 37 minggu kehamilan ) (APN.2007:108)
Air ketuban bercampur mekonium/ warna kehijauan.
Depresi pernafasan karena obat-obat anestesia atau analgetika yang

diberikan kepada ibu.

(Hanifa.2005:710)
Gemeli.
Perdarahan Intra cranial.
Kelainan congenital (Hernia diafragmatika, atresia saluran pernafasan,

hipoplasia paru-

paru). (Hanifa.2005:710)
Hipoksia Intrapartum.
Asfiksia Intrauterin. (Saifuddin. 2006: 347)
4. Faktor persalinan
Partus lama atau partus macet.
Partus dengan tindakan (sunasang, bayi kembar, distosia bahu, ekstrasi vakum, ekstrasi
forsep).
(APN.2007:108)
5. Faktor Tali Pusat
Adalah factor yang menyebabkan penurunan sirkulasi Utero-Plasenter yang berakibat
menurunnya pasokan oksigen kebayi yaitu :
1. Tali pusat menumbung,
2. lilitan tali pusat,
3. Simpul tali pusat,
4. Prolaps tali pusat, antara janin dan jalan lahir.
(APN.2007:108)
III.

PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa

kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan
yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primarg gasping yang kemudian
akan berlanjut dengan pernafasan.

Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan


persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi
ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
(www.wonderfulnurs.com/28/06/2009)
Pada tingkat permulaan gangguan pertukaran gas transport O2 mungkin hanya
menimbulkan Asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh terjadi metabolism
anaerobic. Proses ini berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber-sumber glikogen
tubuh terutama dalam jantung dan hati berkurang.Asam-asam organic yang dihasilkan akibat
metabolismus ini akan menyebabkan terjadinya Asidosis metabolic. Pada tingkat lebih lanjut
akan terjadi gangguan kardiovaskuler.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler ini mempunyai akibat buruk terhadap sel-sel
otak dan dapat menyebabkan kematian anak atau timbulnya gejala-gejala lanjut pada anak
yang hidup.
Dalam garis besar perubahan-perubahan yang terjadi pada asfiksia adalah:
1. Menurunnya tekanan O2 arterial
2. Meningkatnya tekanan CO2
3. Turunnya pH darah
4. Dipakainya simpanan glikogen tubuh untuk metabolismus anaerobic.
5. Terjadinya perubahan system kardiovaskuler.
(Hanifa.2005:710)
IV.

TANDA DAN GEJALA

Tidak bernafas atau bernafas megap megap


Warna kulit kebiruan
Kejang
Penurunan kesadaran. (APN.2007:109)
Reflek / respon bayi melemah
Tonus otot menurun
Denyut Jantung Janin berkurang
Frekuensi normal ialah antara 120-160 x/menit. Selama His frekuensi ini bisa turun, tetapi di
luar His kembali lagi pada keadaan semula. Peningkatan denyut jantung umumnya tidak

banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 x/menit diluar His,
dan lebih- lebih tidak teratur, hal ini merupakan tanda bahaya. (Hanifa.2005:710)

V.

KLASIFIKASI

1. Vigorous Baby asphyksia ringan


Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

2. Mild Moderate asphyksia /asphyksia sedang


Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x
permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih
dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum.
(www.pjmpkt.tripod.com/08/04/2008)
VI.

PENATALAKSANAAN
Segera setelah bayi baru lahir perlu di identifikasi adau dikenal secara cepat, supaya

dapat dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak. Tindakan ini merupakan
langkah awal resusitasi bayi baru lahir. Tujuannya supaya intervensi yang diberikan bisa
dilaksanakan secara cepat dan tepat atau tidak terlambat.
(Hanifa.2005:712)
Tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi dapat dibagi dalam 2 golongan:
a)

Tindakan Umum

Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nilai APGAR.
Mencegah atau mengurangi kehilangan panas dari tubuh bayi.
Menggunakan sinar lampu untuk mengurangi evaporasi, untuk pemanasan luar dan untuk
mengeringkan tubuh bayi.

Meletakkan bayi dengan posisi kepala lebih rendah dan penghisapan saluran pernafasan
bagian atas segera dilakukan (dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak mukosa)
Bila bayi belum memperlihatkan usaha bernafas, lakukan rangsangan nyeri dengan cara
mrmukul kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles, atau pada bayi tertentu diberi vitamin
K.
(Hanifa.2005:712)
Tindakan lain yang bis dilakukan pada Asfiksia Ringan adalah

o Bayi dibungkus dengan kain hangat


o Bersihkan jalan nafas
o Bersihkan badan dan tali pusat
o Observasi, Masukkan inkubator
(A.A.Hidayat.2008:128-129)
b)

Tindakan Khusus

Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa hasil.


Prosedur dikerjakan sesuai dengan beratnya asfiksia atau dinyatakan oleh APGAR skor.
1. Asfiksia Sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernapsan.

Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus

segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt,
bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka
dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20
kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi
dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit.

Sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan,

ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari
ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong
diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan
perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul.

Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjadi

penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot. Dalam hal demikian bayi harus
diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat.

(Hanifa.2005:713-714)
Tindakan lain untuk menangani asfiksia sedang adalah

Bersihkan jalan nafas

Beri O2 2 L/menit

Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki, bila tidak bereaksi bantu dengan

masker (ambubag)

Bila bayi sudah bernafas tapi masih sianosis, beri natrium bikarbonat 75 % sebanyak 6cc,

dekstrosa 40 % 4cc melalui vena umbilicus.


(A.A.Hidayat.2008:128-129)
2. Asfiksia Berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru

dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi
endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg.

Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4

mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini
disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan
terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung.

Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali.

Bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung,

maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.

Tindakan tersebut diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali

satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks.

Jika tindakan tersebut tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini

disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan
organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
(Hanifa.2005:712-713)
Tindakan lain untuk menangani Asfiksia Berat adalah :
o Bersihkan jaln nafas sambil pompa melalui Ambubag
o Beri O2 4-5 liter/ menit
o Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT.
o Bersihkan jalan nafas melalui ETT

o Bila bayi sudah bernafas tapi masih sianosis, beri natrium bikarbonat 75 % sebanyak 6cc,
dekstrosa 40 % 4cc melalui vena umbilicus.
(A.A.Hidayat.2008:128-129)
VII.

KOMPLIKASI

1. Edema otak & Perdarahan otak.


Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi
renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga
dapat menimbulkan perdarahan otak.
(www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm/01/06/2008)
2. Anuria atau Oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal
istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi.
Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan
ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
(www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm/01/06/2008)
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport
O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini
dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
(www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm/01/06/2008)
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena
beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
(www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm/01/06/2008)
VIII.

PROGNOSA

Asfiksia ringan : Baik


Asfiksia Sedang tergantung kecepatan pentalaksanaan bila cepat prognosa baik.

Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama,atau kelainan syaraf
permanen. Asfiksia dengan Ph 6,9 dapat menyebabkan kejang, sampai koma dan kelainan
neurologis yang permanent, misalnya cerebral palsy, mental retardation.
(www.authorstream.com/presentation: 06/2009)
IX.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
pH (normal 7,35-7,45). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
(A.A.Hidayat.2006:53-54)
PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering
terjadi hiperapnea.
PO2 (normal 50-70 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung turun karena
terjadi hipoksia progresif.
( Ledwig.2006: 188)

B. ASUHAN KEBIDANAN ASFIKSIA NEONATORUM


I.

PENGKAJIAN

Data Subyektif :
A. Biodata
Sering terjadi pada bayi baru lahir.
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
B. Riwayat antenatal
Yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus asfiksia yaitu:
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler
dan paru. (Hanifa.2005:709)
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, inkompetensia
serviks, hidramnion, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm. (www.Zhukmakesehatan.blogspot.com /06/2009)
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan
periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.

Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun. (www.Zhukmakesehatan.blogspot.com /06/2009)
Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm). (APN.2007:108)

C. Riwayat natal
Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada
bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
Kala I : ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum baik solusio plasenta
maupun plasenta previa. (APN.2007:108)
Kala II : Persalinan atau kelahiran dengan komplikasi atau sulit,gawat janin,persalinan
dengan tindakan. ( Pamilih.2007: 50)
Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu sistem pernafasan. (www.Zhukmakesehatan.blogspot.com /06/2009)
Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose)
yang dapat menekan sistem pusat pernafasan. (Hanifa.2005:709)
D. Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS
(4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan. Akan tetapi penilaian bayi harus dimulai
segera sesudah bayi lahir, penilain untuk resusitasi semata-mata ditentukan oleh 3 hal yautu :
Pernafasan, Denyut jantung dan warna kulit.
(Saifuddin.2006:349)
Berat badan Lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram). Bayi kecil atau
kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau lahir sebelum usia gestasi 37 minggu. ( Pamilih.2007:
49)
Adanya kelainan kongenital : Hernia diafragmatika, atresia saluran pernafasan, hipoplasia
paru-paru. (Hanifa.2005:709)
E. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah
aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai
dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk

mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat


intravena. (www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
F. Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia
Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat
atau pantang makanan tertentu.
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
G. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan
perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan asfiksia karena memerlukan perawatan yang intensif.
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
H. Eliminasi
Intake makanan mungkin terhambat,warna urine kuning jernih,warna feses mekonium
dengan konsistensi cair.
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi adanya mekonium dalam
air ketuban pad presentasi kepala menunjukkan gangguan oksigenasi. (Hanifa.2005 :711)

Data Objektif :
A. Keadaan Umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila
menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak
ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
B. Tanda-Tanda Vital

Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko
terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C
37,50C.
( Pamilih.2007 :16-17)
Frekuensi jantung normal antara 120-140 kali per menit, tapi bukan hal yang luar biasa
jika frekuensi jantung lebih dari 160 x/menit selama periode waktu yang singkat selama
beberapa hari pertama kehidupan, khususnya jika bayi mengalami kegawatdaruratan.
( Pamilih.2007: 16-17)
Frekuensi pernafasan yang secara konsisten lebih dari 60 x/menit atau kurang dari 30
x/menit. Apnea/henti nafas spontan selama lebih dari 20 detik. Sedangkan respirasi normal
antara 30-60 kali permenit, tanpa tarikan dinding dada ke dalam atau grunting pada saat
ekspirasi.
( Pamilih.2007: 14-15)
C. Pemeriksaan fisik
Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat
lanogo dan verniks.
( A.A.Hidayat.2006:157)
Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
Mata
Perdarahan sub konjungtiva atau bintik merah terang dibawah konjungtiva salah satu atau
kedua mata.
( Pamilih.2007: 24)
Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
(A.A. Hidayat.2008: 74)
Mulut
Lidah dan bibir biru atau sianosis sentral.
( Pamilih.2007: 36)
Telinga

Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan


(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi
bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
Abdomen
Distensi Abdomen.
( Pamilih.2007: 26)
Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda infeksi pada tali
pusat: yaitu umbilicus berwarna merah,bengkak, mengeluarkan pus/ berbau busuk.
Umbilikus yang normal berwarna putih kebiruan pada hari ke-1, kemudian mulai mengering
dam menyusut kemudian lepas setelah 7-10 hari) .
( Pamilih.2007: 23)
Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)

Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)

Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat
memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.
(www.Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009)
D. Pemeriksaan Penunjang
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
pH (normal 7,35-7,45). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
(A.A.Hidayat.2006:53-54)
PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering
terjadi hiperapnea.
PO2 (normal 50-70 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung turun karena
terjadi hipoksia progresif.
( Ledwig.2006: 188)
II.

MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH

Diagnosa

: Asfiksia Neonatorum

Masalah

1. Nafas megap-megap
2. Pucat dan sianosis
3. Hipotermi
4. Nutrisi kurang
( www.wonderfulnurs.com: 28/06/2009)
III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Diagnosa potensial:
1. Edema otak & Perdarahan otak
2. Anuria atau Oliguria
3. Kejang
4. Koma
(www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm/01/06/2008)

Masalah Potensial

: Keadaan yang semakin memburuk, kematian.


(www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm/01/06/2008)

IV. KEBUTUHAN

Resusitasi
Hangatkan Bayi
ASI
(www.wonderfulnurs.com: 28/06/2009)
V.

TUJUAN

Dalam waktu singkat BBL dapat menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang cukup baik
dalam bernafas.
Keadaan umum bayi stabil
Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
(www.wonderfulnurs.com: 28/06/2009)
VI. KRITERIA HASIL
Sianosis (-)
Suara nafas tidak ada(mengorok,ronkhi)
BBL tidak mengalami hipotermi
BB normal > 2500 gr
Keadaan Umum Baik
Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5c)
Nadi 120-160 x / menit
RR 30-40 x/menit
Reflek Hisap baik
Reflek telan baik
Tangisan kuat
(www.wonderfulnurs.com: 28/06/2009)
VII. INTERVENSI
NO
1.

INTERVENSI
Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.

2.

3.

RASIONAL
Mencegah resiko terjadinya infeksi silang.
(www.indonurs.webing.com/2009)

(www.indonurs.webing.com/2009)
Selimuti bayi dengan selimut/kain

Kain basah didekat tubuh bayi dapat

bersih dan hangat .

menyerap panas tubuh bayi melalui proses

( APN.2007:97)

radiasi.

Selimuti bagian kepala bayi.

( APN.2007:97)
Bagian kepala

bayi

mempunyai

luas

(APN.2007:97)

permukaan yang relative luas dan bayi akan


dengan cepat kehilangan panas jika bagian

4.

Tempatkan bayi pada tempat yang

tersebut idak tertutup. (APN.2007:97)


Mempertahankan suhu lingkungan agar

hangat atau inkubator.

bayi tidak merasa dingin. Penggunaan sinar

(Hanifa.2005:97)

lampu

untuk

pemanasan

luar,

mengeringkan tubuh bayi, dan mengurangi


5.

6.

Pantau pemberian O2 tiap 30

evaporasi. (Hanifa.2005: 712)


Membantu mempertahankan ventilasi O2

menit.

pada paru dalam upaya mengatasi asfiksia.

(www.wonderfulners.com/28/16/2

(www.wonderfulners.com/28/16/2009)

009)
Kaji ulang pernafasan dan pola

Untuk

nafas, perhatikan adanya apnea

gangguan

dan perubahan frekuensi jantung

tindakan yang sesuai.

tonus otot dan warna kulit tiap 30

(Ladwig.2006;187)

menentukan

derajat

pernafasan

dan

gangguanmenentukan

menit.
7.

(Ladwig.2006;187)
0bservasi Keadaan umum dan

Untuk

TTV.

kelainan pada frekuensi nadi, suhu, sedini

(www.Zhukma-

mungkin sehingga dapat segera ditentukan

kesehatan.blogspot.com /06/2009)

tindakan yang sesuai.

mengetahui

adanya

kelainan

(www.Zhukmakesehatan.blogspot.com

06/2009)
8.

9.

Posisikan bayi dengan posisi

Memudahkan drainase mucus.

dorso fleksi kepala.

(www.indonurs.webing.com/2009)

(Saifuddin.2006:352)
Berikan minum ASI sedikit demi

Pemenuhan

sedikit tapi sering.

cukup sesuai kebutuhan dapat menunjang

(www.wonderfulners.com/28/16/2

peningkatan

009)

mencegah
merangsang
menelan.
mencerna

kebutuhan
BB

nutrisi,makanan

yang

adekuat

dan

terjadinya

dehidrasi

serta

reflek

menghisap

dan

menelan

dan

Kemampuan
makanan

masih

terbatas

mengingat hubungan esophagus bawah dan


lambung masih belum sempurna yang
dapat

menyebabkan

kapasitasnya

terbatas

gumoh

dan
30cc.

(A.A.Hidayat.2008:65)

VIII. IMPLEMENTASI
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Menyelimuti bayi dengan selimut/kain bersih dan hangat .
3. Menyelimuti bagian kepala bayi
4. Menempatkan bayi pada tempat yang hangat atau inkubator
5. Memantau pemberian O2 tiap 30 menit.
6. Mengkaji ulang pernafasan dan pola nafas, perhatikan adanya apnea dan perubahan
frekuensi jantung tonus otot dan warna kulit tiap 30 menit.
7. Mengobservasi Keadaan umum dan TTV
8. Memposisikan bayi dengan posisi dorso fleksi kepala
9. Memberikan minum ASI sedikit demi sedikit tapi sering.
IX. EVALUASI
1. Kebutuhan oksigen terpenuhi
2. Bayi tidak mengalami sianosis
3. Hipotermi teratasi dan bebas dari tanda-tanda stress dingin
4. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir terpenuhi

DAFTAR PUSTAKA
----. 2007. Pelatihan Asuhan Persalinana Normal. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan
Klinik.
Asuhan keperawatan anak dengan asfiksia neonatorum.html. www.wonderfulnurs.com:
28/06/2009
Eko Karyuni, Pamilih.2007.Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
Hidayat, A.Aziz Alimul .2008. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A.Aziz Alimul.2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik kebidanan. Jakarta:
Salemba Medaika.
http://Zhukma-kesehatan.blogspot.com /06/2009
Kamarullah, munir. Asfiksia neonatorum.http ://pjmpkt.tripod.com: 8 april 2008.
Pola cidera asfiksia.html. http ://Freewebs.comasfiksia : 01/06/2008.
Saifuddin, Prof dr. Abdul Bari SpOG.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Subianti,
teguh.
2007.
asuhan-keperawatan-asfiksia-neonatorum.html.
://teguhsubianto.blogspot.com : 2009/07.

http

Sutrisno, S.Kep, Ners.2008. Asfiksia.html. http ://strisnoners.blogspot.com : 03/2008.


Wiknjosastro Prof dr.Hanifa SpOG.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
www.indonurs.webing.com/2009
Zhukma, RSS. http ://authorstream.com/presentation :06/2009

Anda mungkin juga menyukai