Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad ke-19, operasi sangat berisiko dan berbahaya, dan bahkan
banyak pasien yang menjalani operasi sangat beresiko tinggi terkena
infeksi. Hal ini disebabakan karena operasi tidak dilakukan dalam kondisi
aseptik. Ruang operasi, tangan dokter bedah, dan instrumen bedah yang
terkontaminasi dengan mikroba menyebabkan tingginya tingkat infeksi dan
kematian.
Ahli bedah di pertengahan 1800-an sering melakukan praktek operasi
mengenakan pakaian sehari-hari, tanpa mencuci tangan. Para ahli bedah juga
sering menggunakan benang jahit biasa untuk menjahit luka, dan secara tidak
sengaja

jarum

terkena

kerah

mantel

mereka

ketika

mengopersi

pasien. Padahal pakaian bedah mereka biasanya terbuat dari kapas atau rami
yang tidak digunakan dari lantai pabrik kapas. Hal inilah yang merupakan
latar belakang ilmuwan Perancis Louis Pasteur menunjukkan bahwa mikroba
yang tidak terlihat dapat menyebabkan penyakit.
Teman kerja Pasteur terpengaruh oleh ahli bedah Inggris Joseph Lister,
yang menerapkan teori Pasteur tentang kuman penyakit dalam operasi,
sehingga mencipatakan operasi antiseptik modern. Untuk desinfeksi, Lister
menggunakan larutan asam karbol (fenol), yang disemprotkan di sekitar ruang
operasi dengan botol semprot.
Teknik Lister efektif dalam meningkatkan tingkat operasi yang lebih
aman, tetapi teori-teorinya dianggap kontroversial karena banyak ahli bedah
abad ke-19 tidak mau menerima sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh
mereka. Juga mungkin alasan mereka sulit untuk menerima metode Lister
adalah karena selama operasi mereka harus bernapas dengan bau aerosol yang
menjengkelkan dari fenol.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud membuat makalah
yang berjudul Pengendalian Mikroorganisme.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian pengendalian mikroorganisme?
1

2. Bagaimana cara pengendalian mikroorganisme?


1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengertian pengendalian mikroorganisme.
2. Mengetahui cara pengendalian mikroorganisme.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian pengendalian mikroorganisme.
2. Dapat mengetahui cara pengendalian mikroorganisme.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengendalian Mikroorganisme
2.1.1. Pengertian Pengendalian
Pengendalian adalah proses untuk mengukur kinerja dan
memastikan bahwa tindakan yang dilakukan berhasil mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
2.1.2. Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran
sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme

disebut

juga

organisme

mikroskopik.

Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel


banyak (multiseluler) .
2.1.3. Pengertian Pengendalian Mikroorganisme
Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba
dalam mengoptimalkan keuntungan peran mikroba dan memperkecil
kerugiannya. Mikroba selain memberikan keuntungan juga dapat
member kerugian pada manusia berupa penyakit atau racun.
2.1.4. Istilah dalam Pengendalian Jumlah Populasi Mikroorganisme
Ada beberapa istilah dalam mengendalikan jumlah populasi
mikroorganisme, diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah
populasi mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan
sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan
sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian
besar populasi mikroba.
B. Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap
peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif
mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk
membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
A. Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis
terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan
3

mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas


mikroba.
B. Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi
steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara
2.2 Macam Macam Pengendalian Mikroorganisme
Secara umum dalam pengendalian mikroorganisme dibagi dalam teknologi
fisika maupun kimia yang banyak digunakan untuk mengendalikan
pertumbuhan mikroba (tertentu), walaupun mungkin tidak sampai sempurna
steril. Namun

umumnya

mencegah

pembusukan

makanan

atau

menyembuhkan penyakit menular merupakan tujuan utama.


Alasan utama pengendalian mikroorganisme adalah :
1) Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.
2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3) Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
2.2.1

Secara Fisika
Beberapa cara fisika dapat digunakan untuk mengendalikan

populasi mikroba. Misalnya seperti temperatur tinggi dan radiasi ionisasi.


Metode Pengendalian Mikroorganisme secara fisika adalah teknik
mematikan mikroorganisme dengan tujuan menghilangkan semua
mikroorganisme yang ada pada bahan atau alat dengan proses dan sarana
fisik. Dengan cara fisika mikroorganisme dapat dikendalikan, yaitu
dibasmi, dihambat atau ditiadakan dari suatu lingkungan.
1. Pemanasan Suhu Tinggi
Pada suhu-suhu tertentu mikroorganisme dapat dimatikan. Waktu
yang diperlukan untuk membunuh tergantung pada jumlah organisme,
spesies, sifat produk yang dipanaskan, pH, dan suhu. Autoklaf
merupakan instrumen yang digunakan untuk membunuh semua
mikroorganisme dengan panas, umumnya digunakan dalam proses
pengalengan, pembotolan, dan prosedur pengemasan steril.
a. Pendidihan
Pendidihan 100 o selama 30 menit dengan cara merebus
bahan yang akan disterilkan (memerlukan waktu lebih banyak di
ketinggian). Membunuh semua mikroorganisme yang patogen

maupun non patogen kecuali beberapa endospora dan dapat


menonaktifkan

virus. Untuk

keperluan

air

minum

murni,

100 o selama lima menit adalah "standar" untuk di pegunungan


"meskipun ada beberapa laporan yang mengatakan Giardia kista
dapat bertahan proses ini di Teluk namun waktu pendidihan yang
lebih panjang lebih direkomendasikan. Biasanya dapat dilakukan
pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
b. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang
dengan suhu

terkendali untuk

mengurangi

ringan
jumlah

mikroorganisme patogen dengan berdasarkan waktu kematian


termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi dalam
produk atau makanan. Dalam kasus pasteurisasi susu, waktu dan
suhu tergantung tujuan untuk membunuh jenis potensial yang
patogen yang terdapat dalam susu yang diinginkan. Misalnya,
staphylococcus,

streptococcus, Brucella

abortus dan Mycobacterium tuberculosis . Akan tetapi setelah


pasteurisasi akan banyak terjadi pembusukan mikroorganisme
yang telah terbunuh, dan karenanya untuk meningkatkan kualitas
susu harus pada suhu dingin (2 C).
Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri
patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada
bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum,
anggur dan makanan asam lainnya.
Suhu pasteurisasi dengan pemanasan biasanya pada suhu
63 C selama 30 menit (metode batch) atau pada 71 C selama 15
detik (metode flash), untuk membunuh bakteri dan menjaga
kualitas susu.
Selama proses ultrapasteurisasi, juga dikenal sebagai ultra
high-temperature (UHT) pasteurisasi, susu dipanaskan sampai
suhu 140 C. Pada metode langsung, susu dikonttakkan langsung
dengan uap pada suhu 140 C selama satu atau dua detik. Sebuah
film tipis susu dimasukkan melalui sebuah kamar tekanan uap
5

tinggi, sehingga terjadi pemanasan susu seketika. Susu lalu


didinginkan oleh dengan sedikit vakum yang bertujuan ganda
menghilangkan kelebihan air dalam susu dari kondensasi
uap. Dalam

metode

tidak

langsung

ultrapasteurisasi,

susu

dipanaskan dalam sebuah pelat penghantar panas. Butuh beberapa


detik untuk suhu susu mencapai 140 C, dan selama waktu itu
susu yang terpapar panas. Jika ultrapasteurisai ini dibarengi
dengan kemasan aseptik, hasilnya adalah produk yang tahan lama
tanpa memerlukan pendinginan.
c. Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan
minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif
sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di
dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan
adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
d. Autoklaf
Autoklaf adalah alat sterilisasi yang mempergunakan uap
dan tekanan yang diatur. Autoklaf merupakan ruang uap
berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara dan
dipertahankan pada suhu serta yang ditentukan selama periode
waktu yang dikehendaki. Pada alat ini bahan-bahan yang akan
disterilkan dipanaskan sampai 121 oC selama 15 sampai 20 menit
pada tekanan uap 15 pon per inci persegi (kirakira 1,5 atmosfir).
Uap air jenuh memanaskan bahan-bahan tadi sehingga dengan
cepat disterilkan dengan melepaskan panas yang laten. Dengan
kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada 100 oC dan tekanan 1
atmosfir, akan terjadi embun sejumlah 1 ml dengan melepaskan
518 kalori. Air yang mengembun tadi akan menyebabkan keadaan
lembab yang cukup untuk membunuh kuman.
Udara merupakan penghatar panas yang buruk, oleh sebab
itu harus dikeluarkan dari ruangan otoklaf. Rongga di dalam
otoklaf tidak boleh terlalu penuh diisi dengan benda-benda yang
akan disterilakan supaya dapat terjadi aliran uap yang cukup baik.
6

Autoklaf dipergunakan untuk mensterilkan pembenihan, barangbarang dari karet, semperit, baju, pembalut dan lain-lain. Kontrol
sterilisasi : (1) Bacillus sterothermophilus (II) Tabung Brownes
(III) Pita otoklaf (IV) Thermocouple.
2. Pendinginan dan pembekuan
Umumnya mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit atau
tidak sama sekali pada suhu 0 o C. Makanan akan tahan lama jika
disimpan di temperatur rendah untuk memperlambat laju pertumbuhan
dan

pembusukan

akibat

adanya

mikroorganisme

(misalnya

susu). Tetapi suhu rendah tidak berarti bebas bakteri. Kasus


psychrotrophs, dari psychrophiles memang benar merupakan penyebab
pembusukan yang biasa pada makanan pada makanan yang
didinginkan. Meskipun beberapa mikroba masih dapat tumbuh dalam
suhu sangat dingin serendah minus 20 o C, unutuk kebanyakan
makanan diawetkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam
freezer rumah tangga.
3. Pengeringan (pengangkatan H 2 O)
Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada keadaan
kekurangan air(A w <0.90). Pengeringan sering digunakan untuk
mengawetkan

makanan

(misalnya

buah-buahan,

biji-bijian,

dll). Metode ini melibatkan penghilangan air dari produk oleh panas,
penguapan,

beku-pengeringan,

gula. Pengeringaan

sel

dan

mikroba

penambahan

serta

garam

lingkungannya

atau
sangat

mengurangi atau menghentikan aktivitas metabolik. Diikuti dengaan


sejumlaah sel. Pada umumnya lamanya mikroorganisme bertahan
hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Yaitu :
a. Jenis mikroorgaanissme
b. Bahan pembawa yang

akan

dipakai

untuk

mengeringkan

mikroorganisme
c. Kesempurnaan proses pengeringan
d. Kondisi fissik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada
organisme yaang dikeringkan.

Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar kuman.


Namun spora tidak terpengaruh oleh pengeringan, karena itu
merupakan cara yang kurang memuaskan.
4. Radiasi (UV, x-ray, radiasi gamma)
Banyak mikroorganisme pembusukan dapat segera dibunuh oleh
radiasi. Di beberapa negara bagian Eropa, buah-buahan dan sayuran
yang diradiasi untuk meningkatkan umur penyimpanan hingga 500
persen. Praktek ini dapat digunakan untuk pasteurisasi jus buah dengan
mengalirkan jus di atas sumber cahaya ultraviolet intensitas cahaya
tinggi. Sistem UV untuk penggunaan air tersedia pribadi, perumahan
dan komersial untuk dapat digunakan dalam pengendalian bakteri,
virus dan kista protozoa.
FDA telah menyetujui radiasi unggas dan daging babi untuk
pengendalikan mikroba patogen, serta makanan seperti buah-buahan,
sayuran, dan biji-bijian untuk pengendalikan serangga, rempahrempah, bumbu, dan enzim kering yang digunakan dalam pengolahan
makanan untuk mengendalikan mikroorganisme. Produk makanan
diperlakukan dengan menurunkan populasi mikrobiologi untuk radiasi
dari sumber radioaktif, yang membunuh sejumlah besar serangga,
bakteri patogen dan parasit.
5. Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara :

a. Filter bakteriologis
Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan
bahan-bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya
larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi
prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring
hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum
digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland
(dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
b. Filter udara

Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara


berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter atau
HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow)
2.2.2. Secara kimia
1. Antimikroba
Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau menghambat
pertumbuhan

mikroorganisme. Antimikroba

termasuk

bahan

pengawet kimia dan antiseptik, serta obat yang digunakan dalam


pengobatan penyakit menular pada tanaman dan hewan. Antimikroba
didapatkan dari sintetis atau berasal dari alam, dan mereka memiliki
efek atau sidal statis pada mikroorganisme.
a. Antiseptik
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan
selaput

lendir,

dan

tidak

boleh

digunakan

secara

internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodium,


dan deterjen.
b. Desinfektan
Desinfektan

merupakan

bahan

yang

membunuh

mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora mikroorganisme,


dan tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan
hanya digunakan pada benda mati seperti meja, lantai, peralatan,
dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbedabeda. Ada yang serasi dan ada yaang bersifat merusak. Oleh
karena itu perlu diketahui perilaku bahan kimia yaang akan
digunakan sebagai desinfektan.
Ciri-ciri Desinfektan yang ideal :
Aktivitas antimikrobial, persyaratan yaang pertama ialah
kemampuan substansi untuk mematikan mikroorganisme. Pada
konsentrasi rendah, zat tersebut harus mempunyai aktivitas

antimikrobial dengaan spektrum luas.


Kelarutan, yaitu harus dapat larut dalam air atau pelarut lain.
Stabilitas

Tidak bersifat raacun bagi manusia maupun hewan dan

tumbuhan.
Homogenitas, harus mempunyaai komposisi yang seragam

sehingga bahan aktifnya selalu terdapat dalam setiap aplikasi


Mempunyaai aktivitas antimikrobial pada suhu kamar.
Kemampuan untuk menembus permukaan suatu barang.
Tidak bergabung dengan bahan organik.
Tidak menimbulkan karat dan warna.
Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
Berkemampuan sebagai deterjen
Contoh-contoh desinfektan seperti Hipoklorit, senyawa klorin,

senyawa alkali, tembaga sulfat, senyawa amonium kuartener,


formalin dan senyawa fenol.
2. Pengawet
Merupakan bahan statis yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, dan paling sering digunakan dalam
makanan. Bahan yang dapat digunakan tidak berbahaya jika masuk ke
dalam tubuh dan tidak beracun. Contohnya adalah kalsium propionat,
natrium benzoat, formaldehid, nitrat dan belerang dioksida.
3. Antibiotik
Berdasarkan sumber pembuatannya Antibiotik dibagi 3, yaitu :
a. Antibiotik sintetik
Antibiotik sintetik berguna dalam pengobatan penyakit dari
mikroba maupun virus. Contohnya adalah sulfonilamid, isoniazid,
etambutol, AZT, asam nalidiksat dan kloramfenikol. Perlu
diperhatikan bahwa definisi mikrobiologi mengenai antibiotik
mengharuskan bahwa antibiotik akan digunakan untuk tujuan
membunuh mikroba dan tidak digunakan untuk terapi terhadap
penyakit yang tidak berasal dari mikroba. Oleh karena itu,
farmakologi membedakan kemoterapi agen mikrobiologi sebagai
"antibiotik sintetik".
b. Antibiotik Alami
Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat
mikroorganisme lainnya. Definisi yang lebih luas antibiotik

10

merupakan bahan kimia yang berasal dari alam (dari semua jenis
sel) yang memiliki efek untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel-sel jenis lain. Sejak klinis antibiotik sebagian
besar dihasilkan oleh mikroorganisme dan digunakan untuk
membunuh atau menghambat Bakteri menular.
Antibiotik yang bermolekul rendah (non-protein) yaitu
molekul diproduksi sebagai metabolit sekunder, terutama oleh
mikroorganisme

yang

hidup

di

tanah.

Sebagian

besar

mikroorganisme ini membentuk beberapa jenis spora atau sel


dorman lainnya, dan ada dianggap ada hubungan (selain temporal)
antara produksi antibiotik dan proses sporulasi. Di antara produk
antibiotik

yang

paling

menonjol

adalah Penicillium dan Cephalosporium, yang merupakan sumber


utama beta-laktam antibiotik (penisilin dan turunannya). Dalam
Bakteri, yang Actinomycetes, khususnya Streptomyces spesies,
menghasilkan berbagai jenis antibiotik termasuk aminoglikosida
(misalnya streptomisin), macrolides (misalnya eritromisin), dan
tetrasiklin.

Endospora Bacillus sp

menghasilkan

antibiotik

polipeptida seperti polimiksin dan bacitracin.


c. Antibiotik semisintetik
Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang molekulnya
diproduksi suatu mikroba kemudian dimodifikasi oleh ahli kimia
organik untuk meningkatkan sifat antimikroba antibiotik tersebut
atau membuat mereka unik agar dapat dipatenkan secara farmasi.
Jenis-jenis Antibiotik berdasarkan cara kerjanya :
1) Inhibitor pada sintesis dinding sel
Antibiotik yang bekerja sebagai inhibitor sintesis dinding
sel umumnya menghambat beberapa tahapan dalam sintesis
peptidoglikan bakteri. Umumnya antibiotik mengerahkan
toksisitas selektif terhadap Eubacteria untuk mengurangi efek
terhadap dinding sel manusia. Jenis-jenis antibiotik yang
bekerja sebagai inhibitor :
Beta Laktam

11

Penisilin Ami
Semisintetik penisilin
Asam Klavulanat
Cephalolsporins
Bacitracin
2) Inhibitor
Inhibitor mengacaukan

struktur membran

sel

atau

menghambat fungsi membran bakteri. Integritas dari luar


membran sitoplasma sangat penting untuk bakteri, dan
senyawa

yang

mengacaukan

membran

dengan

cepat

membunuh sel. Namun, karena kesamaan dalam fosfolipid


dan eukariotik membran bakteri, tindakan ini jarang cukup
spesifik untuk memungkinkan senyawa-senyawa ini untuk
digunakan secara sistemik. Satu-satunya antibiotik antibakteri
penting klinis yang bertindak dengan mekanisme ini
adalah Polymyxin, diproduksi

oleh polymyxa

Bacillus. Polimiksin efektif terutama terhadap bakteri Gramnegatif

dan

biasanya

terbatas

pada

penggunaan

topikal. Mengikat Polymyxins untuk membran fosfolipid dan


dengan demikian mengganggu fungsi membran. Polimiksin
kadang-kadang diberikan untuk infeksi saluran kemih yang
disebabkan

oleh Pseudomonas yang

resisten

gentamisin,

karbenisilin dan tobramycin. Keseimbangan antara efektifitas


dan kerusakan pada ginjal dan organ lainnya sehingga obat ini
hanya diberikan di bawah pengawasan yang ketat di rumah
sakit.
Umumnya Protein
antibiotik

yang

inhibitor
berguna

sintesis merupakan terapi

sebagai

tindakan

dalam

penghambatan beberapa langkah dalam proses kompleks


penerjemahan. Cara kerjanya pada proses yang terjadi di
ribosom dari tahap aktivasi asam amino atau cetakan ke tRNA
tertentu. Kebanyakan memiliki afinitas atau spesifisitas untuk
70S (sebagai lawan 80S) ribosom, dan mencapai toksisitas

12

selektif

dengan

cara

adalah tetrasiklin,

ini. Contoh

antibiotiknya

kloramfenikol, macrolides (misalnya

eritromisin) dan aminoglikosida (misalnya streptomisin).


3) Mempengaruhi pada Asam Nukleat
Beberapa antibiotik mempengaruhi sintesis DNA atau
RNA, atau mengikat DNA atau RNA sehingga pesan mereka
tidak bisa dibaca. Dengan demikian tentu saja dapat
menghambat pertumbuhan sel. Sehingga penggunaan obat ini
kurang benar, karena dapat mempengaruhi sel-sel hewan dan
sel

bakteri

sama

sehingga

tidak

memiliki

aplikasi

terapeutik. Dua kelas inhibitor sintesis asam nukleat yang


mempunyai aktivitas selektif terhadap procaryotes dan
beberapa obat-obatan medis seperti kuinolon dan rifamycins.
a) Kuinolon
Kuinolon adalah antibiotik yang memiliki spektrum
yang luas dan cepat membunuh bakteri dan diserap
dengan

baik

setelah

pemberian

oral

seperti nalidiksat. Asam ciprofloxacin termasuk dalam ke


grup kuinolon. Bertindak dengan menghambat aktivitas
girase DNA bakteri, mencegah fungsi normal DNA.
Beberapa kuinolon menembus makrofag dan neutrofil
sehingga lebih baik daripada kebanyakan antibiotik
karena itu berguna dalam pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh parasit intraseluler. Namun, penggunaan
utama dari asam nalidiksat pada kurang efektif pada
infeksi saluran kemih (ISK). Senyawa ini efektif terhadap
beberapa jenis bakteri Gram-negatif seperti E. coli,
Enterobacter aerogenes, K. pneumoniae dan spesies yang
umum penyebab ISK. Namun biasanya tidak efektif
terhadap Pseudomonas aeruginosa, dan bakteri Grampositif resisten. Namun, fluoroquinolone, Ciprofloxacin

13

(Cipro) baru-baru ini direkomendasikan sebagai obat


pilihan untuk profilaksis dan pengobatan anthrax.
b) Rifamycins
Rifamycins adalah
produk
dari Streptomyces. Rifampicin

merupakan turunan

semisintetik dari rifamycin yang aktif terhadap bakteri


Gram-positif (termasuk Mycobacterium tuberculosis) dan
beberapa bakteri Gram-negatif. Rifampisin bertindak
sangat khusus pada RNA polimerase eubacteria dan tidak
aktif terhadap polimerase RNA dari sel-sel hewan atau
terhadap polimerase DNA. Mengikat antibiotik ke subunit
beta polimerase ketika masuknya nukleotida pertama
yang

diperlukan

untuk

mengaktifkan

polimerase,

sehingga menghalangi sintesis mRNA. Telah dibuktikan


memiliki

efek

bakterisidal

yang

terhadapM.tuberculosis dibandingkan

lebih
obat

besar
anti-

tuberkulosis lainnya, dan telah menggantikan isoniazid


sebagai salah satu obat lini depan yang digunakan untuk
mengobati penyakit ini, terutama ketika resistansi
isoniazid terjadi. Hal ini efektif baik secara oral dan
menembus ke dalam cairan serebrospinal karena itu
berguna untuk pengobatan meningitis tuberkulosis, serta
meningitis yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis.
4) Inhibitor Kompetitif
Penghambat kompetitif merupakan daya kerja sebagian
besar semua antibiotik sintetik. Kebanyakan merupakan
"analog faktor pertumbuhan", bahan kimia yang secara
struktural mirip dengan faktor pertumbuhan bakteri tetapi
tidak memenuhi fungsi metabolisme dalam sel. Beberapa
antibiotik jenis merupakan bakteriostatik dan beberapa
bakterisida.
Contoh antibiotik jenis ini adalah sulfonamid.

14

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba dalam
mengoptimalkan keuntungan peran mikroba dan memperkecil kerugiannya.
Mikroba selain memberikan keuntungan juga dapat member kerugian pada
manusia berupa penyakit atau racun. Ada beberapa istilah dalam
mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme cleaning,desinfeksi,antiseptis
dan sterilisasi.
2. Pengendalian mikroorganisme terdiri dari pengendalian secara fisika yaitu
dengan pemanasan suhu tinggi, pendinginan dan pembekuan, pengeringan,
radiasi (uv, x-ray, radiasi gamma) dan filtrasi. Kemudian ada juga
pengendalian mikroorganisme secara kimia yaitu dengan antimikroba,
antiseptik, desinfektan, pengawet, antibiotik.

15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.____.

Pengertian

Pengendalian.

[Online].

Tersedia

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Mimin%20Nur
%20Aisyah,%20M.Sc.,%20Ak./Bab%2013%20Controlling.pdf

diunduh

pada 20 September 2015


Anonim. 2011. Pengendalian Pertumbuhan Mikroorganisme. [Online]. Tersedia :
http://analismuslim.blogspot.co.id/2011/10/pengendalian-pertumbuhanmikroorganisme.html diunduh pada 20 September 2015
Fatonah, Eva. 2014. Pengendalian Mikroorganisme. [Online]. Tersedia :
https://evavatonah.wordpress.com/2014/09/21/mikroorganismepengendalian
/ diunduh pada 10 Oktober 2015

16

Anda mungkin juga menyukai