Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN

1. A. PENGKAJIAN
2. Identitas klien
Nama :
Umur :
Suku bangsa :
Pekerjaan :
Penanggung jawab :
Agama :
Status perkawinan :
Alamat :
No . medical record :
Ruang rawat :
Tanggal masuk :
Diagnose medic :
Tinggi/berat badan :
Golongan darah :
Sumber informasi :
1. Tanda tanda vital
Nadi :
Tekanan darah :
Pernafasan:
Suhu:
1. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan selama 3 tahun terakhir mengalmi batuk produktif dan


pernah menderita pneumonia .
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : sesak nafas , batuk , dan nyeri , di daerah dada sebelah
kanan pada saat bernafas . banyak secret keluar ketika batuk , berwarna
kuning kental , merasa cepat lelah ketika melakukan aktivitas .
Riwayat kesehatan keluarga
Klien menyatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit emfisema
tersebut .
1. Pemeriksaan fisik
Rambut dan hygene kepala
Warna rambut hitam ,tidak berbau , rambut tumbuh subur , dan kulit kepala
bersih .
Mata ( kanan/kiri )
Posisi mata simetris , konjungtiva merah muda , skelera putih , dan pupil
isokor dan respon cahay baik .
Hidung
Simetris kiri dan kanan , dan tidak ada pembengkakan dan berfungsi
dengan baik .
Mulut dan tenggorokan
Rongga normal , mucosa terlihat pecah pecah , tonsil tidak ada
pembesaran .
Telinga
Simetris kiri dan kanan , tidak ada serumen , dan pendengaran tidak
terganggu .
Leher
Kelenjer getah bening , sub mandibula , dan sekitar telinga , tidak ada
pembesaran .

Dada/ thorak
Inspeksi
Pada klien dengan emfisema terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu napas. Pada inspeksi,
klien biasanya tampak mempunyai bentuk dada barrel chest (akibat udara
yang terperangkap), penipisan massa otot, dan pernapasan dengan bibir
dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak efektik dan penggunaan otot-otot
bantu napas (sternokleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea terjadi
saat aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan
dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen disertai
demam mengindikasi adanya tanda pertama infeksi pernapasan
Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menurun.
Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing sesuai tingkat
beratnya obstruktif pada bronkhiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan
kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang
tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada waktunya,
bahkan gerakan ringan sekalipun seperti membungkuk untuk mengikatkan
tali sepatu, mengakibatkan dispnea dan keletihan (dispnea eksersional).
Paru yang mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan
bronkhiolus tidak dikosongkan secara efektif dari sekresi yangf dihasillkan.
Klien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat pengumpulan
sekresi ini. Setelah infeksi ini terjadi, klien mengalami mengi yang
berkepanjangan saat ekspirasi. Anoreksia, penurunan berat badan, dan
kelemahan merupakan hal yang umum terjadi. Vena jugularis mungkin
mengalami distensi selama ekspirasi.
Kardiovaskular

Irama jantung : regular; S1,S2 tunggal.


Nyeri dada : ada, skala 6
Akral : lembab
Saturasi Hb O2 : hipoksia
Persyarafan
Keluhan pusing : ya
Gangguan tidur : ya
Perkemihan B4 (bladder)
Kebersihan : normal
Bentuk alat kelamin : normal
Uretra : normal
Pencernaan
Nafsu makan : anoreksi disertai mual
BB : menurun
Porsi makan : tidak habis, 3 kali sehari
Muskuloskeletal/integument
Turgor kulit : Berkeringat
Massa otot : menurun
Pengkajian Psikologi dan Spiritual
Klien kooperatif, tetap rajin beribadah dan memohon agar penyakitnya bisa
disembuhkan.
1. Diagnosa keperawatan
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan
ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan
bronkokontriksi, peningkatan produksi lendir, batuk tidak
efektif, dan infeksi bronkopulmonal.

Intoleran aktivitas berhubungan dengan akibat keletihan,


hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif.
Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan diri yang
akan dilakukan di rumah. Koping individu tidak efektif yang
berhubungan dengan kurang sosialisasi, ansietas, depresi,
tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk
bekerja.
1. Intervensi keperawatan
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan
ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
Tujuan: Perbaikan dalam pertukaran gas.
Intervensi :
1)

Berikan bronkodilator sesuai yang diresepkan.

2)

Evaluasi tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB.

3)
Instruksikan dan berikan dorongan pada pasien pada pernapasan
diafragmatik dan batuk efektif.
4)

Berikan oksigen dengan metode yang diharuskan.

Rasional:
1)
Bronkodilator mendilatasi jalan napas dan membantu melawan
edema mukosa bronchial dan spasme muscular.
2)
Mengkombinasikan medikasi dengan aerosolized bronkodsilator
nebulisasi biasanya digunakan untuk mengendalikan bronkokonstriksi .
3)
Teknik ini memperbaiki ventilasi dengan membuka jalan napas dan
membersihkan jalan napas dari sputum. Pertukaran gas diperbaiki.
4)

Oksigen akan memperbaiki hipoksemia.

Evaluasi:

Mengungkapkan pentingnya bronkodilator.


Melaporkan penurunan dispnea.
Menunjukkan perbaikan dalam laju aliran ekspirasi.
Menunjukkan gas-gas darah arteri yang normal.

Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan


bronkokontriksi, peningkatan produksi lendir, batuk tidak
efektif, dan infeksi bronkopulmonal.
Tujuan : Pencapaian klirens jalan napas.
Intervensi :
1)

Beri pasien 6-8 gelas cairan/hari, kecuali terdapat kor pulmonal.

2)
Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan
diafragmaik dan batuk.
3)

Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler, atau IPPB.

4)
Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari
dan malam hari sesuai yang diharuskan.
5)
Instruksikan pasien untuk menghindari iritan, seperti asap rokok,
aerosol, dan asap pembakaran.
6)

Berikan antibiotik sesuai yang diresepkan.

Rasional :
1)
Hidrasi sistemik menjaga sekresi tetap lembab dan memudahkan
untuk pengeluaran.
2)
Teknik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk
menghasilkan sekresi tanpa harus menyebabakan sesak napas dan
keletihan.
3)
Tindakan ini menambahakan air ke dalam percabangan bronchial
dan pada sputum menurunkan kekentalannya, sehingga memudahkan
evakuasi sekresi.
4)
Menggunakan gaya gravitasi untuk membantu membangkitkan
sekresi sehingga sekresi dapat lebih mudah dibatukkan atau diisap.
5)
Iritan bronkial menyebabkan bronkokonstriksi dan meningkatkan
pembentukan lendir, yang kemudian mengganggu klirens jalan napas.
6)
Antibiotik mungkin diresepkan untuk mencegah atau mengatasi
infeksi.

Evaluasi :

Mengungkapkan pentingnya untuk minum 6-8 gelas per hari.


Batuk berkurang.
Jalan napas kembali efektif.
Pola pernapasan tidak efektif yang berhubungan dengan
napas pendek, lendir, bronkokonstriksi, dan iritan jalan
napas.

Tujuan : perbaikan dalam pola pernapasan.


Intervensi :
1)
Ajarkan pasien pernapasan diafragmatik dan pernapasan bibir
dirapatkan.
2)
Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode
istirahat.
3)
Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernapasan jika
diharuskan.
Rasional :
1)
Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini
pasien akan bernapas lebih efisien dan efektif.
2)
Memberikan jeda aktivias akan memungkinkan pasien untuk
melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
3)

Menguatkan dan mengkoordinasiakn otot-otot pernapasan.

Evaluasi :
Melatih pernapasan bibir dirapatkan dan diafragmatik serta
menggunakannya ketika sesak napas dan saat melakukan
aktivitas.
Memperlihatkan tanda-tanda penurunan upaya bernapas
dan membuat jarak dalam aktivitas.
Menggunakan pelatihan otot-otot inspirasi, seperti yang
diharuskan.
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan
sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan
insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

Tujuan : kemandirian dalam aktivitas perawatn diri.


Intervensi :
1)
Ajarkan pasien untuk mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik
dengan aktivitas.
2)
Berikan pasien dorongan untuk mulai mandi sendiri, berpakaian
sendiri, berjalan.
3)

Ajarkan tentang drainase postural bila memungkinkan.

Rasional :
1)
Akan memungkinkan pasien untuk lebih aktif dan untuk menghindari
keletihan yang berlebihan atau dispnea selama aktivitas.
2)
Sejalan dengan teratasinya kondisi, pasien akan mampu melakukan
lebih banyak namun perlu didorong untuk menghindari peningkatan
ketergantungan.
3)
Memberikan dorongan pada pasien untuk terlibat dalam perawtan
dirinya.
Evaluasi :

Meggunakan pernapasan terkontrol ketika beraktivitas.


Menguraikan strategi penghematan energi.
Melakukan aktivitas perawatan diri seperti sebelumnya.
Intoleran aktivitas akibat keletihan, hipoksemia, dan pola
pernapasan tidak efektif.

Tujuan: perbaikan dalam toleran aktivitas.


Intervensi:
1)

Dukungan pasien dalam menegakkan regimen latihan teratur.

Rasional:
1)
Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak
oksigen dan memberikan beban tambahan pada paru-paru. Melalui latihan
yang teratur, kelompok otot menjadi lebih terkondisi.

Evaluasi:
Melakukan aktivitas dengan napas pendek lebih sedikit.
Berjalan secara bertahap meningkatkan waktu dan jarak
berjalan untuk memperbaiki kondisi fisik.
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas
rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
Tujuan: pencapaian tingkat koping yang optimal.
Intervensi:
1)
Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat
yng ditujukan kepada pasien.
2)

Dorongan aktivitas sampai tingkat toleransi gejala.

3)
Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi bagi
pasien.
Rasional:
1)
Suatu perasaan harapan akan memberikan pasien sesuatu yang
dapat dikerjakan.
2)
Aktivitas mengurangi ketegangan dan mengurangi tingkat dispnea
sejalan dengan pasien menjadi terkondisi
3)
Relaksasi mengurangi stres dan ansietas dan membantu pasien
untuk mengatasi ketidakmampuannya.
Evaluasi :
Mengekspresikan minat di masa depan.
Mendiskusikan aktivitas dan metode yang dapat dilakukan
untuk menghilangkan sesak napas.
Menggunakan teknik relaksasi dengan sesuai.
Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan diri yang
akan dilakukan di rumah.
Tujuan: kepatuhan dengan program terapeutik dan perawatan di rumah.
Intervensi:

1)
Bantu pasien mengerti tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan
jangka panjang.
2)

Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok.

Rasional:
1)
Pasien harus mengetahui bahwa ada metoda dan rencana dimana ia
memainkan peranan yang besar.
2)
Asap tembakau menyebabkan kerusakan pasti pada paru dan
menghilangkan mekanisme proteksi paru-paru. Aliran udara terhambat dan
kapasitas paru menurun.
Evaluasi:
Mengerti tentang penyakitnya dan apa yang
mempengarukinya.
Berhenti merokok
BAB III
PENUTUP

1. A.

Kesimpulan

Empisema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan


melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal,
yang disertai kerusakan dinding alveolus atau perubahan anatomis
parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris
dan destruksi dinding alveolar (The American Thorack society 1962)1.
Emfisema dibagi menurut pola asinus yang terserang. Ada dua bentuk pola
morfologik dari emfisema yaitu:
CLE (Emfisema Sentrilobular)
PLE (Emfisema Panlobular)

Tanda klasik dari emfisema adalah dada seperti tong ( barrel chested) dan
ditandai dengan sesak napas disertai ekspirasi memanjang karena terjadi
pelebaran rongga alveoli lebih banyak dan kapasitas difus gas rendah.

1. B.

Saran

Selelah kita mempelajari apa yang telah dibahas, maka kita perlu
menerapkan dalam profesi kita. Kiranya makalah ini dapat berguna dan
memberi wawasan tentang patologi sistem pernapasan khusunya penyakit
emfisema dan empiema.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman,D.C & Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta : EGC
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Balai Penerbit FKUI,
Jakarta 2001
Mills,John & Luce,John M.1993. Gawat Darurat Paru-Paru.
Jakarta : EGC
Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Editor Kepela : Prof.Dr.H.Slamet Suryono Spd,KE
Soemarto,R.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya :
RSUD Dr.Soetomo

Anda mungkin juga menyukai