Anda di halaman 1dari 26

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Diposkan oleh Viliansyah Ners di Sabtu, Juli 25, 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama pada saat
menghadapi klien, seorang perawat juga harus mengadakan suatu komunikasi agar informasi
yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Terutama informasi yang berkenaan dengan
kebutuhan klien akan asuhan keperawatan yang akan diberikan. Oleh karena itu, komunikasi
adalah faktor yang paling penting ,yang digunakan untuk menetapkan hubungan antara
perawat dengan klien.
Namun, seringkali informasi yang seharusnya sampai kepada orang yang
membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya suatu komunikasi
yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan klien, hal tersebut dapat
mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal. Hal hal tersebut tidak hanya berasal
dari klien saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh pola komunikasi yang salah yang dilakukan
oleh perawat. Komunikasi yang tidak efektif juga dapat disebabkan kegagalan pada proses
komunikasi itu sendiri. Kegagalan itu dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan
pesan, serta pada kejelasan pesan itu sendiri (Edelman, 2002).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hambatan dalam proses komunikasi terapeutik dan analisa proses interaksi
itu ?
1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga
medis dapat memahami hambatan dalam proses komunikasi terapeutik dan analisa proses
interaksi .
1.4 Manfaat

Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung
dalam proses keperawatan hususnya tentang hambatan dalam proses komunikasi terapeutik
dan analisa proses interaksi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hambatan Dalam Proses Komunikasi Terapeutik.


2.1 Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas
atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah atau penghindaran
secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten biasanya menunjukkan ambivalensi antara

menghargai tetapi juga menghindari pengalaman yang menimbulkan cemas padahal hal ini
merupakan bagian normal dalam proses terapeutik. Resisten ini sering akibat dari
ketidaksesuaian klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan.
Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena pada fase ini
sangat banyak berisi proses penyelesaiaan masalah (Stuart danSundeen dalam Intan. 2005).
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen , 1995)
a. Supresi dan represi informasi yang terkait
b. Intensifikasi gejala
c. Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan
d. Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang
bersifat sementara
e. Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia tidak mempunyai
pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya, saat ia tidak memenuhi janji
untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu sesi, lupa, diam, atau mengantuk
f. Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal
g. Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya dengan
menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive, atau menggunakan
mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan
h. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai penghayatan tetap
menolak memikul tanggung jawab untuk berubahdengan alas an bahwa normalitas adalah hal
yang tidak penting
i. Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sakit
terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dengan kehidupan yang dulu)
j. Perilaku amuk atau tidak rasional
2.2 Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap
perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yang
bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995)
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini diabaikan dan
tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reksi bermusuhan
dan tergantung.

Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :


Bungkus (15 tahun) adalah klien yanag dirawat dirumah sakit karena demam berdarah. Tanpa
sebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat Gengki. Setelah dikaji, ternyata
Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien
mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh
kehidupan yang lalu.
Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :
Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu mempunyai
wajah dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan keperawatan yang harus
dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang melakukannya.

2.3

Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat dan

bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.


Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalamIntan, 2005):
a. Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.
b. Menekan perasaan selama atau sesudah sesi.
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau
melampaui waktu yang telah ditentukan.
d. Mengantuk selama sesi.
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah.
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.
g. Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan tujuan
keperawatan yang telah diidentifikasi.
i. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
j. Melamunkan atau memikirkan klien.
k. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
l. Perasaan cemas, gelisah atau persaan bersalah terhadap kien
m. Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau cara
memandang pada informasi yang di berikan klien.
n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.

Reaksi coutrtrasference biasanya dalam tiga bentuk ( Stuart danSundeen dalam Intan,
2005):
a. Reaksi sangat mencintai atau caring.
Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang berlebihlebihan yaitu dengan cara ,masih berlama-lama mengobrol dengan klien tersebut padahal
masih banyak klien yang perlu di tangani.perawat Dono juga mencoba menolong klien
dengan segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan yang telah diidentifikasi.
b. Reaksi sangat bermusuhan.
Perawat Dora mempunyai klien yang sangat Menjenkelkan.Derry (25 tahun) Derry ini selalu
marah-marah dan menjengkelkan perawat Dora sangat dendam pada klienini dan
selalumengacuhkan Derry meskipun dia membutuhkan pertolongan
c. Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap resistensi.
Lima

cara

mengidentifikasikan

terjadi

countertransference

(StuartG.Wdalam Suryani,2006):
a. Perawat harus mempunyai standaryang sama terhadap dirinya sendiriatas apa yang di
harapkan kepada kliennya.
b. Perawat harus menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan, terutama ketika
klien menentang atau mengeritik.
c. Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
d. Ketika countertrasference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk mengontrolnya.
e. Jika
perawat
membutuhkan
pertolongan
dalam
mengatasicountertransference, pengawasan secara individumaupun kelompok dapat lebih
membantu.
2.4 Pelanggaran batas.
Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan perawat-klien
adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan terapeutik,dalam hubungan ini
perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang di tolong. Baik perawat
maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006).
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang terapeutik dan
membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan klien.

Beberapa batas hubungan perawat dank lien (stuart dansundeen, dalam Intan, 2005)
a. Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dari perawat serta
penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat dan klien.
b. Batas waktu
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan terapeutiknya
dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik yang tidak wajar dan tidak
mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali untuk mencegah terjadinya
pelanggaran batas.
c. Batas tempat dan ruang
Misalnya wawancara dimana? Kapan dan berapa lama?
Batas ini biasanya berhubungan dengan perawatan yang dilakukan . Pemanfaatan terapeutik
diluar kebiasaan misalnya dimobil atau dirumah klien, harus dengan tindakan terapeutik yang
rasional dan mempunyai tujuan yang jelas. Perawat tidak di perbolehkan t dalam melakukan
tindakan dikamar klien kadang perlu menghormati batas-batas tertentu misanya pintu terbuka
atau ada pegawai yang lain.
d. Batas uang
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa uang. Disini juga
perluadanya perhatian mengenai tawar-menawar terhadap klien miskin tentang biaya
pengobatan untuk mencegah timbulnya pelanggaran batas.
e. Batas pemberian hadiah dan pelayanan
Masalah ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini melanggar batas.
f.

Batas pakaian

Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara tepat dalam
hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat tidak diperbolehkan memakai
pakaian yang tidak sopan.
g. Batas bahasa ;
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi dengan klien.
Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan memberikan pendapat dengan nada
menggurui merupakan pelanggaran batas.

h. Batas pengungkapan diri secara personal;


Mengungkapkan diri secara personal dari perawat yang tidak berhubungan dengan tujuan
terapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran batas.
i.

Batas kontak fisik;


Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah melanggar batas atau
tidak. Beberapa jenis kontak fisik/ seksual terhadap kien yang tidak pernah tercangkup dalam
hubungan terpeutik antara perawat dengan klien.

Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan klien,


perawat sejak awal interkasi perlu menjelaskan atau membuat kesepakatan bersama klien
tentang hubungan yang mereka jalin. Kemudian selama berinteraksi perawat harus berhatihatidalam berbicara agar tidak banyak terlibat dalam komunikasi sosial. Dengan selalu
berfokus pada tujuan interaksi, perawat bisa terhindar daripelanggaran terhadap batas-batas
dalam berhubungan dengan klien.selalu mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi setiap kali
bertemu dengan klien juga dapat menghindari pelanggaran batas ini.(Suryani 2006).
Contoh pelagggaran batas yaitu (Intan 2005):
-

Klien mengajak makan perawat siang atau maka malam di luar.

Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.

Perawat menerimah pemberian hadiah dari bisis klien.

Perawat menghadiri acara-acara sosial.

Klien member perawat hadiah.

Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.

Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.

Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.

Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.

Perawat menghadiri undangan klien.

2.5 Pemberian hadiah


Pemberian hadia merupakan masalah yang kontroversial dalam keperawatan. Disatu
pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah dapat membantu dalam mencapai
tujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah bisa
merusak hubungan terapeutik.
Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata seperti sekotak permen, rangkaian
bunga, rajutan atau lukisan. Sedangkan yang tidak nyata bisa berupa ekspresi ucapan terima
kasih dari klien kepada perawat sebagai orang yang akan meninggalkan rumah sakit atau dari
anggota keluarga yang lega dan berterima kasih atas bantuan perawat dalam meringankan
beban emosional klien.

2.6 Cara mengatasi hambatan komunikasi


Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan perasaan
emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat -pasien. Awalnya , perawat
harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik dan mengenali prilaku yang

menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat dapat mengklarifikasi dan


mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus secara objektif pada apa yang sedang
terjadi.
Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa) atau
perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan) bertanggung jawab
terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses teurapeutik. Terakhir,
tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu
perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan
perawat-pasien.
B. Analisa Proses Interaksi
2.7 Pengertian
Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat
kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara
perawat dan klien.

2.8 Tujuan API


1. Meningkatkan kemampuan mendengar
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
3. Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat (mahasiswa)
dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI / supervisor / pembimbing untuk memberi
arahan
4. Meningkatkan

kepekaan

perawat

terhadap

kebutuhan

perkembangan dan perubahan pendekatan perawat


5. Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan

klien,

serta

mempermudah

Analisa Proses Interaksi (API)


Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan tim
kesehatan
Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola perilaku
dan hubungan interpersonal perawat-klien.
Ada 3 macam catatan :
-

Catatan perkembangan (proses keperawatan)

Catatan hubungan perawat-klien

Catatan resume
Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung individual
klien, kelompok klien, pada terapi modalitas keperawatan.
Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa :

Video tape; tape recording

Catatan secara garis besar

Catatan interaksi
Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk
memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.
Semua pasien dapat dilakukan API.

2.9 Komponen API :


1. Komunikasi verbal dan non-verbal perawat dan klien
2. Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat
dilakukan perawat
3. Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien
4. Analisa makna dan rasional dari komunikasi

5. Kesan atau evaluasi terhadap efektivitas dari komunikasi berdasarkan data 1 sampai
dengan 4
6. Rencana lanjutan tindakan keperawatan

ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien

Nama mahasiswa:

Status interaksi perawat-klien

Tanggal

Lingkungan

Jam

Deskripsi klien

Ruang

Tujuan (berorientasi pada klien)

Analisa
Komunikasi

Komunikasi Non

Analisa berpusat
berpusat pada

Verbal

Verbal

perawat
P

Rasional
pada klien

..
K

.. ................

..

..

P .

..

..
K
.

Dst .
Keterangan :
1. Inisial klien : tulis inisial bukan nama lengkap
2. Status interaksi : pertemuan ke berapa dan fase berhubungan
3. Lingkungan :
- Tempat interaksi
- Situasi tempat interaksi
- Posisi mahasiwa dan klien
4. Deskripsi klien : penampilan umum klien.

5. Tujuan :
- Tujuan yang akan dicapai dalam interaksi selama 20-30 menit
- Tujuan ini berpusat pada klien
- Tujuan terkait dengan proses keperawatan klien
6. Komunikasi verbal : ucapan verbal perawat dan klien
7. Komunikasi non verbal : non verbal klien dan perawat pada saat bicara atau saat
mendengar
8. Analisa berpusat pada perawat :
Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen sebagai berikut :
a. Perasaan sendiri

Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri & menunjukkan peningkatan kemampuan
untuk menjelaskan riwayat / latar belakang dan analisa, apa dan mengapa perasaan itu
muncul.
b.

Tingkah laku non verbal


Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal diri sendiri

c. Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung


Cari / kenali, bedakan dan diskusikan teknik komunikasi yang digunakan
d.

Tujuan interaksi
Perawat berperan sebagai apa ? dan pasien sebagai apa ?
Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah terjadi ?
Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi ?
Bagaimana proses ?

9. Analisa berpusat pada klien :


Pusatkan analisa proses interaksi pada komponen sebagai berikut :
a. Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal klien
b.

Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung (latent)


Cari / kenali, bedakan dan diskusikan

c. Perasaan klien
Temukan / cari arti tingkah laku klien, identifikasi dan diskusikan keadaan perasaan klien,
bagaimana perasaan klien dipengaruhi oleh perawat
d.

Kebutuhan klien
Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari interkasi yang baru terjadi, interaksi
sebelumnya, riwayat klien dari teori.

10. Alasan teori (rasional)


Sintesa dan terapan teori pada proses interpersonal : berikan alasan teoritis intervensi
anda atau intervensi lain dan tunjukkan peningkatan kemampuan dalam mendiskusikan
tingkah laku klien dalam rangka teori psikodinamika, teori adaptasi, setiap teori-teori lain
yang dikenal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat serta
salah satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang
diberikan kepada klien. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi
klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada petumbuhan klien.
Komunikasi terapeutik tidak sama dengan komunikasi sosial. Komunikasi sosial tidak
mempunyai tujuan tertentu dan biasanya pelaksanaan komunikasi ini terjadi begitu saja.
Sedangkan komunikasi terapeutik mempunyai tujuan dan berfungsi sebagi terapi bagi klien.
Karena itu, pelaksanaan komunikasi terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan
baik.
Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat
kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara
perawat dan klien.

3.1 Saran
1. Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien perawat hendaknya
mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasai terapeutik.

2. Perawat harus menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik.
3. Dalam melakukan komunikasa dengan klien perawat harus menghargai keunikan
setiap klien.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Pernerbit Salemba
Medika.
Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan(terjemahan).
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan Motivasi Perawat
Dalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik. Semarang.
http://healthyusandart.blogspot.com/2013/01/hambatan-dalam-komunikasi-terapeutik.html
(Di akses pada tanggal 29 Mei 2014).
Label: KEPERAWATAN DASAR
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Share this article :
Share7

Related Posts

PROSES KEPERAWATAN SEBAGAI DASAR PROFESIONAL PERAWAT

PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN

STRES DAN ADAPTASI

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Stay Tuned with our News Letter


Don't miss out on the latest
news, sign up for our Newsletter.
Enter your

Reaksi:
1 komentar:

Apr
4

Komunikasi Asertif
Kelebihan Komunikasi Asertif: 4 Manfaat Perilaku Asertif
Komunikasi asertif adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif tanpa
terlalu banyak terganggu dengan apa yang orang lain mungkin pikirkan atau katakan.
Perilaku asertif tidak sama dengan dengan perilaku agresif.

Orang asertif berani menyuarakan sesuatu yang menjadi pendapatnya dengan tetap
menghargai orang lain.

Komunikasi asertif juga akan menuntun seseorang untuk memutuskan antara mengatakan
ya atau tidak untuk situasi tertentu.
Sebaliknya, orang yang kurang asertif cenderung selalu berkata ya meskipun sebenarnya
dia tidak berada dalam mood untuk melakukan hal tersebut.
Tidak bisa mengatakan apa yang idealnya ingin dikatakan dapat menyebabkan perilaku
agresif pasif dan konflik internal serta masalah mental.

Manfaat Menjadi Asertif


Berikut adalah beberapa kelebihan seseorang bersikap asertif.

1. Bebas dari konflik internal


Bayangkan situasi berikut, Anda sedang mengalami sakit kepala parah dan ingin
menghabiskan waktu sendirian untuk beristirahat.
Tapi teman baik Anda menelepon dan mengatakan bahwa ia ingin pergi keluar dengan
Anda.
Menghadapi situasi ini, sebenarnya Anda hendak menolak ajakan tersebut karena tidak
dalam mood untuk melakukannya.
Tapi karena tidak mampu berkata tidak, Anda akhirnya pergi keluar sehingga menambah
derita sakit kepala Anda dengan melakukan apa yang tidak ingin Anda lakukan.
Jika Anda cukup asertif untuk menolak teman Anda, Anda bisa menghabiskan waktu
beristirahat atau melakukan apa yang sebenarnya ingin Anda lakukan.
Untuk berkata tidak, Anda tidak harus bersikap kasar. Komunikasi asertif harus tetap
mengedepankan hubungan saling menghormati.

Dari contoh diatas, sikap asertif akan membuat seseorang terhindar dari stres dan tekanan
yang tidak perlu dari lingkungan.

2. Meningkatkan percaya diri


Komunikasi asertif membantu meningkatkan kepercayaan diri. Orang yang asertif berarti
tidak ragu dalam menyuarakan pendapatnya.

Orang lain juga akan cenderung menghargai orang yang asertif karena berani menyuarakan
pikiran dan memilih memberikan jawaban yang jujur.
Apresiasi dan penghargaan dari orang lain pada akhirnya akan meningkatkan rasa percaya
diri Anda yang telah bersikap asertif.

3. Membantu mengelola stres


Bersikap asertif membuat seseorang lebih mudah mengelola stres.
Orang yang asertif tidak akan menyesali apa yang dilakukan karena telah menyuarakan apa
yang menjadi pendapat dan keyakinannya.

4. Hidup yang tidak terikat dan bebas


Orang asertif selalu percaya dengan prinsipnya tanpa terlalu banyak terganggu dengan apa
yang dikatakan orang lain.
Orang asertif umumnya bahagia dan percaya diri karena mampu menentukan pilihan dan
tujuan hidupnya sendiri.
Orang lain tidak akan bisa memanfaatkan orang yang asertif karena perilaku asertif
membuat seseorang tetap kukuh dengan prinsipnya.
Sebaliknya, orang yang tidak bisa berkata tidak cenderung dimanfaatkan orang lain karena
ketidakmampuannya untuk menolak.

Jika Anda merasa belum mampu berkomunikasi secara aasertif, latihan dan pembiasaan
bisa membantu menumbuhkan sifat positif ini.

8 Tips Menjadi Pribadi yang Lebih Asertif

Anda mungkin saja merasa bosan selalu didominasi oleh orang lain.
Apakah Anda merasa pendapat Anda tidak didengar karena tidak cukup asertif untuk
mengemukaan pendapat sendiri?
Jika perasaan ini menjangkiti diri Anda, maka Anda perlu mengembangkan sifat asertif
dalam kepribadian Anda.

Cara Menjadi Lebih Asertif dan Percaya Diri

Belajar menjadi lebih asertif adalah tentang menghormati hak-hak, keyakinan, dan nilai-nilai
Anda sendiri dengan tetap menghormati hak orang lain.

Berikut adalah cara untuk menjadi lebih asertif:

1. Asertif adalah kualitas penting yang harus dipunyai


Anda harus memahami bahwa asertif merupakan kualitas yang diperlukan dalam
kepribadian Anda.
Baik itu dalam hubungan personal, pekerjaan, bisnis, dan studi, Anda harus bersikap asertif
untuk mengekspresikan diri secara positif.
Asertif adalah tentang mengekspresikan hak-hak, mengungkapkan keyakinan, keinginan,
serta menyatakan pandangan Anda dengan tetap menghormati orang lain.
Berbicara untuk diri sendiri penting agar Anda tidak diperlakukan secara negatif atau agar
orang tidak berasumsi bahwa Anda tidak memiliki kemampuan.

2. Meningkatkan percaya diri


Untuk menjadi asertif, Anda harus memiliki rasa percaya diri.
Pribadi yang penuh percaya diri akan menciptakan kesan tentang siapa diri Anda di
hadapan orang lain.
Berbicaralah dengan yakin. Jangan bergumam atau bersuara pelan seperti orang yang tidak
memiliki rasa percaya diri.

3. Katakan apa yang Anda inginkan


Tanpa harus menjadi agresif atau kasar, ekspresikan keinginan dan pendapat Anda
dimanapun diperlukan.
Jangan diam dan hanya menunggu. Selalu usahakan mengekspresikan diri Anda.

4. Tingkatkan kemampuan bahasa tubuh


Bahasa tubuh memiliki peran penting dalam komunikasi non verbal.
Lakukan kontak mata ketika sedang berbicara dengan orang lain. Latih agar ekspresi dan
suara tetap terkontrol.

5. Jangan terlalu banyak minta maaf

Sebagian dari kita mungkin amat bersemangat mengatakan maaf.


Mengatakan maaf memang seakan telah menjadi norma kesopanan.
Bukan berarti mengatakan maaf tidak boleh dilakukan. Yang harus dihindarkan adalah
terlalu sering minta maaf untuk sesuatu yang tidak diperlukan.

6. Berani berkata tidak


Anda mungkin cenderung mengorbankan pendapat dan ide-ide hanya karena teman-teman
dekat Anda meminta Anda untuk melakukannya.
Hubungan harus didasarkan pada sikap saling menghargai, bukan berdasarkan pada
dominasi.
Jika teman atau kolega Anda selalu mengharapkan ya dari Anda, bahkan ketika Anda
sedang tidak ingin melakukannya, maka Anda harus belajar untuk mengatakan tidak.
Buat batas sehingga orang lain tidak mengganggu kedamaian pikiran Anda. Ini akan
membantu Anda mengembangkan sikap asertif.

7. Bekali diri dengan informasi akurat


Membekali diri dengan informasi dan fakta yang akurat akan membuat Anda lebih percaya
diri yang pada akhirnya membantu Anda bersikap lebih asertif.
Informasi yang akurat amat membantu mendukung pendapat yang Anda ajukan.

8. Tidak perlu menyenangkan semua orang


Agar menjadi asertif, Anda harus sadar tidak mungkin menyenangkan semua orang.
Belajar untuk mengatakan TIDAK jika memang diperlukan.
Bukan merupakan kewajiban Anda berusaha membuat semua orang senang dan bahagia.
Semua yang Anda butuhkan hanyalah berusaha melakukan yang terbaik. Akan sulit untuk
menyenangkan semua orang.
Akhirnya, belajar untuk menjadi lebih asertif dalam setiap hubungan akan memperbesar
peluang Anda menjalani kehidupan yang lebih bahagia.

Sumber:
o

http://bumbata.co/18880/kelebihan-komunikasi-asertif-4-manfaat-perilaku-asertif/

http://bumbata.co/18874/8-tips-menjadi-pribadi-yang-lebih-asertif/

Diposkan 4th April 2013 oleh Cucun Wahyudi


0
Tambahkan komentar

Catatan Pribadi.....

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

Oct
20

COMPETITION vs COOPERATION

Ijin share pengalaman dari teman yang sekarang bekerja di Chevron, California...*
Bagus untuk anak - cucu kita:
Jumat lalu kedua anak saya menerima Report Card dari sekolahnya Ronald Reagan
Elementary School.
Di Indonesia namanya rapot.
Pikiran Sifatnya Seperti Tanah

Ada yg mengatakan bhw sesungguhnya _medan peperangan terbesar_ berada di *PIKIRAN*


kita, krn *PIKIRAN* itu _sangat kuat & dapat MEMPENGARUHI kehidupan seseorang._

Ada pepatah mengatakan


_Menabur dalam *PIKIRAN* akan menuai *TINDAKAN*,_
_menabur *TINDAKAN* akan menuai *KEBIASAAN*,_
_menabur *KEB
Kisah Buah Semangka

Al Kisah.., pada suatu hari Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi membeli Buah Semangka untuk
istrinya. Saat disantapnya ternyata buah Semangka tersebut terasa hambar.
.
Dan sang isteri pun marah.
.
Let's live a happy life..

Minggu malam saya memberi support ke seorang teman baik yang sehari2nya nampak sehat.
Esok dinihari dia harus menjalani operasi angkat rahim karena ada myoma sekaligus kista.
Karena saya tidak begitu paham, bertanyalah padanya : apa penyebabnya .
Kalau Mau Anak Hebat, Orang Tua Harus Berubah

ini kang, buku pencitraan, mungkin bisa jadi inspirasi untuk "akur untuk sumedang" : Bupati
Trenggalek - yang masih muda Contoh keren atas tempaan Orangtua : *_Kalau Mau Anak
Hebat, Orang Tua Harus Berubah!_*
Saya sebenarnya sangat tertarik pada cerita dosen Unair yang sayang saya tak tahu namany
3M (Muda,Mura,Muri) sebagai konsep Utama Toyota Production System

1. Muda
Muda secara terminologi dalam bahasa Jepang adalah segala kegiatan yang bernilai mubassir
atau aktivitas pemborosan yang tidak menambahkan nilai atau tak produktif. Dan hal ini
Muda merupakan salah satu konsep utama konsep utama dari Toyota Production System (T P
S).
Pengertian Produktivitas Kerja di Produksi dan Cara Menghitungnya

Pengertian Produktivitas Kerja di Produksi dan Cara Menghitungnya Kata Produktivitas


merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu Productivity atau gabungan dari 2 kata
diantaranya Product dan Aktivity yang artinya adalah Kegiatan untuk menghasilkan
sesuatu, baik itu berupa Barang maupun
Menghitung Jumlah Tenaga Kerja, Output dan Waktu Kerja di Produksi

Menghitung Jumlah Tenaga Kerja, Output dan Waktu Kerja di Produksi Di dalam produksi,
kita sering dihadapi dengan beberapa perhitungan untuk mengetahui jumlah Tenaga kerja dan
Jumlah Waktu kerja untuk mendapatkan Output yang diinginkan agar mencapai Produktivitas
yang telah ditentukan.

May
28

Tebarkan Bahagia, hilangkan duka nestapa sesama

Sulaiman Al-Rajhi () , milyarder Saudi Berkisah:


Dahulu, hidup saya sangat susah alias faqir, sampai-sampai saya tidak bisa ikutan rihlah atau
tamasya yang dilaksanakan oleh sekolah saya, yang waktu itu, biaya pendaftarannya hanya
1riyal saudi saja.
MENAKJUBKAN Untuk DIBACA

Pada tahun 1998, Kodak memiliki 170.000 karyawan dan menjual 85% kebutuhan kertas foto
di seluruh dunia. Hanya dalam beberapa tahun, model bisnis mereka menghilang dan mereka
bangkrut.
DISIKSA .....tapi TAK MERASA

Benarkah swt tidak m'hukum kita?


:
..
Seorang santri b'tanya pd gurunya:
Berapa kali kita durhaka kepada Allah dan Dia tidak menghukum kita?
:

Maka sang guru pun menjawab:


..
Dari Jogokariyan Yogyakarta

Oleh: Ust. Salim A Fillah


Edisi: #Berkhidmat_UntukUmmat
------------------Faktanya..
Negeri kita memiliki lebih dari 1 juta Masjid besar maupun kecil..

May
18

Tolong Bawa Aku ke Syurga...

Mengunjungi seorang teman yang sedang kritis sakitnya, dia menggenggam erat tangan saya,
lalu menarik ke mukanya, dan membisikkan sesuatu..
Dalam airmata berlinang dan ucapan yg terbata2 dia berkata," jika kamu tidak melihat aku di
syurga, tlg tanya pada Allah di mana aku, tolonglah aku ketika itu.
5 Things Really Succesful People Never Think

by: Minda Zetlin


Are you as successful as you'd like to be? If the answer is no, you may need to change your
thought patterns about yourself and your work.
Haji Pengabdi Syetan

Oleh: Ali Mustafa Yaqub*


IBADAH haji 1426 H, pekan lalu, usai sudah. Jamaah haji Indonesia mulai pulang ke Tanah
Air.

Hedonic Treadmill

Tulisan mantan Rektor ITB, Prof.

Apr
4

Perbedaan Omzet, Profit, Cash dan Free Cash

Bila anda seorang pengusaha, baik sebagai Owner, Distributor, Agen, Reseller, Dropshipper
dsb tidak mengetahu perbedaan Omzet, Profit, Cash, dan Free Cash (Income) maka ini
berbahaya.
Don't just copy and paste

Don't just copy and paste: 4 things to put on LinkedIn but not your resume
You worked hard perfecting your resume and youre feeling really good about it.
Sharing Economic

Oleh Rhenald Kasali


(@Rhenald_Kasali)
Karena sharing, maka menjadi murah. Selamat datang anak-anak muda pembaharu!
Mereka memang berbeda dengan orang-orang tua yang dibesarkan dalam peradapan
memiliki. Orang-orang tua tahunya berbisnis itu harus membeli dan menguasai. Jadinya
semua mahal.
Dari Facebook Prof. Jony Hermana, Rektor ITS

Saat berjalan kembali ke kantor usai shalat magrib berjamaah di Mesjid Manarul Ilmi ITS,
saya dikejar oleh 2 orang mahasiswa yang dengan tergopoh-gopoh menyapa saya:
"Assalamualaikum Bapak.."
"Waalaikumsalam W.W....ya Mas?"
Saya menjawab sambil berhenti melangkah dan membalikkan badan.

Memuat
Template Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai