Longcase Demam Tifoid Radita G4A013055
Longcase Demam Tifoid Radita G4A013055
Preceptor Fakultas
Disusun Oleh :
Nama : Radita Ikapratiwi
NIM
: G4A013055
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN LONGCASE
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
PUSKESMAS TAMBAK II
DEMAM TIFOID
Disusun Oleh :
Nama : Radita Ikapratiwi
NIM
: G4A013055
Mei 2014
Preseptor Lapangan
Preseptor Fakultas
Tanda Tangan
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
: Tn. R
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
: nuclear family
Tn. R
Ny. M
Ny. K
Ny. D
Nn. S
6
An. N
Anak
Sumber : Data Primer, Mei 2014
Pendidikan
Pekerjaan
Buruh tani
IRT
IRT
IRT
Pembantu
rumah tangga
Siswa
L
P
P
P
P
48
48
29
24
19
terakhir
SD
SD
SMP
SMP
SMP
14
SMP
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. N
Usia
: 14 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Kewargenegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Siswa
Pengantar
: Ibu
B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
1. Keluhan Utama
Demam
2. Keluhan tambahan
Pusing, lemas, nafsu makan turun, batuk
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas II Tambak bersama orang tuanya
dengan keluhan utama panas sejak 6 hari yang lalu. Panas dirasakan
pasien semakin meningkat dari hari ke hari terutama pada malam hari,
panas tidak disertai dengan menggigil. Pasien merasa penyakitnya
mengganggu aktivitas sehingga orang tua pasien memberi pasien obat
penurun panas yang dibeli di warung terdekat. Pasien dibawa oleh
orang tua pasien ke Puskesmas Demangsari pada hari ketiga demam
dan diberi terapi antibiotik dan penurun panas namun tidak ada
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
b. Riwayat hipertensi
: disangkal
c. Riwayat diabetes
: disangkal
d.
: disangkal
Riwayat alergi
Community
Home
Occupational
Drug
yang selalu merawat dan menjaga pasien ketika pasien sehat, begitu
pula dengan ibu pasien. Ibu pasien menyiapkan kebutuhan sehari-hari
pasien. Pasien juga selalu mendapat perhatian yang sangat dari orang
tua dan saudaranya ketika pasien sakit termasuk dalam menjalani
pengobatan ini.
9.
Riwayat Ekonomi
Pasien dirawat oleh keluarga dengan status ekonomi menengah ke
bawah. Pasien merupakan siswa SMP yang belum berpenghasilan
sehingga masih tergantung kepada kedua orang tuanya. Biaya
perawatan sepenuhnya ditanggung oleh JAMKESMAS.
10. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis. Hal
tersebut dapat dilihat dari keluarga pasien yang selalu menemani dan
merawat pasien saat dirawat inap.
: demam
b. Keluhan tambahan
batuk
c. Kulit
d. Kepala
e. Mata
f. Hidung
g. Telinga
h. Mulut
: kebiruan (-)
i. Tenggorokan
j. Pernapasan
l. Sistem Gastrointestinal
: lemas (+)
n. Sistem Genitourinaria
: BAK normal
o. Ekstremitas
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum/kesadaran
Sedang / compos mentis
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/70 mmHg
3.
b.
Nadi
: 60x /menit
c.
RR
: 20x /menit
d.
Suhu
Status gizi
BB
: 38 kg
TB
: 150 cm
BMI
: 17,7 kg/m2
Kepala
mudah dicabut
5.
Kulit
6.
Mata
7.
Telinga
8.
Hidung
9.
Mulut
12. Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Skoliosis (-)
14. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: Tidak diperiksa
16. Anorektal
: Tidak diperiksa
17. Ekstremitas
Superior
Inferior
10
D. RESUME
Anamnesis
Keluhan utama
: demam
Keluhan tambahan
: pusing, lemas, nafsu makan menurun, batuk
Riwayat sosial
:
Penderita An. N usia 14 tahun dengan bentuk keluarga nuclear family.
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien penderita demam tifoid.
Faktor risiko dari pasien ini adalah perilaku pola makan pasien yang gemar
jajan sembarangan dan jarang mencuci tangan sebelum makan yang
memudahkan penyebaran kuman.
Selain itu, higienitas keluarga pasien yang kurang dilihat dari rumah yang
lembab, tidak cukup cahaya, rumah dibersihkan namun tidak dipel sedangkan
debu di jalan depan rumah terus bertebaran. Kondisi psikologi keluarga
cukup baik yang terlihat dari dukungan keluarga dalam merawat pasien ketika
sakit. Status ekonomi pasien menengah ke bawah.
Pemeriksaan Fisik
TD
: 120/70 mmHg
Nadi
: 60x/menit regular
RR
: 20x/menit
Suhu
: 36,70 C
Mulut
: lidah tampak kotor (+),tepi lidah hiperemis (+)
Abdomen : nyeri tekan (+), hepar teraba 3 jari BACD konsistensi kenyal,
tepi tajam, tidak bernodul.
E. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek personal
An. N, usia 14 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari bapak,
ibu, dan kakak sehingga bentuk keluarga nuclear family. An. N menderita
demam tifoid.
a) Idea
pasien
merasa
karena
penyakit
11
3) Expectacy
: demam tifoid
Diagnosis defferensial
12
Personal care
a. Initial Plain
Usulan Pemeriksaan Penunjang:
1) Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb, Ht, leukosit, trombosit, eritrosit,
LED
2) Pemeriksaan serologik tes widal
3) Kultur darah pada minggu pertama, feses pada minggu kedua, atau
urin pada minggu ketiga
b. Non Medikamentosa
1) Bed rest atau cukup istirahat.
2) Pengaturan cara dan pola makan berupa makanan bergizi, lunak,
tidak pedas, tidak mentah, bersih, teratur serta tidak telat makan.
3) Mencuci tangan sebelum makan
4) Diet tinggi kalori tinggi protein dan rendah serat
c. Medikamentosa
1) IVFD RL 20 tpm
2) P.O. Cloramphenicol 4 x 500 mg
3) P.O. Paracetamol 3 x 500 mg
4) P.O. Ambroxol 3x1 cth
d. KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi)
1) Edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik
sesuai yang diajurkan walaupun gejala sudah membaik.
2) Penjelasan keluarga pasien tentang penyakit demam tifoid serta
edukasi.
3) Mulai membiasakan diri tidak memakan makanan yang pedas dan
mentah
13
4) Bawalah
selalu
cairan
yang
mengandung
alkohol
untuk
a.
b.
G. Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam
: ad bonam
Ad sanationam
: ad bonam
H. Follow Up
Jumat, 2 Mei 2014 jam 19.00
S
: lemas, batuk
: 120/70 mmHg
N : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
S
14
Mulut
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Demam tifoid
: lemas
: 120/70 mmHg
N : 64 x/menit
Mulut
RR : 20 x/menit
S
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Demam tifoid
15
I. FLOW SHEET
No Tanggal
2/05/2014
1
Jam
Problem
Lemas,
batuk
120
/70
RR
20
N
60
t
37
19.00
Planning
a. IVFD RL 20
tpm
Target
Gejala
membaik
b. PO
Cloramphenicol
4x500mg
c. PO Parasetamol
3x500mg
d. PO Ambroxol
3x1 cth
3/05/2014
Lemas
Jam 08.00
120
/70
20
64
36,6
a. IVFD RL 20
tpm
Gejala
membaik
b. PO
Cloramphenicol
4x500mg
c. PO Parasetamol
3x500mg
d. PO Ambroxol
3x1 cth
J. FLOW CHART
PROBLEMS
Demam, Pusing, Lemas, nafsu makan menurun, batuk
N
RR
S
Hidun
2/05/2014 (16.00)
2/05/2014 (19.00)
3/05/2014 (08/00)
60
20
36,7
Lidah tampak kotor
60
20
37
Lidah tampak kotor
64
20
36,6
Lidah tampak kotor
16
dan
mulut
Abdome
n
17
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1.
Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari penderita (An. N) berusia 14 tahun yang
merupakan anak dari Tn. R (48 tahun) dan Ny. M (48 tahun). An. N
adalah anak terakhir dari empat bersaudara. Fasilitas pelayanan
kesehatan yang dipakai adalah puskesmas.
2.
Fungsi Psikologis
An. N tinggal dengan bapak dan ibunya. Kakak pertama dan
keduanya sudah berkeluarga dan tinggal terpisah sedangkan kakak ketiga
tinggal di Jakarta karena sedang bekerja. Keluarga An.N sangat
menyayangi anggota keluarganya. Mereka saling memberi perhatian satu
dengan yang lainnya sehingga terjalin hubungan harmonis antar anggota
keluarga. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka segera dicari
pengobatan dan memeriksakan diri ke puskesmas.
3.
Fungsi Sosial
An. N mempunyai sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitar.
Dalam lingkungan masyarakat cukup aktif dalam bergaul dengan temanteman dan tetangganya. Kedudukan keluarga ditengah lingkungan social
cukup baik.
4.
Kesimpulan
menyayangi
anggota
keluarganya.
Di
lingkungan
masyarakat
18
19
Hampir
Kadang
Hampir
selalu
-kadang tidak
pernah
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas
dan
membagi
masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
emosi
saya
seperti
Hampir
Kadang- Hampir
20
selalu
kadang
tidak
pernah
dan
membagi
masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
emosi
saya
seperti
Hampir
Kadang- Hampir
selalu
kadang
tidak
pernah
21
dan
membagi
masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
emosi
saya
seperti
PATOLOGI
KET
22
Social
Cultural
Religion
Economic
Education
kebutuhan sehari-hari.
Pendidikan dan pengetahuan keluarga penderita terhadap +
kesehatan
tergolong
kurang.
Kemampuan
untuk
23
Ny. M
48 thn
Ny. K
29 thn
Tn. R
48 thn
Nn. S
19 thn
Ny. D
24 thn
An. N
14 thn
An. N
14 th
Ny.M
48 th
24
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
25
Perilaku:
Keluarga pasien rutin
makan - makanan yang
bergizi, namun pasien
sering jajan makanan
yang cenderung kotor
dan tidak mencuci
tangan menggunakan
air bersih
Lingkungan:
Lingkungan
rumah
berada pada lingkungan
yang padat penduduk
dengan ventilasi yang
masih
kurang
di
beberapa ruangan
26
Tindakan:
Pengobatan
demam
tifoid hanya mengatasi
demam saja
Sdr. N
Demam Tifoid
Pengetahuan :
Keluarga
pasien
mempunyai
pengetahuan agak
kurang mengenai
demam tifoid
Keterangan:
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
a. Keadaan rumah
Pasien tinggal di daerah pedesaan dengan bentuk bangunan
permanen tidak bertingkat, dinding terbuat dari susunan batu bata,
lantai rumah sebagian terbuat dari semen dan kamar tidur orang tua
terbuat dari keramik, atap rumah dari genteng dan tidak terdapat
langit-langit, ventilasi masih kurang pada beberapa ruangan dengan
pencahayaan kurang, halaman rumah cukup, kebersihan dalam rumah
cukup, sumber air minum dari sumur, wc ada di dalam rumah, luas
rumah 50 m2 dengan jumlah anggota keluarga 3 orang. Di dalam
rumah pasien terdapat 7 buah ruangan yaitu 1 ruangan tamu berukuran
4 x 4 meter, 2 kamar tidur yang masing-masing berukuran 4x2 meter
dan 2 x 3 meter, 1 tempat menyimpan padi berukuran 1x2 m. 1 kamar
mandi yang berukuran 2 x 2 meter, dan 1 dapur berukuran 2 x 3 meter
dan 1 ruang makan berukuran 2x2 m. Di ruang tamu terdapat kursi
panjang serta televisi. Ventilasi di ruangan tersebut masih kurang dari
27
standar yang sudah ditentukan yaitu minimal 10% dari luas ruangan
tersebut.
b. Keadaan Lingkungan sekitar Rumah
Rumah berada di suatu gang yang berjarak 4 km dari jalan besar
desa. Jalan menuju rumah pasien melalui jalan setapak tanah dan
berbatu, Jika ada kendaraan lewat menimbulkan debu betebaran.
Lingkungan rumah dikelilingi oleh daerah persawahan. Kesan
kebersihan lingkungan rumah kurang baik.
2. Denah Rumah
Rumah pasien mempunyai luas 50 m2 dan terdapat 7 buah ruangan
yaitu 1 ruangan tamu berukuran 4 x 4 meter, 2 kamar tidur yang masingmasing berukuran 4x2 meter dan 2 x 3 meter, 1 tempat menyimpan padi
berukuran 1x2 m. 1 kamar mandi yang berukuran 2 x 2 meter, dan 1 dapur
berukuran 2 x 3 meter dan 1 ruang makan berukuran 2x2 m.
Kamar tidur
4x2 m
Kamar
tidur
2x3m
Dapur
2x3
m
28
Ruang Tamu
4x4m
Tempat
makan
2x2m
1x2
m
2x1 m
2x1
Kam
ar
man
Keterangan:
: Pintu
: Jendela
: jalan setapak
: tempat padi
: ruang kosong
Gambar 4.1 Denah Rumah pasien
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah Medis
1. An. N menderita demam tifoid
29
Tindakan:
Pengobatan demam
tifoid
hanya
membeli
obat
demam di warung
Lingkungan:
Lingkungan
rumah
berada
pada lingkungan
persawahan
yang cenderung
kotor
An. N
Demam
Tifoid
Pengetahuan :
Keluarga
pasien
mempunyai
pengetahuan
kurang
mengenai
demam tifoid
30
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996)
Tabel 5.1 Matrikulasi masalah
No
Daftar Masalah
Jumlah
IxTxR
P
Keluarga pasien jarang 5
membersihkan rumah
dan perilaku pasien
yang jarang cuci tangan
sebelum pasien makan
S
5
SB
4
4
Mn Mo Ma
5
5
5
50000
2.
Pengobatan
demam 4
tifoid hanya membeli
obat demam di warung
15360
3.
Keluarga
pasien 5
mempunyai
pengetahuan kurang
mengenai
demam
tifoid
62500
4.
Lingkungan
rumah 5
berada pada lingkungan
persawahan
yang
cenderung kotor
11520
1.
Keterangan :
I
SB
Mn
Mo
Ma
Kriteria penilaian :
1
: tidak penting
: agak penting
31
: cukup penting
: penting
: sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga An. N adalah sebagai berikut :
BAB VI
RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA
32
Tujuan umum
Pasien dan keluarga pasien lebih memahami mengenai penyakit
demam tifoid serta cara pencegahan agar tidak terjadi penyakit demam
tifoid pada pasien.
b.
Tujuan khusus
1) Pasien dan keluarga pasien dapat mengerti definisi demam tifoid
2) Pasien dan keluarga pasien mengetahui faktor-faktor risiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya demam tifoid sehingga dapat
mewaspadai timbulnya penyakit demam tifoid pada anggota
keluarga lain.
3) Pasien dan keluarga pasien mengetahui cara penatalaksanaan dan
pencegahan demam tifoid
2. Materi
Kegiatan yang akan dilaksanakan disajikan dalam bentuk konseling
mengenai demam tifoid dan pentingnya mengetahui faktor risiko yang
dapat menimbulkan serangan demam tifoid. Materi yang digunakan dalam
bentuk konseling pada keluarga pasien. Memberikan Edukasi : DEGP3,
meliputi :
a. Mengenal apa itu demam tifoid (definisi)
b. Mengenal penyebab gejala-gejala khas demam tifoid (etiologi dan
gejala)
c. Mengenal melalui media apa saja bisa tertular (penularan)
d. Mengatasi penyakit demam tifoid dengan tepat (penatalaksanaan)
e. Mengubah perilaku (pencegahan)
3. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan dengan cara konseling pada pasien dan keluarga
pasien.
4. Sasaran individu
Pasien dan anggota keluarga pasien (bapak dan ibu)
33
5. Target Waktu
Hari / Tanggal
Tempat
Waktu
: 16.00 WIB
6. Cara Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan metode tanya-jawab secara lisan
a. Apa itu demam tifoid? Biasanya dikenal dengan nama apa?
b. Apa penyebab demam tifoid?
c. Apa gejala jika terkena penyakit demam tifoid?
d. Apa saja media penularan demam tifoid?
e. Bagaimana cara mencegah agar tidak terkena penyakit demam tifoid?
f. Apa pengobatan jika terkena penyakit demam tifoid?
7. Hasil Pembinaan
Tabel 6.1. Tabel pembinaan
Kegiatan
yang
dilakukan
Sasaran
Faktor
1. Kemampuan
keluarga
dalam
penyulit
memahami agak lama
Faktor
1. Keluarga pasien kooperatif dalam
pendukung
komunikasi
2. Keluarga pasien memiliki motivasi
kesembuhan
Rencana
Mengevaluasi hasil dengan
selanjutnya Tanya jawab secara lisan
metode
34
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
35
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, khususnya
sore hingga malam hari yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi (Darmowandowo, 2002).
B. Epidemiologi
Demam tifoid dan demam paratifoid endemik di Indonesia. Penyakit ini
termasuk penyakit menular. Demam tifoid pada umumnya menyerang
penderita kelompok umur 5-30 tahun, laki-laki sama dengan wanita resikonya
terinfeksi. Jarang pada umur di bawah 2 tahun maupun di atas 60 tahun.
Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan
menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah (Parry, 2002;
Widodo, 2006).
Di Indonesia
demam
tifoid
jarang
dijumpai
secara
tinja
dan
air
kemih
selama
lebih
dari
satu
nonendemik
penyebaran
terjadi
melalui
tinja
36
37
sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila
respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka kuman akan
menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propria.
Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit
terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan kemudian ke
kelenjar getah bening mesenterika (Widodo, 2006).
38
39
infeksi atau pada seseorang yang telah satu tahun paska demam tifoid. Saat
ini, kultur darah langsung yang diikuti dengan identifikasi mikrobiologi
adalah standar emas untuk mendiagnosa demam tifoid (Baker, 2010; Lifshitz,
1996).
F. Manifestasi klinis
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala
klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari
asimptomatik hingga gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi hingga
kematian (Widodo, 2006; Lifshitz, 1996).
Secara umum gejala klinis penyakit ini pada minggu pertama ditemukan
keluhan dan g e j a l a s e r u p a d e n g a n p e n y a k i t i n f e k s i a k u t p a d a
umumn ya,
yaitu
d e m a m , n y e r i k e p a l a , pusing,
nyeri
otot,
antimikroba,
tingkat
virulensi,
sebelumnya atau vaksinasi, dan factor host lain seperti jenis HLA, AIDS
atau penekanan kekebalan lain, atau konsumsi antasida (WHO, 2003).
Pada pengidap tifoid (karier) tidak menimbulkan gejala klinis dan 25%
kasus menyangkal bahwa pernah ada riwayat sakit demam tifoid. Pada
beberapa penelitian menyebutkan bahwa tifoid karier disertai dengan infeksi
kronik traktus urinarius serta terdapat peningkatan terjadinya karsinoma
40
dapat
pula
ditemukan
anemia
ringan
dan
trombositopenia.
41
yang
diambil
sebaiknya
secara
bedside
langsung
Akibat
infeksi
oleh
S.typhi,
42
akhir
43
44
PEMERIKSAAN DIPSTIK
Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di
Belanda dimana dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen
LPS S. typhi dengan menggunakan membran nitroselulosa yang
mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM
anti-human immobilized sebagai reagen kontrol. Pemeriksaan ini
menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak memerlukan alat
yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai
fasilitas laboratorium yang lengkap. Pemeriksaan ini juga sangat
dipengaruhi hasilnya oleh penggunaan antibiotik (WHO, 2003).
4. Pemeriksaan kuman secara molekuler
Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah
mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah
dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara
polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang
spesifik untuk S. Typhi (WHO, 2003).
Kendala yang sering dihadapi pada penggunaan metode PCR ini
meliputi risiko kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang
terjadi bila prosedur teknis tidak dilakukan secara cermat, adanya bahanbahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses PCR (hemoglobin
dan heparin dalam spesimen darah serta bilirubin dan garam empedu
dalam spesimen feses), biaya yang cukup tinggi dan teknis yang relatif
rumit. Usaha untuk melacak DNA dari spesimen klinis masih belum
memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini penggunaannya
masih terbatas dalam laboratorium penelitian (WHO, 2003).
Tifoid Karier
Pemantauan bakteri di dalam feses adalah salah satu pilihan untuk
mendeteksi
adanya
kuman
S.Typhi.
Selanjutnya, pengambilan
sampel tinja secara rutin pasti akan memakan biaya yang besar, memakan
waktu yang lama, walaupun perkembangan bakteri di dalam feses dapat
45
46
47
Kloramfenikol
Dosis diberikan 4 x 500 mg per hari dapat diberikan secara per oral atau
intravena. Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. Penyuntikan
intramuskular tidak di anjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat
diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri.
Tiamfenikol
48
Kotrimoksazol
Efektivitas obat ini dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis
untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung
sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg trimetoprin) diberikan selama 2
minggu.
Golongan fluorokuinolon
a.
b.
c.
d.
e.
tidak
sebaik
fluorokuinolon
yang
dikembangkan
kemudian.
7
49
pernah
terbukti ditemukan
macam
diindikasikan
pada
Kortikosteroid
Penggunaan
steroid
hanya
t o k s i k t i f o i d a t a u d e m a m t i f o i d y a n g mengalami syok
septik dengan dosis 3 x 5 mg.
K. Pencegahan Demam Tifoid
Preventif dan kontrol penularan
Secara garis besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid
(Widodo, 2006) :
1. Identifikasi
dan eradikasi
Salmonella typhi
pada
pasien
50
Kontraindikasi :
Vaksin hidup oral Ty21a secara teoritis dikontraindikasikan pada sasaran
alergi atau reaksi efek samping berat, penurunan imunitas, dan kehamilan
(karena sedikitnya data). Bila diberikan bersamaan dengan obat antimalarial
dianjurkan minimal setelah 24 jam pemberian obat baru dilakukan vaksinasi.
Dianjurkan tidak memberikan vaksinasi bersamaan dengan obat sulfonamide
atau antimikroba lainnya.
Efeksamping :
Pada vaksin oral Ty21a : demam dan sakit kepala. Pada vaksin
parenteral ViCPS : demam, malaise, sakit kepala, rush , nyeri lokal.
Efek samping terbesar pada parenteral adalah heatphenol inactivated, yaitu
demam, nyeri kepala, dan reaksi local nyeri dan edema bahkan reaksi berat
termasuk hipotensi, nyeri dada, dan syok.
Efektivitas :
Serokonversi (peningkatan titer antibodi 4 kali) setelah vaksinasi dengan
ViCPS terjadi secara cepat yaitu sekitar 15 hari 3 minggu dan 90% bertahan
selama 3 tahun. Kemampuan proteksi sebesar 77% pada daerah endemik
(Nepal) dan sebesar 60% untuk daerah hiperendemik.
L. Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat
kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella serta cepat dan tepatnya
pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa
7,4%, rata-rata 5,7%.
51
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DIAGNOSTIK HOLISTIK
1. Aspek personal
An. N, 14 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari istri dan
anaknya, sehingga bentuk keluarga nuclear family. An. N menderita
demam tifoid.
a) Idea
c) Expectacy
d) Anxiety
52
2. Aspek klinis
Diagnosis kerja
: demam tifoid
Diagnosis defferensial
53
B. SARAN
1. Personal care
a. Initial Plan
Usulan Pemeriksaan Penunjang:
1)
Pemeriksaan
Darah
Pemeriksaan
serologik
tes
widal
3)
54
55
Frankie, et al. 2008. The TUBEX test detects not only typhoid-specific antibodies
but also soluble antigens and whole bacteria. Journal of Medical
Microbiology. 57, 316323.
Lifshitz, Edward I. 1996. Travel trouble: Typhoid fever--a case presentation and
review. Journal of American College Health, 07448481, Vol. 45, Issue 3
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Parry, C.M. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med. 347(22): 1770-82.
Sastroasmoro, Sudigdo, dkk. 2007. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu
Penyakit
Dalam
RSCM.
Jakarta
RSUP.Nasional
Dr.Cipto
Mangunkusumo
Setiabudy, R. 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
WHO. 2003. Diagnosis of typhoid fever. Dalam : Background document : The
diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. 7-18.
Widodo, Djoko. 2006. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Jilid III. Jakarta : IPD FKUI
56
LAMPIRAN
57
58
59
Gambar 6. Dapur
60
Gambar 7. Jamban
61