Anda di halaman 1dari 24

OVERVIEW OF PERIODONTOLOGY

OLEH :
Imraatul

Fitriyah Arif
021111002

Kevin Young
021311133001
Wiet Sidharta
021311133002
David
Suyanto

Christopher
021311133003
Aprodita Permata Yuliana

021311133004

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015
RANGKUMAN
Tatalaksana Perawatan Kelainan Endo Perio

Diagnosis
1.

Endo

Untuk melihat adanya indikasi infeksi atau nekrosis pulpa sebagai faktor
yang berkontribusi dalam timbulnya penyakit periodontal, dibutuhkan beberapa
tes untuk menilai respon vaskularisasi dari jaringan pulpa itu sendiri.
a.

Tes Vitalitas
Tes vitalitas merupakan tes yang paling sering digunakan dalam diagnosis

lesi endodontik.
Tes Termal
Penggunaan dingin dan panas harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari kerusakan pada jaringan pulpa. Untuk tes panas, dapat digunakan hot
water bath atau gutta-percha lunak yang dipanaskan. Sedangkan aplikasi rasa
dingin dapat menggunaka etyil cloride, dichlorodifluoromethane, dan CO2 stick.
Electric Pulp Tester (EPT)
EPT menunjukkan transmisi neural dan keberadaan serabut syaraf vital,
tapi tidak mengukur kesehatan dan integritas pulpa. Seperti pada gigi trauma atau
yang mengalami obliterasi, meski vaskularisasinya masih utuh, dapat memberikan
hasil negatif-palsu. Elektroda dari EPT paling baik dipasang pada sepertiga
gingival

permukaan

bukal

gigi,

dan

sebaiknya

menggunakan

gel

elektrokardiogram sabagai media interface.


Doppler
Laser doppler flowmetry (LDF) merupakan metode yang akurat,
noninvasif, dan reliable untuk mengevaluasi vaskularisasi dengan sebuah dioda
yang memproyeksikan berkas cahaya inframerah melewati mahkota dan ruang
pulpa. Umumnya, LDF digunakan untuk mengevaluasi vitalitas gigi yang trauma,
vaskularisasi flap pasca augmentasi, dan selama osteotomy fraktur Le Fort I.
b.

Finite Element Metode (FEM)


FEM merupakan teknik iterasi numerik yang terkomputerisasi untuk

melihat adanya beban atau stres dan perpindahan melalui sebuah model. Dalam
konsep endo-perio. FEM merupakan metode ideal dalam membuat model sistem
antara gigi dan jaringan periodontal dengan geometri tiga dimensi yang kompleks.
Level stres yang abnormal dapat membantu klinisi untuk memperkirakan
kerusakan jaringan dan merencakan terapi dengan lebih cepat dan tepat (Vandana,
2004).
FEM digunakan sebagai pedoman pembuatan desain dental implant,
analisis tarikan orthodontik, pedoman pembuatan mahkota pasca perawatan endo-

perio, pemeriksaan distribusi stres pada gigi akibat preparasi kavitas, serta
optimasi desain restorasi gigi yang lain (Vandana, 2004).
c.
Pemeriksaan Penunjang
Dental X-ray atau foto radiologis dibutuhkan untuk melihat adanya
kelainan periapikal hingga resopsi dari tulang maupun gigi. Foto periapikal adalah
pilihan radiografis intraoral yang paling umum digunakan.
2.
a.
-

Perio
Pemeriksaan Klinis:
Bleeding on Probing (BOP)
Pendarahan selama proses insersi probe ke dalam pocket periodontal

merupakan tanda inflamasi dari gingiva serta adanya ulserasi pada pocket
periodontal. Tergantung pada tingkat keparahannya, BOP dapat hanya berupa
garis merah yang muncul pada sulcus gingiva, hingga pendarahan yang mengalir.
Untuk melihat BOP, probe dengan hati-hati dimasukkan kedalam pocket
periodontal, kemudian perlahan digerakkan secara lateral, menikuti dinding
pocket. Pendarahan dapat terjadi dengan cepat, namun dapat pula tertunda selama
beberapa detik. Oleh karena itu klinisi sebaiknya memeriksa kembali apakah
terdapat pendarahan 30 hingga 60 detik setelah probing (Carranza, 2002).
Mobilitas gigi
Pemeriksaan mobilitas gigi dilakukan dengan mengugunakan satu jari dan
satu instrumen metal lalu diberikan dorongan untuk melihat tingkat kegoyangan
gigi. Penyakit periodontal tidak selalu terlihat pada kasus kegoyangan gigi. Ada
banyak faktor yang dapat meningkatkan mobilitas gigi yaitu: hilangnya support
dari tulang, trauma oklusi, kehamilan dan siklus menstruasi, pasca bedah
periodontal, serta adanya penyebaran inflamasi dari gingiva maupun ligamen
periodontal (Carranza, 2002)
b.
Pemeriksaan Penunjang:
Radiologis:
Survey radiografis intraoral dibutuhkan untuk melihat resorpsi tulang,
sehingga harus memperlihatkan kondisi seluruh bagian rongga mulut (fullmouth). Umumnya, survey radiografis intraoral memerlukan 14 foto periapikal
dan 4 foto bite-wing untuk bagian posterior. Foto panoramik juga dapat digunakan
karena lebih praktis dan nyaman, serta dapat memperlihatkan lengkung geligi dan
struktur lain dengan lebih luas. Meski foto panoramik mampu menyediakan
informasi tentang distribusi dan keparahan dari kerusakan tulang, namun survey

radiografis intraoral lengkap tetap dibutuhkan dalam diagnosa penyakit


periodontal dan perencanaan perawatan (Carranza, 2002)
-

Laboratoris
Apabila terdapat kelainan gingiva atau periodontal yang tidak dapat

diketahui penyebab lokalnya, kemungkinan terdapat fakor sistemik yang


berkontribusi sehingga perlu diperiksa. Pemeriksaan yang perlu dilakukan yaitu
tes darah lengkap, pemeriksaan status gizi, dan melihat apakah pasien masih
dalam perawatan penyakit sistemik lain seperi Diabetes Mellitus, Hipertensi, atau
infeksi kandung kemih (Carranza, 2002).
Selain itu, terdapat teknik pendekatan biologi molekuler konvensional
yang memeriksa sejumlah terbatas protein berdasarkan sinyal atau jalur
metabolisme yang disebut Proteomik. Protein sebagai biomarker dari penyakit
periodontal sudah banyak diteliti, dan menunjukkan peran vitalnya dalam proses
inisiasi, progesi, dan tingkat keparahan penyakit periodontal. Proteomik
merupakan teknik pendekatan sistematis untuk pemetaan kualitatis dan kuantitatis
dari seluruh proteom dalam studi skala besar, yang juga sering dianalogikan
dengan penelitian gen atau genomik (Gupta, 2015).

Update Terapi Periodontal


Perkembangan terapi periodontal di era modern menonjolkan tidak hanya

perbaikan fungsi, namun juga memperbaiki estetika dari jaringan periodontal.


Pengobatan dari periodontal tidak harus selalu melalui tindakan bedah.
Penggunaan obat-obatan seperti antimikroba, NSAID, periostat, dan bifosfonat
dapat mengurangi proses kerusakan jaringan periodontal. Konsep dasar dari terapi
periodontal adalah menangani faktor lokal, yaitu plak.
Penanganan dalam terapi periodontal secara keseluruhan dibagi menjadi 5
tahapan atau fase. Tentunya sebelum memulai suatu terapi diperlukan suatu
anamnesa yang baik. Pada tahap anamnesa, dokter sebaiknya berkomunikasi
dengan baik dan tidak menakut-nakuti pasien supaya pasien tidak mengalami
beban emosional dan memicu rasa nyeri pada saat dilakukan tindakan.

Fase I dari terapi periodontal adalah fase nonsurgical atau nama lainnya
terapi inisial. Terapi inisial ini berisi tindakan scalling root planning, pemberian
obat kumur, occlusal adjustment, dan pemberian antibiotik (DoC : amox +
metronidazole atau klindamisin + metronidazole). Oleh karena perkembangan
suatu ilmu, Pada fase terapi inisial, penggunaan SRP akan diganti dengan
sensodyne, penggunaan minocyclin sebagai obat kumur, dan penggunaan terapi
perioceutic. Terapi perioceutic adalah terapi yang dilakukan dengan menggunakan
terapi antimikroba dan terapi host modulatory dalam menangani masalah
periodontitis. Obat-obatan yang dapat digunakan seperti obat NSAID, SDD
Doxycycline, tetracyclin, antikolagenase, bifosfonat, antioksidan, dan omega 3
(Gulati et al., 2014)
Fase kedua disebut dengan fase surgical therapy. Fase ini bertujuan untuk
meningkatkan prognosis dari gigi atau penggantinya dan meningkatkan nilai
estetik dengan memperbaiki morfologi anatomi dari jaringan periodontal. Bedah
flap merupakan salah satu terapi pada fase ini. Di era yang sudah maju, bedah flap
dikombinasi dengan augmentasi dan bahan regenerasi alami sehingga proses
penyembuhan

menjadi

lebih

cepat.

Fase

bedah

ini

dilakukan

untuk

mempersiapkan fase restorasi.


Setelah fase bedah, dlanjutkan dengan fase ke-4, yaitu fase restorasi atau
rehabilitasi. dengan menggunakan temporary atau fixed splint supaya tidak terjadi
gangguan penyembuhan. Semakin berkembangnya jaman, pemasangan implan
semakin menarik perhaian banyak orang. Pemasangan dilakukan supaya pada
regio yang kehilangan gigi tetap berfungsi sebagai jaringan pendukung, walaupun
tidak sebaik fungsi pada gigi aslinya.
Setelah itu dilakukan fase maintenance yang didalamnya berisi tindakan
evaluasi dari kondisi plak, calculus, gingiva, oklusi, dan kelainan lainnya. dalam
waktu 1 bulan, kemudian dilanjutkan ke 3 bulan, 6 bulan dan yang terakhir 12
bulan. Fase ini sebaiknya dilakukan sebelum fase inisial dan sesudah fase darurat
atau emergency. Fase emergency merupakan fase yang memerlukan tindakan
secepat mungkin untuk mencegah kerusakan yang merugikan.
Perawatan periodontal terkadang menimbulkan rasa nyeri yang tidak
nyaman. Oleh karena itu pada tiap tahap diharapkan dilakukan suatu prosedur

manajemen rasa nyeri. Pada tahap terapi inisial, dapat diberikan obat pereda sakit
pada splint dan penambahan pasta sensodyne pada SRP dan occlusal adjustment.
Pada tahap bedah, pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan memberikan
anastesi topikal sebelum pemberian anestesi lokal, menggunakan alat suntik
mikro, dan minimal trauma pada tindakan pembedahan untuk menghindari
nekrosis jaringan. Pada fase rehabilitasi, penggunaan fixed bridge dan implant
yang berhasil dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fungsi jaringan.
Estetika dalam bidang periodonsia semakin berkembang. Perawatan
periodonsia yang berhubungan dengan estetika disebut dengan periodontal plastic
surgery. Inti dari bedah estetik ini adalah pelebaran dari attached gingiva,
merubah kedalaman vestibulum yang dangkal, dan reseksi dari frena yang
abnormal. Salah satu teori yang mendasari perawatan estetik periodontik ini
adalah teori gingival level. Teori ini menggunakan ukuran 2 mm pada gingiva
sebagai pegangan dalam melakukan tindakan. Apabila tinggi gingiva kurang dari
2 mm, maka perawatan periodonsia dapat dilakukan dengan crown lengthening.
Apabila tinggi gingiva lebih dari 2 mm, dapat dilakukan prosedur perio-ortho,
grafting, dan implant.

Crown Lengthening
Mahkota gigi yang pendek dapat menyebabkan retensi yang kurang dan
pada akhirnya mengakibatkan preparasi gigi yang kurang tepat. Pemanjangan
mahkota gigi melalui operasi dilakukan untuk menambah panjang mahkota klinis
tanpa merusak kelebaran biologis nya. Beberapa teknik telah diajukan untuk
prosedur pemanjangan mahkota ini antara lain gingivektomi, flap apical dengan
atau tanpa pengangkatan tulang, dan operasi ekstrusi menggunakan periotome.
(Nethravathy, Vinoth and Thomas, 2013)
Tujuan Operasi Pemanjangan Mahkota (Nethravathy, Vinoth and Thomas, 2013)
1. Proses untuk memperoleh struktur gigi sehat yang cukup dalam kasus
fraktur gigi subgingival dan lesi karies.

2. Meningkatkan retensi dari restorasi gigi


3. Penempatan margin restorasi yang benar tanpa melanggar lebar biologis
dari gigi.
4. Aspek estetik yang meningkat untuk paseien dengan margin gingiva yang
tak seimbang.

Sebelum prosedur operasi


operasi

Sesudah Prosedur

Interdental Papillae Reconstruction


Kehilangan interdental papilla depat menyebabkan kelainan kosmetik pada
struktur gigi dan mulut , masalah fonetik, dan impaksi sisa makanan pada daerah
lateral. Seringkali kehilangan papilla disebabkan oleh penyakit periodontal
disebabkan oleh inflamasi gingiva, kehilangan perlekatan, dan resorpsi tinggi
tulang interproksimal. Hilangnya papilla juga dapat disebabkan terapi operasi

periodontal, disebabkan karena jaringan lunak biasanya kontraksi pada masa


penyembuhan.
Penyebab Kehilangan Interdental Papilla
Tidak adanya atau hilangnya interdental papillae dapat disebabkan oleh
beberapa alas an, antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Lesi terkait plak


Kebiasaan oral hygiene yang traumatis
Bentuk abnormal gigi
Kontur yang tidak baik dari restorasi
Adanya celah antar gigi
Hilangnya gigi

Rekonstruksi dari Interdental Papillae yang Hilang


Teknik Non-Operatif

Pembenaran dari kebiasaan perawatan gigi yang traumatis


Diffuse erythema dan denudasi dari attached gingiva pada rongga mulut

dapat disebabkan oleh penyikatan gigi yang salah. Penggunaan dental floss yang
salah dapat menyakiti interdental papillae. Kebiasaan ini harus dihentikan dan
diubah. Reepitelisasi dari lesi traumatis dapat mengembalikan papilla seperti
sediakala.

Metode restorative atau prostetik


Bentuk abnormal gigi dapat terlibat dalam tidak terbentukanya papilla, dan

teknik restorasi yang tidak benar terindikasi turut berperan dalam terpisahnya
jaringan interdental. Dengan pembentukan ulang secara restorative atau
menggunakan prostetik dari kontur gigi, titik kontak akan dapat diperpanjang dan
diletakkan lebih kea rah apical; embrasure dapat dikurangi, memungkinkan
perpindahan interdental gingiva kearah koronal.

Pendekatan secara Ortodontik

Penutupan melalu prosedur ortodontis dari interdental space dicapai


dengan penggerakan secara fisik dua gigi yang berdampingan. Tujuannya adalah
mengurangi diastema dan mendapat titik kontak diantara kedua gigi, tanpa
menggunakan upaya operasi periodontal untuk membentuk papilla yang
hilang.Efek dari perawatan ortodontik ini adalah perubahan pada struktur jaringan
penyangga, menyebabkan perubahan yang mengikuti pada ketinggian tulang dan
kontur jaringan lunak dan dengan demikian membentuk papilla baru.

Kuretase berulang dari papilla


Kuretase berulang seiap 15 hari untuk 3 bulan untuk membentuk ulang

papilla yang hancur akibat necrotizing gingivitis, menginduksi reaksi inflamasi


proliferative hiperplastik pada papilla. Sekitar 9 bulan setelah perawatan awal,
regenerasi dari interdental papilla mulai tampak. Beberapa struktur papilla
menunjukkan regenerasi total, namun ada juga yang tidak menunjukkan respon
terhadap kuretase periodik.
Teknik Operatif
Beberapa metode operatif telah diajukan untuk mencegah dan/atau
mengatasi gangguan estetis karena hilangnya interdental papilla, terutama pada
pasien usia muda. Interdental papilla merupakan daerah kecil dengan suplai darah
yang sedikit. Faktor ini menjadi faktor penghalang yang besar untuk semua
prosedur operasi rekonstruktif dan teknik augmentasi. Sebagian besar teknik
operatif melibatkan grafting tulang pada gingiva, namun keberhasilannya rendah
karena suplai darah yang tidak memadai.
Pendekatan operatif melibatkan prosedur-prosedur sebagai berikut :
1. Pembentukan kembali kontur papilla
2. Preservasi papilla.
3. Rekonstruksi papilla.

Periodontal acrylic veneer


Penyakit periodontal menyebabkan kerusakan dan hancurnya dari struktur
penyangga gigi, termasuk juga tulang dan ligamen periodontal. Dalam beberapa

kasus, ada kehilangan perlindungan gingiva pada gigi di regio anterior, dengan
resesi gingiva dan hilangnya interdental papilla. Perawatan operatif pada situasi
demikian

sangat

beresiko,

membutuhkan

waktu

penyembuhan

yang

berkepanjangan, dan hasilnya tidak dapat diprediksi; menjadikan metode ini tidak
dianjurkan.
Rekonstruksi pada daerah ini menggunakan protesa seperti gingival
veneer dapat digunakan untuk merawat kecacatan yang ada setelah kontrol dari
penyakit periodontal, terutama pada regio anterior rahang atas. Dokter gigi dapat
memberikan gingival veneer yang nyaman dan

pas, yang stabil dan

mengembalikan estetika dari daerah yang mengalami kecacatan karena hilangnya


interdental papilla dan resesi gingiva. Metode ini merupakan pilihan inovatif
untuk mengatasi permasalahan estetik dan kesehatan gigi dalam jangka panjang.
(Patil, Danane and Prabhu, 2011)

Flap diangkat dan kontur ulang tulang


dilakukan

Flap dijahit dan periodontal


pack diletakkan

Post tindakan operasi (2 minggu)


dipasang pada

Periodontal veneer
regio anterior rahang atas

Dental Implant

Dental implant merupakan struktur gigi tiruan yang dibuat sedemikian


rupa untuk menggantikan fungsi dari akar dan jaringan penyangga gigi asli yang
telah hilang. Teknologi ini menggunakan pasak yang terbuat dari logam campur
titanium yang dapat berosteointegrasi dengan tulang rahang sebagaimana dengan
gigi alami. Setelah implant dipasang, pasak tersebut digunakan sebagai media
tempat untuk pemasangan mahkota porselen. Metode ini merupakan metode
terbaik saat ini bagi pasien yang kehilangan akar dan mahkota gigi sekaligus.

Bagian-Bagian Utama dari Dental Implant :


a.

Mahkota
Mahkota merupakan bagian teratas dari restorasi dan merupakan bagian

yang tampak pada rongga mulut. Bagian ini menggantikan fungsi gigi asli dengan
memberikan permukaan gigit dan aspek estetik. Mahkota yang baik dibuat dengan
tangan oleh teknisi gigi. Mahkota dapat di semen maupun disekrupkan ke
abutment.
Material yang digunakan : Porselen (bisa fused to metal ataupun tanpa logam )
atau logam (biasanya emas)
Hal yang harus dipertimbangkan: Pola gigit, keausan, aspek estetis

b.

Abutment
Abutment berfungsi untuk menyangga mahkota (atau beberapa mahkota

pada kasus pembuatan gigi tiruan tetap). Bagian ini juga merupakan penghububg
antara mahkota dan implant. Abutment tersedia dalam bentuk jadi dengan angulasi
yang tetap dari pabrikan dalam ukuran yang berbeda (diameter penghubung) dan
material yang berbeda pula. Abutment dibuat dengan ukuran khusus untuk
mendapatkan ketepatan ukuran yang sesuai dengan mahkota. Abutment yang
disiapkan kemudian disekrupkan dengan kunci ulir ke implant menggunakan alat
pencari posisi khusus dan memandu secara tepat ke posisi pemasangan.
Material yang digunakan: Titanium.
Hal yang harus dipertimbangkan: Bentuk, sudut pemasangan, panjang dan ukuran
platform.
c.

Implant atau Fixture


Implant memberikan fondasi atau jangkar bagi sebuah restorasi. Bagian ini

disekrupkan langsung ke tulang rahang memberikan tempat yang permanen


dimana abutment dapat dipasangkan. Jaringan tulang dapat tumbuh di sekitar
implant meregenerasi dan memperkuat rahang mengurang bone loss yang terjadi
saat gigi alami hilang.
Implant tersedia dalam beragam panjang, bentuk, dan lebar (ukuran
platform). Setiap pabrikan memiliki design implant mereka sendiri. Fitur unik ini
mengharuskan baik dokter gigi maupun teknisi mengikuti prosedur individual dari
pabrikan dan panduan untuk memasang maupun juga untuk mrmbuat protesa yang
terkait dengan implant.
Material yang digunakan : Titanium.
Hal yang harus dipertimbangkan: Sebagian besar aspek medis, termasuk keadaan
tulang tahang dan permasalahan tempat untuk pemasangan; konsultasi dengan
bidang terkait diperlukan sebelum prosedur dilakukan.

Single Tooth Replacement

Jika yang hilang adalah gigi tunggal dan sudah terpasang gigi tiruan
lepasan atau gigi tiruan tetap di sekitarnya maka mahkota yang disangga oleh
implant bisa jadi alternative yang lebih baik. Gigi pengganti tunggal terlihat dan
terasa lebih alami dan fungsi sama persis seperti gigi asli.
Tidak membahayakan struktur gigi sekitarnya
Merawat jaringan tulang sekitarnya (menggantikan akar gigi)
Mencegah kolaps nya tulang dan resesi garis rahang
Perawatan sama persis seperti gigi asli
Mengembalikan kekuatan gigitan seperti semula
Mengembalikan kepercayaan diri dan penampilan alami

Multiple Tooth Replacement

C.

Indikasi Deteksi Keberhasilan Natural Teeth dan Implan


Pemeriksaan berkala pasca implan, pemasangan protesa, dan kondisi di

sekitar jaringan peri-implan adalah bagian yang penting dari keberhasilan


perawatan. Pemeriksaan berkala ini diperlukan untuk mendeteksi dini suatu
masalah. Beberapa parameter digunakan untuk mengevaluasi kondisi protesis,
stabilitas implan, dan kesehatan jaringan sekitar implan setelah pemasangan
implan dan restorasi prostetik. Banyak pengukuran klinis adalah adaptasi dari

metode pemeriksaan gigi dan periodontal, seperti inspeksi klinis, probing, dan
pemeriksaan radiografik. (Newman et al., 2012)
Indeks penilaian secara klinis antara gigi asli dengan implan kurang lebih sama,
antara lain:
1. Daya tahan (longevity)
2. Nyeri
3. Mobilitas
4. Perkusi
5. Crestal Bone Loss
6. Evaluasi radiografik
7. Perhatian terhadap jaringan berkeratin
8. Kedalaman probing
9. Bleeding index
10. Penyakit peri-implan
11. Kegagalan implan
Pemeriksaan klinis meliputi inspeksi secara visual dan probing. Evaluasi
visual pada warna, kontur, konsistensi jaringan, probing daerah peri-implan, dan
gambar radiografis adalah beberapa cara untuk mengevaluasi implan pada fase
pasca perawatan. Tanda-tanda radang dan pembengkakan dapat diperiksa secara
visual dari jaringan lunak disekitar. Hal tersebut juga dapat dipalpasi untuk
mendeteksi area edema, nyeri tekan, eksudat atau supurasi. Probing peri-implan
dapat digunakan untuk mengetahui kondisi dan tingkat jaringan keras dan lunak di
sekitar implan. (Newman et al., 2012)
Periodontal probing disekitar gigi sangat berguna untuk mengetahui
kesehatan jaringan periodontal, kedalaman sulkus atau pocket dan level
perlekatan. Petugas klinis harus berhati-hati saat melakukan periimplant probing
karena interpretasi pengukuran tidak dapat disamakan dengan gigi normal. Karena
perbedaan pada jaringan sekitar yang mendukung gigi dengan implan, probe
dimasukkan secara berbeda. Pada gigi normal terdapat serabut jaringan ikat
supracrestal pada sementum permukaan akar gigi yang merupakan sumber utama
penahan probe dan tidak ditemukan pada implan. Serabut jaringan penghubung di
sekitar implan pada umumnya paralel pada permukaan implan atau restorasi dan
tidak memiliki serat tegak lurus. (Newman et al., 2012)
Pada daerah non-inflamasi, probe akan ditahan oleh bagian paling koronal
dari perlekatan jaringan pada implan. Pada daerah inflamasi, ujung probe dapat
masuk lebih dalam hingga jaringan ikat yang tidak inflamasi, yang sering dekat
dengan atau pada darah tulang. Peri-implan probing dipengaruhi oleh beberapa

kondisi antara lain ukuran probe, gaya dan arah insersi probe, kesehatan dan
resistensi jaringan peri-implan, level pendukung tulang, dan fitur implan,
penyangga dan desain protesa. (Newman et al., 2012)
Nyeri dan kelembutan adalah keluhan subjektif dari pasien. Pada gigi
natural terdapat sensitivitas pada suhu dingin yang merupakan indikator pertama
pada masalah gigi. Tetapi pada gigi implan nyeri dan sensitivitas bisa ada bisa
tidak.
Pada gigi normal terdapat gerakan fisiologis

vertikal, horizontal, dan

rotasi serta zero clinical mobility pada arah vertikal. Sedangkan pada gigi implan
terfiksasi rigid dan terdapat osteointegrasi antara implan dengan tulang alveolar.
Penilaian terhadap stabilitas implan merupakan ukuran penting untuk mengetahui
tentang ketahanan osseointegrasi. Bila terdeteksi adanya mobilitas implan yang
signifikan, dapat dinyatakan bahwa kemungkinan implan tersebut gagal. Mobilitas
tetap menjadi tanda kardinal kegagalan implan, oleh karena itu mendeteksi
mobilitas merupakan parameter yang penting. (Newman et al., 2012)

D.

Konsep Pengembangan Tatalaksana Kelainan Periodontal di Masa


Depan
Masalah kelainan periodontal di masa yang akan datang, terutama masalah

global warming yang telah menjadi isu utama pada zaman ini telah mempengaruhi
ilmu kesehatan, munculnya berbagai penyakit tropis baru dan penyakit dengan
nilai strategis (periodontitis) harus ikut berkembang di masa datang. Kemajuan
ilmu pengetahuan telah menemukan penggalian terapi dengan sumber alami yang
dibagi menjadi 2 terapi yaitu bentuk terapi bedah periodontal seperti platelet rich
plasma dan terapi nonbedah periodontal seperti pasta gigi nigella sativa.
Pada terapi periodontal telah dikembangkan pengobatan regenerative dan
pengobatan periodontal. Pengobatan regenerative dengan stem cell chitosan dan
terapi dengan bahan alam secara biomolekuler seperti platelet rich plasma sebagai
growth factor alami. Pengobatan periodontal juga menggunakan terapi dengan
bahan alami yaitu dengan obat kumur herbal dan pasta gigi nigella sativa yang
memiliki kemampuan sebagai antibakteri dan anti inflamasi. Penelitian pada
nigela sativa dapat menurunkan PgE2.

Platelet rich plasma adalah bioteknologi yang baru dalam teknik jaringan
dan terapi seluler. Memiliki stimulasi dan percepatan penyembuhan dalam tulang
dan jaringan lunak. Platelet rich plasma merupakan volume plasma yang memiliki
konsentrasi trombosit diatas normal. Memiliki konsentrasi trombosit setidaknya
1.000.000 per microliter dalam 5 mL volume plasma, ketika jumlah trombosit
normal manusia di kisaran 150.000 / 1 L menjadi 350.000 / 1 L. PRP bekerja
melalui degranulasi dari butiran di trombosit. Pembekuan mengaktifkan trombosit
yang kemudian mulai mesekresi faktor pertumbuhan. Dalam waktu 10 menit PRP
mengeluarkan 70% dari faktor pertumbuhannya yang disimpan dan hampir 100%
dalam jam pertama. Kemudian PRP mensintesis sejumlah tambahan faktor
pertumbuhan selama 8 hari sampai habis dan mati. Faktor-faktor pertumbuhan
dalam PRP mampu membentuk bekuan fibrin, mempromosikan proliferasi
fibroblast dan mengatur sintesis kolagen di matriks ekstraselular. Dengan
demikian, penggunaan PRP di daerah luka dapat segera sembuh dan terjadi
regenerasi jaringan lunak periodontal. Selain itu, untuk mempercepat perbaikan
tulang dengan meningkatkan mitosis osteoblas dan jaringan vaskularisasi yang
berguna dalam pengobatan intrabony yang cacat. (Sequeria, 2015)
Nigella sativa mengandung thymoquinone yang utama memiliki kegunaan
farmakologi termasuk antihistaminic, anti-inflammatory yang mengurangi reaksi
sekunder Freund, terjadi penurunan yang tajam dalam IL-6, LTB4, M dan P, juga
membantu dalam pengurangan MCP-1, TNF-, interleukin-1 dan Cox2.
antibakteri, antifungi antihipertensi, hipoglikemia, dan efek antioksidan dari
thymoquinone dapat menangkap radikal bebas dan efektif terhadap anion
superoksida sebagai superoksida dismutase. (Kapil, DK and Chandna, 2015)

Kesimpulan

Bisa mendiagnosa secara akurat, dasar terapi dan prognosa

Mengetahui tatalaksana terapi kelainan periodontal baik manfaat secara

estetika maupun fungsi


Bisa mengindikasi kelainan pada implant maupun gigi natural
Mengetahui konsep pengembangan dan tatalaksan kelainan periodontal di
masa depan

Treatment Plan
Master Plan for Total Treatment
Tujuan dari rencana perawatan adalah perawatan total, yaitu, semua
perawatan jangka pendek dan jangka panjang dengan tujuan menciptakan gigi
yang berfungsi dengan baik dengan lingkungan periodontal yang sehat. Rencana
utama meliputi perawatan periodontal yang berbeda pada tujuan terapi setiap
pasien menurut kebutuhan nya. Hal ini didasarkan pada diagnosis, penyakit
keparahan, faktor risiko, dan faktor lainnya. (Newman et al., 2012)
Extracting or Preserving a Tooth
Perawatan periodontal membutuhkan perencanaan jangka panjang.
Dengan keadaan pasien diukur dalam tahun yaitu fungsi sehat dari seluruh gigi
dan jumlah gigi tetap pada saat pengobatan. Pengobatan diarahkan untuk
membangun dan mempertahankan kesehatan periodonsium seluruh mulut
daripada mencoba upaya untuk "mempertahankan gigi goyang." (Newman et al.,
2012)
Penghilangan retensi, atau retensi sementara satu atau lebih gigi adalah
bagian yang sangat penting dari rencana perawatan keseluruhan. Sebuah gigi
harus diekstrak dengan ketentuan sebagai berikut: (Newman et al., 2012)
Gigi yang goyang dengan kehilangan fungsi.
Gigi dapat menyebabkan abses akut selama terapi.
Tidak ada gunanya gigi tersebut dalam rencana perawatan keseluruhan.
Dalam beberapa kasus, gigi dapat dipertahankan sementara, menunda
keputusan untuk mengekstrak gigi sampai setelah pengobatan selesai. Dalam

penentuan rencana perawatan, di samping fungsi gigi-geligi, pertimbangan


estetika memainkan peran penting. nilai estetika pasien berbeda beda, sesuai
dengan usia, jenis kelamin, profesi, dan status sosial. Dalam kasus yang
kompleks, konsultasi interdisipliner dengan spesialisasi daerah lain diperlukan
sebelum rencana akhir dapat dibuat. Pendapat orthodontis dan prosthodontists
sangat penting untuk keputusan akhir pada pasien. Evaluasi dan terapi oklusal
diperlukan selama pengobatan, yang memerlukan perencanaan untuk penyesuaian
oklusal, ortodontik, dan splinting. Penyesuaian bruxism dan kebiaan oklusal lain
juga diperlukan. (Newman et al., 2012)
Kondisi sistemik harus dievaluasi karena mungkin memerlukan tindakan
pencegahan khusus selama pengobatan periodontal. Respon jaringan terhadap
prosedur pengobatan dapat terpengaruh, atau kesehatan periodontal dapat
terancam setelah pengobatan selesai. Dokter yang menangani pasien harus selalu
konsultasi ketika pasien dengan perawatan medis dan masalah sistemik yang
dapat mempengaruhi terapi periodontal. Perawatan periodontal suportif juga
sangat penting untuk menentukan kasus. Perawatan tersebut memerlukan semua
prosedur untuk menjaga kesehatan periodontal setelah terapi dicapai. Terdiri dari
instruksi dalam kebersihan mulut dan terapi secara berkala, sesuai dengan
kebutuhan pasien. (Newman et al., 2012)
Sequence of Therapeutic Procedures
Terapi periodontal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari terapi
gigi. Daftar prosedur yang disajikan dalam figure 41-1 termasuk prosedur
periodontal dan prosedur lainnya. Prosedur ini terdapat dalam gfigure 41-1 untuk
memperlihatkan hubungan terapi periodontal dengan fase lain dari terapi yang
dilakukan oleh dokter gigi umum atau spesialis lain. Urutan fase pada terapi
dilakukan dapat bervariasi sampai batas tertentu dalam menangani kasus. Namun,
urutan pilihan, yang meliputi luas sebagian besar kasus, ditunjukkan pada Kotak
41-1 Meskipun fase pengobatan telah diatur, Urutan direkomendasikan tidak
mengikuti urutan. Tahap I, atau fase nonsurgical, diarahkan untuk penghapusan
faktor etiologi dari gingiva dan penyakit periodontal. Ketika berhasil dilakukan,
fase ini menghentikan perkembangan penyakit gigi dan periodontal. Segera

setelah selesai terapi fase I, pasien harus ditempatkan pada tahap maintenance
(fase IV) untuk menjaga hasil yang diperoleh dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dan kambuhnya suatu penyakit. Sedangkan pada tahap maintenance, dengan
yang evaluasi berkala, pasien masuk ke fase bedah (fase II) dan fase restoratif
(fase III) pada pengobatan. Fase ini meliputi bedah periodontal untuk mengobati
dan memperbaiki kondisi periodontal dan jaringan sekitarnya. Termasuk
regenerasi gingiva dan tulang untuk fungsi dan estetika, penempatan implan, dan
terapi restoratif. (Newman et al., 2012)

Explaining Treatment Plan to the Patient

Saran untuk menjelaskan rencana perawatan untuk pasien. Be specific.


Beritahu pasien Anda, "Anda memiliki gingivitis" atau "Kamu memiliki
periodontitis, " kemudian menjelaskan kondisi ini. (Newman et al., 2012)
Avoid vague statements. Jangan menggunakan pernyataan seperti, "Kamu
memiliki masalah dengan gusi Anda "atau" Sesuatu harus dilakukan tentang gusi
Anda. " Pasien tidak mengerti pentingnya tindakan dan dapat mengabaikan.
(Newman et al., 2012)
Begin your discussion on a positive note. Sampaikan tentang gigi yang
dapat dipertahankan dan layanan jangka panjang pasien yang dapat diharapkan.
Jangan memulai diskusi dengan pernyataan, hal tersebut menciptakan kesan
negatif, yang menambah sikap putus asa pasien. Buatlah jelas bahwa setiap upaya
akan dilakukan untuk mempertahankan gigi sebanyak mungkin, tapi jangan
terpaku pada gigi pasien yang hilang. (Newman et al., 2012)
Tekankan bahwa tujuan penting dari pengobatan adalah untuk mencegah
gigi lainnya terkena penyakit sehingga gigi menjadi goyang. Buat seluruh rencana
perawatan sebagai satu unit. Oleh karena itu dokter gigi harus menjelaskan kepada
pasien bahwa jika kondisi periodontal dapat diobati, hasil terbaik diperoleh
dengan pengobatan yang tepat. Jika kondisi tidak diobati, gigi harus diekstrak.
Yang merupakan tanggung jawab dokter gigi untuk memberikan saran kepada
pasien dari pentingnya perawatan periodontal. (Newman et al., 2012)
Treatment Startegies in Periodontitis
Dalam treatment strategies in periodontitis terdapat 3 hal yang penting dan
berhubungan satu sama lain yaitu host respon, penurunan bakteri, dan factor
risiko. Hal tersebut dapat dicegah dan pengobatan melalui perawatan nonsurgical
seperti yang sudah dijelaskan pada treatment plan. Berbagai terapi dan tindakan
pencegahan dapat dilakukan.
Perubahan Perilaku yaitu kebersihan mulut dan perubahan gaya hidup,
misalnya merokok adalah dasar bagi perawatan periodontal yang sukses dan
pemeliharaan hasil terapi. Faktor yang paling penting adalah pendidikan pasien.

Pentingnya instruksi kesehatan mulut individual dan demonstrasi tertulis atau


lisan pada instruksi standar.. Alat bantu sikat interproksimal interdental sangat
efektif. Dengan demikian, penambahan ukuran yang sesuai rongga mulut individu
terhadap kebersihan mulut sangat penting. Pasien periodontal harus didorong
untuk berhenti merokok sebagai bagian dari manajemen periodontal secara
keseluruhan. Namun, berhenti merokok dapat memberikan kesempatan hidup dan
mengurangi angka kematian. Meskipun manfaat klinis antibiotik sistemik
tambahan yang digunakan, akan lebih bijaksana untuk tidak menggunakan obat
ini secara rutin tetapi hanya dalam kasus-kasus periodontitis refraktori atau
agresif, sehingga risiko pengembangan resistensi antibiotik secara substansial
berkurang. Penggunaan obat-obatan host-modulatory seperti Periostat (SDD)
dapat meningkatkan hasil terapi. Akhir-akhir ini, penggunaan perangkat seperti
laser bedah telah diperkenalkan di bidang periodonsia. Antimikroba Peptida
(AMP)

dapat

berpotensi

membunuh

bakteri,

mempengaruhi

kolonisasi,

menunjukkan anti-inflamasi, mengikat racun bakteri dan memodulasi respon


imun. Terakhir, modulasi nutrisi peradangan periodontal, dengan mengurangi
asupan kalori dan halus gula dapat berpotensi memberikan manfaat untuk
kesehatan periodontal sebagai kalori tinggi asupan peradangan baik (stres
oksidatif post-prandial) langsung atau tidak langsung (adipositas) mekanisme.
(Plessas, 2014)
Perawatan periodontal non-bedah masih menjadi standar untuk mengelola
pasien periodontal. Kemajuan terapi periodontal setelah penyembuhan dalam hal
ini seperti regeneration, repair, dan new attachment mengalami kemajuan. Seperti
penggunaan nigella sativa dan platelet rich plasma maupun rekontruksi
periodontal. Terapi secara rutin untuk nonsurgical perawatan periodontal yaitu
scaling dan debridement akar atau planing atau instrumentasi. Perawatan
periodontal terdiri dari upaya dua arah antara dokter dan pasien untuk mencapai
yang terbaik hasil terapi. Oleh karena itu, pentingnya peran nonsurgical
periodonsia bersama dengan pelaksanaan faktor risiko. Pendekatan modifikasi
(kebiasaan kebersihan mulut, motivasi pasien dan pendidikan, berhenti merokok,
kontrol diabetes, gaya hidup sehat) dalam pengelolaan periodontitis menjadi
sangat penting. (Plessas, 2014)

Daftar Pustaka
Gulati, M., Anand, V., Govila, V. and Jain, N. 2014. Host modulation therapy: An
indispensable part of perioceutics. Journal of Indian Society of
Periodontology, 18(3), p.282.

Gupta A, Govila V, Saini A. Proteomics The research frontier in periodontics. J


Oral Biol Craniofac Rec. 2015 Jan-Apr; 5(1): 46-52
Kapil, H., DK, S. and Chandna, S. (2015). Thymoquinone: A Natural Remedy For
Treatment Of Various Diseases: A Review. Journal of Periodontal
Medicine & Clinical Practice, 2(1), pp.5 - 8.
Nethravathy, R., Vinoth, S. and Thomas, A. (2013). Three different surgical
techniques of crown lengthening: A comparative study. Journal of
Pharmacy and Bioallied Sciences, 5(5), p.14.
Newman, MG. Takei, HH.. Carranza, FA. Klokkevold, PR. 2012. Carranzas
Clinical Periodontology edisi 11. Los Angeles : Elsevier Saunders Inc. Hal
: 412-421.
Patil,S.,Danane,N.andPrabhu,V.(2011).Gingivalveneer:Masktheunesthetic.
JournalofIndianSocietyofPeriodontology,15(3),p.284.
Plessas, A. (2014). Nonsurgical Periodontal Treatment: Review of the Evidence.
OHDM, 13(1), pp.77 - 78.
Sequeria, J. (2015). Platelet Rich Plasma: Clinical Applications in Dentistry.
Scholars Journal of Dental Sciences, 2(6), pp.355 - 358.
Singh VP, Uppoor AS, Nayak DG, Shah D. Black triangle dilemma and its
management in esthetic dentistry. Dent Res J (Isfahan) 2013;10:296-301.
Vandana KL, Kartik M. 2004. Finite Element Method perio-endo concept. USA:
NCI

Anda mungkin juga menyukai