Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan Akidah bagi Anak (03 Tahun)

Tentu, dai dan daiah yang paling memegang peranan penting adalah para
orang tua. Orang tua harus peduli akan penanaman akidah yang murni bagi
anak-anak mereka.
Pahami 3 hal
Syekh Al-Utsaimin menasihatkan setiap dai Islam agar memerhatikan tiga hal
sebelum berdakwah:
1. Ilmu tentang materi dakwah.
2. Kondisi madu.
3. Metode terbaik dalam menyampaikan dakwah.
Oleh sebab itu, hendaknya orang tua memahami tiga hal:
1. Materi yang akan disampaikan adalah materi yang telah dikuasai orang tua.
Telah mereka pelajari dan pahami.
2. Pertimbangkan kesesuaian isi materi dengan beberapa hal: usia anak, dayatangkap anak, kondisi anak pada saat itu (apakah sedang senang, sedih, marah,
atau lelah?).
3. Pilih metode yang sesuai untuk anak. Terkadang satu metode boleh digunakan
secara umum (contoh: mengajarkan adab melalui sirah nabawiyah). Terkadang
pula sebuah metode tepat untuk anak-anak secara umum namun tidak untuk
anak tertentu (contoh: penggunaan flashcard untuk pengenalan huruf hijaiyah).
Contoh alur pembelajaran
Baru lahir 2 bulan
Membiasakan anak dengan lafal la ilaha illallah - Bisikkan lafal ini di telinga
anak.
2 bulan 6 bulan
Membiasakan anak dengan lafal syahadat asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu
anna muhammadan rasulullah
Pada usia 2 bulan, ketika anak digendong biasanya anak mulai lebih sering
menatap ibunya.
Tatap mata anak ketika mengucapkan lafal tsb.
Lafal tsb agak panjang; bersabarlah membiasakan anak dengannya.
6 bulan 1,5 tahun
Biasakan anak mendengar lafal dzikrullah (tasbih, tahmid, takbir, tahlil) dan
kalimah thayyibah (istigfar, basmalah, istiadzah, dll.)

1,5 tahun 2 tahun


Mulai bertanya-jawab dengan anak tentang siapa tuhanmu?
Disesuaikan dengan kemampuan bicara anak.
Tahap 1: orang tua memberi pertanyaan sekaligus jawabannya (contoh: Ibu:
Usamah, siapa tuhanmu? Allah)
Tahap 2: orang tua memberi pertanyaan, anak diminta menjawabnya.
2 tahun 2,5 tahun
Mulai bertanya jawab dengan anak tentang siapa tuhanmu?, apa
agamamu?, siapa nabimu?
Jawaban atas tiga pertanyaan ini sekaligus sebagai jati diri bagi anak
(Tuhannya, agamanya, dan nabinya).
Disesuaikan dengan kemampuan bicara anak.
Tahap 1: orang tua memberi pertanyaan sekaligus jawabannya (contoh: Ibu:
Usamah, siapa tuhanmu? Allah)
Tahap 2: orang tua memberi pertanyaan, anak diminta menjawabnya.
Mengajarkan rububiah Allah (contoh: Allah yang ciptakan Usamah. Allah yang
ciptakan Ummi. Allah yang ciptakan Abi. Allah yang ciptakan pohon. Allah yang
ciptakan kucing. Dst .)
Biasanya pada usia ini anak mulai lebih sering bertanya tentang objek di
sekelilingnya, Apa ini, Bu?
Mengajarkan rukun islam.
Mengajarkan rukun iman.
Diberikan bila sekiranya anak memang sudah lancar berbicara.
Setiap orang tua bisa mempertimbangkan apakah materi ini akan
memberatkan anak bila diberikan bersamaan dengan materi siapa tuhanmu,
apa agamamu, siapa nabimu?.
2,5 3 tahun
Mengajarkan tauhid asma wa sifat Allah.
Mengaitkan kegiatan sehari-hari dengan asma wa sifat Allah. Contoh:
* Anak makan berdiri.
Allah Maha Melihat. Kita malu kalau Allah melihat kita makan berdiri.
* Anak enggan shalat.
Allah cinta sama orang yang rajin shalat.
Disesuaikan dengan daya-tangkap anak.
Ketika pertama kali mengajarkan nama Allah atau sifat Allah ulangi hingga tiga
kali.
Beberapa asma wa sifat Allah yang bisa coba diajarkan dalam rentang usia ini:
* Allah di atas arsy.
* Allah Maha Melihat
* Allah Maha Mendengar

*
*

Allah Cinta
Allah Marah
Mengajarkan keberadaan surga dan neraka.
Untuk mengajarkan konsep targhib dan tarhib.

Pegangan
Sebagai pegangan, ada beberapa referensi untuk pembelajaran tauhid ini:
Tsalatsatul Ushul, karya Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Qawaidul Arba`, karya Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Al-Aqidah Al-Wasithiyyah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Fiqhul Asma`il Husna`, karya Syekh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr.

Anda mungkin juga menyukai