Oleh:
Sokip
Pendahuluan
Pada zaman modern sekarang ini, tiap-tiap orang selalu
menyadari akan pentingnya peranan dan nilai dari suatu
pendidikan.Sebab iti setiap warga masyarakat bercita-cita dan aktif
berpartisipasi untuk membina pendidikan.Dan pembinaan pendidikan
yang ideal adalah pembinaan atas pribadi masyarakat yang ideal pula.Ini
berarti pembinaan tata kehidupan sosial yang sejahtera secara lahir dan
batin.Aspek-aspaek kebudayaan didalam masyarakat
seperti ilmu
pengetahuan, hukum, nilai nilai (demokrasi, moral,agama) dan
sebagainya hanya mungkin dimengerti oleh warga masyarakat melalui
pendidikan.1
Di negara kita, dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin
kompleks ini, anak-anak sering kali kurang mendapat perhatian dari
orang tuanya. Padahal orang tua sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan anaknya dalam pendidikannya. Hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh Suwarno yang dikutip oleh Soelaiman Joesoef sebagai
berikut:
Pendidikan yang diperoleh dalam keluarga merupakan pendidikan
yang terpenting atau utama dan dalam keluargalah anak-anak pertamatama menerima pendidikan. Dan orang tua adalah pendidik kodrati, yang
berarti orang tua mempunyai tugas dan kewajiban tidak sekedar merawat
serta memberi perlindungan pada anak-anaknya tetapi bersama itu juga
membesarkan (mendidik) agar mereka kelak tidak menjadi orang dewasa
yang tercela.2
Dan untuk mencapai perkembangan kepribadian anak dan
adjustment sosial anak sangat berhubungan dan juga dipengaruhi oleh
keadaan taraf pemuasan kebutuhan psikologis yang penting dalam
1
Mohammad noor syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
(Surabaya:Usaha Nasional,1986) h.198
2
Soelaiman Joesoef, dkk, Pendidikan Luar Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1979),
h. 3
Sunarto dan Ny. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: Rineka
Cipta,1995), h.5.
8
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci al-Quran, 1978/1979),h. 116
9
Sumadi Suryabrata,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Prers,1990),h.243
atau tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, agresif, emosi
kurang stabil, selalu berekspresi bebas, dan selalu mengalami
kegagalan karena tak ada bimbingan.23
Maka dalam perkembangannya anak yang terlalu bebas
karena tidak adanya norma yang dipatuhi tersebut, akan menjadi anak
yang
kepribadiannya
tidak
terarah,
tumbuh
ke-Aku-an
(Egosentrisme)nya yang terlalu kuat dan kaku, serta tidak mudah
menimbulkan kesulitan-kesulitan kalau harus menghadapi laranganlarangan yang ada dalam lingkungan sosialnya.24
3. Demokrasi
Keluarga demokrasi ini memandang anak sebagai individu
yang sedang berkembang sebab itu perlu adanya kewibawaan yang
memimpinnya atau pendidiknya (orang tua), tetapi bukan dengan
kekuasaan yang otoriter. Dalam upaya pengarahan dan
pemimpinannya ini, pendidik (orang tua) harus menyesuaiakn diri
dengan tarap perkembangan jiwa anak, sifat-sifatnya, minat,
kecakapannya dan pengalamannya. Pimpinan (bimbingan) yang
demokratis ini sangat berbeda dengan pimpinan yang otoriter. Karena
pada pimpinan demokratis ini anak ditempatkan pada posisi yang
mempunyai kebebasan untuk berinisiatif dan aktif. Disamping itu
orang tua juga tetap memberikan bimbingan dan masukan-masukan
kepada anak. Sehingga anak bersifat terbuka dan bersedia
mendengarkan pendapat orang lain. Dapat dipimpin dan memimpin
dengan penuh aktif dan kreatif. Demikian pula anak akan dapat
menghargai orang lain.
Dengan demikian anak dapat diharapkan menjadi seorang
pemimpin, karena sifat kepribadian seorang pemimpin dari kelurga
yang demokratis itu antara lain:
a. anak aktif di dalam hidupnya,
b. penuh inisiatif,
c. percaya kepada diri sendiri,
d. punya kepekaan/perasaan sosial,
e. menerima kritik dengan terbuka,
23
24
10
11
13
14
Al magribi bin as- Said al-Magribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak,terj. Zainal
Abidin,(Jakarta:Darul Haq,2004), h. 262
32
Kholillah Marhijanto, Menciptakan Keluarga Sakinah,(Gresik:cv.Bintang Pelajar,tt)
h.144
33
Prof. DR. Zakiah Darojat, Ilmu Jiwa, h. 57
15
17