OLEH :
Imraatul
Fitriyah Arif
021111002
Kevin Young
021311133001
Wiet Sidharta
021311133002
David
Suyanto
Christopher
021311133003
Aprodita Permata Yuliana
021311133004
Diagnosis
1.
Endo
Untuk melihat adanya indikasi infeksi atau nekrosis pulpa sebagai faktor
yang berkontribusi dalam timbulnya penyakit periodontal, dibutuhkan beberapa
tes untuk menilai respon vaskularisasi dari jaringan pulpa itu sendiri.
a.
Tes Vitalitas
Tes vitalitas merupakan tes yang paling sering digunakan dalam diagnosis
lesi endodontik.
Tes Termal
Penggunaan dingin dan panas harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari kerusakan pada jaringan pulpa. Untuk tes panas, dapat digunakan hot
water bath atau gutta-percha lunak yang dipanaskan. Sedangkan aplikasi rasa
dingin dapat menggunaka etyil cloride, dichlorodifluoromethane, dan CO2 stick.
Electric Pulp Tester (EPT)
EPT menunjukkan transmisi neural dan keberadaan serabut syaraf vital,
tapi tidak mengukur kesehatan dan integritas pulpa. Seperti pada gigi trauma atau
yang mengalami obliterasi, meski vaskularisasinya masih utuh, dapat memberikan
hasil negatif-palsu. Elektroda dari EPT paling baik dipasang pada sepertiga
gingival
permukaan
bukal
gigi,
dan
sebaiknya
menggunakan
gel
melihat adanya beban atau stres dan perpindahan melalui sebuah model. Dalam
konsep endo-perio. FEM merupakan metode ideal dalam membuat model sistem
antara gigi dan jaringan periodontal dengan geometri tiga dimensi yang kompleks.
Level stres yang abnormal dapat membantu klinisi untuk memperkirakan
kerusakan jaringan dan merencakan terapi dengan lebih cepat dan tepat (Vandana,
2004).
FEM digunakan sebagai pedoman pembuatan desain dental implant,
analisis tarikan orthodontik, pedoman pembuatan mahkota pasca perawatan endo-
perio, pemeriksaan distribusi stres pada gigi akibat preparasi kavitas, serta
optimasi desain restorasi gigi yang lain (Vandana, 2004).
c.
Pemeriksaan Penunjang
Dental X-ray atau foto radiologis dibutuhkan untuk melihat adanya
kelainan periapikal hingga resopsi dari tulang maupun gigi. Foto periapikal adalah
pilihan radiografis intraoral yang paling umum digunakan.
2.
a.
-
Perio
Pemeriksaan Klinis:
Bleeding on Probing (BOP)
Pendarahan selama proses insersi probe ke dalam pocket periodontal
merupakan tanda inflamasi dari gingiva serta adanya ulserasi pada pocket
periodontal. Tergantung pada tingkat keparahannya, BOP dapat hanya berupa
garis merah yang muncul pada sulcus gingiva, hingga pendarahan yang mengalir.
Untuk melihat BOP, probe dengan hati-hati dimasukkan kedalam pocket
periodontal, kemudian perlahan digerakkan secara lateral, menikuti dinding
pocket. Pendarahan dapat terjadi dengan cepat, namun dapat pula tertunda selama
beberapa detik. Oleh karena itu klinisi sebaiknya memeriksa kembali apakah
terdapat pendarahan 30 hingga 60 detik setelah probing (Carranza, 2002).
Mobilitas gigi
Pemeriksaan mobilitas gigi dilakukan dengan mengugunakan satu jari dan
satu instrumen metal lalu diberikan dorongan untuk melihat tingkat kegoyangan
gigi. Penyakit periodontal tidak selalu terlihat pada kasus kegoyangan gigi. Ada
banyak faktor yang dapat meningkatkan mobilitas gigi yaitu: hilangnya support
dari tulang, trauma oklusi, kehamilan dan siklus menstruasi, pasca bedah
periodontal, serta adanya penyebaran inflamasi dari gingiva maupun ligamen
periodontal (Carranza, 2002)
b.
Pemeriksaan Penunjang:
Radiologis:
Survey radiografis intraoral dibutuhkan untuk melihat resorpsi tulang,
sehingga harus memperlihatkan kondisi seluruh bagian rongga mulut (fullmouth). Umumnya, survey radiografis intraoral memerlukan 14 foto periapikal
dan 4 foto bite-wing untuk bagian posterior. Foto panoramik juga dapat digunakan
karena lebih praktis dan nyaman, serta dapat memperlihatkan lengkung geligi dan
struktur lain dengan lebih luas. Meski foto panoramik mampu menyediakan
informasi tentang distribusi dan keparahan dari kerusakan tulang, namun survey
Laboratoris
Apabila terdapat kelainan gingiva atau periodontal yang tidak dapat
Fase I dari terapi periodontal adalah fase nonsurgical atau nama lainnya
terapi inisial. Terapi inisial ini berisi tindakan scalling root planning, pemberian
obat kumur, occlusal adjustment, dan pemberian antibiotik (DoC : amox +
metronidazole atau klindamisin + metronidazole). Oleh karena perkembangan
suatu ilmu, Pada fase terapi inisial, penggunaan SRP akan diganti dengan
sensodyne, penggunaan minocyclin sebagai obat kumur, dan penggunaan terapi
perioceutic. Terapi perioceutic adalah terapi yang dilakukan dengan menggunakan
terapi antimikroba dan terapi host modulatory dalam menangani masalah
periodontitis. Obat-obatan yang dapat digunakan seperti obat NSAID, SDD
Doxycycline, tetracyclin, antikolagenase, bifosfonat, antioksidan, dan omega 3
(Gulati et al., 2014)
Fase kedua disebut dengan fase surgical therapy. Fase ini bertujuan untuk
meningkatkan prognosis dari gigi atau penggantinya dan meningkatkan nilai
estetik dengan memperbaiki morfologi anatomi dari jaringan periodontal. Bedah
flap merupakan salah satu terapi pada fase ini. Di era yang sudah maju, bedah flap
dikombinasi dengan augmentasi dan bahan regenerasi alami sehingga proses
penyembuhan
menjadi
lebih
cepat.
Fase
bedah
ini
dilakukan
untuk
manajemen rasa nyeri. Pada tahap terapi inisial, dapat diberikan obat pereda sakit
pada splint dan penambahan pasta sensodyne pada SRP dan occlusal adjustment.
Pada tahap bedah, pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan memberikan
anastesi topikal sebelum pemberian anestesi lokal, menggunakan alat suntik
mikro, dan minimal trauma pada tindakan pembedahan untuk menghindari
nekrosis jaringan. Pada fase rehabilitasi, penggunaan fixed bridge dan implant
yang berhasil dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fungsi jaringan.
Estetika dalam bidang periodonsia semakin berkembang. Perawatan
periodonsia yang berhubungan dengan estetika disebut dengan periodontal plastic
surgery. Inti dari bedah estetik ini adalah pelebaran dari attached gingiva,
merubah kedalaman vestibulum yang dangkal, dan reseksi dari frena yang
abnormal. Salah satu teori yang mendasari perawatan estetik periodontik ini
adalah teori gingival level. Teori ini menggunakan ukuran 2 mm pada gingiva
sebagai pegangan dalam melakukan tindakan. Apabila tinggi gingiva kurang dari
2 mm, maka perawatan periodonsia dapat dilakukan dengan crown lengthening.
Apabila tinggi gingiva lebih dari 2 mm, dapat dilakukan prosedur perio-ortho,
grafting, dan implant.
Crown Lengthening
Mahkota gigi yang pendek dapat menyebabkan retensi yang kurang dan
pada akhirnya mengakibatkan preparasi gigi yang kurang tepat. Pemanjangan
mahkota gigi melalui operasi dilakukan untuk menambah panjang mahkota klinis
tanpa merusak kelebaran biologis nya. Beberapa teknik telah diajukan untuk
prosedur pemanjangan mahkota ini antara lain gingivektomi, flap apical dengan
atau tanpa pengangkatan tulang, dan operasi ekstrusi menggunakan periotome.
(Nethravathy, Vinoth and Thomas, 2013)
Tujuan Operasi Pemanjangan Mahkota (Nethravathy, Vinoth and Thomas, 2013)
1. Proses untuk memperoleh struktur gigi sehat yang cukup dalam kasus
fraktur gigi subgingival dan lesi karies.
Sesudah Prosedur
dapat disebabkan oleh penyikatan gigi yang salah. Penggunaan dental floss yang
salah dapat menyakiti interdental papillae. Kebiasaan ini harus dihentikan dan
diubah. Reepitelisasi dari lesi traumatis dapat mengembalikan papilla seperti
sediakala.
teknik restorasi yang tidak benar terindikasi turut berperan dalam terpisahnya
jaringan interdental. Dengan pembentukan ulang secara restorative atau
menggunakan prostetik dari kontur gigi, titik kontak akan dapat diperpanjang dan
diletakkan lebih kea rah apical; embrasure dapat dikurangi, memungkinkan
perpindahan interdental gingiva kearah koronal.
kasus, ada kehilangan perlindungan gingiva pada gigi di regio anterior, dengan
resesi gingiva dan hilangnya interdental papilla. Perawatan operatif pada situasi
demikian
sangat
beresiko,
membutuhkan
waktu
penyembuhan
yang
berkepanjangan, dan hasilnya tidak dapat diprediksi; menjadikan metode ini tidak
dianjurkan.
Rekonstruksi pada daerah ini menggunakan protesa seperti gingival
veneer dapat digunakan untuk merawat kecacatan yang ada setelah kontrol dari
penyakit periodontal, terutama pada regio anterior rahang atas. Dokter gigi dapat
memberikan gingival veneer yang nyaman dan
Periodontal veneer
regio anterior rahang atas
Dental Implant
Mahkota
Mahkota merupakan bagian teratas dari restorasi dan merupakan bagian
yang tampak pada rongga mulut. Bagian ini menggantikan fungsi gigi asli dengan
memberikan permukaan gigit dan aspek estetik. Mahkota yang baik dibuat dengan
tangan oleh teknisi gigi. Mahkota dapat di semen maupun disekrupkan ke
abutment.
Material yang digunakan : Porselen (bisa fused to metal ataupun tanpa logam )
atau logam (biasanya emas)
Hal yang harus dipertimbangkan: Pola gigit, keausan, aspek estetis
b.
Abutment
Abutment berfungsi untuk menyangga mahkota (atau beberapa mahkota
pada kasus pembuatan gigi tiruan tetap). Bagian ini juga merupakan penghububg
antara mahkota dan implant. Abutment tersedia dalam bentuk jadi dengan angulasi
yang tetap dari pabrikan dalam ukuran yang berbeda (diameter penghubung) dan
material yang berbeda pula. Abutment dibuat dengan ukuran khusus untuk
mendapatkan ketepatan ukuran yang sesuai dengan mahkota. Abutment yang
disiapkan kemudian disekrupkan dengan kunci ulir ke implant menggunakan alat
pencari posisi khusus dan memandu secara tepat ke posisi pemasangan.
Material yang digunakan: Titanium.
Hal yang harus dipertimbangkan: Bentuk, sudut pemasangan, panjang dan ukuran
platform.
c.
Jika yang hilang adalah gigi tunggal dan sudah terpasang gigi tiruan
lepasan atau gigi tiruan tetap di sekitarnya maka mahkota yang disangga oleh
implant bisa jadi alternative yang lebih baik. Gigi pengganti tunggal terlihat dan
terasa lebih alami dan fungsi sama persis seperti gigi asli.
Tidak membahayakan struktur gigi sekitarnya
Merawat jaringan tulang sekitarnya (menggantikan akar gigi)
Mencegah kolaps nya tulang dan resesi garis rahang
Perawatan sama persis seperti gigi asli
Mengembalikan kekuatan gigitan seperti semula
Mengembalikan kepercayaan diri dan penampilan alami
C.
metode pemeriksaan gigi dan periodontal, seperti inspeksi klinis, probing, dan
pemeriksaan radiografik. (Newman et al., 2012)
Indeks penilaian secara klinis antara gigi asli dengan implan kurang lebih sama,
antara lain:
1. Daya tahan (longevity)
2. Nyeri
3. Mobilitas
4. Perkusi
5. Crestal Bone Loss
6. Evaluasi radiografik
7. Perhatian terhadap jaringan berkeratin
8. Kedalaman probing
9. Bleeding index
10. Penyakit peri-implan
11. Kegagalan implan
Pemeriksaan klinis meliputi inspeksi secara visual dan probing. Evaluasi
visual pada warna, kontur, konsistensi jaringan, probing daerah peri-implan, dan
gambar radiografis adalah beberapa cara untuk mengevaluasi implan pada fase
pasca perawatan. Tanda-tanda radang dan pembengkakan dapat diperiksa secara
visual dari jaringan lunak disekitar. Hal tersebut juga dapat dipalpasi untuk
mendeteksi area edema, nyeri tekan, eksudat atau supurasi. Probing peri-implan
dapat digunakan untuk mengetahui kondisi dan tingkat jaringan keras dan lunak di
sekitar implan. (Newman et al., 2012)
Periodontal probing disekitar gigi sangat berguna untuk mengetahui
kesehatan jaringan periodontal, kedalaman sulkus atau pocket dan level
perlekatan. Petugas klinis harus berhati-hati saat melakukan periimplant probing
karena interpretasi pengukuran tidak dapat disamakan dengan gigi normal. Karena
perbedaan pada jaringan sekitar yang mendukung gigi dengan implan, probe
dimasukkan secara berbeda. Pada gigi normal terdapat serabut jaringan ikat
supracrestal pada sementum permukaan akar gigi yang merupakan sumber utama
penahan probe dan tidak ditemukan pada implan. Serabut jaringan penghubung di
sekitar implan pada umumnya paralel pada permukaan implan atau restorasi dan
tidak memiliki serat tegak lurus. (Newman et al., 2012)
Pada daerah non-inflamasi, probe akan ditahan oleh bagian paling koronal
dari perlekatan jaringan pada implan. Pada daerah inflamasi, ujung probe dapat
masuk lebih dalam hingga jaringan ikat yang tidak inflamasi, yang sering dekat
dengan atau pada darah tulang. Peri-implan probing dipengaruhi oleh beberapa
kondisi antara lain ukuran probe, gaya dan arah insersi probe, kesehatan dan
resistensi jaringan peri-implan, level pendukung tulang, dan fitur implan,
penyangga dan desain protesa. (Newman et al., 2012)
Nyeri dan kelembutan adalah keluhan subjektif dari pasien. Pada gigi
natural terdapat sensitivitas pada suhu dingin yang merupakan indikator pertama
pada masalah gigi. Tetapi pada gigi implan nyeri dan sensitivitas bisa ada bisa
tidak.
Pada gigi normal terdapat gerakan fisiologis
rotasi serta zero clinical mobility pada arah vertikal. Sedangkan pada gigi implan
terfiksasi rigid dan terdapat osteointegrasi antara implan dengan tulang alveolar.
Penilaian terhadap stabilitas implan merupakan ukuran penting untuk mengetahui
tentang ketahanan osseointegrasi. Bila terdeteksi adanya mobilitas implan yang
signifikan, dapat dinyatakan bahwa kemungkinan implan tersebut gagal. Mobilitas
tetap menjadi tanda kardinal kegagalan implan, oleh karena itu mendeteksi
mobilitas merupakan parameter yang penting. (Newman et al., 2012)
D.
global warming yang telah menjadi isu utama pada zaman ini telah mempengaruhi
ilmu kesehatan, munculnya berbagai penyakit tropis baru dan penyakit dengan
nilai strategis (periodontitis) harus ikut berkembang di masa datang. Kemajuan
ilmu pengetahuan telah menemukan penggalian terapi dengan sumber alami yang
dibagi menjadi 2 terapi yaitu bentuk terapi bedah periodontal seperti platelet rich
plasma dan terapi nonbedah periodontal seperti pasta gigi nigella sativa.
Pada terapi periodontal telah dikembangkan pengobatan regenerative dan
pengobatan periodontal. Pengobatan regenerative dengan stem cell chitosan dan
terapi dengan bahan alam secara biomolekuler seperti platelet rich plasma sebagai
growth factor alami. Pengobatan periodontal juga menggunakan terapi dengan
bahan alami yaitu dengan obat kumur herbal dan pasta gigi nigella sativa yang
memiliki kemampuan sebagai antibakteri dan anti inflamasi. Penelitian pada
nigela sativa dapat menurunkan PgE2.
Platelet rich plasma adalah bioteknologi yang baru dalam teknik jaringan
dan terapi seluler. Memiliki stimulasi dan percepatan penyembuhan dalam tulang
dan jaringan lunak. Platelet rich plasma merupakan volume plasma yang memiliki
konsentrasi trombosit diatas normal. Memiliki konsentrasi trombosit setidaknya
1.000.000 per microliter dalam 5 mL volume plasma, ketika jumlah trombosit
normal manusia di kisaran 150.000 / 1 L menjadi 350.000 / 1 L. PRP bekerja
melalui degranulasi dari butiran di trombosit. Pembekuan mengaktifkan trombosit
yang kemudian mulai mesekresi faktor pertumbuhan. Dalam waktu 10 menit PRP
mengeluarkan 70% dari faktor pertumbuhannya yang disimpan dan hampir 100%
dalam jam pertama. Kemudian PRP mensintesis sejumlah tambahan faktor
pertumbuhan selama 8 hari sampai habis dan mati. Faktor-faktor pertumbuhan
dalam PRP mampu membentuk bekuan fibrin, mempromosikan proliferasi
fibroblast dan mengatur sintesis kolagen di matriks ekstraselular. Dengan
demikian, penggunaan PRP di daerah luka dapat segera sembuh dan terjadi
regenerasi jaringan lunak periodontal. Selain itu, untuk mempercepat perbaikan
tulang dengan meningkatkan mitosis osteoblas dan jaringan vaskularisasi yang
berguna dalam pengobatan intrabony yang cacat. (Sequeria, 2015)
Nigella sativa mengandung thymoquinone yang utama memiliki kegunaan
farmakologi termasuk antihistaminic, anti-inflammatory yang mengurangi reaksi
sekunder Freund, terjadi penurunan yang tajam dalam IL-6, LTB4, M dan P, juga
membantu dalam pengurangan MCP-1, TNF-, interleukin-1 dan Cox2.
antibakteri, antifungi antihipertensi, hipoglikemia, dan efek antioksidan dari
thymoquinone dapat menangkap radikal bebas dan efektif terhadap anion
superoksida sebagai superoksida dismutase. (Kapil, DK and Chandna, 2015)
Kesimpulan
Treatment Plan
Master Plan for Total Treatment
Tujuan dari rencana perawatan adalah perawatan total, yaitu, semua
perawatan jangka pendek dan jangka panjang dengan tujuan menciptakan gigi
yang berfungsi dengan baik dengan lingkungan periodontal yang sehat. Rencana
utama meliputi perawatan periodontal yang berbeda pada tujuan terapi setiap
pasien menurut kebutuhan nya. Hal ini didasarkan pada diagnosis, penyakit
keparahan, faktor risiko, dan faktor lainnya. (Newman et al., 2012)
Extracting or Preserving a Tooth
Perawatan periodontal membutuhkan perencanaan jangka panjang.
Dengan keadaan pasien diukur dalam tahun yaitu fungsi sehat dari seluruh gigi
dan jumlah gigi tetap pada saat pengobatan. Pengobatan diarahkan untuk
membangun dan mempertahankan kesehatan periodonsium seluruh mulut
daripada mencoba upaya untuk "mempertahankan gigi goyang." (Newman et al.,
2012)
Penghilangan retensi, atau retensi sementara satu atau lebih gigi adalah
bagian yang sangat penting dari rencana perawatan keseluruhan. Sebuah gigi
harus diekstrak dengan ketentuan sebagai berikut: (Newman et al., 2012)
Gigi yang goyang dengan kehilangan fungsi.
Gigi dapat menyebabkan abses akut selama terapi.
Tidak ada gunanya gigi tersebut dalam rencana perawatan keseluruhan.
Dalam beberapa kasus, gigi dapat dipertahankan sementara, menunda
keputusan untuk mengekstrak gigi sampai setelah pengobatan selesai. Dalam
setelah selesai terapi fase I, pasien harus ditempatkan pada tahap maintenance
(fase IV) untuk menjaga hasil yang diperoleh dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dan kambuhnya suatu penyakit. Sedangkan pada tahap maintenance, dengan
yang evaluasi berkala, pasien masuk ke fase bedah (fase II) dan fase restoratif
(fase III) pada pengobatan. Fase ini meliputi bedah periodontal untuk mengobati
dan memperbaiki kondisi periodontal dan jaringan sekitarnya. Termasuk
regenerasi gingiva dan tulang untuk fungsi dan estetika, penempatan implan, dan
terapi restoratif. (Newman et al., 2012)
dapat
berpotensi
membunuh
bakteri,
mempengaruhi
kolonisasi,
Daftar Pustaka
Gulati, M., Anand, V., Govila, V. and Jain, N. 2014. Host modulation therapy: An
indispensable part of perioceutics. Journal of Indian Society of
Periodontology, 18(3), p.282.