Anda di halaman 1dari 24

(PRA) PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN


PENGETAHUAN TENTANG ANTENATAL CARE
DENGAN ANGKA DROP OUT K1-K4 IBU HAMIL DI
DESA BETRO PUSKESMAS SEDATI

Oleh :
Made Diah Ayu Mahareni

(07700203)

I Putu Sukma Fajar

(07700223)

Dedi Irawan

(07700226)

Ni Made Atika Nurina Yanti

(07700293)

Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampun hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat keehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai invetasi bagi setiap orang agar
investasi bagi pembangunan umber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan).
Selanjutnya dalam Pasal 46 dinyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upya
kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehtan
perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat (Pasal 46 Undang-Undang Nomor
36 tahun 2009 Tentang Kesehatan).
Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai komitmen
Internasional yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)
dengan tujuan yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu menurunkan
angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV-AIDS, TB,
dan malaria serta penyakit lainnya dan yang tidak terkait langsung yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan serta mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan. MDGs kelima memiliki target mengurangi angka
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2015 (WHO, MDGs 2010).
Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinggi. Hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2003
menunjukkan bahwa angka kematian ibu (AKI) yaitu 307/100.000 kelahiran
hidup. (Depkes RI, 2008).
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan angka
kematian ibu (AKI) pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis Empat Pilar
Safe Motherhood yaitu : Keluarga Berencana (KB), pelayanan antenatal (ANC),
persalinan yang aman dan pelayanan obstetri essensial (Depkes RI, 2008).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan

perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya. Program pelayanan


antenatal ini menitikberatkan pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil
pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4 (Depkes,2009).
Tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat
bersalin dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan
mengantisipasi dini kelainan kehamilan, deteksi serta antisipasi dini kelainan janin
dan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin
(Depkes RI, 2004).
Antenatal care (ANC) terdiri dari serangkaian kunjungan ibu hamil yang
dikenal dengan istilah K1 dan K4. Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti bahwa ibu
hamil harus berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan tetapi setiap kontak
tenaga kesehatan dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai
standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil. Kunjungan baru ibu hamil
(K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan
sedangkan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat
atau lebih (Depkes RI, 2004).
Cakupan K1 di Jawa Timur tahun 2010 menurut peta cakupan K1
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur mencapai 632.571 ibu hamil atau 96,67%
dari 654.382 sasaran ibu hamil dan telah telah melampaui target nasional 95%.
Cakupan tertinggi dicapai Kabupaten Jember (100%) dan terendah kabupaten
Jombang (91,85%). Cakupan K4 di Jawa Timur tahun 2010 mencapai 576.297
ibu hamil atau 88,07%, dan angka ini belum mencapai target nasional 90%.
Cakupan tertinggi adalah Kota Malang (99,59%) dan terendah di Kabupaten
Trenggalek (67,85%).
Cakupan K1 di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2011 sekitar 97% sedangkan
target yang ingin dicapai 96% (Sumber: PWS KIA Jawa Timur). Cakupan K4 di
Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2011 sekitar 92% sedangkan target yang ingin
dicapai 91% (Sumber : LB 3 KIA Jawa Timur).
Wilayah kerja Puskesmas Sedati mencakup 16 desa, yaitu Sedati Gede,
Sedati Agung, Betro, Kwangsan, Pepe, Pulungan, Buncitan, Cemandi,

Kalanganyar, Tambak Cemandi, Gisik Cemandi, Banjarkemuning, Segoro


Tambak, Ranti, Semampir, dan Pabean. Pada penelitian ini, peneliti mengambil
sampel dari ibu hamil trimester ketiga di Desa Betro. Jumlah sasaran ibu hamil di
Desa Betro tahun 2013 adalah 166 orang. Angka cakupan ibu hamil adalah
38,55% hingga bulan Juli, sedangkan cakupan K4 adalah 32,53% (Laporan PWS
KIA Puskesmas Sedati).
Target cakupan K1 tahun 2013 adalah 98%
Sasaran rata-rata K1 setiap bulan adalah:
98%
12 bulan

= 8,17%

Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan Juli
adalah (7x8,16%)= 57,12%
Target cakupan K4 tahun 2013 adalah 97%
Sasaran rata-rata K1 setiap bulan adalah:
97%

= 8,08%

12 bulan
Sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan Juli adalah
(7x8,08%) = 56,56%
TABEL LAPORAN PWS CAKUPAN K1-K4 IBU HAMIL PUSKESMAS
SEDATI BULAN JULI 2013

GRAFIK PWS CAKUPAN K1 IBU HAMIL PUSKESMAS SEDATI BULAN


JULI 2013
Seringkali cakupan K1-K4 pada ibu hamil tidak mencapai target, karena ibu
hamil tidak melanjutkan kembali kunjungan berikutnya setelah kunjungan
pertama, atau yang sering disebut dengan Drop out. Hal ini menyebabkan tetap
tingginya angka kematian ibu dan anak.
Kunjungan pertama ibu hamil (K1) dilakukan sejak mengetahui kehamilan
atau kurang lebih usia kehamilan 6 minggu 12 minggu kehamilan (1-3 bulan
kehamilan) sudah harus memeriksakan kehamilannya, apabila sang ibu hamil
tidak memeriksakan kehamilannya pada masa kehamilan itu artinya sang ibu
hamil tersebut telah lalai/ default atau dulunya disebut dengan istilah DO (Drop
Out) pada semester pertama kehamilan, tetapi istilah DO ini kurang tepat
digunakan karena ada kecenderungan sang ibu hamil tidak akan dilayani untuk
beberapa bulan kehamilan berikutnya sehingga istilah lalai/ default lebih tepat
digunakan.

(Jan)

(Feb)

(Mar)

(Apr)

(Mei)

(Jun)

(Jul)

(Aug)

(Sep
)

TARGET
CAKUPAN
K1K4
TIAP
TARGET
CAKUPAN
TIAP
BULAN
BULAN

(Okt) 5 (Nov)

(Des)

Tingginya angka drop out K1-K4 ibu hamil merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kematian ibu dan anak yang merupakan indikator derajat
kesehatan masyarakat.
Menurut teori Blum derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: faktor
lingkungan, diikuti oleh faktor perilaku, genetik, dan yang terakhir pelayanan
kesehatan. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 1979
mengidentifikasi 4 faktor yang sama yang berpengaruh terhadap kesehatan.
Seperti teori Bloom, CDC mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan sebagai
faktor yang tidak terlalu berperan. Kenyataannya, CDC memperkirakan 50% dari
kematian prematur pada populasi di Amerika Serikat secara langsung
berhubungan dengan prilaku dan gaya hidup individu, 20% dari individu mewarisi
profil genetik, dan 20% dari faktor sosial dan lingkungan. Hanya 10% yang dapat
dianggap sebagai akses pelayanan kesehatan yang tidak adekuat (Shi L, 2008).
Walaupun begitu, ukuran pengaruh tiap faktor terhadap derajat kesehatan dapat
berbeda tiap wilayah dan negara (VanLeeuwe JA, dkk.1999).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan faktor lingkungan sosial dan pengetahuan tentang
pelayanan ANC dengan angka drop out K1-K4 ibu hamil di Desa Betro wilayah
kerja Puskesmas Sedati.
B. RUMUSAN MASALAH
Adakah hubungan antara faktor lingkungan sosial dan pengetahuan tentang
pelayanan Antenatal care (ANC) dengan angka drop out K1-K4 ibu hamil di
Desa Betro wilayah kerja Puskesmas Sedati?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan faktor lingkungan sosial dan pengetahuan tentang
pelayanan Antenatal Care (ANC) dengan angka drop out K1-K4 ibu hamil
di desa Betro wilayah kerja Puskesmas Sedati.
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik (umur, pekerjaan, jumlah anak hidup, jumlah


gravida dan paritas) ibu hamil di Desa Betro wilayah kerja Puskesmas
Sedati
b. Mengetahui faktor lingkungan sosial yang terkait dengan K1-K4 ibu
hamil di Desa Betro wilayah kerja Puskesmas Sedati.
c. Mengetahui pengetahuan mengenai pelayanan ANC ibu hamil di Desa
Betro wilayah kerja Puskesmas Sedati.
d. Mengetahui angka drop out K1-K4 ibu hamil di Desa Betro wilayah
kerja Puskesmas Sedati
e. Menganalisis hubungan antara faktor lingkungan sosial dengan angka
drop out K1-K4 di Desa Betro wilayah kerja Puskesmas Sedati
f. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu hamil mengenai pelayanan
ANC degan angka drop out K1-K4 ibu hamil di Desa Betro wilayah
kerja puskesmas Sedati
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
a. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi yang diharapkan akan menambah pengetahuan
masyarakat akan pentingnya perawatan selama masa kehamilan sehingga
dapat mengetahui kelainan pada kehamilan sejak dini dan menekan angka
kematian ibu dan anak
b. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran dan ilmu
kesehatan komunitas khususnya mengenai kesehatan ibu dan anak serta
mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat saat terjun ke
masyarakat.
c. Bagi Instansi

Sebagai masukan bagi petugas kesehatan, pemerintah, dan instansi terkait,


dalam upaya memperkecil angka drop out K1-K4 ibu hamil khususnya
pengetahuan tentang pentingnya pelayanan antenatal sehingga dapat
menekan angka kematian ibu dan anak

Sebagai gambaran mengenai berbagai faktor, seperti perilaku, lingkungan,


pelayanan kesehatan, dan karakteristik ibu terkait pelayanan antenatal di
wilayah kerja puskesmas Sedati

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN ANTENATAL CARE
Antenatal care (ANC) terdiri dari serangkaian kunjungan ibu hamil yang
dikenal dengan istilah K1 dan K4. Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti bahwa ibu
hamil harus berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan tetapi setiap kontak
tenaga kesehatan dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai
standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil. Kunjungan baru ibu hamil
(K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan
sedangkan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat
atau lebih (Depkes RI, 2004).

B. TUJUAN ANTENATALCARE
Menurut Depkes RI tahun 2004, tujuan antenatalcare atau ANC adalah
untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan
nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat.
1. Tujuan Umum:
a.

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu


dan tumbuh kembang janin

b.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal


dan sosial ibu dan bayi

c.

Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi


selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan

d.

Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan


selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin

e.

Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan


pemberian ASI eksklusif

f.

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima


kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

g.

Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

2. Tujuan Khusus:
a) Mengenali dan mengobati penyulit yang mungkin diderita sedini
mungkin
b) Menurunkan angka morbiditas ibu dan anak
c) Memberikan nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan nifas dan laktasi
C. MANFAAT ANTENATALCARE
Manfaat pelayanan antenatal menurut Prawirohardjo (2006):
a) Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedaruratan yang mungkin terjadi

b) Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang timbul selama kehamilan


baik yang bersifat medis, bedah, dan obstetrik
c) Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
beserta bayi dengan memberikan pendidikan, suplemen dan imunisasi
d) Membantu mempersiapkan ibu untuk menyusui bayi, melalui masa nifas
yang normal, serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis dan
sosial
D.

PROGRAM PELAYANAN ANTENATAL


Upaya pelayanan kesehatan dasar sangat penting karena dengan pemberian

pelayanan dasar secara cepat dan tepat dapat mengatasi sebagian besar masalah
kesehatan masyarakat. Hal ini akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang meningkatkan pembangunan nasional di bidang kesehatan.
Berbagai pelayanan kesehatan dasar dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan, sebagai contoh puskesmas yang memiliki beberapa Posyandu dengan
pelayan kesehatan ibu dan anak. Gangguan kesehatan yang dialami ibu dapat
mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa
pertumbuhan bayi dan anaknya.
Pelayanan antenatal meliputi 5 hal yang dikenal dengan istilah 5T, yaitu
Timbang berat badan, ukur Tekanan darah, ukur Tinggi fundus uteri, nilai status
imunisasi TT, dan memberikan Tablet Fe (tablet tambah darah). Pada petunjuk
teknis pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota, pelayanan antenatal meliputi 7T. kunjungan ibu hamil sesuai
standar adalah pelayanan yang mencakup minimal: (1) Timbang badan dan ukur
tinggi badan, (2) Ukur Tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus (dan
pemberian Tetanus Toksoid), (4) (ukur) Tinggi fundus uteri, (5) pemberian Tablet
besi (90 tablet selama kehamilan), (6) Temu wicara (pemberian komunikasi
interpersonal dan konseling), (7) Tes laboratorium sederhana (Hb, Protein urin)
dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria,TBC)(Depkes 2008).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan
perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya. Program pelayanan

10

antenatal ini menitikberatkan pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil


pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4 (Depkes,2009).
Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan
kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit
pempat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali
pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga (Depkes,2005).
Semakin rendahnya angka drop out berarti banyak ibu hamil yang
melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal diteruskan hingga kunjungan
keempat pada trimester 3 sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh
petugas kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (Depkes,2009).

E.

BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA DROP


OUT K1-K4 IBU HAMIL

11

Gambar 2.1 Paradigma Kekuatan lapangan dan kesejahteraan


kesehatan
Sumber: diadaptasi dari Blum (1981)

Model Blum merupakan yang paling sering diaplikasikan untuk menilai


kesehatan populasi manusia dalam konteks ekosistem, ditunjukkan bahwa terdapat
lima

hal

yang

melatarbelakangi

empat

faktor

utama

kesehatan

(di atas), yaitu: populasi, budaya, kesehatan mental, sumber daya alam, dan
keseimbangan ekologi. Seberapa besar masing-masing keempat faktor utama ini
berpengaruh terhadap kesehatan manusia tergantung pada kombinasi dari kelima
hal tersebut (VanLeeuwe JA, dkk.1999).
Pada model ini, Blum mengubah ukuran dari keempat tanda panah
berdasarkan pada persepsinya pada kontribusi relatif terhadap kesehatan populasi
manusia. Walaupun begitu, ukuran tanda panah dapat berbeda tiap wilayah dan
negara di tempat pelayanan kesehatan (misalnya sebagian besar bangsa Afrika
dimana penyakit secara primer berhubungan dengan lingkungan mereka), atau
dimana perilaku manusia, pengaruh gaya hidup adalah penting (misalnya Canada)
(VanLeeuwe JA, dkk.1999).
Di Indonesia terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan ibu
hamil, dalam penelitian ini pengaruhnya terhadap angka drop out K1-K4. Faktor
tersebut diantaranya faktor lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan
kesehatan.
1.

Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan disini yang dimaksud adalah lingkungan sosial,
yaitu keadaan fisik dan sosial dimana individu hidup atau dimana sesuatu
terjadi atau berkembang meliputi budaya dan masyarakat dimana mereka
dapat berinteraksi. Faktor ini meliputi dukungan dan kebiasaan sejumlah
orang di sekitar, baik itu keluarga, teman, tokoh agama maupun tokoh
masyarakat.
Dukungan dari keluarga dapat diperoleh dari orang-orang yang
memiliki hubungan berarti dengan ibu hamil, seperti suami, ayah dan ibu

12

mertua, dan saudara. Suami memberikan dukungan moral maupun material


kepada ibu hamil untuk melakukan pelayanan antenatal sesuai jadwal.
Kebiasaan orang di sekitar ibu hamil seperti orangtua, adik, kakak, teman
yang pernah hamil tetapi tidak pernah memeriksakan kehamilannya dan
tidak pernah terjadi kelainan ataupun komplikasi terhadap kehamilannya
yang menyebabkan ibu hamil juga tidak pernah memeriksakan kehamilan.
Tokoh masyarakat dan tokoh agama juga memiliki peran penting dalam
mempengaruhi keputusan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke
pelayanan kesehatan.
2.

Faktor Perilaku
Menurut Soekidjo Notoatmojo, perilaku adalah reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Menurut teori Lawrence Green dan kawan-kawan (1980) perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu: fakor predisposisi
(predisposing factors) yng mencakup pengetahuan, sikap mayarakat
terhadap kesehatan; faktor pemungkin (enabling factor) yang mencakup
lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan
bagi masyarakat, fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan

terwujudnya

perilaku

kesehatan.;

faktor

penguat

(reinforcement factor), faktor ini meliputi faktor sikap da perilaku tokoh


masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan , termasuk juga
undang-undang, peraturan, pengawasan, dan sebagainya yang terkait
dengan kesehatan.
Salah satu faktor predisposisi perilaku adalah pengetahuan, dapat
dilihat dari seorang ibu hamil yang pengetahuannya kurang mengenai
pelayanan antenatal akan tidak mengerti pentingnya pelayanan antenatal
maka hal ini akan berpengaruh pada perilaku ibu tersebut, ibu akan
berperilaku cuek atau acuh tak acuh terhadap kehamilannya, padahal
seperti yang kita ketahui kesehatan ibu dan janin dalam kandungan akan
mempengaruhi perkembangan anak setelah dilahirkan. Selain itu bila suatu
kelainan terjadi pada kandungan ibu dan tidak terdeteksi dini, hal tersebut

13

dapat membahayakan ibu dan janinnya, bahkan dapat mengakibatkan


kematian. Malasnya ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke pelayanan
kesehatan juga merupakan salah satu sikap ibu yang tidak peduli terhadap
kehamilannya, yang dapat mengakibatkan kelainan dan komplikasi pada
kehamilannya.
3.

Faktor Pelayanan Kesehatan


Di Indonesia faktor pelayanan kesehatan

termasuk, promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk pelayanan di tingkat dasar seperti


halnya puskesmas, mementingkan usaha promotif dan preventif.
Menurut Leavell & Clark pada tahun 1965, dokter dan tenaga
kesehatan lain harus dapat melakukan tindakan pencegahan. Apa yang
harus dicegah harus tergantung pada konteks dan kedudukan pasien,
dimana berada pada kondisi sehat menuju sakit. Terdapat lima tingakat
pencegahan yang sering disebut dengan Five Levels of Prevention, yaitu :
Health

Promotion,

Pre-primary

Prevention,

Primary

Prevention,

Secondary Prevention, Tertiary Prevention. Primary prevention dilakukan


sebelum proses penyakit terjadi, hal ini secara langsung mencegah
interaksi antara faktor resiko dan individu pada fase awal sebelum faktor
resiko telah memicu proses penyakit. Secondary Prevention dilakukan
pada saat terjadinya penyakit, hal ini dimaksudkan pada diagnosis awal
dan penatalaksanaan untuk mencegah kematian atau disabilitas.Tertiary
Prevention biasanya dilakukan saat proses penyakit sudah terlihat dengan
jelas. Tertiary Prevention ini tidak begitu berperan dalam memperlambat
proses penyakit, hal ini ditujukan untuk mencegah disabilitas yang
menyeluruh setelah perubahan anatomi dan fisiologi yang tidak stabil.
Untuk itu, sejumlah kegiatan promotif dan preventif di puskesmas
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Khususnya pada penelitian
ini, mengenai pencegahan penyakit dalam kehamilan.
4. Faktor Genetik
Faktor genetik berpengaruh juga terhadap angka drop out K1-K4
pada ibu hamil. Seperti contohnya, pada seorang ibu yang sebelumnya

14

sudah pernah hamil dan melahirkan anak tanpa komplikasi maka ibu
tersebut memeriksakan dirinya pada pelayanan kesehatan hanya pada K1
saja, karena sebelumnya tidak pernah ada komplikasi makan ibu tersebut
akan merasa aman dan tidak datang lagi untuk memeriksakan
kehamilannya.
F.

DATA STATISTIK K1-K4 IBU HAMIL KECAMATAN SEDATI


Wilayah kerja Puskesmas Sedati mencakup 16 desa, yaitu Sedati Gede,

Sedati Agung, Betro, Kwangsan, Pepe, Pulungan, Buncitan, Cemandi,


Kalanganyar, Tambak Cemandi, Gisik Cemandi, Banjarkemuning, Segoro
Tambak, Ranti, Semampir, dan Pabean. Pada penelitian ini, peneliti mengambil
sampel dari ibu hamil trimester ketiga di Desa Betro. Jumlah sasaran ibu hamil di
Desa Betro tahun 2013 adalah 166 orang. Angka cakupan ibu hamil adalah
38,55% hingga bulan Juli, sedangkan cakupan K4 adalah 32,53% (Laporan PWS
KIA Puskesmas Sedati).
Target cakupan K1 tahun 2013 adalah 98%
Sasaran rata-rata K1 setiap bulan adalah:
98%
12 bulan

= 8,17%

Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan Juli
adalah (7x8,16%)= 57,12%
Target cakupan K4 tahun 2013 adalah 97%
Sasaran rata-rata K1 setiap bulan adalah:
97%
12 bulan

= 8,08%

Sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan Juli adalah


(7x8,08%) = 56,56%

15

Tabel Laporan PWS Cakupan K1-K4 Ibu Hamil Puskesmas Sedati Bulan Juli
2013

16

Gambar Grafik PWS Cakupan K1 Ibu Hamil Puskesmas Sedati Bulan Juli 2013

17

Gambar Grafik PWS Cakupan K4 Ibu Hamil Puskesmas Sedati Bulan Juli 2013

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP
Berdasar teori Blum, disusun kerangka konsep sbb:

IBU
HAMI

Faktor Lingkungan Sosial


Faktor Perilaku Ibu
(pengetahuan ibu)

DROP
OUT
K1-K4

Faktor Pelayanan
Kesehatan
Faktor Genetik

Bagan 3.1: Kerangka Konsep Penelitian


Menurut teori Blum derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: faktor
lingkungan, diikuti oleh faktor perilaku, genetik, dan yang terakhir pelayanan
kesehatan. Walaupun begitu, ukuran pengaruh tiap faktor terhadap derajat
kesehatan dapat berbeda tiap wilayah dan negara (VanLeeuwe JA, dkk.1999).
Namun, pada penelitian ini dikhususkan untuk mengetahui hubungan faktor
lingkungan sosial dan pengetahuan tentang pelayanan ANC dengan angka drop
out K1-K4 ibu hamil khususnya di Desa Betro wilayah kerja Puskesmas Sedati.
B. HIPOTESIS
Ho1: Tidak terdapat hubungan antara faktor lingkungan sosial dengan angka drop
out K1-K4

18

Ha1: Terdapat hubungan antara faktor lingkungan sosial dengan angka drop out
K1-K4
Ho1: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil mengenai pelayanan
ANC degan angka drop out K1-K4
Ha1: Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil mengenai pelayanan ANC
degan angka drop out K1-K4

19

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian Observasional
Cross Sectional Analitik yaitu menggambarkan korelasi antara variabel
independen dengan variabel dependen.
B. LOKASI DAN WAKTU PENEITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Betro Kecamatan Sedati Kabupaten
Sidoarjo mulai tanggal 26 Agustus 2013 sampai tanggal 7 Sepember 2013 dengan
rincian sebagai berikut :
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kegiatan

Minggu
II

Mengumpulkan data puskesmas


Merumuskan masalah
Penyusunan proposal
Konsultasi
Penyusunan kuisioner
Pembagian kuisioner
Pengolahan data
Menarik kesimpulan

C. POPULASI DAN SAMPEL


a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti,
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil pada trimester ketiga
di desa Betro Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo dalam wilayah kerja
Puskesmas Sedati pada bulan Agustus 2013 yaitu sebanyak (....) ibu.
b. Sampel

20

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang di teliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam menentukan besar
kecilnya sampel dalam penelitian ini, berpedoman pada pendapat
Nursalam, 2009 : 92
N
n = __________
1+N(d)
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
Nd = tingkat signifikansi = 5% = 0,05
(Nursalam, 2009 : 92 )
n =
N
1 + N (d)
=

....
... + ... (0,05)

....
.....

....

besar sampel dibulatkan kebawah menjadi ....


1. Penentuan Besar Sampel
Berdasarkan pendapat diatas maka sehingga besar sampel dalam penelitian
ini adalah (...) ibu hamil Desa Betro Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
2. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
pengambilan sampel secara systematic random sampling.
D. VARIABEL
A. Variabel Independen

: Lingkungan sosial
Pengetahuan ibu hamil tentang ANC

B. Variabel Dependen

: Angka drop out K1-K4

21

E. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi

Alat Ukur

Skala

No

Variabel

1.

Lingkungan

Keadaan fisik

sosial

dan sosial

skor <60%

dimana individu

Baik :

hidup atau

skor 60%

Kuesioner

pengukuran
Kurang :

Skala
Ukur
Ordinal

dimana sesuatu
terjadi atau
berkembang
meliputi budaya
dan masyarakat
dimana mereka
dapat
berinteraksi.

2.

Pengetahuan

Informasi yang

Tentang ANC diketahui atau

Kuesioner

Kurang :

Ordinal

skor <60%

disadari oleh

Baik :

seseorang

skor 60%

mengenai
pengawasan
sebelum
persalinan
terutama
ditujukan pada
pertumbuhan
dan
perkembangan

22

janin
Angka drop
3.

out K1-K4

Ibu hamil yang

Kuesioner

Drop out:

tidak mengikuti

Terdapat salah

K1-K4 dengan

satu atau lebih

lengkap dengan

diantara K1-

mendeteksi ibu

K4 , ibu hamil

hamil yang

lalai

terdaftar pada

memeriksakan

K1 tetapi tidak

kehamilannya

Nominal

terdeteksi pada
K4
Tidak drop out:
Ibu hamil
memeriksakan
kehamilannya
secara lengkap
(K1-K4)

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


a. Data primer :
Data yang didapatkan dari wawancara dan kuesioner yang diberikan
kepada responden.
b. Data sekunder :
Data yang didapatkan dari studi dokumen dari rekam medik yang
merupakan sumber data dari instansi terkait yaitu di Puskesmas Sedati
Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

G. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA


a. Pengolahan Data :

23

Data mentah yang didapat dari hasil wawancara berdasarkan kuisioner


yang diolah ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi secara manual.
b. Analisa Data :
Analisis data dengan menggunakan metode analitik, yaitu analisis data
difokuskan untuk mendapatkan gambaran korelasi antara variabel
independen yang diteliti terdiri dari lingkungan sosial dan pengetahuan ibu
hamil tentang ANC, dengan variabel dependen yaitu angka drop out K1K4 di Desa Betro Puskesmas Sedati. Penelitian ini menggunakan metode
pengolahan data Fisher Exact Test dikarenakan

besar sampel dalam

penelitian kurang dari 40 sampel.

24

Anda mungkin juga menyukai