TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Artritis Rumatoid (AR) adalah penyakit inflamasi kronik yang tidak
diketahui pasti penyebabnya yang ditandai dengan poliarthritis perifer dan
simetris. Keduanya pada umumnya merupakan akibat dari inflamasi arthritis
dan kerusakan sendi, serta gangguan fisik. Karena AR merupakan penyakit
sistemik, AR menimbulkan berbagai manifestasi ekstraartikular, termasuk
kelelahan, nodul pada lapisan subkutaneus, lung involvement, pericarditis,
neuropati perifer, vaskulitis, dan keabnormalan dari hematologi.1
Artritis reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh
inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target
utama. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat
difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya.
Pada pasien biasanya terjadi destruksi sendi progresif, walaupun episode
peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.1,8
B. Epidemiologi
Pada kebanyakan populasi di dunia, prevalensi AR relatif konstan yaitu
berkisar antara 0,5 1%. Prevalensi yang tinggi didapatkan di Pima Indian
dan Chippewa Indian masing-masing sebesar 5,3% dan 6,8%. Prevalensi
AR di India dan di negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75%.
Sedangkan di China, Indonesia, dan Filipina prevalensinya < 0,4% baik di
daerah urban maupun rural. Hasil survei yang dilakukan di Jawa Tengah
mendapatkan prevalensi AR sebesar 0,2% di daerah rural dan 0,3% di
daerah urban. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Malang pada
penduduk berusia di atas 40 tahun mendapatkan prevalensi AR sebesar
0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di daerah kabupaten.6,7
Di poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta,
kasus baru AR merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru tahun 2000 dan
pada periode Januari Juni 2007 didapatkan sebanyak 1.346 orang (15,1%).
sehingga
diduga
hormon
seks
berperanan
dalam
corticotropin
releasing
hormone
secara
langsung
Mekanisme patogenik
Infeksi sinovial langsung, superantigen
Infeksi sinovial langsung
Infeksi sinovial langsung
Kemiripan molekul
Kemiripan molekul
Kemiripan molekul
Aktivasi mikrofag
agen infeksi dan sel host. Hal ini memfasilitasi reaksi silang limfosit
dengan sel host sehingga mencetuskan reaksi imunologis. Mekanisme
ini dikenal sebagai kemiripan molekul (molecular mimicry).8
D. Faktor Resiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan terjadinya AR
antara lain jenis kelamin perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita
AR, umur lebih tua, paparan salisilat dan merokok.Konsumsi kopi lebih dari
tiga cangkir sehari, khususnya kopi decaffeinated mungkin juga berisiko.
Makanan tinggi vitamin D, konsumsi teh dan penggunaan kontrasepsi oral
berhubungan dengan penurunan risiko. Tiga dari empat perempuan dengan
AR mengalami perbaikan gejala yang bermakna selama kehamilan dan
biasanya akan kambuh kembali setelah melahirkan.8
E. Patofisiologi
Kerusakan sendi pada AR dimulai dari proliferasi makrofag dan
fibroblas sinovial setelah adanya faktor pencetus, berupa autoimun atau
infeksi.Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliferasi
sel-sel endotel, yang selanjutnya terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah
pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau
sel-sel inflamasi. Terjadi pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial
yang mengalami inflamasi sehingga membentuk jaringan pannus. Pannus
menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang. Berbagai macam sitokin,
interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan dilepaskan, sehingga
mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik.9
tersebut
mensekresi
sitokin.
Pada
AR
tampak
gangguan
yang
akan
membebaskan
komponen-komplemen
C5a.
dan
pembebasan
radikal
oksigen
bebas,
leukotrien,
10
11
1. Kaku sendi pada pagi hari yang terjadi selama lebih dari 1 jam.
Kekakuan ini dapat pula bersifat generalisata tetapi pada umumnya
menyerang ke sendi-sendi. Sedangkan pada osteoartritis umumnya
kekakuan terjadi unilateral dan biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan kurang dari 1 jam.
2. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam.
3. Pada semua sendi jenis sinovial dapat terserang poliartritis terutama
pada sendi perifer tetapi tidak pada sendi-sendi interfalang distal.
4. Artritis erosif merupakan gambaran radiologic yang khas pada penyakit
ini, terlihat gambaran peradangan sendi yang kronik sehingga terjadi
erosi pada tepi tulang.
5. Dapat ditemukan adanya nodul-nodul reumatoid yaitu massa subkutan
yang ditemukan pada 1/3 orang dewasa yang menderita RA.
Predileksi tersering adalah bursa olekranon (sendi siku) atau
disepanjang permukaan ekstensor dari lengan. Namun, nodul-nodul
reumatoid ini dapat pula timbul pada tempat-tempat lainnya. Nodul
reumatoid ini juga dapat menjadi petunjuk suatu penyakit yang aktif
dan lebih berat.
6. Seiring perjalanan penyakit akan terjadi deformitas dari strukturstruktur penunjang sendi. Beberapa deformitas yang sering dijumpai
adalah deviasi ulnar, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
boutonniere dan leher angsa. Pada sendi kaki sering dijumpai protrusi
dari kaput metatarsal akibat dari subluksasi metatarsal. Disamping itu,
sendi-sendi besar juga dapat mengalami penurunan fungsi terutama
dalam melakukan gerakan ekstensi.
7. Manifestasi ekstra-artikular sering dijumpai pada organ jantung
(perikarditis), paru-paru (pluritis), mata, dan pembuluh darah.
Dari segi awitan, 2/3 penderita AR, awitan terjadi secara perlahan,
terjadinya artritis simetris dalam hitungan minggu sampai bulan dari
perjalanan penyakit.15% dari penderita mengalami gejala awal yang lebih
cepat yaitu antara beberapa hari sampai minggu.10-15% penderita
12
Frekuensi keterlibatan(%)
85
80
75
75
75
75
60
60
50
50
50
40
30
30
14
Arthritis
(ACRSRA)
merekomendasikan
pemeriksaan
15
(complete blood cell count), faktor reumatoid (RF), laju endap darah atau Creactive protein (CRP). Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal juga
direkomendasikan karena akan membantu dalam pemilihan terapi. Bila hasil
pemeriksaan RF dan anti-CCP negatif bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan
anti-RA33 untuk membedakan penderita AR yang mempunyai risiko tinggi
mengalami prognosis buruk.
Pemeriksaan pencitraan (imaging) yang bisa digunakan untuk menilai
penderita AR antara lain foto polos (plain radiograph) dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging). Pada awal perjalanan penyakit mungkin hanya
ditemukan pembengkakan jaringan lunak atau efusi sendi pada pemeriksaan
foto polos, tetapi dengan berlanjutnya penyakit mungkin akan lebih banyak
ditemukan kelainan. Osteopenia juxtaarticular adalah karakteristik untuk
AR dan chronic inflammatory arthritides lainnya. Hilangnya tulang rawan
artikular dan erosi tulang mungkin timbul setelah beberapa bulan dari
aktivitas penyakit. Kurang lebih 70% penderita AR akan mengalami erosi
tulang dalam 2 tahun pertama penyakit, dimana hal ini menandakan
penyakit berjalan secara progresif. Erosi tulang bisa tampak pada semua
sendi, tetapi paling sering ditemukan pada sendi metacarpophalangeal,
metatarsophalangeal dan pergelangan tangan. Foto polos bermanfaat dalam
membantu menentukan prognosis, menilai kerusakan sendi secara
longitudinal, dan bila diperlukan terapi pembedahan. Pemeriksaan MRI
mampu mendeteksi adanya erosi lebih awal bila dibandingkan dengan
pemeriksaan radiografi konvensional dan mampu menampilkan struktur
sendi secara rinci, tetapi membutuhkan biaya yang lebih tinggi.2
16
17
H. Kriteria Diagnosis
Pada
penelitian
klinis, AR
didiagnosis
secara
resmi
dengan
pada
Definisi
Berlangsung selama 1 jam sebelum perbaikan
maksimal
3 3 sendi secara bersamaan; 14 daerah yang
mungkin terlibat : PIP,MCP,pergelangan
tangan, siku, lutut, pergelangan kaki, MTP
18
19
I. Diagnosis Banding
Gambaran
Radiologi
Soft tissue
swelling
Subluksasi
Mineralisasi
Artritis
Reumatoid
Periartrikular,
simetris
Ya
Menurun di
periartrikular
Kalsifikasi
Tidak
Celah sendi
Menyempit
Erosi
Tidak
Produksi tulang
Tidak
Simetri
Bilateral, simetri
Gout
Osteoartritis
Tidak biasa
Intermitten, tidak
sejelas yang lain
Kadang-kadang
Baik
Baik
Esentrik, tophi
Kadang-kadang pada
tophi
Baik hingga
menyempit
Punched out dengan
garis sklerotik
Menjalar ke tepi
korteks
Asimetri
20
Tidak
Menyempit
Ya, pada
intraartikular
Ya
Bilateral, simetri
Lokasi
Proksimal ke distal
Karakteristik
yang
membedakan
Poliartrikular
Kaki, pergelangan
kaki, tangan dan siku
Distal ke
proksimal
Pembentukan kristal
Seagull
appearance pada
sendi
interfalangeal
J. Tatalaksana
Destruksi sendi pada AR dimulai dalam beberapa minggu sejak
timbulnya gejala, terapi sedini mungkin akan menurunkan angka
perburukan penyakit. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan
diagnosis dan memulai terapi sedini mungkin.ACRSRA mekomendasikan
bahwa penderita dengan kecurigaan AR harus dirujuk dalam 3 bulan sejak
timbulnya gejala untuk konfirmasi diagnosis dan inisiasi terapi DMARDs
(Disease-modifying antirheumatic drugs). Modalitas terapi untuk AR
meliputi terapi non farmakologik dan farmakologik.8
Tujuan terapi pada penderita AR adalah :
1.
Mengurangi nyeri
Mempertahankan status fungsional
Mengurangi inflamasi
Mengendalikan keterlibatan sistemik
Proteksi sendi dan struktur ekstraartikular
Mengendalikan progresivitas penyakit
Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan terapi
Terapi Non Farmakologis
a) Edukasi
Edukasi yang cukup penting bagi pasien, keluarga, dan orangorang yang berhubungan dengan penderita.:
1) Pengertian tentang patofisiologi
2) Penyebab penyakit
3) Prognosis penyakit
4) Semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen
obat yang kompleks
5) Sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini
6) Metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan.
21
b) Istirahat
Perencanaan aktivitas mutlak diperlukan bagi pasien rheumatoid
arthritis karena penderita biasanya disertai dengan rasa lelah yang
hebat. Kekakuan dan rasa kurang nyaman biasanya dapat
diperingan dengan beristirahat.9
c) Latihan-latihan spesifik
Latihan spesifik ini dapat berupa :
1) Gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, minimal
dua kali dalam sehari.
2) Kompres panas pada sendi. Tujuan dari kompres panas ini
untuk mengurangi nyeri pada sendi.
3) Mandi parafin dengan suhu yang dapat diatur. Latihan ini
paling baik diatur dan diawasi oleh tenaga kesehatan yang
sudah mendapat latihan khusus, seperti fisioterapi atauterapis
kerja.
Latihan latihan ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi.9
a) Alat pembantu dan adaptif
Alat pembantu dan adaptif ini mungkin diperlukan saat
melakukan
aktivitas
sehari-hari,
seperti
tongkat
untuk
22
prednison kurang dari 10 mg per hari cukup efektif untuk meredakan gejala
dan dapat memperlambat kerusakan sendi.4 Dosis steroid harus diberikan
dalam dosis minimal karena risiko tinggi mengalami efek samping seperti
osteoporosis, katarak, gejala Cushingoid, dan gangguan kadar gula darah.8
ACR
merekomendasikan
bahwa
penderita
yang
mendapat
terapi
23
vitamin D 400 800 IU per hari. Bila artritis hanya mengenai satu sendi dan
mengakibatkan disabilitas yang bermakna, maka injeksi steroid cukup aman
dan efektif, walaupun efeknya bersifat sementara. Adanya artritis infeksi
harus disingkirkan sebelum melakukan injeksi.8 Gejala mungkin akan
kambuh kembali bila steroid dihentikan, terutama bila menggunakan steroid
dosis tinggi, sehingga kebanyakan Rheumatologist menghentikan steroid
secara perlahan dalam satu bulan atau lebih, untuk menghindari rebound
effect. Steroid sistemik sering digunakan sebagai bridging therapy selama
periode inisiasi DMARD sampai timbulnya efek terapi dari DMARD
tersebut, tetapi DMARD terbaru saat ini mempunyai mula kerja relatif
cepat.
DMARD. Pemberian DMARD harus dipertimbangkan untuk semua
penderita AR. Pemilihan jenis DMARD harus mempertimbangkan
kepatuhan, beratnya penyakit, pengalaman dokter dan adanya penyakit
penyerta.
DMARD
hidroksiklorokuin
infliximab
yang
atau
paling
umum digunakan
klorokuin
fosfat,
sulfasalazin,
adalah
MTX,
leflunomide,
klorokuin fosfat sering digunakan sebagai terapi awal, tetapi pada kasus
yang lebih berat, MTX atau kombinasi terapi mungkin digunakan sebagai
terapi lini pertama.Banyak bukti menunjukkan bahwa kombinasi DMARD
lebih efektif dibandingkan dengan terapi tunggal. Perempuan pasangan usia
subur (childbearing) harus menggunakan alat kontrasepsi yang adekuat bila
sedang dalam terapi DMARD, oleh kerena DMARD membahayakan fetus.4
Leflunomide bekerja secara kompetitif inhibitor terhadap enzim
intraselular yang diperlukan untuk sintesis pirimidin dalam limfosit yang
teraktivasi.Leflunomide memperlambat perburukan kerusakan sendi yang
diukur secara radiologis dan juga mencegah erosi sendi yang baru pada 80%
penderita dalam periode 2 tahun.Antagonis TNF menurunkan konsentrasi
TNF-, yang konsentrasinya ditemukan meningkat pada cairan sendi
penderita AR. Etanercept adalah suatu soluble TNF-receptor fusion protein,
dimana efek jangka panjangnya sebanding dengan MTX, tetapi lebih cepat
24
25
MTX + hidroksiklorokuin
MTX + hidroksiklorokuin + sulfasalazine
MTX + sulfasalazine + prednisolon
MTX + leflunomide
MTX + infiximab
MTX + etanercept
MTX + adalimumab
MTX + anakinra
MTX + rituximab
Terapi kombinasi ini memberikan respon yang lebih baik dan efektif
26
BEDAH.
Tindakan
bedah
perlu
dipertimbangkan bila :
1) Terdapat nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi yang
ekstensif
2) Keterbatasan gerak yang bermakna atau keterbatasan fungsi yang berat
3) Ada ruptur tendon
Sinovektomi, khususnya pada sendi lutut berguna untuk meluruskan
kembali dan memperbaiki tendon. Sendi buatan dapat dilakukan misalnya
pada sendi panggul, lutut, jari-jari tangan. Artrodesis mungkin perlu
dilakukan pada nyeri atau deformitas yang berat.8
K. Kriteria Remisi
27
LED < 30 mm/jam untuk perempuan atau < 20 mm/jam untuk laki-laki
(dengan metode Westergren)
L. Prognosis
Perjalanan penyakit dan hasil pengobatan artritis reumatoid pada setiap
Keterangan
Anemia
Kanker
yang
29
belakang
(cervical
spine
disease)
melakukan
intubasi
endotrakeal;
ditemukan
hilangnya
lordosis
mungkin
servikal
dan
berkurangnya lingkup gerak leher, subluksasi C4C5 dan C5-C6, penyempitan celah sendi pada foto
sevikal lateral. Myelopati bisa terjadi yang ditandai
oleh kelemahan bertahap pada ekstremitas atas dan
Gangguan mata
Pembentukan fistula
parestesia.
Episkleritis jarang terjadi.
Terbentuknya sinus kutaneus dekat sendi yang
deformitas
boutonniere
hiperekstensi
(kebalikan
DIP);
dari
(fleksi
deformitas
deformitas
PIP
dan
swan
neck
boutonniere);
ruptur tendon
sendi Beberapa kelainan yang bisa ditemukan antara
lainnya
Komplikasi
pernafasan
pembentukan
lesi
kavitas;
Bisa
ditemukan
ditandai
dengan
adanya
ronki
pada
30
atau vertebra.
Bentuk kelainannya antara lain : arteritis distal,
perikarditis,
neuropati
perifer,
lesi
kutaneus,
peningkatan
risiko
terjadinya
miokard.
PIP = proximal interphalangeal; DIP = distal interphalangeal; RF =
rheumatoid factor
31
infark