Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM
: 1414142001
kelas
kelompok
: II
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan/ Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.
Makassar,
Asisten,
Koordinator Asisten,
Desember 2016
Muh. Syahrullah
NIM. 1314142007
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan adalah salah satu organisme yang mampu melakukan
pembiakan guna mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Tumbuhan
dapat melakukan pembiakan dengan cara vegetatif dan dapat melakukannya
derngan cara generatif yaitu melalui perkawinan. Pembiakan pada tanaman
pada umumnya dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan manusia.
Pembiakan dengan cara vegetatif sebagian besar dilakukan oleh manusia
agar diperoleh anakan yang sesuai dengan harapan. Tanaman melakukan
perkembangbiakan
untuk
mempertahankan
jenisnya
dan
peningkatan
kelebihan
dibandingkan
perbanyakan
tanaman
generatif.
Kelebihan
tersebut
antara
lain
tidak
intensif
akan
dapat
meningkatkan
keberhasilan
rehabilitasi lahan.
Kultur jaringan banyak dilakukan oleh orang-orang ahli dibidangnya,
namun selaku mahasiswa Biologi kita dapat melakukan hal yang serupa,
dengan memulai kultur jaringan pada tumbuhan-tumbuhan yang mudah untuk
didapatkan dan nilai ekonomisnya tinggi. Kultur dilakukan dalam suatu
praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan dengan harapan memperoleh produk.
Keberhasilan kultur tentunya didukung oleh medium yang sesuai dan cara
penanaman yang aseptis. Kultur jaringan ini juga tentunya dapat diterapkan
untuk tumbuhan-tumbuhan jenis tertentu yang langka, sehingga nantinya jenis
tertentu dapat lestari dengan begitu memperbaiki pula keanekaragaman yang
dimiliki.
Praktikum kultur jaringan dilakukan pada beberapa jenis tumbuhan yang
secara umum pemanfaatannya dapat digunakan oleh semua masyarakat, akan
tetapi pertumbuhan dan perkembangannya masih sulit untuk dibudidayakan,
sehingga dianggap perlu untuk dikembangkan secara vegetatif atau budidaya
kultur jaringan. Berdasarkan teori tersebut, maka praktikum kultur jaringan ini
penting untuk dilaksanakan. Adapun di antara sekian banyak jenis tumbuhan
yang dapat dikultur jaringan, pada praktikum ini akan dilakukan subkultur pada
tanaman anggrek.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui teknik sterilisasi ruangan yang akan digunakan dalam
kultur jaringan.
2. Untuk mengetahui teknik sterilisasi alat yang akan digunakan dalam
kultur jaringan.
3. Untuk mengetahui teknik subkultur Anggrek.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini, yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui teknik sterilisasi ruangan yang akan
digunakan dalam kultur jaringan.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui teknik sterilisasi alat yang akan
digunakan dalam kultur jaringan.
3. Agar mahasiswa dapat engetahui teknik subkultur Anggrek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan tanaman saat ini merupakan teknologi yang mapan. Seperti
banyak teknologi lainnya, telah melalui tahap evolusi yang berbeda,
keingintahuan ilmiah, penelitian alat, aplikasi baru dan eksploitasi massa.
Mulanya, kultur jaringan tanaman dimanfaatkan sebagai alat penelitian dan
difokuskan pada upaya untuk budaya dan mempelajari pengembangan dari kecil,
segmen terisolasi dari jaringan tanaman atau sel terisolasi. Sekitar pertengahan
abad kedua puluh. Gagasan bahwa tanaman dapat diregenerasi atau dikalikan dari
baik kalus atau kultur organ diterima secara luas dan aplikasi praktis dalam
industri perbanyakan tanaman terjadi (Idowu, 2009).
Ada berbagai jenis kultur jaringan tanaman, kalus budaya, kultur suspensi sel,
kultur protoplas, kultur eksplan, kultur mikrospora, kultur embrio, kultur ovarium,
kultur akar, ujung akar dan kultur meristem, kultur serbuk sari, kultur organ,
kultur nukleus (Agarwal, 2015).
Perbanyakan tanaman secara in vitro atau yang lebih dikenal dengan kultur
jaringan terbukti dapat meningkatkan ketersediaan bibit tanaman dalam jumlah
besar dan seragam dalam waktu relatif singkat. Aplikasi teknologi ini telah banyak
dilakukan terhadap berbagai spesies tanaman, diantaranya seperti yang dilakukan
oleh Hutami dalam Oktafiani dkk (2010) untuk perbanyakan tanaman nilam
khimera, Mariska dalam Oktafiani dkk (2010) dalam upaya penyediaan benih
tanaman jahe dan Kosmiatin dalam Oktafiani dkk (2010) dalam upaya
perbanyakan gaharu.
Pertumbuhan organ, jaringan, baik pada kultur maupun pada tanaman biasa,
ditentukan oleh kondisi fisiologi jaringan. Respons tanaman terhadap perubahan
kondisi pertumbuhan harus dimediasi oleh perubahan fisiologis jaringan. Dalam
praktiknya hal ini bahwa kondisi yang tepat diperlukan untuk memungkinkan
respons pertumbuhan tertentu pada kultur bergantung pada status fisiologis bahan
tanaman (Yuliarti, 2010).
terhadap
pertumbuhan
planlet
anggrek
Dendrobium,
dilaporkan
bahwa
teknik ini
secara optimal diperlukan penguasaan kondisi yang tepat untuk pertumbuhan dan
perkembangan anggrek secara in vitro. Salah satunya adalah pemakaian media
kultur dengan kandungan komponen- komponennya yang tepat dan mampu
merangsang perbanyakan protocorm like bodies (PLB) ataupun tunas (Tuhuteru,
2012).
Sangat
disayangkan,
keanekaragaman
anggrek
tersebut
terancam
anggrek
yang
memiliki
sifat
sama
dengan
induknya
dan
Teknik kultur jaringan akan berhasil apabila syarat syarat yang perlukan
terpenuhi. Syarat syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan dasar
untuk pembentukan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan aseptik dan
pengaturan udara yang baik. Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat di
tumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih dari bagian meristem, misalnya daun muda,
ujung akar, ujung batang dan sebagainya. Bila menggunakan embrio atau
bagianbagian biji yang lain sebagai eksplan, perlu diperhatikan kemasakan
embrio, waktu imbibisi, temperatur, dan dormansi (Panjaitan, 2005).
Kultur jaringan adalah salah satu metode dalam perbanyakan tanaman anggrek,
dengan
mengambil
bagian-bagian
tanaman
anggrek
(eksplan)
serta
penting yang digunakan sebagai penyusun sel. Dengan adanya sukrosa yang
cukup, maka pembelahan, pembesaran dan diferensiasi sel selanjutnya dapat
berlangsung dengan baik. 1-2% sukrosa, 2% fruktosa, 1-3% glukosa serta 2% gula
pasir memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan planlet anggrek
Dendrobium dibandingkan media tanpa sumber karbohidrat sederhana (Hardiana,
2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Eksplan Krisan
Alkohol 70%
Aquadest
Medium MS, Growmore, dan Gandasil
Spiritus
Kertas saring
Tissue
Masker
Plastik wrap
Aluminium foil
Kertas label
C. Prosedur Kerja
1. Sterilisasi ruangan
Membersihkan ruangan kultur jaringan dengan menggunakan pembersih
(sapu, kemoceng, kain pel dan lap).
2. Sterilisasi Alat
a.Semua alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan kultur jaringan
disterilkan.
b.
Botol dan alat-alat penunjang dicuci dengan sabun cuci.
c.Alkohol 70% disemprotkan, kemudian alat dimasukkan ke dalam plastik
bening.
d.
3. Sub-kultur Kentang
a. Alat dan bahan disiapkan untuk dimasukkan kedalam enkas.
b. Tangan dan meja kerja disemprotkan dengan alkohol 70% kemudian
membersihkannya dengan tissue.
c. Alkohol juga disemprotkan diseluruh bagian alat dan bahan yang
dimasukkan kedalam enkas.
d. Alat diseksi steril dipijarkan diatas bunsen.
e. Planlet Kentang diambil dari dalam botol kultur kemudian diletakkan
ditas cawan petri.
f. Planlet yang telah dikeluarkan dari botol kultur kemudian dipotong
dibagian dekat aksilar batang.
g. Hasil potongan planlet kemudian dipindahkan kedala botol kultur baru
dengan cara menanamnya 3-4 bagian.
h. Botol kultur ditutup kembali dengan aluminium foil dan plastik wrap.
i. Melakukan pengamatan selama 1 minggu.
\
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
NO
Gambar
Keterangan
Botol I
Hari ke-0 (21/12/2016)
Medium Growmore 1g +
1
40g Sukrosa
Suhu: 18,6OC
Kelembaban: 74%
Botol II
Hari ke-0 (21/12/2016)
Medium Growmore 1g +
40g Sukrosa
Suhu: 18,6OC
Kelembaban: 74%
Botol I
Hari ke-2 (23/12/2016)
Medium Growmore 1g +
40g Sukrosa
Suhu: 22,9OC
Kelembaban: 87%
Tidak terkontaminasi.
Belum ada perubahan pada
planlet.
Botol II
Hari ke-2 (23/12/2016)
Medium Growmore 1g +
40g Sukrosa
Suhu: 22,9 OC
Kelembaban: 87%
Tidak terkontaminasi.
Belum ada perubahan pada
planlet.
Botol I
Hari ke-6 (27/12/2016)
Medium Growmore 1g +
40g Sukrosa
Suhu: 17,4OC
Kelembaban: 68%
Medium terkontaminasi
Botol III
Hari ke-5 (27/12/2016)
Medium Growmore 1g +
40g Sukrosa
Suhu: 17,4OC
Kelembaban: 68%
Medium terkontaminasi
B. Pembahasan
1. Sterilisasi Ruangan
Sterilisasi ruangan atau lingkungan kerja dilakukan setiap hari dengan
cara menyapu lantai. Serta menyemprot ruangan dengan menggunakan
alkohol 70% tiap kali keluar masuk ruangan dan formalin 10% tiap sekali
seminggu, hal ini bertujuan untuk membunuh bakteri dan spora jamur yang
terbang terbawa udara.
2. Sterilisasi Alat
Beberapa alat dalam kultur jaringan harus disterilkan terlebih dahulu
sebelu digunakan diantaranya gunting, pinset, cawan petri, skalpel, dan
botol kultur. Alat-alat ini disterilkan menggunakan autoklaf dengan suhu
1210c, tekanan 15 psi selama 30 menit. Sebelum melakukan pengautoklafan
beberapa alat diberi perlakuan diantaranya alat diseksi (gunting, pinset,
skalpel) disemprot dengan alkohol 70% untuk membunuh bakteri dan jamur
setelah itu dibungkus dengan plastik sehingga tidak bersentuhan dengan
udara luar hal ini berfungsi untuk menjaga kesterilan alat diseksi setelah
diautoklaf. Pembungkus dari alat diseksi baru dibuka ketika akan
digunakan.
Sedangkan cawan petri disemprot dengan alkohol 70% dan didalamnya
dilapis dengan tisu hal ini bertujuan agar cawan petri dapat digunakan 2 kali
ketika melakukan kegiatan subkultur dengan cara membuang tisu yang
terdapat pada cawang petri serta digunakan dalam proses penirisan. Pada
saat pengautoklafan cawan petri juga harus dibungkus hal ini bertujuan
untuk
menjaga
kesterilan
cawan petri
setelah
diautoklaf,
plastik
g. Serangga atau hewan kecil yang berhasil masuk ke dalam botol kultur
setelah diletakkan di ruang kultur.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum ini maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan membersihkan laboratorium yang
digunakan dalam melakukan kegiatan kultur jaringan, sterilisasi ruangan
menggunakan alat-alat kebersihan seperti sapu, lap, alkohol dan formalin.
2. Sterilisasi alat dilakukan agar menghindari organisme patogen yang
berbahaya bagi pertumbuhan kultur jaringan. Alat-alat yang akan digunakan
dalam
kegiatan
praktikum
kultur
jaringan
wajib
disterilisasikan
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, M., 2015. Tissue culture of Momordica charantia L.: A review. Journal
of Plant Sciences 2015; 3(1-1): 24-32.
Hardiana, L., Dini Ermavitalini, Siti Nurfadilah, 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Biji Anggrek Dendrobium taurulinum J. J. Smith Pada
Beberapa Jenis Media dan Konsentrasi Sukrosa secara In Vitro.
Hendaryono, DPS., dan Wijayani, A., 2012. Teknik Kultur Jaringan. Penerbit
Kanisius: Yogyakarta.
Idowu, PE., Ibitoye, DO., Ademoyegun, OT., 2009. Tissue Culture as a Plant
Production Technique for Horticultural Crops. African Journal of
Biotechnology Vol. 8 (16), pp. 3782-3788, 18 August, 2009.
Kasutjianingati, Rudi Irawan, 2013. Media Alternative Perbanyakan In-Vitro
Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis). JURNAL AGROTEKNOS
Nopember 2013 Vol. 3 No. 3. Hal 184-189 ISSN: 2087-7706
Oktafiani, A., Melia Puspitasari, Titiek Purbiati, Destiwarni, 2010.
Pengaruh Beberapa Media Kultur Jaringan terhadap Pertumbuhan Planlet
Anggrek Phalaenopsis bellina.
Panjaitan, E., 2005. Respons Pertumbuhan Tanaman Anggrek (Dendrobium sp.)
terhadap Pemberian BAP dan NAA Secara In Vitro. Jurnal Penelitian
Bidang Ilmu Pertanian Volume 3, Nomor 3, Desember 2005: 45-51
Prasetyo, CH., 2009. Teknik Kultur Jaringan Anggrek Dendrobium sp. di
Pembudidayaan Anggrek Widorokandang Yogyakarta. Jurnal Agribisnis
Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan.
Rupawan, IM., Zainuddin Basri, Mirni Bustami, 2014. Pertumbuhan Anggrek
Vanda (Vanda Sp) pada Berbagai Komposisi Media Secara In Vitro. J.
Agrotekbis 2 (5) : 488-494, Oktober 2014.
Syammiah, 2006. Jenis Senyawa Organik Suplemen Pada Medium Knudson C
Untuk Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Dendrobium Bertacong Blue X
Dendrobium Undulatum. J. Floratek 2 :86 92
Tuhuteru, S., M. L. Hehanussa, S.H.T. Raharjo, 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In Vitro
dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Agrologia, Vol. 1, No. 1, April
2012.
Yuliarti, N., 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga. Lily
Publisher: Yogyakarta.
LAMPIRAN
Memfiksasi alat
yang digunakan
Memfiksasi mulut
botol medium
Memotong eksplan
Anggrek
Menutup kembali
mulut botol
medium
Proses penanaman
sub kultur eksplan