Anda di halaman 1dari 17

Kontekstualisasi Pendidikan Dalam Keluarga

Oleh:
Sokip
Pendahuluan
Pada zaman modern sekarang ini, tiap-tiap orang selalu
menyadari akan pentingnya peranan dan nilai dari suatu
pendidikan.Sebab iti setiap warga masyarakat bercita-cita dan aktif
berpartisipasi untuk membina pendidikan.Dan pembinaan pendidikan
yang ideal adalah pembinaan atas pribadi masyarakat yang ideal pula.Ini
berarti pembinaan tata kehidupan sosial yang sejahtera secara lahir dan
batin.Aspek-aspaek kebudayaan didalam masyarakat
seperti ilmu
pengetahuan, hukum, nilai nilai (demokrasi, moral,agama) dan
sebagainya hanya mungkin dimengerti oleh warga masyarakat melalui
pendidikan.1
Di negara kita, dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin
kompleks ini, anak-anak sering kali kurang mendapat perhatian dari
orang tuanya. Padahal orang tua sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan anaknya dalam pendidikannya. Hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh Suwarno yang dikutip oleh Soelaiman Joesoef sebagai
berikut:
Pendidikan yang diperoleh dalam keluarga merupakan pendidikan
yang terpenting atau utama dan dalam keluargalah anak-anak pertamatama menerima pendidikan. Dan orang tua adalah pendidik kodrati, yang
berarti orang tua mempunyai tugas dan kewajiban tidak sekedar merawat
serta memberi perlindungan pada anak-anaknya tetapi bersama itu juga
membesarkan (mendidik) agar mereka kelak tidak menjadi orang dewasa
yang tercela.2
Dan untuk mencapai perkembangan kepribadian anak dan
adjustment sosial anak sangat berhubungan dan juga dipengaruhi oleh
keadaan taraf pemuasan kebutuhan psikologis yang penting dalam
1

Mohammad noor syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
(Surabaya:Usaha Nasional,1986) h.198
2
Soelaiman Joesoef, dkk, Pendidikan Luar Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1979),
h. 3

keluarga dari apada taraf sosial ekonomi keluarga, besar keluarga,


kerapihan dan keteraaturan rumah dan kecermatan orang tua.3
Pendidikan yang diadakan dilembaga sekolah , merupakan
lanjutan dari pendidiakan yang telah diadakan di rumah, oleh orang tua.
Berhasil atau tidaknya pendidikan sekolah akan tergantung dan
dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan keluarga
adalah pendidikan fondamen atau dasar dari pendidikan selanjutnya.4
Dari pernyataan tersebut diatas tidak dapat dibantah lagi bahwa
betapa pentingnya pendidikan dalam keluarga bagi perkembangan jiwa
anak. Yang akhirnya anak menjadi manusia yang berkepribadian yang
baik dan berguna bagi masyarakatnya. Maka perkembangan dan
kemajuan pribadi lebih menguntungkan pada anak yang hidup dalam
keluarga yang baik dan lingkungan yang baik pula.5
Besarnya perhatian orang tua dalam melaksanakan pendidikan
terhadap anak-anak akan membawa dampak yang tidak kecil bagi
kehidupan anak dimasa mendatang.Salah satu tugas keayah bundaan
yang paling kritis dan penting adalah membantu anak-anak tumbuh
dengan ketrampilan sosial dan kesejahteraan emosional sebagai orang tua
harus bisa mengambil tindakan agar anak-anaknya tidak merasa
terombang ambing dan dibingungkan oleh kehidupan mereka.6
Anak-anak merupakan amanat Allah Swt yang harus dipelihara
dengan jalan mendidik dan membekalinya dengan ilmu pengetahuan
yang cukup, agar nanti dapat meneruskan langkah-langkah orang tuanya
dalam mengemban tugas kehidupan, dan memikul beban tanggung
jawabnya.Ia merupakan hasil dari dua garis keluarga ayah dan ibu.Sejak
saat terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara
berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak dan macam-macam faktor
lingkungan yang merangsang.Masing-masing perangsang tersebut baik
secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang lain, semuanya
3

Abu Ahmadi,Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Rineka Cipta,1991), h.107


M. Ngalim Purwanto, lmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Karya,
1985), 85
5
Lester D. Crow dan Alice Crow, Pengantar Ilme pendidikan, terj. (Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1988), h.139
6
Maurice J. Elias, Steven E.Tobias,Brian S.Friendlandere,Cara-cara Efektif Mengasuh
Anak Dengan EQ, terj.M.Jauharul Fuad, (Bandung: Mizan Media Utama,2000), h.55
4

membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya


tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir.7
Di mulai dari proses tersebut, kepribadian anak akan terwujud,
Sehingga nantinya akan menjadi anak yang berguna bagi agama, nusa
dan bangsa. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt, dalam Surat AnNisa ayat 9 sebagai berikut:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak yang lemah yang mereka
khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaknya
mengucapkan kata-kata yang benar.(QS. An-Nisa:9).8
Ayat tersebut diatas menunjukkan betapa besar tanggung jawab
orang tua terhadap anaknya. Oleh karena itu jangan sampai orang tua
meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan yang lemah, baik itu lemah
ekonomi maupun moral, termasuk didalamnya adalah pendidikan. Oleh
karena itu orang tua harus membekali anak-anaknya dengan bekal yang
cukup, bekal ilmu pengetahuan demi mengarungi dunia kehidupan di
masa yang akan datang. Atas kenyataan-kenyataan tersebut itulah tulisan
ini diketengahkan.
KONSEP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA
Masalah mendidik adalah masalahnya setiap orang, karena setiap
orang sejak dahulu hingga sekarang, berusaha mendidik anak-anaknya
dan atau anak-anak lain yang diserahkan kepadanya untuk didik.9
Pendidikan merupakan kegiatan yang universal (dalam keluarga).
Artinya berbagai faktor endogen yang ada pada diri manusia diusahakan
diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sehingga menjadi
7

Sunarto dan Ny. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: Rineka
Cipta,1995), h.5.
8
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci al-Quran, 1978/1979),h. 116
9
Sumadi Suryabrata,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Prers,1990),h.243

kemampuan yang nyata. Ada banyak pendapat yang dikemukakan dalam


kaitannya dengan pendidikan tersebut anatara lain:
Menurut W.S.Winkel, pendidikan adalah bantuan yang diberikan
oleh orang dewasa kkepada orang yang belum dewasa , agar dia
mencapai kedewaasaan.Bantuan tersebut berupa pendampingan yang
menjaga agar anak didik belajar hal-hal yang positif, sehingga sungguhsungguh menunjang perkembangannya. 10 sedangkan menurut Ki Hajar
Dewantara, pendidikan adalah merupakan daya upaya untuk memberikan
tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar
mereka baik dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir dan
batin yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat.11
Dengan demikinan pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada anak-anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya, agar
berguna bagi diri sendiri maupun masyarakat. Sebagaimana termuat
dalam Undang-Undang Pendidikan tahun 1989 nomor 2 pasal 10 yang
berbunyi: Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan
sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberi
keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan ketrampilan.12
Keluarga adalah merupakan salah satu lembaga pendidikan. Ia
merupakan tempat pendidikan anak yang pertama dan utama serta
menjadi suatu ajang berlangsungnya suatu pendidikan. Jadi dalam
keluarga diharapkan adanya proses pendidikan yang berfungsi sebagai
pembentuk kepribadian, baik itu dalam kaitannya sebagai makhluk
individu, makhluk sosial, makhluk susila maupun makhluk keagamaan.13
Dengan demikian lingkungan keluarga adalah merupakan
pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertamatama menerima didikan, bimbingan dan sebagian besar dari kehidupan
anak adalah di dalam keluarga. Menurut Prof. Dr. Zakiah Darojat, bahwa
orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan
anak.Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan
10

W.S.Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: P.T. Grasindo,1991), h. 19


A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), h. 24
12
UU RI No.2 Tahun 1989, Tentang sistem Pendidikan Nasional, (Aneka Ilmu,1992),h.5
13
Imam Barnadib, Pemikiran Tentang Pendidikan Baru, (Yogyakarta: Andi Offset,
1983), h.129
11

unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya


akan masuk kedalam pribadi anak yang sedang berkembang itu.14
Ahmad D. Merimba mengungkapkan: Bahwa maju mundurnya
suatu kaum tergantung sebagian besar kepada pendidikan yang berlaku
dalam kalangan mereka. Tidak ada suatu kaum melainkan sesudah
mengadakan dan memperbaiki didikan anak-anak dan pemuda mereka.15
Lebih dari itu keluarga sebagai lembaga pendidikan informal
mempunyai tugas-tugas yang tidak kalah pentingnya dalam kaitannya
dengan pendidikan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Amir Daein
Indrakusuma bahwa tugas utama dari keluarga dalam rangka
penyelenggaraan pendidikan bagi anak ialah merupakan peletak dasar
bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan, sifat dan tabiat
anak sebagian besar diambil dari orang tuanya dan dari anggota
keluarganya yang lainnya.16
Dalam Surat At-Tahrim ayat 6, Allah Swt berfirman:

Hai oarng-orang yang beriman peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka.17
Pada dasarnya hubungan pendidikan dalam keluarga adalah
didasarkan atas adanya hubungan kodrati antar orang tua dan anak.
Pendidikan keluarga didasarkan pada perasaan cinta, dan kasih sayang
yang murni. Rasa cinta dan kasih sayang inilah yang menjadi sumber
kekuatan yang tak kunjung padam dari orang tua untuk memberi
bimbingan dan pertolongan yang dibutuhkan oleh anak.
Adapun dasar-dasar tanggung jawab orang tua atau keluarga
terhadap anaknya antara lain meliputi:
14

Prof. DR. Zakiah Darojat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta: Bulan Bintang,1970),h.56


Ahmad D. marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Maarif,
1989) h. 29
16
Amir Daein Indrakusuma, PengantarIlmu Pendidikan, (Malang; FIP IKIP Malang,
1973), h. 109
17
Departemen Agama RI. Al-Quran, h. 951. Dalam kaitannya dengan hal ini Hamdani
menyatakan bahwa anak itu merupakan amanat dari Allah Swt. Yang dipercayakan
kepada ibunya. HB Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Kota Rembang,
1989), h. 109.
15

1. Dorongan atau motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang


tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela
menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang
anak.
2. Dorongan kewajiban moral, sebagai konsekuensi orang tua terhadap
keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai religius
spiritual yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa dan agama
masing-masing, disamping diperintahkan untuk memelihara harkat
dan martabat manusia dan keharmonisan keluarga.
3. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari masyarakat, bangsa dan
negaranya, serta kemanusiaan.
Dalam ajaran islam pendidikan itu sendiri bertujuan untuk:
1.
Mengenalkan manusia akan peranannya diantara
sesama dan tanggungjaawabnya dalam hiadup ini.
2.
Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan
tanggungjawabnya dalam tata kehiduapan.
3.
Mengajak manusia unatuk memahami hikmah
diciptakannya alam ini, serta mengambil manfaat dari aalam
tersebut.
4.
Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini, dan
memerintahkan untuk menyembahnya. 18
Selanjutntya tanggung jawab pendidikan secara mendasar
menjadi tanggung jawab orang tua, baik secara sadar maupun tidak sadar,
diterima sepenuh hati atau tidak. Dimana tanggung jawab orang tua atas
anaknya itu dapat dijelaskan melalui dua macam cara, yaitu:
1.
Jika dipikirkan benar-benar adanya anak tersebut adalah tidak lain
karena akibat langsung dari orang tua. Andaikan tidak terjadi
pembuahan antar keduanya, maka tidak akan lahir seorang anak.
2.
Karena anak lahir dalam keadaaan yang tidak berdaya, selalu
bergantung pada orang lain. Maka orang tualah yang pertama kali
yang harus memberi pertolongan untuk kelangsungan hidupnya.
Adapun petunjuk-petunjuk tentang aturan-aturan pendidikan
dalam keluarga yang berdasarkan ilmu pendidikan adalah sebagai
berikut:
18

Moh. Fadlil Al Jamah, Konsep Pendidikan Qurani (Solo: Ramadani,1993), h.12-13

1. Mengusahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga.


2. Tiap-tiap anggota keluarga hendaknya belajar berpegang pada tugas
dan kewajiban masing-masing.
3. Orang tua serta orang dewasa lain dalam rumah itu hendaklah
mengetahui tabiat dan watak anak-anak.
4. Menghindarkan diri dari segala sesuatu yang dapat merusak
pertumbuhan jiwa anak.19
Jadi, jelaslah bahwa lingkungan pendidikan keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama dalam membentuk pribadi anak
didik. Dalam lingkungan ini anak mulai dibina dan dididik serta dilatih
fisik, mental, sosial, dan bahasa serta ketrampilan. Semua pendidikan
yang diterima dari keluarga merupakan pendidikan informal yang tidak
terbatas.
KEPEMIMPINAN DALAM KELUARGA
Keluarga, sebagai sebuah masyarakat kecil, adalah akar bagi
tumbuhnya suatu negara. Sistem keluarga yang harmonis adalah landasan
utama kehidupan rumah tangga yang bahagia. Membina keharmonisan
keluarga berarti meangatur bagaimana cara keluarga itu meletakkan hakhak alami setiap anggotanya.20
Dalam keluarga, anak didik mulai mengenal hidupnya. Hal ini
harus disadari dan dipahami oleh semua anggota keluarga, bahwa anak
dilahirkan dalam keluarga itu akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Dalam lingkungan ini kebiasaan-kebiasaan baik tentang
kesehatan, makan, minum, dan tingkah laku yang baik lainnya mulai
dipraktekkan dan diajarkan. Pendidikan yang dilaksanakan dalam
keluarga merupakan dasar bagi pendidikan selanjutnya.
Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang tidak kecil, dan
pengaruh yang ditimbulkan antara keluarga yang satu dengan lainnya
berbeda-beda. Pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya (keluarga)
kepada anak ini juga berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Dalam hubungannya dengan permasalahan tersebut, Imam
19

M. Ngalim Purwanto, Pengantar, h.96


Ibnu Musthofa, Wanita Islam Menjelang Tahun 2000,(Bandung: Penerbit Al
bayan,1993) h.30
20

Barnadib mengemukakan sifat-sifat kepemimpinan orang tua dalam


keluarga, sebagai berikut:21
1. Otoriter
Pemegang peranan adalah orang tua, semua kekuasaan berada
di tangannya, semua keaktifan akan ditentukan olehnya. Anak dalam
hal ini tidak mempunyai hak sama sekali untuk mengemukakan
pendapat. Misalnya dalam masalah memilih sekolah, memilih
pakaian, atau hal-hal yang semisal dengan itu,orang tualah yang
menentukannya. Sehingga semua keinginan dan cita-cita anak tidak
mendapat perhatian dan kesempatan untuk bereksploitasi dan
bereksperimen sendiri. Pada akhirnya hal-hal tersebut akan
menjadikan anak itu tertekan jiwanya. Sehingga anak yang berada
dalam lingkungan kelurga seperti ini, akan mempunyai sifat-sifat
antara lain kurang inisiatif, gugup, ragu-ragu, suka membangkang,
menentang kewibawaan orang tua, penakut dan penurut. Dengan kata
lain sifat kepemimpinan dalam keluarga yang otoriter dalam
mendidik anak itu akan menimbulkan akibat hilangnya kebebasan
pada inisiatif dan aktifitas-aktifitas menjadi tumpul, secara umum
kepribadiannya lemah, demikian juga kepercayaan dirinya.22
2. Liberal
Dalam kelurga yang seperti ini, orang tua kurang begitu tegas
dalam memimpin dan membina anak-anak mereka. Sehingga dalam
berbagai hal anak menentukan sendiri terhadap apa yang ia
kehendaki. Orang tua memberikan kebebasan yang luas terhadap
anak-anaknya, sehingga seolah-olah mereka tidak mempunyai normanorma atau aturan-aturan untuk dijadikan sebagai pedoman hidupnya.
Keadaan yang demikian ini akan berpengaruh terhadap
perkembangan pribadi anak tersebut, sehingga ia tidak akan
mengenal tata tertib, tidak taat pada pimpinan, tidak dapat memimpin
dan tak dapat pula dipimpin, tidak bisa menghargai orang lain, dan
mementingkan dirinya sendiri. Pada akhirnya akan mempunyai sifatsifat yang antara lain adalah sebagai berikut: menentang Al-Qur'an
21

Sutari Imam barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi


Offset,1989),h. 123
22
Singgih D. Gunarso, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung
mulia, 1991), h. 82

atau tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, agresif, emosi
kurang stabil, selalu berekspresi bebas, dan selalu mengalami
kegagalan karena tak ada bimbingan.23
Maka dalam perkembangannya anak yang terlalu bebas
karena tidak adanya norma yang dipatuhi tersebut, akan menjadi anak
yang
kepribadiannya
tidak
terarah,
tumbuh
ke-Aku-an
(Egosentrisme)nya yang terlalu kuat dan kaku, serta tidak mudah
menimbulkan kesulitan-kesulitan kalau harus menghadapi laranganlarangan yang ada dalam lingkungan sosialnya.24
3. Demokrasi
Keluarga demokrasi ini memandang anak sebagai individu
yang sedang berkembang sebab itu perlu adanya kewibawaan yang
memimpinnya atau pendidiknya (orang tua), tetapi bukan dengan
kekuasaan yang otoriter. Dalam upaya pengarahan dan
pemimpinannya ini, pendidik (orang tua) harus menyesuaiakn diri
dengan tarap perkembangan jiwa anak, sifat-sifatnya, minat,
kecakapannya dan pengalamannya. Pimpinan (bimbingan) yang
demokratis ini sangat berbeda dengan pimpinan yang otoriter. Karena
pada pimpinan demokratis ini anak ditempatkan pada posisi yang
mempunyai kebebasan untuk berinisiatif dan aktif. Disamping itu
orang tua juga tetap memberikan bimbingan dan masukan-masukan
kepada anak. Sehingga anak bersifat terbuka dan bersedia
mendengarkan pendapat orang lain. Dapat dipimpin dan memimpin
dengan penuh aktif dan kreatif. Demikian pula anak akan dapat
menghargai orang lain.
Dengan demikian anak dapat diharapkan menjadi seorang
pemimpin, karena sifat kepribadian seorang pemimpin dari kelurga
yang demokratis itu antara lain:
a. anak aktif di dalam hidupnya,
b. penuh inisiatif,
c. percaya kepada diri sendiri,
d. punya kepekaan/perasaan sosial,
e. menerima kritik dengan terbuka,
23
24

Sutari Imam Barnadib, Pengantar, h. 124


Singgih D. Gunarso, Psikologi, h. 83

f. penuh dengan tanggung jawab,


g. emosi lebih stabil,
h. mudah adaptasi (menyesuaikan diri).25
Anak dalam keluarga demokratis ini akan dapat kesempatan
untuk aktif berinisiatif dan kreatif dengan sendirinya, serta
bertanggung jawab dan bekerja sama dengan orang lain. Pada diri
anak tersebut akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk
memperlihatkan tingkah lakunya dan selanjutnya memupuk
kepercayaan dirinya. Ia akan bertindak sesuai dengan norma-norma
dan kebebasan yang ada pada diri untuk memperoleh kepuasan dan
menyesuaikan diri.26
Dalam kaitannya dalam hal ini ST Vembriarto menyatakan
bahwa anak yang dibesarkan dalam suasana keluarga yang
demokratis perkembangannya lebih luwes dan dapat menerima
kekuasaan secara rasional. Dimana hal ini berbeda dengan anak yang
dibesarkan dalam suasana keluarga yang otoriter, yang memandang
kekuasaan sebagai suatu yang harus ditakuti.27
Ada beberapa unsur yang termasuk tindakan demokratis yang
harus dilaksanakan antara anak dengan orang tua dan juga harus
dijunjung tinggi.
Unsur-unsur tersebut mencakup:
a. Rasa hormat kepada pribadi dan hakikat manusia. Hal ini berarti
bahwa setiap individu diakui harkat dan martabatnya dengan
segala persamaan dan ketidaksamaannya. Disamping itu tidak
memandang jenis kelamin, bangsa, warna, suku maupun
keturunan. Anak dengan segala kelebihannya harus diikutsertakan
dalam proses pendidikan. Mereka juga berpartisipasi dan
menentukan dalam pendidikan.
b. Keyakinan bahwa semua individu mempunyai kemampuan
berfikir kritis. Dalam hal ini orang tua harus menghargai
kemampuan anaknya dalam menentukan pendapatnya. Karena
penghargaan tersebut akan mendorong bagi anaknya untuk terus
25

Sutari Imam Barnadib, Pengantar, h. 125


Singgih D. Gunarso, Psikologi, h. 84
27
ST Vembriarto, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Paramita, 1984), h. 51
26

10

berpartisipasi dan memberi argumentasi tentang sesuatu baik


secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga pada akhirnya
hal ini akan memungkinkan pendidikan akan sesuai dengan
keadaan tuntutan dan lngkungan anak.
c. Kerelaan berbakti untuk kersejahteraan bersama. Kebebasan
individu dalam keluarga demokratis dibatasi oleh kepentingan
orang lain. Sehingga dengan dasar kerelaan berbakti untuk
kepentingan bersama akan terbinalah sifat-sifat saling hormat
menghormati, saling menghargai serta mau bekerja sama di antara
keluarga dan masyarakat. 28
Maka dengan adanya pelaksanaan pendidikan dalam
keluarga yang bersifat demokratis akan selalu memberi corak
baru pada perkembangan anak dimasa mendatang. Keadaan dan
kemampuan anak ikut menentukan jenis dan macam pendidikan
yang diperlukannya.
Jadi dari uraian tersebut diatas, jelaslah bahwa tipe
kepemimpinan yang ketiga, kepemimpinan demokratis inilah
yang akan membawa anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya menjadi lebih baik.
FUNGSI PENDIDIKAN KELUARGA
Pendidikan yang pertama kali diperoleh anak adalah pendidikan
yang dilaksanakan dalam keluarga. Karena pendidikan dalam keluarga ini
merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan ini
berlangsung sampai akhir hayat manusia. Sehingga keluarga dalam
rangka melaksanakan pendidikan, diharapkan dapat memainkan peranan
penting dalam ketujuh bidang pendidikan, yaitu.29
1. Peranan keluarga dalam pendidikan jasmani dan kesehatan.
Dalam lingkungan keluarga anak harus dibiasakan hidup yang sehat.
Anak dilatih untuk selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan dalam
kaitannya dengan badan, tempat, pakaian maupun segala sesuatu
yang melekat pada badanya atau yang ada disekitarnya. Dalam hal ini
orang tua selain memberikan pengarahan juga harus mengonrol atas
28

A. Muri Yusuf, Pengantar, h. 29


Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, (Jakarta: Al-Husna, 1986), h. 363.
29

11

segala hal yang dilakukan oleh anaknya,terutama dalam kaitannya


dengan perkembangan jasmaninya. Lebih dari itu orang tua juga
hendaknya mempunyai pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu
kesehatan, khususnya yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya.
2. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Akal.
Dalam kaitannya dengan pendidikan akal, orang tua mempunyai
peranan yang signifikan. Karena sebelum anak mencapai usia
(masuk) sekolah, orang tua atau keluargalah yang berkewajiban untuk
membimbing dan mengarahkan kemampuan akal yang dimiliki oleh
anak menolong untuk menemukaan, membuka dan menumbuhkan
bakat dan minat, sehingga mencapai sikap intelektual yang sehat.
3. Peranan Keluarga Bagi Pendidikan Agama Anak.
Pendidikan agama, dalam hal ini berarti membangkitkan kekuatan
dan kisediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak usia
kanak-kanak. Dinama dalam hal ini bisa dilakukan melalui
bimbingan agama yang sehat dan pengamalan ajaan-ajaran agamanya
secara baik.
Diantara cara-cara yang praktis yang patut digunakan keluarga
untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak, antara lain
seperti berikut:
a. memberikan suri tauladan yang baik kepada diri anak tentang
kekuatan iman kepada Allah Swt. Dan berpegang pada ajaranajaran agamanya secara sempurna.
b. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak
kecil sehingga kebiasaan-kebiasaan itu menjadi sesuatu hal yang
mendarah daging.
c. Mewujudkan situasi keluarga yang agamis, dan segala sesuatu
yang dilakukan selalu disertai niat yang ikhlas karena Allah Swt
d. Membimbing mereka untuk belajar membanca Al-Qur'an dan
membaca bacaan-bacaan yang islami yang berguna untuk
memikirkan ciptaan Allah sebagai salah satu tanda-tanda
kekuasaan dan kebesaran Allah Swt.
e. Menggalakkan mereka untuk turut serta dalam kegiatan-kegiatan
keislaman atau kegiatan yang agamis.
12

4. Peranan keluarga dalam psikological dan emosi.


Dalam hal ini, tugas keluarga (orang Tua) adalah berusaha untuk
mematangkan perkembangan jiwa dan emosi anak. Diantara usahausaha yang bisa dilakukan oleh tua itu adalah menolong mereka
untuk berhasil dalam belajarnya dan menunaiakan tugas yang
dipikulnya kepadanya, berkata dan bersikap dengan sopan santun
(hormat)
5. Peranan keluarga bagi pendidikan akhlak anak.
Pendidikan akhlak dalam agama Islam adalah pendidikan yang
diutamakan. Dimana hal ini sesuai dengan visi dan misi Nabi
Muhammad Saw, yaitu beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak
mulia. Oleh karena itu pendidikan akhlak bagi anak-anak harus
diutamakam sedini mungkin, dan jangan sampai hal-hal yang bisa
menyebabkan rusaknya akhlak itu masuk terlebih dahulu pada diri
anak.
Keluarga memegang peranan penting dalam pendidikan
akhlak ini sebagai institusi yang pertama kali berinteraksi dengan
anak. Kelurga seyogyanya menanamkan sifat kasih sayang,
menaburkan benih-benih kebenaran, cinta kebaikan, sifat pemurah
dan sifat-sifat terpuji lainnya. Diantara kewajiban keluarga itu antara
lain adalah sebagai berikut:
a. memberi contoh yang baik (uswah hasanah) kepada anakanaknya dengan berpegang keada akhlak yang mulia.
b. Menyediakan peluang dan suasana yang praktis bagi anak,
sehinggga anak dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari
orang tuanya.
c. Memberi tanggung jawab kepada anak-anak yang sesuai dengan
kemampuannya, agar mereka belajar bertanggung jawab dan
bebas mengerjakan tugasnya.
d. Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan
wajar dan bijaksana.
e. Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan
pergaulan yang membahayakan bagi akhlaknya.
6. peranan keluarga dalam pendidikan sosial dan politik

13

Keluarga belum melengkapi tugas kelurga secara sempurna


dalam pendidikan anak, selama belum menolong anak-anaknya untuk
dapat berkembang secara baik dalam linghkungan kehidupan sosial
kemasyarakatnya. Perkembangan sosial ini meliputi politik.
Pendidikan sosial ini membutuhkan bimbingan sosial dan poltik
kemasyarakat. Dalam pengertian yang sederhana adalah menjadikan
anak untuk dapat bergaul dengan masyarakat sekitarnya secara baik.
Orang tua harus menanamkan pada diri anaknya, bahwa
manusia tidak bisa hidup sendiri, dia membutuhkan orang lain untuk
untuk menemani adan menjalani hidup bersama. Yang didalamnya
ada aturan dan kesepakatan yang dibuat oleh anggota masyarakat
untuk saling melindungi, menjaga dan bekerja sama melindungi
hidupnya.30
Dari penjelasan diatas, kiranya dapat dipahami akan fungsi
peran keluarga dalam rangka melaksanakan pendidikan, khususnya
pendidikan yang berkaitan dengan agama dan pendidikan moral
sehingga pada akhirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan
informal bisa melaksanakan pendidikan itu secara optimal, dan pada
akhirnya pula yang dilaksanakan dilingkungan keluarga itu
diharapkan mampu mengatasi sedini mungkin akan krisis moral atau
dekadensi moral yang terjadi di kalangan generasi mendatang.
Formulasi Pendidikan Keluarga di Era Globalisasi
Pada zaman sekarang ini dunia semakin maju daripada zaman
dulu. Ini karena pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Disatu sisi IPTEK membawa dampak positif terhadap
kehidupan manusia, namun disisi lain juga membawa malapetaka
terhadap kehidupan manusia dan kehidupan diluar manusia. Dulu para
pembuat tompo dari anyaman bambu harus gulung tikar usahanya karena
kalah kompetisi dengan barang yang terbuat dari plastik atau atom. Para
pembuat kuwali dari tanah liat harus gulung tikar pula karena kalah
kompetisi dengan barang-barang yang terbuat dari aluminium atau besi.
Hal ini sederetan contoh kecil akibat IPTEK diatas.
30

Zahrudin AR,Hasanudin Sinaga,Pengantar Studi Akhlak,(Jakarata:Raja Grafindo


Jakarta,2004), h. 134

14

Dalam kancah pendidikan IPTEK mempermudah langkah


kependidikan melalui sarana prasarana dan media pendidikan. Adanya
OHP, internet, computer, TV dan lain-lain sangat membantu lancarnya
pendidikan. Tetapi disisi lain juga akan membawa dampak negatif bagi
dunia pendidikan. Pengaruh TV terhadap perkembangan jiwa anak bisa
berakibat positif tapi masih banyak sederetan pengaruh negatif akibat
televisi tersebut. Belum lagi internet yang ada situs pornografi yang
sewaktu-waktu bisa dibuka atau diakses oleh anak-anak kapan saja,
sangat mengerikan betapa negatifnya hal ini terhadap moralitas anak
sekarang.31
Sebagai orang tua harus selalu mengawasi anaknya ketika mereka
menyaksikan tayangan / program di sebuah media (televisi, internet dll),
Orang tua harus bisa menanamkan sikap dan kebiasaan disiplin pada diri
anaknya, ketika melakukan sesuatu. Tentu saja orang tua terlebih dahulu
membiasalan diri dan menerapkan keadisiplinan, baru membimbing
ananya kearah itu.Ciptakan suasana saling keterbukaan, komunikasi yang
harmonis antara orang tua dan anaknya. 32Jika hal tersebut telah tertanam
pada diri anak, maka anak akan mempunyai jiwa disiplin, terbuka ,
ketika mereka melakukan sesuatu melihat TV,membuka internet
sebab orang tuanya selalu mengawasi dan memberi arahan-arahan /
contoh mana acara-acara yang biasa di lihatnya, bersama anak-anaknya.
Dengan kesadaran dan perhatian yang besar dari orang tua akan
mempengaruhi perkembangan jiwa anak dan kualitas pendidikannya.
Hubungan yang serasi penuh pengertian dan kasih sayang akan
membawa kepada pembinaan pribadi yang tenang, terbuka dan mudah
dididik, karena dia mendapat kesempatan yang cukup dan baik untuk
tumbuh dan berkembang. Dan oarng tua yang kurang serasi, banyak
perselisihan dan percekcokan akan membawa anak kepada pertumbuhan
pribadi yang sukar dan tidak mudah dibentuk, karena ia tidak
mendapatkan suasana yang baik untuk berkembang, sebab selalu
terganggu oleh suasana orang tuanya.33
31

Al magribi bin as- Said al-Magribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak,terj. Zainal
Abidin,(Jakarta:Darul Haq,2004), h. 262
32
Kholillah Marhijanto, Menciptakan Keluarga Sakinah,(Gresik:cv.Bintang Pelajar,tt)
h.144
33
Prof. DR. Zakiah Darojat, Ilmu Jiwa, h. 57

15

Orang Tua harus bisa menciptakan suasana yang memadahi, guna


untuk melatih pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok, sesuai dengan
perkembangan jiwa anak. Karena hanya dengan pembiasaan dan latihan
tersebut, akan membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun
sikap itu akan bertambah jelas dan kuat yang tak tergoyahkan.
Sebab itulah pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan
utama dan pertama, artinya bahwa pendidikan pertama kali dan yang
memberikan arti terhadap perkembangan dan prestasi anak adalah
pendidikan dalam keluarga. Mengingat demikian penting dan
strategisnya pendidikan dalam keluarga, maka orang tua yang secara
kodrati bertanggung jawab sepenuhnya terhadap anaknya harus
semaksimal mungkin mendidik anaknya menuju pertumbuhan dan
perkembangan fitrahnya. Kesalahan dalam pendidikan anaknya tersebut
akan berakibat fatal, yakni si anak dapat menyimpang dari fitrah (nature)
dan potensi kebaikannya berubah menjadi manusia yang mempunyai
kualitas rendah. Demikian penting peran, tugas dan tanggung jawab
orang tua, maka kemudian harus dipahami bahwa lembaga-lembaga
pendidikan formal dan non formal yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat, dan guru-guru atau tenaga kependidikan lainnya
adalah merupakan pelanjut peran orang tua dalam menumbuhkan dan
mengembangkan anak mereka.
PENUTUP.
Pendidikan adalah merupakan daya upaya untuk memberikan
tuntutan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir dan batin
yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat.
Lingkungan pendidikan keluarga merupakan lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama dalam membentuk pribadi anak
didik, dalam lingkungan ini anak mulai dibina dan dididik serta dilatih
fisik, mental, sosial dan bahasa serta ketrampilan. Semua pendidikan
yang diterima dari keluarga merupakan pendidikan informal yang tidak
terbatas.
16

Diantara ketiga cara mendidik yang baik adalah pola demokratis,


tetapi tetap mempertahankan prinsip-prinsip nilai yang universal dan
absolut terutama yang berkaitan dengan agama Islam. Pola otoriter layak
dilakukan jika terkait dengan persoalan aqidah dan ibadah serta hal-hal
yang dianggap membahayakan bagi si anak. Sementara pola liberal juga
dapat diterapkan pada anak usia dewasa.
Fungsi atau peranan pendidikan dalam keluarga antara lain adalah
sebagai lembaga pendidikan informal yang menitik beratkan pada
pendidikan jasmani dan kesehatan, pendidikan akal (intelektual),
pendidikan agama, pendidikan dalam psikological dan emosi, pendidikan
akhlak, dan pendidikan sosial-politik.

17

Anda mungkin juga menyukai