Fitriana Anwar
NIM. 1507101030107
Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia
dan anugerah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus
dengan judul: Efusi Pleura Dextra ec. Pneumonia dalam rangka memenuhi
salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik pada Bagian/ SMF
Pulmonologi RSUD dr. Zainoel Abidin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh. Shalawat serta salam juga disanjung tinggikan kepada
Rasulullah SAW, beserta keluarga dan para sahabat.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, saya mengucapkan terima kasih
kepada dr. Anna Deliana, Sp.P selaku pembimbing selama menjalani
kepaniteraan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para sahabat dan
rekan-rekan yang telah memberikan dorongan moril dan materil sehingga tugas
ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih jauh
dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran yang bersifat konstruktif dari
segala pihak agar tercapai hasil yang lebih baik nantinya. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini mendapat keridhaan dan berkah dari Allah SWT
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB
PENDAHULUAN .........................................................................
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Pleura ................................................... 2
2.1.1 Anatomi........................................................................... 2
2.1.2 Fisiologi...........................................................................
2.2 Efusi Pleura................................................................................ 2
2.2.1 Definisi ........................................................................... 4
2.2.2 Epidemiologi .................................................................. 4
2.2.3 Etiologi ........................................................................... 5
2.2.4 Patogenesis ..................................................................... 5
2.2.5 Diagnosis ........................................................................ 6
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang................................................... 7
2.2.7 Tatalaksana...................................................................... 10
BAB
13
13
14
14
17
20
20
20
21
21
BAB
IV ANALISA KASUS......................................................................... 24
BAB
V KESIMPULAN.............................................................................. 26
BAB I
PENDAHULUAN
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang paling sering
menyebabkan gangguan pada paru manusia melalui kompresi jaringan. Kompresi
yang terjadi pada paru menyebabkan gangguan pernafasan karena kemampuan
mengembang dan mengempis paru terhambat, menyebabkan paru menjadi
kolaps, sehingga mengakibatkan oksigen sulit masuk ke dalam paru paru.
Kondisi paru ini dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi sistemik hingga
ke arah kematian.1
Efusi pleura adalah terbentuknya akumulasi cairan yang abnormal di
dalam cavum pleura yang terjadi karena adanya peningkatan produksi cairan
ataupun karena adanya penurunan absorbsi cairan. Pada keadaan normal rongga
pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10- 20 ml. Akumulasi cairan abnormal
pada cavum pleura jarang terjadi akibat proses primer dan lebih sering terjadi
melalui proses sekunder dan disebabkan oleh penyakit lain.1,2
Keluhan yang umumnya dirasakan pasien adalah gejala sesak napas, nyeri
dada, batuk, dan demam. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas
seperti bunyi redup pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan
bunyi napas pada auskultasi paru bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml. Foto
toraks dapat digunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura. Diagnosis
dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang
baik. Foto dada PA dan lateral dapat membantu diagnosis, sedangkan diagnosis
pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsy, dan analisis cairan pleura.1
Efusi pleura masif yakni adanya akumulasi cairan abnormal pada
cavum pleura yang memiliki jumlah yang besar, yakni di atas 50 % pada
gambaran radiologis dan atau memiliki volume di atas 600 cc.1,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Pleura
2.1.1 Anatomi
Pleura adalah membran tipis yang melapisi diluar paru dan didalam rongga
dada yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseral dan pleura parietal.Pleura
viseral menempel di paru, bronkus dan fisura mayor, sedangkan pleura parietal
melekat di dinding dada bagian dalam dan mediastinum.Kedua lapisan ini
dipisahkan oleh rongga kedap udara yang berisi cairan lubrikan.Kedua lapisan
pleura bersatu didaerah hilus dan mengadakan penetrasi dengan cabang utama
bronkus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara
histologis, kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh
darah kapiler dan pembuluh getah bening.2,4
normal
memiliki
permukaan
licin,
mengkilap,
dan
yang akan saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran
satu dengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan.2,5
Eliminasi akumulasi cairan pleura terutama diatur oleh sistem limfatik
sistemik di pleura parietal. Cairan masuk ke dalam rongga pleura melalui arteriol
interkostalis pleura parietal melewati mesotel dan kembali ke sirkulasi melalui
stoma pada pleura parietal yang terbuka langsung menuju sistem limfatik.2,5
Pleura berperan dalam sistem pernapasan melalui tekanan pleura yang
ditimbulkan oleh rongga pleura. Tekanan pleura bersama dengan tekanan jalan
napas akan menimbulkan tekanan transpulmoner yang selanjutnya akan
mempengaruhi pengembangan paru dalam proses respirasi. Rongga pleura terisi
cairan dari pembuluh kapiler pleura, ruang interstisial paru, saluran limfatik
intratoraks, pembuluh kapiler intratoraks, dan rongga peritoneum.2,5
Cairan pleura dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam
pleura parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui pleura
viseralis. Masing-masing dari kedua pleura merupakan membran serosa mesenkim
yang berpori-pori, dimana sejumlah kecil transudat cairan intersisial dapat terus
menerus melaluinya untuk masuk kedalam ruang pleura. Selisih perbedaan
absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar daripada
selisih
kasus kasus lain yang memicu terjadinya efusi pleura di Indonesia juga terus
meningkat seperti kanker, kelainan ginjal, trauma, kelainan metabolik, kelainan
jantung dan lain lain. Sementarauntuk kondisi efusi pleura masif, keganasan
merupakan etiologi utama.1
2.2.3 Etiologi
Efusi pleura transudat dapat terbentuk oleh karena peningkatan tekanan
hidrostatik, penurunan tekanan onkotik, peningkatan tekanan negatif cavum
pleura dan dapat juga berasal dari cairan ascites yang masuk melalui diafragma.
Sementara cairan efusi pleura eksudatif dapat terbentuk oleh karena peningkatan
permeabilitas kapiler dan atau terganggunya sistem drainase limfe yang
terjadiakibat adanya proliferasi atau inflamasi.3,6,7
Berikut ini adalah penyakit penyakit yang mendasari terjadinya efusi
pleura berdasarkan jenis cairan efusi pleura:3,6,7
No.
1.
2.
Etiologi
Gagal jantung
Hypoproteinemia
Atelectasis
Hepatic hydrothoraks
Gangguan ginjal
Keganasan
Infeksi
2.2.4 Patogenesis
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara
cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi
yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstitial
submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.
Selain itu, cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura. Pergerakan
cairan dari pleura parietal ke pleura visceral dapat terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotic. Cairan kebanyakan
diabsorpsi oleh system limfatik dan hanya sebagain kecil yang diabsorpsi oleh
system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura
viseralis adalah terdapatnya banyak mikrovili di sekitar sel-sel mesotelial.2,8,9
pleura
dapat
menghambat
fungsi
paru
dengan
membatasi
h. Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba pada
trakhea
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk memperkuatdiagnosa efusi
pleura antara lain:2,7,8,9
1.
Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
USG Dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan.
CT Scan Dada
CT scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas cairan dengan
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
terlalu cepat.
Biopsi Pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka
dilakukan biopsi dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk dianalisa.
Pemeriksaan histologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat
8
Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serousxantho-ctrorne.Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada
trauma, infark paru, keganasan.adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila
kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya
empiema.Bila merah tengguli, ini menunjukkan adanya abses karena
amoeba.
b.
Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Perbedaan
Kadar protein dalam efusi (g/dl)
Transudat
<3 gr/100 cc
Eksudat
> 3.
< 0,5
> 0,5
< 200
> 200
< 0,6
> 0,6
< 1,016
> 1,016
Rivalta
Negatif
Positif
Leukosit
<1000/mm3
>1000/mm3
kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakitpenyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma
9
c.
Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk
diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis
atau dominasi sel-sel tertentu.dapat memberikan konfirmasi suatu EPM
dengan kemungkinan penemuan sel rata-rata sekitar 64% (berkisar
antara 50% sampai 90%)
-
Sel neutrophil
2.2.7 Tatalaksana
Tatalaksana pada efusi leura bertujuan untuk menghilangkan gejala nyeri
dan sesak yang dirasakan pasien, mengobati penyakit dasar, mencegah fibrosis
pleura, dan mencegah kekambuhan.7,8,9
a. Aspirasi cairan pleura
Aspirasi cairan pleura (torakosintesis) berguna sebagai sarana untuk
diagnostik maupun terapeutik. Berikut ini cara melakukan torakosentesis :
- Pasien dalam posisi duduk dengan kedua lengan merangkul atau
diletakkan di atas bantal. Jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapat
-
10
11
Tujuan utama tindakan ini adalah melekatkan pleura viseral dengan pleura
parietalis, dengan jalan memasukkan suatu bahan kimia ke dalam rongga pleura
sehingga terjadi keadaan pleuritis obliteratif. Pleurodesis merupakan penanganan
terpilih pada efusi keganasan. Bahan kimia yang lazim digunakan adalah
sitostatika seperti kedtiotepa, bleomisin, nitrogen mustard,fluorourasil, adriamisin
dan doksorubisin.Setelah cairan efusi dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya,
obat sitostatika (misalnya tiotepa 45 mg) diberikan dengan selang waktu 710 hari;
pemberian obat tidak perlu disertai pemasangan WSD. Setelah 13 hari, jika
berhasil, akan terjadi pleuritis obliteratif yang menghilangkan rongga pleura
sehingga mencegah penimbunan kembali cairan didalam rongga tersebut. Obat
lain yang murah dan mudah didapatkan adalah tetrasiklin. 3,10
d. Bedah Pintas Pleuro-Peritoneal
Tindakan ini merupakan pilihan pada pasien dengan efusi yang menetap
setelah dilakukan tindakan pleurodesis.Pintas pleuroperitoneal dengan pompa
Denver dilakukan dengan bantuan torakoskopi atau torakotomi mini.Komplikasi
prosedur ini yaitu infeksi dan penyebaran tumor ke peritonium walaupun jarang
terjadi. 3,10
e. Pleurektomi
Pleurektomi adalah tindakan dengan membuang pleura parietal yang
menutupi daerah iga dan mediastinum.Pleurektomi dengan VATS lebih aman
walaupun belum banyak digunakan.3,10
12
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas pasien
Nama
: Tn. GS
Umur
: 82 tahun
No. CM
: 0-67-51-88
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Kuta Alam
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Pensiunan
Tanggal Masuk
: 25 Juli 2016
Tanggal Pemeriksaan
: 26 Juli 2016
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
: Sesak nafas
Keluhan tambahan : Batuk dan nyeri dada
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak
lebih kurang
memberat 2 hari terakhir. Sesak muncul perlahan-lahan dan lamakelamaan memberat. Sesak bertambah berat jika pasien tidur terlentang,
beraktivitas, berbicara dan batuk. Sesak berkurang jika pasien duduk dan
istirahat. Pasien mengeluhkan memiliki riwayat demam sebelumnya,
demam yang dirasakan hilang timbul. Pasien juga mengeluh batuk dan
nyeri dada, batuk kering tidak berdahak. Riwayat batuk darah dan keringat
malam, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan tidak
dikeluhkan. Pasien merupakan perokok aktif dengan indeks brinkman
didapatkan perokok berat (24x55=1320).
13
tidak ada.
Riwayat Kebiasaan Sosial
:
Pasien adalah seorang pensiunan yang merupakan perokok berat.
: Sakit sedang
: compos mentis
: 120/80 mmHg
: 90 kali/ menit, regular, kuat angkat, isi cukup
: 28 kali/ menit
: 36,90C
Kulit
Kepala
Wajah
Mata
Telinga
: kesan normotia
Hidung
Mulut
: mukosa kering (-), sianosis (-), tremor (-), hiperemis (-), tonsil
hiperemis (-/-), T1 T1.
Leher
Thoraks anterior
Pemeriksaa
n Fisik Paru
Inspeksi
Thorax Dekstra
Statis
Thorax Sinistra
: simetris
Dinamis : asimetris
14
Palpasi
Atas
tekan (-)
tekan (-)
tekan (-)
tekan (-)
tekan (-)
tekan (-)
Atas
redup
sonor
Tengah
redup
sonor
Bawah
Auskultasi
redup
sonor
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
wheezing (-/)
wheezing (-/-)
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
wheezing (-/)
wheezing (-/-)
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
wheezing (-/)
wheezing (-/-)
Tengah
Bawah
Perkusi
Atas
Tengah
Bawah
15
Thoraks Posterior
Pemeriksaan
FisikParu
Inspeksi
Thorax Dextra
Thorax Sinistra
Statis
: Simetris
Dinamis
: Simetris
Palpasi
Atas
tekan (-)
tekan (-)
tekan (-)
Atas
redup
sonor
Tengah
redup
sonor
Bawah
Auskultasi
redup
sonor
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
wheezing (-/-)
wheezing (-/-)
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
wheezing (-/-)
wheezing (-/-)
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
Vesikuler(/+), rhonki(+/+),
wheezing (-/-)
wheezing (-/-)
Tengah
Bawah
Perkusi
Atas
Tengah
Bawah
16
17
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas atas
Batas kanan
Batas kiri
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Anus
Pemeriksaan Penunjang
1 Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 25 Juli 2016
Jenis pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Netrofil Batang
Netrofil Segmen
Limfosit
Monosit
Hasil
Nilai Normal
14,7
45
5,3
29,9*
162
85
28
33
15,6*
11,1
12,0-15,0 g/dL
37-47 %
4,2-5,4 x106/mm3
4,5-10,5 x103/mm3
150-450 x103U/L
80-100 fL
27-31 pg
32-36 %
11,5-14,5%
7,2-11,1 fL
0
0
1*
83*
9*
7
0-6%
0-2%
2-6
5-70%
20-40%
2-8%
18
Waktu perdarahan
Waktu pembekuan
Kimia Klinik
Natrium
Kalium
Klorida
Ureum
Kreatinin
Gula Darah Sewaktu
2
8
1-7 menit
5-15 menit
131*
4,9*
102
102*
1,46*
128
135-145 mmol/L
3,5-4,5 mmol/L
90-110 mmol/L
13-43 mg/dL
0,51-0,95 mg/dL
<200 mg/dl
Foto Thoraks PA
Tanggal 25 Juli 2016
Cor
19
USG Thorax
Tanggal 26 Juli 2016
Jenis Pemeriksaan
Makroskopik
- Warna
- Kejernihan
- Bekuan
Total Protein
Glukosa
Leukosit
Hasil
Merah
Keruh
Positif
5,0 g/dL
82 g/dL
760/mm3
20
Mikroskopik
- PMN Sel
- MN Sel
24 %
76 %
3.8 Planning
Cek darah ruin
Analisa cairan pleura
Kultur cairan pleura
Pewarnaan gram + BTA
3.9 Prognosis
21
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
Quo ad sanactionam
: dubia ad malam
27 Juli 2016
S/ sulit tidur malam, gelisah, sesak
berkurang
O/
TD : 130/90 mmHg
N
: 98 kali/menit
RR : 23 kali/menit
T
: 36,6 C
I= asimetris
P= sf ka < sfki
P= redup/sonor
A= ves (/+), rh(+/+), wh (-/-)
P/
Plasmanax
USG Thorax
WSD 500 cc/hari
P/ Susul hasil PA
Cek Albumin
Susul hasil PA
28 Juli 2016
S/ sulit tidur malam, gelisah, sesak
O/
TD : 130/90 mmHg
29 Juli 2016
S/ sulit tidur malam, gelisah, sesak
O/
TD : 130/90 mmHg
22
N
RR
T
: 96 kali/menit
: 25 kali/menit
: 36,7 C
N
RR
T
: 90 kali/menit
: 24kali/menit
: 36,6 C
I= asimetris
P= sf ka < sfki
P= sonor /sonor
A= ves (/+), rh(+/+), wh (-/-)
I= asimetris
P= sf ka < sfki
P= sonor /sonor
A= ves (/+), rh(+/+), wh (-/-)
Plasmanax
Plasmanax
P/
P/
Susul hasil PA
Konsul bedah
Pasang NGT
Catheter
23
30 Juli 2016
S/ sesak berkurang
O/
TD : 120/80 mmHg
N
: 88 kali/menit
RR : 20 kali/menit
T
: 36,9 C
I= asimetris
P= sf ka < sf ki
P= sonor /sonor
A= ves (/+), rh(+/+), wh (-/-)
A: Efusi Pleura dextra e.c. infeksi
pneumonia
Th :
IVFD Nacl 0,9%,20 gtt/i
Inj. meropenem 1 gr/12 jam(H5)
Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam(K/P)
Plasmanax
P/
24
BAB IV
ANALISA KASUS
Dari anamnesis diketahui pasien laki-laki 82 tahun datang dengan keluhan
sesak nafas yang dirasakan sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit dan
memberat 2 hari terakhir. Sesak muncul perlahan-lahan dan lama-kelamaan
memberat. Sesak bertambah berat jika pasien tidur terlentang, beraktivitas,
berbicara dan batuk. Sesak berkurang jika pasien duduk dan istirahat.Keluhan
sesak ini bisa timbul akibat terjadinya timbunan cairan dalam rongga pleura yang
akan memberikan kompresi patologis pada paru sehingga ekspansinya terganggu.
Makin banyak timbunan cairan maka sesak makin terasa berat.
Pasien juga batuk, batuk kering tidak berdahak. Riwayat batuk darah dan
keringat malam tidak dikeluhkan. Batuk pada efusi pleura dapat disebabkan oleh
rangsangan pada pleura oleh karena cairan pleura yang berlebihan, proses
inflamasi ataupun massa pada paru-paru.
Dalam keadaan normal, rongga pleura berisi sedikit cairan untuk sekedar
melicinkan permukaan pleura parietalis dan viseralis yang saling bergerak karena
pernapasan.Akumulasi cairan melebihi volume normal dan menimbulkan
gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura parietalis dan visceralis tidak
mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura visceral
atau sebaliknya yaitu produksi cairan melebihi kemampuan penyerapan.
Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat disebabkan oleh beberapa
kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan di paru atau organ luar paru.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan asimetris pada dada kanan, stem fremitus
kanan menurun, perkusi redup dan vesikuler melemah pada dada kanan. Pada
pemeriksaan fisik efusi pleura didapatkan pada sisi sakit: dinding dada lebih
cembung dan gerakan tertinggal, vokal fremitus menurun, perkusi sonor
memendek hingga redup, bunyi pernafasan menurun sampai menghilang dan
pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba pada
trakhea.
Dari hasil foto thoraks didapatkan gambaran perselubungan homogen pada
hemithorax kanan yang merupakan gambaran khas efusi pleura pada foto X-Ray
25
26
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap Tn. GS, umur 82 tahun dengan
diagnosis efusi pleura dextra ec dd/ infeksi pneumonia . Dianosis didapatkan dari
anamnesis yaitu keluhan sesak nafas, batuk kering tidak berdahak, tidak ada
penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan dan dari pemeriksaan fisik
thoraks yang didapatkan penurunan stem fremitus pada sisi efusi, perkusi yang
redup dan suara pernafasan yang melemah. Serta dari pemeriksaan penunjang foto
thoraks dan USG thoraks yang mengarah kepada efusi pleura dextra.
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang paling sering
menyebabkan gangguan pada paru manusia melalui kompresi jaringan. Kompresi
yang terjadi pada paru menyebabkan gangguan pernafasan karena kemampuan
mengembang dan mengempis paru terhambat, menyebabkan paru menjadi
kolaps, sehingga mengakibatkan oksigen sulit masuk ke dalam paru paru.
Kondisi paru ini dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi sistemik hingga
ke arah kematian. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi
merupakan tanda suatu penyakit. Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam
rongga pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga
menyebabkan pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini
mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan
pada jantung dan sirkulasi darah.
Dalam konteks ini perlu diingat bahwa pada orang normal rongga pleura ini
juga selalu ada cairannya yang berfungsi untuk mencegah melekatnya pleura
viseralis dengan pleura parietalis, sehingga dengan demikian gerakan paru
(mengembang dan mengecil) dapat berjalan dengan mulus. Dalam keadaan
normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-20 ml. Cairan pleura
komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai
kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Diagnosis yang cepat dan tatalaksana yang tepat penting untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas pada pasien efusi pleura. Evaluasi yang cepat dan
tatalaksana penyebab/penyakit yang mendasari efusi pleura juga penting
dilakukan agar mengurangi gejala yang ditimbulkan dan perburukan dari efusi
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1
Light RW, et al. Pleural Disease.5th Ed. Ch.1, Anatomy of the Pleura.
Tennessee : Lippincott Williams & Wilkins, 2007
Sahn SA. Pleural effusions. Semin Respir Crit Care Med. 2001. 22: 607-15.
29