Skripsi Galih Prio Baskoro - E1A004079
Skripsi Galih Prio Baskoro - E1A004079
S K R I PS I
Oleh:
GALIH PRIO BASKORO
E1A004079
S K R I PS I
Pembimbing II
Penguji
Mengetahui,
D e k a n,
P E R N YAT AAN
ii
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah
ini, dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Seluruh isi dalam skripsi ini sudah penulis teliti dengan seksama dan
tidak terdapat suatu kesalahan. Jika dalam perjalanan waktu skripsi saya tidak
sesuai dengan pernyataan ini, saya bersedia untuk menanggung segala resiko,
termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang saya sandang.
Isi skripsi ini merupakan tanggung jawab pribadi penulis, bukan
tanggung jawab pembimbing, atau lembaga-lembaga terkait.
Purwokerto,
November 2011
PR AK ATA
iii
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, dapat diselesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun
untuk melengkapai persyaratan penyelesaian studi pada Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan para pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman. Dan sekaligus sebagai Penguji Skripsi yang
telah memberikan masukan-masukan yang berguna bagi kesempurnaan skripsi
ini.
2. Bapak I Ketut Karmi Nurjaya, S.H., M.Hum., dan Bapak Suyadi, S.H.,
M.Hum., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan petunjuk,
bimbingan, dan arah dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Sutoyo, S.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
petunjuk dan arahan dalam melaksanakan studi akademik selama di bangku
kuliah.
4. Kepada Bapak Andrew Darwis, seluruh jajaran Moderator dan Officer Kaskus
yang telah membantu memberikan data-data dan informasi untuk keperluan
penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh civitas akademik Fakultas Hukum UNSOED yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian dan pendidikan di Fakultas Hukum.
6. Kedua orang tua dan kakak tercinta yang selalu memberikan dukungan moril
dan materiil.
7. Ibu Indrawati Widjaya dan Keluarga Besar Musica Studios, tempat saya
bernaung yang telah menjadi keluarga dan rumah kedua saya di Jakarta.
8. Sahabat-sahabat terbaik di Supernova, yang bersama saya tanpa mengenal
kata lelah walaupun harus jatuh bangun untuk terus berjuang memeriahkan
dan memperjuangkan musik Indonesia bersama-sama.
9. Sahabat-sahabat yang mengiringi perjalanan hidup penulis yang telah
memberikan motivasi dan bantuan. Semoga Tuhan YME membalas semua
kebaikan kalian.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penelitian ini
masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga penulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Purwokerto,
November 2011
Penulis
AB S T RAK S I
iv
AB S T RAC T
The use of technology via internet has given a lot of benefits and positive
consequences to society especially ecommerce. The fast growth of internet user
is a fact to prove that internet is an important and effective media for business
people to introduce or sell their products and services to the potential consumer
all over the world. But in reality, e-commerce also brings out the inequality of
bargaining power between businessman and customer. In this case, consumer
doesnt have a well organized protection tools for them.
The rights for consumer to get correct information about the products and
the rights to get a return compensation for loss as stated in Law Article 4 Letter C
and H, No. 8 Year 1999 regarding the consumer protection is indeed the one rule
which is most frequently disobeyed.
Based on that, by using a normative juridical and law approach method,
this writings is meant to know the legal protection ecommerce consumer in doing
selling and buying transaction in Kaskus As regulated in Article 4 Letter C and
H, No. 8 Year 1999 regarding the consumer protection.
In the process of e-commerce in Kaskus forum, there are some
consumer's rights which are not fulfilled, for instances the right to get the correct
information regarding the product and the right to get a return compensation for
any loss. Kaskus, which in this case getting a benefit from that transaction,
although not directly, is very likely to get away from occurring problems in ecommerce.
DAFTAR ISI
vi
Halaman
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
1
9
9
9
11
11
14
16
18
20
20
23
31
43
A. Metode Pendekatan........................................................................
B. Spesifikasi Penelitian.....................................................................
C. Lokasi Penelitian............................................................................
D. Sumber Data...................................................................................
E. Metode Pengumpulan Data............................................................
F. Metode Penyajian Data..................................................................
G. Metode Analisa Data......................................................................
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian..............................................................................
1. Pelaksanaan Perdagangan Elektronik di Forum Jual Beli
Kaskus (FJB)..........................................................................
2. Ketentuan dalam Forum Jual Beli Kaskus.............................
B. Pembahasan....................................................................................
V. PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................
B. Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
vii
45
45
45
46
47
47
48
49
49
51
63
81
82
BAB I
PENDAHULUAN
Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Refika
Aditama), hal.1
perdagangan
elektronik
atau
e-commerce,
yakni
mekanisme
Ali Akbar ST, Kamus Praktis Internet Untuk Semua Orang, Neomedia Press, Semarang, 2006
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka masyarakat sebagai pembeli disebut
konsumen dan penyedia kebutuhan sebagai pelaku usaha.
Semua konsumen berhak mendapatkan perlindungan dari setiap pelaku
usaha dalam hal ini yakni dari transaksi jual beli melalui media internet.
Perlindungan konsumen yang dimaksud sesuai dengan Pasal 1 angka 1 UUPK
adalah :
Segala Upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
Pasal 4 huruf C Undang-Undang Perlindungan Konsumen menunjukan
bahwa hak konsumen adalah hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa. Dalam perdagangan
elektronik, penjual dan konsumen tidak bertatap muka secara langsung
sehingga konsumen tidak bisa melihat barang yang akan dibelinya. Barang
yang diperdagangkan kerap kali tidak sesuai dengan informasi yang diberikan
oleh pelaku usaha atau memiliki cacat tersembunyi.
Pasal 4 huruf H menyebutkan hak konsumen adalah hak untuk
mendapatkan kompensasi/ganti rugi jika barang dan atau jasa yang diterima
tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Dalam
perdagangan elektronik permasalahan ini kerap kali muncul dikarenakan
kondisi jarak antara penjual dan pembeli yang jauh atau bahkan ada di dalam
yurisdiksi hukum yang berbeda, dalam arti lain beda negara, sehingga pembeli
kesulitan untuk memperjuangkan haknya mendapatkan kompensasi dan ganti
rugi. Masalah yang sering kali muncul dalam dunia e-commerce ini antara lain
ketidak sesuaian antara barang yang disepakati dengan barang yang diterima
oleh pembeli, adanya penipuan oleh penjual dengan berdalih bahwa kesalahan
terletak pada jasa penyedia jasa pengiriman, atau bahkan penipuan lain yang
sangat merugikan pembeli sebagai konsumen, bahkan setelah konsumen
memenuhi kewajibannya tidak jarang pembeli menghilang dan tidak bisa
dihubungi lagi dan barangpun tidak pernah sampai ke tangan konsumen.
Website merupakan aplikasi dari kemajuan teknologi internet yang
memberikan kemudahan bagi pengguna internet untuk lebih memperluas
hubungan dengan dunia luar, khususnya dengan konsumen. Dengan website
pelaku usaha dapat melakukan berbagai kegiatan mulai dari promosi, hingga
melakukan transaksi tanpa harus bertatap muka dengan konsumennya. Dengan
demikian aplikasi ini memberikan suatu kemudahan yang pada akhirnya akan
memangkas biaya operasional, sehingga akan mampu memberikan keuntungan
yang lebih besar.
Dewasa ini pelaku usaha menjual dan mempromosikan barang atau jasa
untuk diperdagangkan melalui website maupun blog milik pelaku usaha. Selain
itu pelaku menjual dan mempromosikan barang dan atau jasanya melalui suatu
forum jual beli yang dimana forum jual beli tersebut bukan milik pelaku usaha
maupun konsumen, tetapi milik orang lain yang menyediakan suatu wadah
bagi para pelaku usaha untuk menawarkan barang dan atau jasa untuk
2.
3.
2.
3.
3
http://www.bppi-medan.depkominfo.go.id/?get=Article&mod=artikel&view=66
4.
Barang yang dikirim bukan barang yang dijual oleh penjual dan bukan
merupakan barang yang disepakati sebelumnya.
Usaha untuk mewujudkan perlindungan terhadap konsumen
diperlukan adanya keseimbangan antara konsumen dan pelaku usaha,
yaitu hak dan kewajiban masing-masing. Konsumen memiliki hak-hak
yang harus dilindungi oleh produsen atau pelaku usaha.4
Hasil survey 12 organisasi konsumen dunia, yang diselenggarakan
pada akhir tahun 1998 dan awal 1999, menunjukan bahwa factor negative yang
timbul dari bentuk perniagaan baru (e-commerce) antara lain adalah:
a. Satu dari sepuluh jenis barang yang telah dipesan tidak pernah
diterima oleh pembeli;
b. Pembeli menunggu waktu yang sangat lama untuk refund;
c. Hampir setengah (44%) produk yang telah dipesan ternyata
diterima pembeli tanpa disertai dengan bukti pembayaran, hampir
73% pedagang gagal memenuhi kesepakatan kontrak (crucial
contract term), lebih dari 25% penjual tidak mencantumkan biaya
yang jelas atas jenis barang yang telah dipesan. 5
Dan masih ada terdapat beberapa persoalan yang juga sering dihadapi
konsumen seperti :
a.
b.
c.
d.
Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002,
hal 64.
5
W.A. Purnomo, Konsumen dan Transaksi E-commerce. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.
2000. Hlm. 4.
6
Iman Sjahputra, Problematika Hukum Internet Indonesia, PT Prenhallindo, Jakarta, 2002, hlm.
54-56
Persoalan ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa pelaku usaha yang
menjual barang atau jasanya secara online kerap mencantumkan kontrak baku,
sehingga muncul kekuaran daya tawar yang asimetris (unequal bargaining
power). Syarat dan ketentuan yang tercantum dalam kontrak baku hanya
ditentukan oleh pelaku usaha sendiri. Mereka menyebar luaskan kontrak model
ini kepada calon konsumen melalui website.7
Bahkan aktivitas dunia perbankan melalui internet banking baru-baru
ini disontak olah tindakan seseorang bernama Steven Haryanto. Steven dengan
sengaja membuat situs asli tapi palsu layanan internet banking Bank Central
Asia (BCA). Dalam merencanakan tindakannya, Steven membeli domaindomain mirip wwwklikbca.com, klikbca.com, clikbca.com, klickbca.com dan
klikbac.com. substansi situs-situs plesetan ini pun nyaris sama, kecuali tidak
ada security untuk bertransaksi dan adanya formulir akses (login form) palsu.
Tujuannya, apabila nasabah BCA salah mengetik situs BCA asli dan masuk
perangkap situs plesetan yang by design diciptakan Steven, identitas pengguna
(user id) dan nomor identifikasi personal (PIN) dapat direkam Steven. Yang
penting dengan memanfaatkan kemungkinan salah ketik nasabah BCA online,
Steve harus dapat mencuri data nasabah dengan tujuan criminal. 8
Indikasi-indikasi itu memperjelas bahwa undang-undang yang dapat
menjamin keamanan transaksi elektronik harus segera diwujudkan. Seperti
diungkap oleh Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika, Ahmad Ramli,
bahwa pihaknya pernah menerima surat dari Kedutaan Besar Republik
Indonesia di Inggris. Dalam surat itu dinyatakan bahwa masyarakat Inggris
sering tertipu ketika berbelanja dari website di Indonesia. Ironisnya mereka
sudah mengirim uang tetapi belum menerima barang yang dipesan. Adalah
tidak mungkin mengatasi persoalan ini tanpa kehadiran undang-undang yang
mengatur transaksi perniagaan elektronik. Regulasi tersebut sangat penting
7
Cristina Coteanu, Cyber Cinsumer Law and Unfair Trading Practices, Asgate, London, 2005,
op.cit., hlm. Xi.
8
Heru Sutadi. Kejahatan Perbankan Lewat Internet. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.
Jakarta. 2006.
Ahmad Ramli. Cyber Law dan Haki dalam Sistem Hukum Indonesia. Penerbit PT Refika
Aditama Bandung. 2004. Hlm. 21.
10
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=90085703#post90085703
perlindungan
hukum
terhadap
konsumen
perdagangan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perlindungan Konsumen
1. Pengertian dan Pengaturan Perlindungan Konsumen
Pengertian Perlindungan Konsumen menurut Abdul Halim
Barkatulah, yaitu :
Setiap orang, pada suatu waktu baik dalam posisi tunggal atau
sendiri maupun berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan
apapun,pasti menjadi konsumen untuk suatu produk atau jasa
tertentu.keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukan
adanya berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen
tidak mempunyai kedudukan yang aman11
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada
konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari
hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.12
Dilihat dari sejarahnya, gerakan perlindungan konsumen di
Indonesia baru benar-benar di populerkan sekitar 20 tahun lalu, yakni
dengan berdirinya suatu lembaga swadaya masyarakat yang bernama
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Setelah YLKI,
11
Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen kajian teoritis dan perkembangan
pemikiran,Bandung, Nusa Media,2008 hal 18
12
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti,
2006, hal 9.
11
12
13
harkat
dan
martabat
konsumen
dengan
cara
kesadaran
pelaku
usaha
tentang
pentingnya
14
Konsumen
Pengertian konsumen dalam Undang-undang N0. 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen terdapat dalam Pasal 1 angka (2) yang
menentukan bahwa konsumen yaitu setiap orang pemakai barang dan
atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
Menurut Shidarta, istilah pemakai dalam Undang-undang
Perlindungan Konsumen, tepat digunakan dalam rumusan
tersebut, karena sekaligus menunjukkan barang dan/atau jasa
yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli.
Artinya, yang diartikan sebagai konsumen tidak selalu
memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk
memperoleh barang dan/atau jasa itu.15
15
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia Edisi Revisi. Grasindo. Jakarta. Op.Cit.
hal.6
15
b.
c.
16
16
17
dan beban, sehingga yang menonjol ialah segi aktif dalam hubungan
hukum itu, yaitu hak.
Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan
hukum.
hukum.
Hak
atas
kenyamanan,
keamanan,
dan
keselamatan
dalam
untuk
mendapatkan
advokasi,
perlindungan
dan
19
upaya
18
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Secara umum dikenal ada empat hak dasar konsumen, yaitu:
1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety);
2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed);
3. Hak untuk memilih (the right to choose);
4. Hak untuk didengar (the right to he heard).20
Kewajiban konsumen terdapat dalam Pasal 5 Undang-undang No.
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu :
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau
jasa.
c. Membayar dengan nilai tukar yang disepakati.
d. Mengikuti
upaya
penyelesaian
hukum
sengketa
perlindungan
20
Loc.cit
19
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
negara hukum negara Republik Indonesia baik sendiri maupun bersamasama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi. Yang menjadi hak-hak dari produsen( pelaku usaha) itu
menurut pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Beritikad
baik
dalam
melakukan
kegiatan usahanya
b.
20
c.
d.
e.
f.
g.
Memperlakukan
atau
melayani
konsumen secara benar jujur dan tidak diskriminatif
Menjamin mutu barang dan/atau jasa
yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang atau jasa yang berlaku
Memberikan
kesempatan
kepada
Konsumen untuk menguji/dan/atau mencoba barang dan/atau
jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
baranf yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
Memberi kompensasi, ganti rugi,
dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan
Memberikan
kompensasi,
ganti
rugi,dan/atau penggantian apabila barang/atau jasa yang
diteriama atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
konsumen
dengan
cara
yang
sama,
menjamin
21
ritel
online
yang
bersifat
non-travel
di
Amerika
Bentuk
perdagangan
terbaru
yang
kian
memudahkan
http://arif.it-kosongsatu.com/?p=84
22
23
memiliki
kekuatan
hukum
yang
sama
dengan
perjanjian
http://www.myindo.co.id/productservice/20/index.html
Pemetaan E-commerce Berbasis Web (Hasil Survei) Direktorat E-Bussines Direktorat Jendral
Aplikasi Telematika Departemen Komunikasi dan Informatika, 2006. hlm. 5.
24
24
dalam pranata clik and point agreement, karena cara ini dianggap satusatunya yang praktis untuk mencapai kesepakatan jual beli dalam transaksi
e-commerce.
Perjanjian yang dibuat secara online adalah faktor penting dalam
perdagangan elektronik. Perjanjian model ini menggunakan data digital
sebagai pengganti kertas dan data digital itu berfungsi sebagai media dari
perjanjian online. Salah satu keuntungan dari perjanjian online adalah
meningkatkan skala efisiensi terutama bagi perusahaan-perusahaan dan
perorangan yang menjalankan aktivitas bisnis secara global. Keuntungan
dari perjanjian online terbukti oleh kenyataan bahwa perusahaan-perusaan
yang menjalankan aktivitasnya di internet dapat secara mudah membuat
suatu perjanjian dengan mitra bisnisnya. Kenyataan juga membuktikan
bahwa mereka dapat membuat perjanjian dalam kuantitas yang terus
meningkat dan memberi kesempatan yang luas untuk menjalin kerjasama
dengan mitra bisnis dari seluruh penjuru dunia.
Kemajuan pesat model perjanjian online sangat dipengaruhi oleh
pertumbuhan spektakuler teknologi informasi yang memungkinkan suatu
perjanjian dibuat tanpa pertemuan fisik para pihak, seperti yang lazim
terjadi dalam praktik perjanjian konvensional. Satu-satunya keluhan yang
paling meluas dari perjanjian online mungkin adalah yang disebabkan oleh
pertanyaan-pertanyaan teoritis tentang sejak kapa perjanjian itu mengikat
para pihak. Kenyataannya, bahwa perjanjian online itu juga sering
25
menimbulkan posisi tawar yang tidak sejajar antara pelaku usaha dan
konsumen yang melakukan transaksi di internet.
Perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata ialah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih Perjanjian menurut Subekti adalah suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.25
Menurut R. Wirjono Prodjodikoro, mengatakan bahwa:
Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum mengenai harta benda
kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau
dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak
melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut janji
itu.26
Pasal 1319 KUH Perdata menentukan dua kelompok perjanjian,
yaitu
1. Perjanjian bernama nominaat contracten, disebut demikian
karena merupakan perjanjian yang diberi nama dan pengaturan secara
khusus dalam undang-undang, seperti perjanjian jual beli, sewa menyewa
dan lain-lain.
2. Perjanjian tak bernama atau innominaat contracten, disebut
demikian karena merupakan perjanjian yang belum mempunyai nama
tertentu dan belum diatur secara khusus dalam undang-undang, seperti
perjanjian sewa beli, perjanjian kerjasama dan lain sebagainya.
25
Subekti, Aneka Perjanjian, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989, hlm. 1.
Prodjodikoro, R.Wirjono, Azas-Azas Perjanjian, Penerbit Sumur Bandung : Bandung, 1991,
hlm. 11.
26
26
jual beli
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Penerbit PT Alumni, Badung, 1994. hlm. 1.
27
Subekti, Aneka Perjanjian, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989, hlm. 7.
Ahmad Ramli, Cyber Law & HaKI dalam Sistem Hukum Indonesia, Penerbit Refika Aditama,
Bandung, 2004, hlm. 36.
29
28
sertifikat
digital
itu,
identitas
masing-masing
pihak
serta
30
29
Pengaturan tentang
Tanda Tangan Elektronik dijelaskan pada Pasal 11 ayat (1) UU ITE yang
berbunyi :
Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat
hukum yang sah selama memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait hanya
kepada Penanda Tangan;
b. Data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat proses
penandatanganan elektronik hanya berada dalam kuasa
Penanda Tangan;
c. Segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik yang
terjadi setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
d. Segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang
terkait dengan Tanda Tangan Elektronik tersebut setelah
waktu penandatanganan dapat diketahui;
e. Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi
siapa Penandatangannya; dan
f. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Penanda
Tangan telah memberikan persetujuan terhadap Informasi
Elektronik yang terkait.
Undang-Undang ini memberikan pengakuan secara tegas bahwa
meskipun hanya merupakan suatu kode, Tanda Tangan Elektronik
memiliki kedudukan yang sama dengan tanda tangan manual pada
umumnya yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum. Persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini merupakan persyaratan minimum
yang harus dipenuhi dalam setiap Tanda Tangan Elektronik. Ketentuan ini
membuka
kesempatan
seluas-luasnya
kepada
siapa
pun
untuk
30
31
32
inilah
yang
antara
lain
membuat
kehadiran
UU
33
memberi
perlindungan
perlindungan
konsumen perlu
konsumen.
Tasfiran
diperluas
sehingga
atas
makna
perlindungan
Ahmad M. Ramli, Keterkaitan Teknologi Informasi dan Perkembangan Siber dengan Instrumen
Hukum Nasional, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia. Refika Aditama. 2004.
34
35
36
alternatif
forum
yang
dapat
digunakan
untuk
37
Menteri
Komunikasi
29/PER/M.KOMINFO/11/2006
tentang
dan
Informatika
Pedoman
Nomor
Penyelenggaraan
38
32
merupakan salah satu aspek terpenting dalam suatu sistem informasi. Hal
ini terkait dengan betapa pentingnya informasi yang dikirim dan diterima
oleh orang yang berkepentingan. Informasi ini tidak berguna lagi apabila
ditengah jalan informasi itu disadap atau dibajak orang lain yang tidak
berhak. Karena itu, pengamanan dalam sistem informasi adalah isu yang
hangat dibicarakan ahli hukum teknologi informasi ketika model transaksi
scara elektronik mulai diperkenalkan.
Tanpa sistem pengamanan yang ketat dan canggih, perkembangan
teknologi informasi tidak dapat memberikan manfaat yang maksimal
kepada masyarakat. Oleh karena itu harus ada lembaga yang memiliki
otoritas
untuk
menyelenggarakan
Certification
Authority.
Fakta
39
langsung ini
menimbulkan
beberapa
pertanyaan
mengenai
Asril Sitompul, S.H. Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di Cyberspace. PT Citra Aditya
Bakti. Bandung. 2004. hlm. 50.
40
Certificate for
Ss public key
Signed by R
Root
Certification
Authority R
Intermediate
Certification
Authority S
Root Certification
Authoritys public key
is distributed by
independent reliable
means to relying party
Intermediate
certification
authority T
Certification for
Ts public key
signed by S
Certificate for Us
public key signed
by T
End User
Subscriber U
41
42
d)
e)
f)
g)
h)
Penyelenggaraan
Certification
Authority
di
Indonesia
43
36
http://www.alexa.com/siteinfo/kaskus.us
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan yuridis normatif, Konsep ini memandang
hukum sebagai norma-norma yang tertulis yang dibuat dan diundangkan
oleh lembaga atau pejabat yang berwenang dan konsep yang melihat
hukum sebagai sistem normatif yang otonom, tertutup dan terlepas dari
kehidupan dan mengabaikan norma lain selain norma hukum.37
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang dipakai adalah deskriptif, yaitu suatu
penelitian yang hanya menggambarkan obyek atau masalah yang akan
diteliti, dalam hal ini yaitu perlindungan hukum terhadap konsumen
perdagangan elektronik (e-commerce) yang menggunakan Forum Jual Beli
Kaskus sebagai tempat bertemu tanpa tatap muka.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor PT Darta Media Indonesia
selaku pemilik domain Kaskus, Jl. Melawai X No. 3-5 Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan dan Pusat Informasi Ilmiah (PII) Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman.
37
Ronny, Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta, Alumni, 1988,
halaman 13.
46
47
D. Sumber Data
1. Data Sekunder
Sumber data dari penelitian ini adalah data sekunder yang berupa
peraturan perundang-undangan, dokumen resmi, dan buku-buku literatur
yang berhubungan dengan obyek penelitian. Dari data sekunder tersebut
akan dibagi dan diuraikan ke dalam tiga bagian yaitu:38
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat
mengikat, terdiri dari:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, meliputi hasil-hasil
penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, buku-buku literatur,
karya ilmiah dari para sarjana dan dokumen resmi yang berkaitan
dengan pokok permasalahan yang diteliti.
c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, terdiri dari:
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum dan Kamus Ilmiah
Populer.
38
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta, CV Rajawali, 1985, halaman 14-15.
48
2. Data Primer
Data primer berupa keterangan-keterangan dari pemilik domain
Forum Jual Beli Kaskus, staff yang bidang kerjanya berkaitan dengan
masalah yang diteliti, dan pihak-pihak yang sering melakukan
perdagangan elektronik di Forum Jual Beli Kaskus.
E. Metode Pengumpulan Data
a. Data sekunder
Data Sekunder diperoleh dengan cara inventarisasi terhadap
peraturan perundang-undangan, buku-buku, hasil penelitian sebelumnya dan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang selanjutnya
di pelajari sebagai pedoman untuk penyusunan data.
b. Data Primer
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis juga diperoleh data
primer yang berfungsi sebagai pelengkap atau pendukung data sekunder.
Data primer berupa keterangan-keterangan/hasil wawancara dengan pemilik
domain (Admin), officer, dan moderator Forum Jual Beli Kaskus tentang hal
yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
F. Metode Penyajian Data
Data yang berupa bahan-bahan hukum yang telah diperoleh
kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif, uraian-uraian yang disusun
secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam arti keseluruhan data yang
diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan
49
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Perdagangan Elektronik di Forum Jual Beli Kaskus (FJB)
1.1. Pihak-Pihak dalam Forum Jual Beli Kaskus
1.1.1. Pemilik domain Forum Jual Beli Kaskus (Admin)
Pemilik domain Forum Jual Beli Kaskus adalah orang yang berhak
atas nama domain www.kaskus.us, yang menyediakan sarana
Market Place sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli di
dunia maya. Admin bertanggung-jawab atas kerahasiaan data orang
yang terdaftar sebagai user dalam Forum Jual Beli Kaskus.
1.1.2. Penjual
Penjual adalah pihak yang terdaftar sebagai user Kaskus, yang
menjual barang atau jasa dengan membuat thread/Lapak jual beli di
FJB.
1.1.3. Pembeli
Pembeli adalah pihak yang terdaftar sebagai user Kaskus, yang
bertransaksi dengan penjual di dalam thread/lapak penjual tersebut
untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual.
1.1.4. Moderator
Moderator adalah user Kaskus yang ditunjuk langsung oleh
Pemilik domain Kaskus untuk mengawasi jalannya Forum Jual
50
51
52
53
54
b.
c.
d.
e.
f.
55
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
56
57
p.
q.
r.
s.
58
No.
19/M-
59
2.3.3.2.
2.3.3.3.
2.3.3.4.
2.3.3.5.
2.3.3.6.
2.3.3.7.
2.3.3.8.
60
d) Gaun
e) Daster
f) Lingerie & Women Underwear
g) Baju Kerja Perempuan
h) Stocking
i) Blouse
j) Bikini
2.3.3.9. Tas & Dompet
Barang-Barang yang termasuk di subforum Tas & Dompet
a) Tas
b) Dompet
2.3.3.10.Jaket, Hoodie, & Sweater
Barang-barang yang termasuk di subforum Jacket, Hoodie
& Sweater :
a) Jaket
b) Hoodie
c) Sweater
d) Kemeja
e) Blazer
f) Rompi/Vest
g) Mantel
h) Cardigan
2.3.3.11.Kaos & Polo Shirt
Barang-barang yang termasuk di subforum Kaos&Polo
Shirt
a) Kaos lengan panjang/pendek
b) Polo shirt
2.3.3.12.Footwear
Barang-barang yang termasuk di subforum Footwear
a) Sepatu
b) Sendal
c) Kaos Kaki
d) Boots
2.3.4. Kategori Flora & Fauna
Dilarang menjual Flora & Fauna jenis langka. Pelanggaran
mengenai aturan ini akan dikenakan sanksi banned oleh moderator.
2.3.5. Kategori Handphone & PDA
Menimbang dan Mengingat marak nya kasus penipuan serta
pergerakan trafic Forum yg tinggi di FJB Kaskus ini, maka starting
from now 17 Februari 2010 di FJB Kaskus khususnya kategori
Handphone&PDA berserta Subforumnya, akan diterapkan
kebijakan sebagai berikut :
a) Sistem Pre Order atau yang dikenal sebagai PO ditiadakan/
tidak diperkenankan kembali, hal tersebut demi
61
62
Q:
A:
Q:
A:
Q:
A:
Q:
A:
Q:
A:
Q:
A:
Q:
A:
63
Q:
A:
Q:
A:
Q:
A:
Q:
A:
64
B. Pembahasan
Perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata ialah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih.
Perjanjian menurut Subekti adalah suatu peristiwa dimana seseorang
berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.40
Prodjodikoro mengatakan bahwa:
Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum mengenai harta benda
kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau
dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak
melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut janji
itu.41
Pasal 1319 KUH Perdata menentukan dua kelompok perjanjian, yaitu
1. Perjanjian bernama nominaat contracten, disebut demikian karena
merupakan perjanjian yang diberi nama dan pengaturan secara khusus
dalam undang-undang, seperti perjanjian jual beli, sewa menyewa dan
lain-lain.
2. Perjanjian tak bernama atau innominaat contracten, disebut demikian
karena merupakan perjanjian yang belum mempunyai nama tertentu dan
belum diatur secara khusus dalam undang-undang, seperti perjanjian sewa
beli, perjanjian kerjasama dan lain sebagainya. 42
40
41
1
42
Salim HS, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,
Jakarta, 2003, hlm. 1
65
jual beli
43
Dr. Iman Sjahputra, S.H., Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Elektronik, PT. Alumni,
Bandung, 2010, hlm. 2
66
Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, (Bandung: PT. Citra Aditya, 1994)
Hal. 49
67
J. Satrio, Hukum Perikatan : Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1992.
68
menentukan
69
70
71
syarat suatu sebab yang halal, bahwa kontrak atau perjanjian yang
dilakukan antar para pihaknya mempunyai sebab yang halal sebagai
dasar perjanjian.
Dalam kontrak jual beli, para pelaku yang terkait didalamnya yaitu
penjual atau pelaku usaha dan pembeli yang berkedudukan sebagai
konsumen memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda.
Pengertian pelaku usaha menurut Pasal 1 ayat 3 UU Perlindungan
Konsumen berbunyi :
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi.
Berdasarkan data no 1.1.2. mengenai Penjual dalam Forum Jual
Beli Kaskus, Penjual adalah pihak yang terdaftar sebagai user Kaskus,
yang menjual barang atau jasa dengan membuat thread/Lapak jual beli di
FJB. Jika melihat pengertian Pelaku Usaha menurut Pasal 1 ayat 3 UU
Perlindungan Konsumen di atas, maka Penjual dalam Forum Jual Beli
Kaskus dapat disebut sebagai Pelaku Usaha.
Pengertian yang umum, setiap manusia adalah konsumen, karena
pada dasarnya manusia adalah pemakai sebuah produk baik barang
maupun jasa yang dihasilkan oleh para produsen. Secara yuridis formal
pengertian konsumen dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat 2 UUPK yang
menentukan:
72
atas
kenyamanan,
keamanan
dan
keselamatan
dalam
46
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia Edisi Revisi. Grasindo. Jakarta. Op.Cit.
hal.6
73
b. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi suatu
barang;
c. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian,
apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya.
Karena hak yang paling utama adalah hak atas kenyamanan,
keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa,
maka untuk mendapatkan hak tersebut konsumen berhak untuk memilih
barang dan/ atau jasa berdasarkan informasi yang benar, jujur dan jelas.
Jika terdapat penyimpangan yang merugikan, konsumen berhak untuk
didengar, memperoleh advokasi., pembinaan, perlakuan yang adil,
kompensasi sampai ganti rugi. Bila dikaitkan dengan hak pembeli di
Forum Jual Beli Kaskus selaku konsumen, maka yang dimaksud adalah
hak atas informasi yang benar, jujur dan jelas untuk mendapatkan barang.
Penjual harus memberikan rasa nyaman pada pembeli/konsumen
dengan memberikan informasi yang benar tentang kondisi barang yang
menjadi objek jual beli, sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan oleh
konsumen dapat terlayani dengan baik. Sementara sering kali muncul
dalam dunia e-commerce ini antara lain ketidak sesuaian antara barang
yang disepakati dengan barang yang diterima oleh pembeli, adanya
penipuan oleh penjual dengan berdalih bahwa kesalahan terletak pada jasa
penyedia jasa pengiriman, atau bahkan penipuan lain yang sangat
74
yang dibeli
sesuai yang disepakati. Oleh karena itu jika penjual sampai menyerahkan
ke
75
76
77
78
79
jika
terjadi
transaksi
menggunakan
Rekening
Bersama, ada transaksi antara penjual dan pembeli jika transaksi terjadi
tetapi penjual dan pembeli berbeda kota, disepakati kedua belah pihak
untuk menggunakan Rekening Bersama. Pembeli mentransfer uangnya ke
pemegang Rekening Bersama kemudian Penjual mengirim barang ke
pembeli. Barang sampai ke pembeli dan tidak ada masalah, uang akan
ditransfer dari pengelola rekening bersama kepada penjual. Berlaku
sebaliknya jika terjadi masalah, misal barang tidak pernah sampai, maka
uang akan dikembalikan ke pembeli. Biasanya ada biaya untuk jasa seperti
ini, besarnya relatif, tergantung jenis rekening bersama apa yang kamu
gunakan.
Rekening
bersama
dapat
ditemui
di
subforum
Kaskus,
Raka
Prasasti,
melanjutkan
bahwa
80
81
menimbulkan persepsi bahwa dalam Forum Jual Beli Kaskus tidak ada
perlindungan terhadap hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi
apabila barang yang diterima tidak sebagaimana mestinya. Jadi Pasal 4
huruf H UU Perlindungan Konsumen tidak terpenuhi.
Masih maraknya kasus penipuan dalam Perdagangan Elektronik (ecommerce) merupakan bukti bahwa peraturan yang ada belum mampu
mengakomodir kepentingan konsumen. Bahkan UU No. 11 Tahun 2008
tentang ITE masih belum mampu memayungi mengenai e-commerce pada
khususnya karena UU tersebut lebih kepada mengatur konten suatu
website dan suatu transaksi elektronik pada umumnya. E-commerce
merupakan suatu produk dari ITE, tetapi e-commerce membutuhkan
peraturan perundangan yang lebih khusus mengatur mengenai e-commerce
untuk meredam angka kasus yang seringkali terjadi dan memberikan rasa
nyaman kepada konsumen untuk berbelanja di dunia maya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisa data yang diperoleh, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa
perlindungan
hukum
terhadap
konsumen
perdagangan
82
83
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Akbar, Ali, 2006, Kamus Praktis Internet Untuk Semua Orang, Neomedia
Press : Semarang
Badrulzaman, Mariam Darus, 1994, Aneka Hukum Bisnis, PT Alumni :
Badung
Barkatulah, Abdul Halim, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen kajian
teoritis dan perkembangan pemikiran, Nusa Media : Bandung
Coteanu, Cristina, 2005, Cyber Cinsumer Law and Unfair Trading
Practices, Asgate : London
J. Satrio, 1992, Hukum Perikatan : Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
PT Citra Aditya Bakti : Bandung
Muhammad, Abdulkadir, 1994, Pengantar Hukum Pertanggungan, PT.
Citra Aditya : Bandung
Prodjodikoro, R.Wirjono, 1991 Azas-Azas Perjanjian, Penerbit Sumur
Bandung : Bandung
Purnomo, W.A., 2000, Konsumen dan Transaksi E-commerce. Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia: Jakarta
Ramli, Ahmad M., 2004, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum
Indonesia, PT. Refika Aditama : Bandung
Salim HS, 2003, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi : Jakarta
Sumber Perundang-undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Peraturan
Menteri
Komunikasi
29/PER/M.KOMINFO/11/2006
dan
Tentang
Informatika
Pedoman
Nomor
Penyelenggaraaan