Anda di halaman 1dari 65

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI TERAPAN

SISTEM PENCERNAAN

Disusun oleh :
LINTANG RENGGANINGRUM
NIM. 1360903001
SEPTIANA KURNIA SARI
NIM. 136090300011002
FAQIHATUL ILMI
NIM. 136090300011005

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup heterotrof harus memenuhi kebutuhan energinya dengan
cara mengkonsumsi makanan. Makanan tersebut kemudian diuraikan dalam
sistem pencernaan menjadi sumber energi. Secara umum, fungsi makanan bagi
makhluk hidup ada 3, yaitu :
a. Sebagai sumber energi
b. Sebagai bahan kerangka biosintesis (komponen penyusun sel dan jaringan
tubuh)
c. Nutrisi esensial yang membantu fungsi fisiologis.
Makanan juga merupakan bahan baku untuk memperbarui dan menambah
jaringan tubuh. Makanan yang ditelan tersebut, mula-mula harus dicerna atau
diuraikan secara biokimiawi menjadi molekul-molekul kecil sederhana yang dapat
diserap dari saluran cerna ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke selsel (Depkes 2004). Melalui makanan, manusia dapat memperoleh nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuhnya. Nutrisi tersebut berupa karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan garam mineral.
1.1.1 Karbohidrat
Karbohidrat terdapat dalam beras, jagung, gandum, kentang, ubi-ubian,
buah-buahan dan madu. Karbohidrat digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh.
Setiap satu gram karbohidrat dapat menghasilkan energi sekitar 4 kilokalori.
Kalau dikonversikan 1 kalori = 4,2 Joule, maka 1 gram karbohidrat menghasilkan
energi sebesar 16,8 kiloJoule. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan
dipecah menjadi molekul gula sederhana seperti glukosa. Bentuk gula sederhana
inilah yang diserap oleh tubuh. Jika manusia mengonsumsi karbohidrat melebihi
kebutuhan energi, maka karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen dan
lemak. Glikogen akan disimpan di hati dan otot. Lemak akan disimpan di sekitar
perut, ginjal dan bawah kulit. Kekurangan karbohidrat akan menyebabkan badan
lemah, kurus, semangat kerja atau belajar menurun dan daya tahan terhadap
penyakit berkurang.

1.1.2 Protein
Sumber protein dapat berasal dari hewan dan disebut protein hewani,
misalnya lemak, daging, susu, ikan, telur dan keju. Sumber protein yang berasal
dari tumbuhan disebut protein nabati. Contohnya adalah kedelai, kacang tanah dan
kacang hijau. Protein berfungsi sebagai komponen struktural dan fungsional.
Fungsi struktural berhubungan dengan fungsi pembangun tubuh dan pengganti
sel-sel yang rusak. Fungsi fungsional berkaitan dengan fungsinya sebagai
komponen proses-proses biokimia sel seperti hormon dan enzim. Selama proses
pencernaan, protein akan diubah menjadi pepton dengan bantuan enzim pepsin di
dalam lambung. Kemudian pepton akan diubah menjadi asam amino dengan
bantuan enzim tripsin di dalam usus halus. Asam amino inilah yang akan diserap
oleh tubuh. Sama seperti karbohidrat, setiap 1 gram protein dapat menghasilkan
energi sebesar 17 kiloJoule. Kekurangan protein dapat menyebabkan busung
lapar.
1.1.3 Lemak
Sumber lemak dapat berasal dari hewan dan disebut dengan lemak hewani,
misalnya lemak daging, mentega, susu, ikan basah, telur dan minyak ikan. Sumber
lemak yang berasal dari tumbuhan disebut lemak nabati. Contohnya adalah
kelapa, kemiri, kacang-kacangan dan alpukat. Lemak berfungsi sebagai cadangan
energi dan pelarut vitamin A, D, E dan K. Lemak disimpan dalam jaringan bawah
kulit. Setiap satu gram lemak dapat menghasilkan energi sekitar 9 kilokalori atau
38 kiloJoule.
1.1.4 Vitamin
Vitamin berfungsi sebagai kompenen organik enzim yang disebut sebagai
co-enzim. Terdapat dua kelompok vitamin yang larut dalam air dan lemak.
Vitamin larut dalam lemak mempunyai sifat dapat disimpan lama. Bila jumlah
yang tersedia lebih banyak dari yang diperlukan tubuh, akan disimpan di dalam
lemak dalam waktu yang cukup lama. Berbeda halnya dengan vitamin yang larut
dalam air, bila jumlahnya melebihi yang diperlukan oleh tubuh, kelebihan akan
dibuang ke luar tubuh melalui urin. Kekurangan vitamin akan menyebabkan
penyakit avitaminosis.

1.1.5 Garam Mineral


Garam mineral dibutuhkan secara sendiri-sendiri maupun kelompok.
Masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam tubuh. Sebagai contoh,
kalsium, sumbernya berasal dari susu, keju, daging dan sayur-sayuran. Berfungsi
untuk pembentukan darah, kontraksi otot, pembentukan tulang dan gigi.
Sistem pencernaan merupakan sistem memindahkan nutrien, air dan
elektrolit dari makanan yang ditelan ke dalam tubuh. Makanan yang ditelan
tersebut merupakan sumber energi yang esensial. Sumber energi digunakan oleh
sel untuk menghasilkan ATP dalam melaksanakan berbagai aktivitas, misalnya
transpor aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi. Fungsi sistem pencernaan adalah
mengubah molekul nutrient organik kompleks tersebut menjadi molekul organik
dan anorganik yang lebih sederhana yang dapat diserap ke dalam darah atau
cairan limfa untuk ditranspor ke sel-sel tubuh (Scanlon 2006).
Sistem pencernaan dibagi menjadi dua yaitu saluran pencernaan dan
organ-organ tambahan (Scanlon 2006) :
(1) Saluran makanan bermula dari mulut dan berakhir pada anus. Saluran
ini terdiri dari mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus, usus besar. Proses
pencernaan terjadi pada mulut, lambung dan usus halus, dan sebagian besar
absorpsi makanan terjadi di usus halus. Bahan makanan yang yang tidak dicerna,
terutama selulosa akan dikeluarkan oleh usus besar
(2) Organ tambahan (asesorius) pada sistem pencernaan adalah gigi, lidah,
kelenjar ludah, hati (liver), kandung empedu, dan pankreas. Proses pencernaan
tidak terjadi dalam organ-organ ini tetapi masing-masing organ tersebut berperan
dalam proses pencernaan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari organ-organ dalam sistem
pencernaan manusia?
b. Bagaimana mekanisme dari sistem pencernaan manusia?
c. Apa saja jenis patologi atau kelainan yang berkaitan dengan sistem
pencernaan manusia?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah ini antara lain :

a. Membahas anatomi dan fisiologi dari organ-organ dalam sistem


pencernaan manusia
b. Membahas mekanisme dari sistem pencernaan manusia
c. Membahas kelainan-kelainan yang menyerang organ-organ dari sistem
pencernaan manusia.
1.4 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
a. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari organ-organ dalam
sistem pencernaan manusia
b. Memahami mekanisme sistem pencernaan manusia
c. Mengetahui dan memahami kelainan-kelainan yang menyerang organorgan dari sistem pencernaan manusia.
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini antara lain :
a. Mampu memahami anatomi dan fisiologi dari organ-organ dalam sistem
pencernaan manusia
b. Mampu menjelaskan mekanisme sistem pencernaan manusia
c. Mampu memahami kelainan-kelainan yang menyerang organ-organ dari
sistem pencernaan manusia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,


lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati
dan kantung empedu (Surtiretna 2006).

Gambar 2. 1 Organ pencernaan tampak dari sisi anterior tubuh dan lateral kiri
kepala (Syaifudin 2006)

Gambar 2. 2 Organ-organ pencernaan dan proses yang terjadi di dalamnya


2.1 Sistem Pencernaan Manusia
2.1.1 Mulut

Mulut merupakan pintu masuk ke saluran cerna. Lubang masuk dibentuk


oleh bibir (Depkes 2004). Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.

Gambar 2. 3 Anatomi rongga mulut tampak dari sisi lateral


Palatum (langit-langit) merupakan atap dari rongga mulut. Palatum
dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Palatum keras

Palatum keras tersusun atas . Bentuknya sedikit berombak pada bagian


tengah. Palatum keras ini berfungsi untuk membantu lidah untuk
mengunyah.

b. Palatum lunak

Palatum lunak terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. Di bagian
tengahnya menggantung keluar, berbentuk seperti kerucut, yang disebut
uvula. Palatum lunak ini menjauhi nasofaring saat mengunyah.

Gambar 2. 4 Anatomi rongga mulut tampak dari sisi anterior


Saliva (air liur), sekresi yang berkaitan dengan mulut yang diproduksi oleh
tiga kelenjar saliva utama yaitu parotis, submandibula dan sublingual yang
terletak di rongga mulut yang dikeluarkan melalui duktus di dalam mulut. Saliva
terdiri atas 99,5% air serta 0,5% protein dan elektrolit. Protein saliva yang
terpenting adalah amilase, mukus dan lisozim. Fungsi saliva antara lain adalah
sebagai berikut (Sherwood 2007):

a. Memulai proses pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase


liur, suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida

b. Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel


makanan, sehingga mereka saling menyatu serta menghasilkan pelumasan
karena adanya mukus yang kental dan licin

c. Memiliki efek antibakteri melalui efek ganda; Pertama, oleh lisozim,


suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu; Kedua,
dengan membilas bahan makanan yang mungkin digunakan oleh bakteri

d. Sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil pengecap,


sehingga dapat merasakan rasa makanan

e. Membantu dalam berbicara dengan membasahi lidah dan bibir

f. Berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu kebersihan


mulut dan gigi, karena air liur terus menerus membilas sisa makanan yang
tersisa di mulut

g. Memiliki senyawa penyangga bikarbonat yang menetralkan asam di


makanan dan asam yang dihasilkan oleh flora normal yang ada di mulut,
untuk mencegah karies gigi.

Walaupun memiliki banyak fungsi, namun enzim amilase saliva tidaklah


esensial, karena walau tidak adanya enzim tersebut enzim amilase pankreas dapat
menyelesaikan pencernaannya, serta waktu kontak antara substrat dengan enzim
amilase saliva tidaklah optimum dikarenakan cepatnya waktu mengunyah dan
menelan makanan.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh


gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2.1.1.1 Gigi

Di dalam rongga mulut terdapat gigi, lidah dan kelenjar air liur (saliva).
Gigi terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin. Struktur gigi terdiri atas
mahkota gigi yang terletak di atas gusi, leher yang dikelilingi oleh gusi dan akar

gigi yang tertanam dalam kekuatan-kekuatan rahang. Mahkota gigi dilapisi email
yang berwarna putih. Kalsium, fluoride dan fosfat merupakan bagian penyusun
email. Untuk perkembangan dan pemeliharaan gigi yang baik, zat-zat tersebut
harus ada di dalam makanan dalam jumlah yang cukup. Akar dilapisi semen yang
melekatkan akar pada gusi (Fried 2005).

Ada tiga macam gigi manusia, yaitu gigi seri (insisor) yang berguna untuk
memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk mengoyak makanan dan gigi
geraham (molar) untuk mengunyah makanan. Terdapat pula tiga buah kelenjar
saliva pada mulut, yaitu kelenjar parotis, sublingualis dan submandibularis.
Kelenjar saliva mengeluarkan air liur yang mengandung enzim ptialinatau
amilase, berguna untuk mengubah amilum menjadi maltosa. Pencernaan yang
dibantu oleh enzim disebut pencernaan kimiawi. Di dalam rongga mulut, lidah
menempatkan makanan di antara gigi sehingga mudah dikunyah dan bercampur
dengan air liur. Makanan ini kemudian dibentuk menjadi lembek dan bulat yang
disebut bolus. Kemudian bolus dengan bantuan lidah, didorong menuju faring.
2.1.1.1.1 Bagian-bagian Gigi

Setiap gigi tersusun atas bagian-bagian, di antaranya :

a. Puncak gigi atau mahkota gigi, yaitu bagian yang tampak dari luar
b. Leher gigi, yaitu bagian gigi yang terlindung di dalam gusi dan merupakan
batas antara mahkota dan akar gigi
c. Akar gigi, yaitu bagian gigi yang tertanam di dalam rahang

Gambar 2. 5 Anatomi gigi


2.1.1.1.2 Lapisan-lapisan Gigi

Lapisan-lapisan gigi terdiri dari email, tulang gigi, semen gigi dan rongga
gigi.

a. Email

Email merupakan lapisan yang keras pada puncak gigi. Email berfungsi
melindungi tulang gigi. Jika email rusak, maka gigi akan rusak pula.

b. Tulang gigi

Di lapisan berikutnya terdapat tulang gigi yang terbuat dari dentin. Dentin
berupa jaringan berwarna kekuningan.

c. Semen gigi

Di lapisan luar akar gigi terdapat semen gigi atau sementum.

d. Rongga gigi

Di bagian dalam gigi terdapat rongga gigi atau pulpa. Rongga gigi berisi
saraf dan pembuluh darah. Lubang yang dalam pada gigi dapat mencapai rongga
gigi dan mengenai saraf sehingga menimbulkan nyeri.
2.1.1.1.3 Susunan Gigi
Gigi manusia mulai tumbuh pada bayi berumur kira-kira 6-7 bulan sampai
26 bulan. Gigi pada anak-anak disebut gigi susu atau sulung. Setelah anak
berumur 6 sampai 14 tahun, gigi susu tanggal satu persatu dan digantikan dengan
gigi tetap. Gigi tersusun berderet pada rahang atas dan bawah. Gigi susu
berjumlah 20 buah terdiri atas gigi seri 8 buah, gigi taring 4 buah dan gigi
geraham 8 buah. Gigi tetap pada orang dewasa berjumlah 32 buah yang terdiri
dari gigi seri 8 buah, gigi taring 4 buah, gigi geraham depan 8 buah dan gigi
geraham belakang 12 buah.
2.1.1.2 Lidah
Lidah berguna untuk membantu mengatur letak makanan di dalam mulut
dan mendorong makanan masuk ke kerongkongan. Selain itu lidah juga berfungsi
untuk mengecap atau merasakan makanan. Pada lidah terdapat daerah-daerah
yang lebih peka terhadap rasa-rasa tertentu, seperti asin, asam, manis dan pahit.
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir. Kerja otot lidah
ini dapat digerakkan ke seluruh arah (Pearce 2010).

Gambar 2. 6 Anatomi lidah

2.1.1.2.1 Bagian-bagian Lidah

Lidah dibagi atas 3 bagian (Kus 2004) :

a. Radiks lingua = pangkal lidah

Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk
menutup jalan napas pada waktu menelan makanan, supaya makanan tidak masuk
ke jalan napas.

b. Dorsum lingua = punggung lidah

Punggung lidah terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf


pengecap.

c. Apeks lingua = ujung lidah


2.1.1.3 Kelenjar Ludah

Ludah mengandung 97% - 99,5% air. Ludah juga mengandung beberapa


komponen, di antaranya adalah :

a. Elektrolit

: Na+, K+, Cl-, PO42- dan HCO3-

b. Enzim pencernaan

: Amilase

c. Protein

: Mucin, Lisosim, Defensin dan IgA

d. Sisa metabolit

: Urea dan asam urat

Ludah memiliki beberapa fungsi, di antaranya (Pearce 2010) :

a. Membersihkan mulut

b. Membasahi dan melarutkan bahan kimia dalam makanan

c. Membantu membentuk bolus makanan agar mudah ditelan

d. Mengandung enzim untuk memecah makanan.

Ludah dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar ludah. Ludah yang dihasilkan


dialirkan melalui saluran ludah yang bermuara ke dalam rongga mulut. Ludah
mengandung air, lendir, garam dan enzim ptialin. Enzim ptialin berfungsi
mengubah amilum menjadi gula, yaitu maltosa dan glukosa. Kelenjar ludah ada 3
yaitu :

a. Kelenjar Parotis

Letaknya di bawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid kiri dan
kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari
glandula parotis menuju rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator)

b. Kelenjar Submaksilaris

Terletak di bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya bernama


duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulum lingua

c. Kelenjar Sublingualis

Letaknya di bawah selaput lendir bermuara di dasar rongga mulut.

Gambar 2. 7 Anatomi kelenjar ludah tampak dari sisi lateral


Kelenjar ludah disarafi oleh saraf-saraf tak sadar.
2.1.2 Faring
Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan masuk
ke dalam tekak (faring). Faring adalah saluran yang memanjang dari bagian
belakang rongga mulut sampai ke permukaan kerongkongan (esophagus). Pada
pangkal faring terdapat katup pernapasan yang disebut epiglottis. Epiglotis
berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan (laring) agar makanan tidak
masuk ke saluran pernapasan. Setelah melalui faring, bolus menuju ke esophagus;
suatu organ berbentuk tabung lurus, berotot lurik dan berdinding tebal. Otot
kerongkongan berkontraksi sehingga menimbulkan gerakan meremas yang
mendorong bolus ke dalam lambung. Gerakan otot kerongkongan ini disebut
gerakan peristaltik (Sloane 2003).
Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi. Faring sebagai tempat persimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas
tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.

Faring terdiri dari :


a. Bagian superior : bagian yang sangat tinggi dengan hidung, yang disebut
nasofaring. Pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga
b. Bagian medial : bagian yang sama tinggi dengan mulut, yang disebut
orofaring. Bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah
c. Bagian inferior : bagian yang sama tinggi dengan laring, yang disebut
oligofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
2.1.3 Esofagus

Esofagus, atau disebut juga dengan kerongkongan, merupakan tabung


(tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian
mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Di sebelah depan kerongkongan terdapat saluran
pernapasan yang disebut trakea. Trakea menghubungkan rongga hidung dengan
paru-paru. Pada saat menelan makanan, ada tulang rawan yang menutup lubang ke
tenggorokan. Bagian tersebut dinamakan epiglotis. Epiglotis mencegah makanan
masuk ke paru-paru (Sloane 2003).

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian :

a. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

c. bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

Gambar 2. 8 Proses menelan makanan dari mulut, faring, kerongkongan sampai


masuk ke perut
2.1.4 Lambung

Lambung adalah ruang berbentuk kantung yang berbentuk huruf j yang


terletak antara esofagus dan korpus (badan). Lambung yang kosong memiliki
volume 50 ml tetapi organ ini dapat mengembang sampai dengan 1000 ml ketika
makan. Ada dua faktor yang menjaga motilitas lambung yaitu (Pearce 2010) :

a. Plastisitas,

yang

mengacu

pada

kemampuan

otot

polos

dalam

mempertahankan ketegangannya yang konstan dalam rentang waktu yang


lebar

b. Relaksasi reseptif, yakni proses relaksasi otot polos untuk meningkatkan


kemampuan lambung dalam mengakomodasi volume makanan.
Lambung mempunyai dua otot lingkar, yaitu :
a. Otot lingkar kardia. Terletak di bagian atas dan berbatasan dengan bagian
bawah kerongkongan. Fungsinya adalah untuk mencegah makanan dari
lambung agar tidak kembali ke kerongkongan dan mulut
b. Otot lingkar pilorus. Otot lingkar pilorus hanya terbuka apabila makanan
telah tercerna di lambung.

Gambar 2. 9 Anatomi lambung


Di dalam lambung, makanan dicerna secara kimiawi. Dinding lambung
berkontraksi, menyebabkan gerak peristaltik. Gerak peristaltik dinding lambung
mengakibatkan makanan di dalam lambung teraduk-aduk. Di bagian dinding
lambung sebelah dalam terdepat kelenjar yang menghasilkan getah lambung.
Getah lambung mengandung asam lambung, serta enzim-enzim lain. Asam
lambung berfungsi sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim
pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah
protein menjadi molekul yang lebih kecil.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot


berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

a. Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.


Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

b. Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan


oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

Selain sel-sel penyekresi mukus yang mengelilingi seluruh permukaan


lambung, mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubula yang penting :

a. Kelenjar oksintik (kelenjar gastrik). Kelenjar oksintik menyekresi asam


hidroklorida, pepsinogen dan mukus

b. Kelenjar pilorik. Kelenjar pilorik terutama menyekresi mukus untuk


melindungi mukosa pilorus dari asam lambung. Kelenjar tersebut juga
menyekresi hormon gastrin.

Otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya secara


mekanis dan mencampurnya dengan getah lambung. Getah lambung mengandung
HCl, enzim pepsin dan renin. HCl berfungsi untuk membunuh kuman-kuman
yang masuk bersama bolus akan mengaktifkan enzim pepsin. Pepsin berfungsi
untuk mengubah protein menjadi peptone. Renin berfungsi untuk menggumpalkan
protein susu. Setelah melalui pencernaan kimiawi di dalam lambung, bolus
menjadi bahan kekuningan yang disebut kimus (bubur usus). Kimus akan masuk
sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.

Tabel 2. 1 Senyawa kimia yang dihasilkan oleh lambung


Senyawa kimia
Asam HCl

Fungsi
Mengaktifkan pepsinogen menjadi
pepsin. Sebagai disinfektan, serta
merangsang pengeluaran hormon
sekretin dan kolesistokinin pada

Lipase

usus halus
Memecah lemak

menjadi

asam

lemak dan gliserol. Namun lipase


Renin

yang dihasilkan sangat sedikit


Mengendapkan protein pada susu
(kasein) dari air susu (ASI). Hanya

Mukus

dimiliki oleh bayi


Melindungi dinding lambung dari
kerusakan akibat asam HCl

2.1.5 Usus Halus

Usus halus (intestinum tenue) terletak di antara lambung dan usus besar.
Usus halus berdiameter sekitar 2,5 cm dan memiliki panjang sekitar 6 meter.
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen (Campbell 2008).

Dinding usus halus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari (Betz 2009) :

Lapisan mukosa (sebelah dalam) , terdapat banyak kelenjar yang


mensekresi enzim-enzim pencernaan

Lapisan submukosa, berfungsi sensorik yang kaya akan pembuluh


darah, saraf dan pembuluh limfatik

Lapisan otot melingkar (circular muscle) dan lapisan otot


memanjang (longitidinal muscle) berfungsi untuk motorik

Lapisan serosa (sebelah luar). Pada dinding usus halus terdapat


jonjot-jonjot usus (vili) yang berisi pembuluh limfa dan pembuluh
darah.

Di usus halus terdapat susunan yang sangat rapat dari kelenjar mukus
campuran, yang disebut kelenjar brunner. Kelenjar ini menyekresi mukus yang
alkalis dalam jumlah besar. Fungsi dari mukus yang disekresikan oleh kelenjar
brunner adalah untuk melindungi dinding duodenum dari pencernaan oleh getah
lambung yang sangat asam, yang keluar dari lambung (Kowalak 2003).

Gambar 2. 10 Lapisan otot usus halus


Tabel 2. 2 Senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus
Senyawa kimia
Disakaridase
Erepsinogen

Menguraikan

Fungsi
disakarida

menjadi

monosakarida
Erepsin yang belum aktif yang akan

diubah

menjadi

mengubah
Hormon sekretin

amino
Merangsang

pepton

erepsin.

Erepsin

menjadi

kelenjar

asam

pankreas

mengeluarkan senyawa kimia yang


Hormon CCK (Kolesistokinin)

dihasilkan ke usus halus


Merangsang hati untuk mengeluarkan
cairan empedu ke usus halus

2.1.5.1 Enzim-enzim Pencernaan pada Sekresi Usus Halus

Bila sekresi usus halus dikumpulkan tanpa serpihan sel, sekresi ini hampir
tidak mengandung enzim. Enterosit mukosa, terutama yang menutupi vili,
mengandung enzim pencernaan yang mencerna zat-zat makanan khusus ketika
makanan diabsorbsi melalui epitel. Enzim-enzim ini adalah sebagai berikut
(Kowalak 2003) :

a. Beberapa peptidase untuk memecah peptide kecil menjadi asam amino

b. Empat enzim, sukrase, maltase, isomaltase dan laktase untuk memecah


disakarida menjadi monosakarida

c. Sejumlah kecil lipase intestinum untuk memecah lemak netral menjadi


gliserol dan asam lemak.
2.1.5.2 Embriologi Usus Halus

Perkembangan usus tengah ditandai oleh cepat memanjangnya usus dan


mesenteriumnya, sehingga terbentuk jerat usus primer

Pada puncaknya jerat ini tetap berhubungan dengan kandung telur melalui
duktus vitellinus yang sempit.

Bagian cranial jerat usus akan membentuk :

Bagian distal duodenum

Yeyenum

Ileum (sebahagian)

Gambar 2. 11 Embriologi usus halus (1)

Bagian caudal jerat usus akan membentuk :

Bagian bawah illeum

Caecum

Appendix

Colon ascenden

2/3 proximal colon transfersum

Perbatasan antara bagian cranial dan caudal jerat ususk: ductus vitelinus
tetap ada pada orang dewasa yang dikenal sebagai :

Diferticulum meckel dan diverticulum illeal (Sadler 2009).

Hernia phisiology

Pertumbuhan jerat usus primer sangat pesat terutama bagian cranialnya.


Akibat pertumbuhan yang cepat ini dan perluasan hati yang serentak,
rongga perut untuk sementara terlalu kecil untuk menampung jerat-jerat
usus ini. Akibatnya jerat ini memasuki celom extra embrional dan tali
pusat (hernia umbilicalis phisiologic) yang terjadi pada minggu ke enam.

Gambar 2. 12 Embriologi usus halus (2)


2.1.5.3 Bagian-bagian Usus Halus

Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu (Scanlon 2006) :

Gambar 2. 13 Anatomi Usus halus

2.1.5.3.1 Duodenum (Usus Dua Belas Jari)


Duodenum merupakan bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke jejenum (usus kosong). Duodenum adalah
25 cm pertama usus halus (bagian terpendek dari usus halus) dan dikelilingi oleh
kaput pankreas.

Duodenum merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus


seluruhnya oleh selaput peritoneum, dimana pH duodenum yang normal berkisar

pada derajat sembilan. Pada bagian kanan duodenum merupakan tempat


bermuaranya saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus
pankreatikus), tempat ini dinamakan papilla vateri.

Duktus-duktus kandung empedu & hati serta pankreas masuk ke aspek


medial duodenum melalui ampula hepatopankreatik, yang dilengkapi otot
sfingter oddi.

Di dalam duodenum dihasilkan beberapa enzim dari dinding usus. Enzim


tersebut diperlukan untuk mencerna makanan secara kimiawi. Enzim tersebut
antara lain :

Enterokinase, untuk mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pankreas

Erepsin atau dipeptidase, untuk mengubah dipeptida atau pepton


menjadi asam amino

Laktase, untuk mengubah laktosa menjadi glukosa

Maltase, untuk mengubah maltosa menjadi glukosa

Disakarase, untuk mengubah disakarida menjadi monosakarida

Peptidase, untuk mengubah polipeptida menjadi asam amino

Lipase, untuk mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak

Sukrase, untuk mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.

Saat kimus masuk duodenum, hormon kolesistokinin dan sekretin


dilepaskan secara simultan merangsang pelepasan empedu dan getah pankreas,
serta hormon lain (peptida inhibisi gastrik), yang menghambat sekresi dan
gerakan di dalam lambung (Scanlon 2006).

Gambar 2. 14 Struktur Duodenum

2.1.5.3.2 Jejunum (Usus Kosong)


Jejunum (usus kosong) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
duodenum (usus dua belas jari) dan ileum (usus penyerapan). Panjang jejunum
adalah 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di sebelah kiri atas intestinum
minor.

Dengan

perantaraan

lipatan

peritoneum

yang

berbentuk

kipas

(mesenterium) memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena mesentrika


superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara lapisan peritoneum.

Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih tebal dan banyak


mengandung pembuluh darah. Permukaan dalam jejunum berupa membran mukus
dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara
histologis dapat dibedakan dengan duodenum (usus dua belas jari), yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan
ileum, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri (Scanlon 2006).

Gambar 2. 15 Struktur Jejunum

2.1.5.3.3 Ileum (Usus Penyerapan)


Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus, panjangnya sekitar 3-4 meter.
Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah berhubungan
dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis yang diperkuat
sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang berfungsi mencegah
cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.

Di dalam iluem (usus penyerapan) terdapat banyak lipatan atau lekukan


yang disebut jonjot-jonjot usus (vili). Vili berfungsi memperluas permukaan
penyerapan, sehingga makanan dapat terserap sempurna.

Gambar 2. 16 Struktur Ileum

Usus halus memiliki dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi
bahan-bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Fungsi usus halus lainnya adalah
sebagai penghasil gerakan peristaltik, penyekresi getah usus, pencernaan
karbohidrat, protein dan lemak secara kimia di dalam enterosit vili, perlindungan
terhadap infeksi oleh mikroba yang telah bertahan dari kerja antimikroba asam
hidroklorida, melalui folikel limfe tunggal dan folikel limfe agregat, sekresi
hormone kolesistokinin (CCK) dan sekretin, serta absorbsi nutrient.

Dalam usus halus, proses pencernaan diselesaikan dan hasil-hasilnya


diabrsorpsi. Pencernaan

lipid

terutama

terjadi sebagai akibat kerja

lipase

pankreas dan empedu. Pada manusia, sebagian besar absorpsi lipid terjadi dalam
duodenum dan jejunum bagian atas. Asam-asam amino dan monosakarida yang
berasal dari pencernaan protein dan karbohidrat diabsorpsi olah sel-sel epitel
oleh transport aktif tanpa korelasi morfologis yang dapat dilihat. Proses lain
yang mungkin penting akan fungsi usus halus adalah pergerakan berirama vili. Ini
akibat kontraksi dari 2 sistem sel yang terpisah. Sel-sel otot polos berjalan vertikal
antara muskularis murkosae dan ujung vili dapat berkontrkasi dan memperpendek
villi (Scanlon 2006).

2.1.5.4 Proses Pencernaan Makanan Secara Kimiawi


Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana
basa. Prosesnya sebagai berikut (Betz 2009) :
a. Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan
oleh bikarbonat dari pankreas
b. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai
kandungan zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh
amilase pankreas menjadi disakarida. Disakarida kemudian diuraikan oleh
disakaridase menjadi monosakarida, yaitu glukosa. Glukosa hasil
pencernaan kemudian diserap usus halus dan diedarkan ke seluruh tubuh
oleh peredaran darah
c. Makanan dari kelompok protein setelah di lambung dicerna menjadi
pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin dan
erepsin menjadi asam amino. Asam amino kemudian diserap usus dan
diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah
d. Makanan

dari

kelompok

lemak,

pertama-tama

akan

dilarutkan

(diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiranbutiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak kemudian diuraikan oleh
enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol
kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh
limfe.
2.1.6 Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar
5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter
usus besar lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5
cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil. Lapisan-lapisan usus
besar dari dalam ke luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan
jaringan ikat. Ukurannya lebih besar daripada usus halus, mukosanya lebih halus
daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot longitudinal dalam

muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli yang menarik kolon menjadi
kantong-kantong besar yang disebut dengan haustra. Di bagian bawah terdapat
katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup
dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik sehingga memungkinkan
kimus cair mengalir sebanyak 500 ml-1000 ml per hari dan berfungsi untuk
mencegah makanan kembali ke usus halus (Scanlon 2006).

Isi usus yg disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak
dapat dicerna (misalnya : selulosa), komponen empedu yang tidak dapat diserap
dan sisa cairan. Bahan-bahan ini membentuk sebagian besar feses dan membantu
mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan menentukan
volume isi usus besar (Campbell 2008).

Gambar 2. 17 Struktur usus besar

2.1.6.1 Bagian-bagian Usus Besar


2.1.6.1.1 Sekum
Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup
ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang

melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang sempit
yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum.
2.1.6.1.2 Kolon
Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon
memiliki tiga divisi :

i. Kolon ascenden

merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di

sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada

fleksura hepatika

ii. Kolon transverse

merentang menyilang abdomen di bawah hati dan

lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri,


tempatnya memutar ke bawah fleksura splenik

iii. Kolon desenden

merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan


menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara
di rektum. Kolon sigmoid berfungsi sebagai
reservoir yang menampung massa feses yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung.

2.1.6.1.3 Rektum
Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 1213 cm. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian
rektum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rektum mengatur
pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada dua
yaitu otot polos dan otot lurik.

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan


proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi
air dan elektrolit selama proses pencernaan. Fungsi lainnya adalah tempat
dihasilkannya vitamin K dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan
bakteri usus misalnya E. Coli. Selain itu usus besar adalah tempat membentuk
massa feses dan mendorong sisa makan hasil pencernaan keluar dari tubuh.

Mukosa yang melapisi usus besar banyak mengandung sel-sel goblet yang
mensekresi mukus. Tidak ada enzim yang disekresi oleh mukosa dan protein serta
lemak tidak dapat diserap oleh usus besar. Usus besar mengandung sekelompok
bakteria saprofit dan nonsaprofit. Bakteri ini mencegah pertumbuhan strain
bakteri yang berbahaya dan mungkin juga terlibat dalam sintesis vitamin B.
Perlindungan terhadap bakteri juga diberikan oleh nodulus limfoid dalam
submukosa.

Air dan garam terutama garam kalium, diserap sepanjang usus besar. Oleh
karenanya feses menjadi lebih keras dengan makin dekatnya ke arah rektum.
Komposisi feses itu sendiri adalah sebagai berikut :

Bakteri mati (30%), di mana bakteri anaerob lebih banyak dari


bakteri aerob. Misalnya Bacteroides paling umum, dan Escherichia
coli

Bahan-bahan yang tidak dapat dicerna misalnya selulosa (30%)

Bahan-bahan anorganik misalnya garam-garam kalsium (10%20%)

Sel-sel mati (50-100 gram/hari)

Lekosit

Pigmen empedu

(Scanlon 2006).

Normalnya hanya seperempat dari feses yang berbentuk bahan-bahan


padat, sedangkan tiga per empat sisanya adalah air.

Pada usus besar terdapat usus buntu atau Apendiks. Dimana apendiks
organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15), dan
berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di
bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab
rendahnya insidens apendisitis pada usia itu.

Secara histologi, struktur apendiks sama dengan usus besar. Kelenjar

submukosa dan mukosa dipisahkan dari lamina muskularis. Diantaranya berjalan

pembuluh darah dan kelenjar limfe. Bagian paling luar apendiks ditutupi oleh

lamina serosa yang berjalan pembuluh darah besar yang berlanjut ke dalam

mesoapendiks. Bila letak apendiks retrosekal, maka tidak tertutup oleh peritoneum
viserale.

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya

dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran

lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.

Imunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid

tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA.

Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun


demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena

jumlah jaringan limfe di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di

saluran cerna dan di seluruh tubuh

2.1.6.2 Embriologi Usus Besar


Usus sederhana belakang membentuk :

1/3 distal colon transversum

Colon ascendens

Sigmoid

Rectum

Bagian atas canalis analis

Bagian usus sederhana belakang bermuara ke dalam cloaka (suatu rongga


yang dilapisi entoderm yang berhubungan langsung dengan entoderm
permukaan)

Pada pertemuan antara entoderm dan ektoderm terbentuk membrana


cloacalis

Pada perkembangan selanjutnya tumbuh septum urorectal pada sudut


antara alantois dan usus belakang

Sekat ini berlanjut tumbuh ke caudal sambil membagi cloaka menjadi :

Sinus urogenitalis sederhana (depan)

Canalis anorectalis (belakang)

Gambar 2. 18 Embriologi usus besar

Ketika mudigah berumur 7 minggu, septum urorectal mencapai membran


cloacalis yang akan terbagi menjadi :

Membran analis (di belakang)

Membran urogentalis (di depan)

Membran analis dikelilingi oleh tonjolan-tonjolan mesenchim. Pada


minggu ke 8 selaput ini ditemukan pada dasar lekukan ektoderm yang
akan menjadi lobang anus atau proktodium

Dalam minggu ke 9, membran analis koyak dan terbentuklah jalan terbuka


antara rektum dan dunia luar

Bagian atas canalis analis berasal dari entoderm dan didarahi oleh
A.mesenterica inferior

Bagian bawah (1/3 bawah) berasal dari ektoderm dan didarahi oleh
A.pudenda interna

Pertemuan keduanya disebut linea dentata atau linea pertinatum.

(Sadler 2009).

Organ pencernaan tambahan


2.1.7 Pankreas

Pankreas

tersusun

atas

bagian

eksokrin

dan

endokrin.

Bagian

endokrin terdiri atas pulau Langerhans, dan bagian eksokrin terdiri atas kelenjar
asiner, maka disebut bagian asini pankreas. Sel asiner pankreas merupakan sel
serosa, dan memiliki sifat mensintesis protein. Setelah disintesis dalam bagian
basal sel, maka proenzim selanjutnya meninggalkan retikulum endoplasma
kasar dan masuk apparatus Golgi. Proenzim-proenzim tersebut dikumpulkan
dalam vesikel-vesikel sekresi yang disebut sebagai granula prozimogen. Granula
sekresi

yang

matang

(granula

zimogen),

melekat pada

membran

dan

terkumpul pada bagian apical (ujung) sel. Bagian eksokrin pankreas manusia
mensekresikan (Sherwood 2007) :

1. Air

2. Ion-ion : bikarbonat

3. Enzim : karboksipeptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase,


dan amilase

4. Proenzim sebagai berikut : tripsinogen, kimotripsinogen

Gambar 2. 19 Anatomi pankreas

Regulasi sekresi asini pankreas diatur oleh 2 hormon sekretin dan

kolesistokinin (dahulu dinamakan pankreoenzim) yang dihasilkan oleh


mukosa duodenum. Perangsangan nervus vagus (saraf parasimpatis) juga
akan meningkatkan sekresi pankreas (Sherwood 2007).

a. Sekretin bersifat merangsang sekresi cairan, sedikit protein (enzim) dan


kaya akan bikarbonat. Fungsinya terutama mempermudah transport air dan
ion. Hasil sekresi ini berperan untuk menetralkan kimus yang asam
(makanan yang baru dicernakan sebagian) sehingga enzim-enzim pankreas
dapat berfungsi pada batas pH netral optimalnya

b. Kolesistokinin (CCK) merangsang sekresi cairan (sedikit), banyak protein


dan enzim. Hormon ini bekerja terutama dalam proses pengeluaran
granula-granula zimogen. Kerja gabungan ke dua enzim tersebut
menghasilkan sekresi getah pankreas yang kaya akan enzim.
2.1.7.1 Embriologi Pankreas

Dibentuk oleh:

Tunas pankreas dorsal

Tunas pankreas ventral

Yang berasal dari epitel entoderm duodenum

Tunas pankreas dorsal terletak di dalam mesenterium dorsale, sedangkan


tunas pankreas dorsal berhubungan erat dengan duktus choledochus

Ketika duodenum berputar ke kanan dan membentuk huruf C, tunas


pankreas ventral bergeser ke dorsal seperti duktus choledochus bergeser ke
dorsal

Akhirnya tunas pankreas ventral berada tepat di bawah dan di belakang


tunas pankreas dorsal

Gambar 2. 20 Embriologi pankreas (1)

Kemudian parenkhim maupun saluran tunas pankreas dorsal dan ventral


bersatu

Tunas ventral membentuk processus uncinatus dan bagian bawah caput


pankreas

Bagian kelenjar lainnya berasal dari tunas dorsal

Duktus pankreaticus mayor (Wirsungi) terbentuk dari bagian distal saluran


pankreas dorsal dan seluruh saluran pankreas ventral

Bagian proximal saluran pankreas dorsal menutup atau sebagai saluran


kecil:

Duktus pankreaticus accesorius (santorini)

Gambar 2. 21 Embriologi pankreas (2)

Duktus pankreaticus mayor bersama-sama dengan duktus choledochus


bermuara di papila duodeni mayor

Duktus pankreaticus accesorius bermuara pada papila duodeni minor

10 % dari kasus kedua saluran gagal bersatu dan susunan ganda tetap
dipertahankan

Pulau-pulau langerhans

Berkembang dari jaringan parenchim pancreas pada ketiga kehidupan


janin

Tersebar di seluruh kelenjar

Sekresi insulin dimulai bulan ke-5

Kadar insulin janin tidak tergantung pada kadar insulin ibunya

(Sadler 2009)
2.1.8 Hati
Hati (bahasa Yunani : hpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh,
terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma.

Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini
dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa
yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh
hati disebut proses detoksifikasi (Scanlon 2006).

Gambar 2. 22 Anatomi hati

Hati memiliki fungsi yaitu antara lain (Sherwood 2007) :

Metabolisme karbohidrat. Hati berperan penting dalam mempertahankan


kadar glukosa plasma. Setelah makan, saat glukosa darah meningkat,
glukosa diubah menjadi glikogen sebagai cadangan dan mempengaruhi
hormon insulin. Selanjutnya, saat kadar glukosa turun, hormon glukagon
merangsang perubahan glikogen kembali menjadi glukosa dan menjaga
kadar dalam kisaran normal

Metabolisme lemak. Cadangan lemak dapat diubah menjadi suatu bentuk


energi yang dapat digunakan jaringan

Metabolisme protein. Metabolisme protein terdiri atas 3 proses


Deaminasi

asam

amino

melibatkan

beberapa

proses

menyingkirkan bagian nitrogen dari asam amino yang tidak


diperlukan untuk membentuk protein baru, pemecahan asam
nukleta menjadi asam urat, yang dibentuk asam nukleat

Transaminasi merupakan penyingkiran bagian nitrogen asam


amino dan melekatkan asam amino pada molekul karbohidrat
untuk membentuk asam amino non-esensial
Sintesis protein plasma dan sebagian besar faktor pembekuan darah
dari asam amino.

Pemecahan eritrosit dan pertahanan tubuh terhadap mikroba. Hal ini


disebabkan sel kupffer yang berada di sinusoid

Produksi panas. Hati menggunakan banyak energi, memiliki laju


metabolik dan menghasilkan panas. Hati merupakan organ penghasil panas
utama

Detoksikasi dan inaktivasi. Berbagai obat atau senyawa kimia dapat


diinaktifkan oleh hepatosit melalui mekanisme oksidasi, metilasi dan
konyugasi. Enzim-enzim yang berperan dalam proses-proses ini
diduga terutama terdapat dalam retikulum endoplasma halus (SER).
Glukuronil transferase,
glukuronat

suatu

dengan bilirubin,

enzim

yang

menyebabkan

mengkonyugasi
konyugasi

asam

beberapa

senyawa lain seperti steroid, barbiturat, antihistamin dan antikonvulsan.


Konyugasi

merupakan

fungsi penting retikulum endoplasma halus

hepatosit

Sekresi empedu. Empedu merupakan sekresi eksokrin hepatosit ke


dalam kanalikuli biliaris. Empedu tersusun atas : asam-asam empedu,
bilirubin dan air. Sekresi asam-asam empedu, sekitar 90% zat-zat ini
berasal dari

absorpsi lumen usus dan sisanya 10% disintesis oleh

hepotosit dari konyugasi asam kolat dengan asam amino glisin dan
taurin,

dihasilkan

disintesis

dari

asam

kolesterol.

glikokolat

dan taurokolat.

Asam-asam

Asam

kolat

empedu mempunyai fungsi

penting untuk emulsifikasi lipid dalam duodenum sehingga mempermudah

pencernaan oleh lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Bilirubin


dibentuk oleh sistem makrofag (termasuk sel Kupffer), bilirubin
hidrofobik

(tidak

larut

dalam

air)

dikonyugasi

dengan

asam

glukuronat, membentuk bilirubin glukuronida yang larut dalam air


(hidrofilik). Selanjutnya, bilirubin glukuronida disekresi ke dalam
kanalikuli biliaris

Cadangan. Hepatosit menyimpan glikogen, vitamin yang larut dalam


lemak (A,D,E,K) zat besi, kuprum serta beberapa vitamin yang larut air
misal (B12).
2.1.8.1 Embriologi Hati dan Kandung Empedu

Terbentuk pada pertengahan minggu ke tiga sebagai epitel entoderm pada


ujung distal fore gut

Pertumbuhan ini dikenal sebagi diverticulum hepatis (tunas hati)

Tunas hati terdiri atas berkas-berkas sel yang berproliferasi dengan cepat
dan menempus septum transversum yaitu lempeng mesoderm

Sementara sel-sel hati menembus septum transversum, hubungan tunas


hati dan duodenum menyempit. Dengan ini terbentuk saluran empedu

Dari saluran empedu, terbentuk tonjolan ke ventral yang menghasilkan


kandung empedu dan duktus cysticus

Gambar 2. 23 Embriologi Hati dan Kandung Empedu

Selama perkembangan sel epitel hati bercampur baur dengan v.vitelinae


dan v.umbilicus untuk membentuk sinusoid hati

Tali-tali hati berdiferensiasi menjadi jaringan parenkim hati dan jaringan


yang melapisi duktus biliaris

Sel-sel hemopoitik, sel-sel kuppfer dan sel-sel jaringan penyambung


berasal dari mesoderm septum transfersum.

(Sadler 2009).
2.1.9 Kandung empedu
Kandung empedu merupakan sakus (kantong) yang berbentuk buah pir
dan melekat pada permukaan posterior hati oleh jaringan ikat. Kandung empedu
memiliki fundus atau ujung yang memanjang, badan atau bagian utama dan leher
yang bersambung dengan duktus sistikus. Kandung empedu memiliki lapisan
jaringan seperti struktur dasar saluran cerna dengan beberapa modifikasi, adalah
sebagai berikut (Campbell 2008) :

a. Lapisan mukosa yang terdiri dari atas epitel toraks dan lamina propria.
Lapisan mukosa mempunyai lipatan-lipatan yang khususnya nyata
pada kandung empedu yang kosong. Mikrovili sering terdapat pada
daerah apikal. Dekat duktus sistikus, epitel mengalami invaginasi ke
dalam lamina propria, membentuk kelenjar tubulo-asiner dengan lumen
yang luas. Sel-sel kelenjar ini mempunyai sifat sel yang mengsekresi
mukus dan bertanggung jawab akan pembentukan mukus yang terdapat
dalam empedu

b. Lapisan otot polos

tipis dan

tidak

teratur. Lapisan

jaringan

penyambung yang tebal menghubungkan permukaan superior kandung


empedu ke hati. Permukaan yang berlawanan diliputi oleh lapisan serosa
khas, peritoneum

c. Lapisan jaringan penyambung perimuskuler yang berkembang baik

d. Membran mukosa.

Gambar 2. 24 Anatomi kandung empedu

2.1.9.1 Fungsi Kandung Empedu


Kandung empedu berfungsi sebagai reservoir empedu, memekatkan
empedu dengan 10 atau 15 lipatan yang mengabsorpsi air melalui dinding
kandung empedu dan melepaskan empedu yang disimpan. Saat dinding kandung
empedu berkontraksi, empedu mengalir melalui duktus biliaris menuju duodenum.
Kontraksi distimulasi oleh hormone kolesistokinin (CCK) yang disekresi oleh
duodenum serta adanya kime asam dan lemak di duodenum (Campbell 2008).
2.1.9.2 Komposisi Empedu
Sekitar 500 ml empedu disekresi oleh hati tiap harinya. Bilirubin
merupakan salah satu produk hemolisis eritrosit yang dihasilkan oleh sel kupffer
di hati dan oleh makrofag di limfa dan sumsum tulang. Bentuk asli bilirubin tidak
larut dalam air dan dibawa di dalam darah untuk berikatan dengan albumin. Di
dalam hepatosit, bilirubin terkonjugasi dengan asam gukoronat dan menjadi
semakin larut sebelum disekresikan empedu. Bakteri di usus mengubah bentuk
bilirubin dan sebagian besar disekresikan sebagai strekobilin di feses, sebagian
kecil direabsorsi dan disekresikan dalam urine sebagai urobilinogen. Ikterus
adalah pigmentasi warna kuning pada jaringan yang terlihat di kulit dan
konjungtiva. Keadaan ini disebabkan kelebihan bilirubin di dalam darah
(Campbell 2008).

2.2 Mekanisme dari Sistem Pencernaan Manusia

Aktivitas dalam saluran pencernaan terbagi dalam 6 (enam) proses, yaitu :

a. Ingesti : Pengambilan makanan masuk ke saluran pencernaan

b. Propulsi : Menelan dan peristaltis

Peristaltis : Gerakan kontraksi dan relaksasi otot-otot pada dinding


organ

c. Digesti Mekanik : Mengunyah, mencampur dan mengaduk makanan

d. Digesti Kimia : Penguraian makanan / katabolik

e. Absorpsi : Gerakan nutrien dari saluran pencernaan ke darah atau limpa

f. Defekasi : Eliminasi buangan padat yang tidak dapat dicerna.

Gambar 2. 25 Proses pencernaan


2.3 Kelainan dan Penyakit pada Sistem Pencernaan Manusia
Beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada alat-alat sistem
pencernaan antara lain :
2.3.1 Sakit Gigi
Sakit gigi yang paling sering disebabkan oleh adanya lubang pada gigi.
Gigi berlubang juga disebut karies. Penyebab gigi berlubang pada anak-anak
adalah makanan yang banyak mengandung gula. Sisa makanan menempel pada
gigi dan menjadi sarang bakteri. Bakteri akan mudah menerobos masuk ke dalam
gigi sehingga gigi keropos. Lalu masuk ke dalam rongga gigi sehingga menyerang
pembuluh darah dan saraf gigi. Karang gigi dapat menyebabkan gigi rapuh dan
mudah copot. Gigi yang berlubang harus dicabut agar tidak merembet ke gigi
lainnya. Pada balita, gigi berlubang lebih baik ditambal supaya pertumbuhan tetap
teratur (Sudoyo 2006).

(Taqwim 2011)

Gambar 2. 26 (A) Gigi normal, (B) gigi mengalami karies,


(C) gigi nekrosis yang mengalami infeksi menyebabkan abses

(Bima 2013)

Gambar 2. 27 Karies gigi


2.3.2 Sariawan
Alat pencernaan yang terganggu atau terserang oleh sariawan adalah mulut
(bibir dan gusi) dan lidah. Ketika terkena sariawan, bibir dan lidah seperti terluka
dan terasa perih khususnya saat makan. Biasanya orang yang terkena penyakit ini
menjadi malas makan, sehingga kondisi tubuh turun. Penyebabnya adalah panas
dalam atau luka pada rongga mulut dan lidah. Orang mudah terkena sariawan
kemungkinan karena kekurangan vitamin C atau daya tahan lemah.
Pengobatannya dilakukan dengan obat sariawan. Apabila tanda-tanda akan
terserang sariawan muncul sebaiknya meminum larutan penyegar atau pencegah
panas dalam. Orang yang mudah terkena sariawan sebaiknya banyak memakan
makanan yang mengandung vitamin C atau menambah asupan vitamin C dalam
bentuk tablet atau minuman suplemen yang kaya vitamin C (Sasrawan 2013).

Gambar 2. 28 Macam-macam sariawan

Gambar 2. 29 Penyakit sariawan


2.3.3 Parotitis
Penyakit gondong yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus yang
menyerang kelenjar air ludah di bagian bawah telinga, akibatnya kelenjar ludah
menjadi bengkak atau membesar.

Gambar 2. 30 Penyakit Gondong


2.3.4 Esofagitis
Esofagitis merupakan terjadinya aliran balik isi lambung ke kerongkongan,
termasuk reflux asam lambung yang akan merusak lapisan mukosa dan terjadi

peradangan. Gejala dari radang kerongkongan berupa perasaan terbakar dan perih
di belakang tulang dada karena luka mukosa bersentuhan dengan makanan atau
minuman yang merangsang (alkohol, minuman bersoda). Perasaan asam atau
pahit di mulut akibat mengalirnya kembali isi lambung. Tindakan pertama untuk
mengatasinya adalah dengan meninggikan kepala 10-15cm sewaktu tidur.
Penyakit esofagitis ini dapat memicu timbulnya kanker kerongkongan.
2.3.5 Maag

Orang yang mengalami maag memiliki ciri-ciri rasa perih pada dinding
lambung, mual, muntah dan perut kembung. Gangguan ini disebabkan
meningkatnya kadar asam lambung yang dipicu karena pikiran tegang, pola
makan yang tak teratur, dan lain sebagainya.

Penyakit maag dibagi menjadi dua jenis yaitu maag akut dan maag kronis.
Maag kronis merupakan penyakit lambung yang disebabkan oleh infeksi bakteri
yaitu jenis bakteri Helicobakter Pylori. Bakteri ini bisa memicu borok pada
lambung, pada keadaan ini kita harus waspada karena tukak lambung bisa memicu
penyait kanker lambung, sedangkan maag akut merupakan penyakit maag yang
disebabkan beberapa faktor di antaranya faktor stres, pola makan yang tidak
teratur, minuman beralkohol, atau zat-zat kimia tertentu dan bisa juga karena
mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas atau asam.

Gambar 2. 31 Penyakit Maag

2.3.7 Radang Usus Buntu


Terjadi infeksi pada usus buntu. Gejalanya sakit pada perut sebelah kanan
bawah. Radang terjadi jika lubang antara usus buntu dan usus besar menaik
tersumbat lalu tertutup. Penyumbatannya bisa lendir atau benda keras seperti biji
terung atau cabe. Karena tersumbat atau tertutup, bakteri dalam usus buntu
membuat dinding usus buntu terinfeksi. Untuk menyembuhkannya biasanya
dilakukan operasi, yaitu memotong usus buntu.

Gambar 2.32 Penyakit Radang usus buntu


2.3.8 Diare

Diare terjadi karena adanya iritasi pada selaput dinding usus besar atau
kolon. Fases penderita diare berbentuk encer. Penyebabnya adalah penderita
memakan makanan yang mengandung bakteri atau kuman. Akibatnya gerakan
peristaltik dalam usus tidak terkontrol, sehingga laju makanan meningkat dan usus
tidak dapat menyerap air. Namun, apabila fases yang dikeluarkan bercampur
dengan darah dan nanah, kemudian perut terasa mulas, gejala tersebut menunjuk
pada penyakit desentri. Penyebabnya yakni infeksi bakteri Shigella pada dinding
usus besar.

Gambar 2.33 Penyakit Diare


2.3.9 Cacingan
Ada beberapa jenis penyakit cacing. Tiga yang perlu Anda
ketahui yaitu cacing gelang, cacing tambang, dan cacing kremi.
2.3.9.1 Cacing gelang
Disebabkan oleh cacing gelang atau Ascaris lumbriciadea.
Telur cacing ini masuk melalui makanan dan minuman yang
tercemar atau tidak bersih.
Gejalanya antara lain perut mulas, mencret dan kembung.
Penderita

mungkin

juga

mengalami

gejala

ikutan

seperti

tenggorokan dan hidung gatal. Terkadang ia mengalami kejang


dan kesemutan di tangan dan kaki. Mata sering mengedip dan
timbul selaput pada putih mata. Anak-anak menjadi sering rewel
dan menangis.

Pengobatannya dilakukan dengan memberikan obat cacing


yang tepat melalui resep dokter. Resep tradisional, rebung atau
biji petai cina dapat menyembuhkan penyakit cacing gelang.
2.3.9.2 Cacing tambang
Penyakit cacing ini disebabkan oleh cacing tambang. Telur
cacing tambang masuk ke tubuh melalui kulit, khusunya kaki dan
tangan. Telur cacing ini hidup di daerah lembab dan hangat.
Gejala yang tampak ialah perut mulas, mencret dan
kembung. Seringkali diiringi dengan tidak enak badan dan gatal
di kaki atau tangan. Pengobatannya dengan obat cacing yang
sesuai.
2.3.9.3 Cacing kremi
Cara telur cacing ini masuk ke dalam sistem pencernaan
ialah melalui makanan dan minuman mentah dan tidak bersih.
Anak-anak yang mempunyai kebiasaan menggigit-gigit jari dan
bermain di tempat yang becek-lembap berpeluang terkena
penyakit ini. Karena telur cacing kremi suka berada di air atau
tanah yang tidak bersih.
Gejala penyakit cacing keremi yaitu gatal-gatal pada liang
dubur atau liang hidung. Jika parah, mata anak yang menderita
cacing kremi tampak agak berbusa.
Pengobatannya dilakukan dengan memberikan obat cacing
yang sesuai dan dosis yang tepat atau memakan biji petai cina
sebanyak-banyaknya agar cacingnya mati dan keluar bersama
tinja.

2.3.10 Konstipasi

Konstipasi atau yang sering kita sebut dengan sebutan sembelit adalah
keadaan yang dialami seseoang dengan gejala feses mengeras sehingga susah
dikeluarkan. Sembelit disebabkan oleh adanya penyerapan air pada sisa makanan.
Akibatnya, feses kekurangan air dan menjadi keras. Ini terjadi dari kebiasaan
buruk yang menunda-nunda buang besar. Selain itu, juga karena kurangnya
penderita dalam mengkonsumsi makanan berserat. Oleh karena itu, banyak
memakan buah-buahan dan sayur-sayuran berserat serta minum banyak air dapat
mencegah gangguan ini.

2.3.11 Hemoroid/Wasir/Ambeyen

Hemoroid/Wasir/Ambeyen merupakan gangguan pembengkakan pada


pembuluh vena di sekitar anus. Orang yang sering duduk dalam beraktivitas dan
ibu hamil seringkali mengalami gangguan ini.

Gambar 2. 34 Penyakit ambeyen

2.3.12 Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit yang terjadi akibat infeksi virus pada hati.
Virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui air atau makanan. Penyakit hepatitis
dibagi menjadi:

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus


Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati,
menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis
C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya

Seseorang dikatakan menderita infeksi virus hepatitis B apabila dalam


pemeriksaan ditemukan HBsAg positif. Sumber penularan virus hepatitis
B di Indonesia terutama melalui ibu hamil ke bayinya sehingga setiap ibu
yang hamil dianjurkan untuk melakukan skrining HBsAg

Hepatitis A, suatu penyakit yang menyerang hati yang disebabkan oleh


virus hepatitis A, meskipun tidak mengakibatkan risiko kematian yang
besar, namun berisiko menimbulkan kejadian yang luar biasa atau
outbreak.

Gambar 2. 35 Macam-macam virus hepatitis

2.3.13 Malnutrisi (kurang gizi)

Malnutrisi

yaitu

penyakit

yang

disebabkan

oleh

terganggunya

pembentukan enzim pencernaan. Gangguan tersebut disebabkan oleh sel-sel


pankreas atropi yang kehilangan banyak retikulum endoplasma. Sebagai contoh
adalah kwashiorkor, yakni penyakit akibat kekurangan protein yang parah dan
pada umumnya menyerang anak-anak.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penulisan makalah ini antara
lain :

a. Saluran pencernaan secara garis besar terdiri dari mulut, tenggorokan


(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran
pencernaan yaitu pankreas, hati dan kantung empedu, yang masing-masing
memiliki anatomi dan histologi tersendiri

b. Mekanisme dari sistem pencernaan terdiri dari 2, yaitu pencernaan


mekanik dan pencernaan kimiawi.

c. Terdapat beberapa jenis patologi dalam sistem pencernaan, di antaranya


sakit gigi, sariawan, parotitis, esofagitis, maag, gastritis, apendisitis,
radang usus buntu, diare, cacingan, konstipasi, wasir / ambeyen, hepatitis
dan malnutrisi.

DAFTAR PUSTAKA
Betz (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatrik Edisi 5. Jakarta, Buku Kedokteran
EGC.

Bima, A. (2013). Karies Gigi dan Cara Mengatasinya. 2014.

Campbell, H. A. (2008). Biologi Edisi Ke-Delapan. Jakarta, Erlangga.

Depkes, R. (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Fried, G. H. (2005). Biologi. Jakarta, Erlangga.

Kowalak, J. P. (2003). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

Kus, I. (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Jakarta, Yrama Widia.

Pearce, E. C. (2010). Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis. Jakarta, Gramedia


Pustaka Utama.

Sadler, T. (2009). Langman Embriologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta, Buku


Kedokteran EGC.

Sasrawan, H. (2013). Penyakit pada Sistem Pencernaan Manusia.

Scanlon, V. C. (2006). Buku Ajar Anatomi & Fisiologi Edisi ke-3. Jakarta, Buku
Kedokteran EGC.

Sherwood, L. (2007). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta, EGC.

Sloane, E. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk Pemula. Jakarta, EGC.

Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Surtiretna, N. (2006). Mengenal Sistem Pencernaan. Bandung, PT. Kiblat Buku


Utama.

Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta,


EGC.

Taqwim, A. (2011). Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi Odontogen Mahasiswa


Profesi Kedokteran Gigi Universitas Jember. 2014.

Anda mungkin juga menyukai