Anda di halaman 1dari 9

BAB III

KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI


3.1 Jalan
Jalan menurut UU no 38/2004 dan pp no 34/2006 adalah jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Mengacu pada UU no 38/2004 dan PP no 34/2006 jalan dibagi menjadi :
1
2

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum
Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan,

atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.


Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol.

Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.

Jalan menurut fungsinya di bagi menjadi :


1

Jalan Arteri
Jalan ini melayani angkutan utama yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a Perjalanan jarak jauh.
b Kecepatan rata-rata tinggi.
c Jumlah jalan masuk sangat dibatasi secara efisien.
Jalan Kolektor
Jalan ini melayani angkutan penumpang cabang dari pedalaman kepusat kegiatan
dengan ciri-ciri:
a Perjalanan jarak sedang.
b Kecepatan rata-rata sedang.
c Jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan Lokal
Jalan ini melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri:
a Perjalanan jarak dekat.
b Kecepatan rata-rata rendah.
c Jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan Lingkungan
Jalan ini melayani angkutan lingkungan dengan ciri-ciri:
a Perjalanan jarak dekat

Kecepatan rata rata rendah.

Jalan perkotaan adalah jalan di daerah perkotaan yang mempunyai perkembangan secara
permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi
jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan; jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan
penduduk lebih dari 100.000 jiwa selalu digolongkan dalam kelompok ini; jalan di daerah
perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 jiwa juga digolongkan dalam kelompok ini,
jika mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus (MKJI, 1997)
Faslitas Pejalan kaki
Fasilitas pejalan kaki harus direncanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
1

Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin, aman dari

lalulintas yang lain danlancar.


Terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan kaki, yang menghubungkan daerah yang satu

dengan yang lain.


Apabila jalur pejalan kaki memotong arus lalu lintas yang lain harus dilakukan
pengaturan lalu lintas, baik dengan lampu pengatur ataupun dengan marka
penyeberangan, atau tempat penyeberangan yang tidak sebidang. Jalur pejalan kaki
yang memotong jalur lalu lintas berupa penyeberangan (Zebra Cross), marka jalan
dengan lampu pengatur lalu lintas (Pelican Cross), jembatan penyeberangan dan

terowongan.
Fasilitas pejalan kaki harus dibuat pada ruas-ruas jalan di perkotaan atau pada tempattempat dimana volume pejalan kaki memenuhi syarat atau ketentuan-ketentuan untuk

pembuatan fasilitas tersebut.


Jalur pejalan kaki sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa dad jalur lalu lintas yang

lainnya, sehingga keamanan pejalan kaki lebih terjamin.


Dilengkapi dengan rambu atau pelengkap jalan lainnya, sehingga pejalan kaki leluasa

untuk berjalan, terutama bagi pejalan kaki yang tuna daksa.


Perencanaan jalur pejalan kaki dapat sejajar, tidak sejajar atau memotong jalur

lalulintas yang ada.


Jalur pejalan kaki harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila hujan permukaannya
tidak licin, tidak terjadi genangan air serta disarankan untuk dilengkapi dengan pohonpohon peneduh.

Untuk menjaga keamanan dan keleluasaan pejalan kaki, harus dipasang kerb jalan
sehingga fasilitas pejalan kaki lebih tinggi dari permukan jalan.

Jalur Pejalan Kaki


1. Trotoar
Trotoar dapat dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :
a

Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lintas.
Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan, akan tetapi rotoar dapat tidak sejajar

dengan jalan bila keadaan topografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan.
Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau di atas
saluran drainase yang telah ditutup dengan plat beton yang memenuhi syarat.

Trotoar pada pemberhentian bus harus ditempatkan berdampingan /sejajar dengan


jalur bus. Trotoar dapat ditempatkan di depan atau dibelakang Halte.

2. Zebra Cross
Zebra Cross dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :
a

Zebra Cross harus dipasang pada jalan dengan arus lalu lintas, kecepatan lalu lintas
dan arus pejalan kaki yang relatif rendah.

Lokasi Zebra Cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup, agar tundaan
kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas penyeberangan masih dalam
batas yang aman.

3. Pelican Cross
Pelican Crossing harus dipasang pada lokasi-lokasi sebagai berikut :
a
b

Pada kecepatan lalu lintas kendaraan dan arus penyeberang tinggi


Lokasi pelikan dipasang pada jalan dekat persimpangan.

Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas, dimana pelican cross dapat dipasang
menjadi satu kesatuan dengan rambu lalu lintas (traffic signal)

4. Jembatan Penyeberangan

Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan memenuhi ketentuan sebagai berikut :


a

Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan Pelikan Cross

sudah mengganggu lalu lintas yang ada.


Pada ruas jalan dimana frekwensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki

cukup tinggi.
Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang tinggi.

5. Terowongan
Pembangunan terowongan disarankan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a

Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan Pelican Cross

serta Jembatan penyeberangan tidak memungkinkan untuk dipakai.


Bila kondisi lahannya memungkinkan untuk dibangunnya terowongan.

Arus lalu lintas dan arus pejalan kaki cukup tinggi.

6. Non Trotoar
Fasilitas pejalan kaki ini bila menjadi satu kesatuan dengan trotoar harus memenuhi
syarat-syarat elevasinya harus sama atau bentuk pertemuannya harus dibuat sedemikan rupa
sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
Tabel 3.4.1Lebar minimum trotoar

Jalur sepeda adalah jalur yang diperuntukkan untuk lalu lintas pengguna sepeda dan
kendaraan yang tidak bermesin (memerlukan tenaga manusia), dimana jalur ini dipisahkan dari
lalu lintas kendaraan bermotor, guna untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas pengguna
sepeda. Pengguna sepeda memang perlu diberi fasilitas untuk meningkatkan keselamatan para
pengguna sepeda dan dapat meningkatkan kecepatan berlalu lintas bagi para pengguna sepeda.
Bentuk jalur sepeda antara lain :

Jalur khusus sepeda, dimana jalur untuk sepeda dipisah secara fisik dari jalur lalu
lintas kendaraan bermotor.

Jalur sepeda sebagai bagian jalur lalu lintas yang hanya dipisahkan oleh marka atau
warna jalan yang berbeda.

Lebar jalur sepeda sekurang kurangnya 1 meter cukup dilalui oleh satu sepeda dengan
ruang bebas disebelah kiri dan kanan sepeda yang cukup, dan jalur untuk lalu lintas dua arah
sekurang kurangnya 2 meter.
Perkerasan jalur sepeda biasanya menggunakan perkerasan kaku dari beton, perkerasan
fleksibel, dan perkerasan anatomi gerak tubuh.
3.2 Parkir
Menurut PP No. 43 tahun 1993, parkir adalah suatu keadaan dimana kendaraan tidak
bergerak dalam jangka waktu tertentu (tidak bersifat sementara).
Parkir dibagi dua, yaitu parkir di badan jalan (on street parking) dan parkir di luar jalan
(off street parking). Parkir di badan jalan relatif lebih besar permasalahannya dibanding parkir di
luar jalan. Karena bagaimanapun jika parkir di badan jalan penataannya kurang baik, akan
menimbulkan kemacetan bagi arus lalu lintas yang menggunakan jalan tersebut. Pola parkir yang
berkembang saat ini ada tiga macam, yaitu :
1

Pola parkir menyudut


Salah satu cara parkir yang banyak digunakan dipinggir jalan ataupun di pelataran
maupun gedung parkir adalah parkir serong yang memudahkan kendaraan masuk
ataupun keluar dari ruang parkir. Pada pelataran ataupun gedung parkir yang luas,
diperlukan gang yang lebih sempit bila dibandingkan dengan parkir tegak lurus.
a Mudah bagi pengemudi, gangguan bagi lalulintas relatif kecil
b Ruang yang digunakan cukup luas

Gambar 3.2.1 Pola Parkir Menyudut


2

Pola parkir tegak lurus


Dengan cara ini mobil diparkir tegak lurus, berdampingan, menghadap tegak lurus
ke lorong/gang, trotoar, atau dinding. Jenis mobil ini parkir lebih terukur daripada
parkir paralel dan karena itu biasanya digunakan di tempat di pelataran parkir parkir
atau gedung parkir. Sering kali, di tempat parkir mobil menggunakan parkir tegak
lurus, dua baris tempat parkir dapat diatur berhadapan depan dengan depan, dengan
atau tanpa gang di antara keduanya.
Bisa juga parkir tegak lurus dilakukan dipinggir jalan sepanjang jalan dimana parkir
ditempatkan cukup lebar untuk kendaraan keluar atau masuk ke ruang parkir.
a Menghadap ke jalan: polusi udara pada bangunan di tepi jalan, tetapi mudah
b

untuk bongkar muat (bagi kendaraan barang)


Membelakangi jalan: tidak menimbulkan polusi udara pada bangunan di tepi
jalan

Gambar 3.2.2 Pola Parrkir Tegak Lurus


3

Pola parkir paralel


Parkir parallel adalah parkir sejajar dimana parkir diatur dalam sebuah baris,
dengan bumper depan mobil menghadap salah satu bumper belakang yang berdekatan.
Parkir dilakukan sejajar dengan tepi jalan, baik di sisi kiri jalan atau sisi kanan atau
kedua sisi bila hal itu memungkinkan,. Parkir paralel adalah cara paling umum
dilakasanakan untuk parkir mobil dipinggir jalan. Cara ini juga digunakan dipelataran
parkir ataupun gedung parkir khususnya untuk mengisi ruang parkir yang parkir
serong tidak memungkinkan.
a Ruang yang digunakan sedikit
b Daya tampung sedikit

Sulit bagi pengemudi yang belum berpengalaman

Gambar 3.2.3 Pola Parkir Paralel


Instrumen kebijakan parkir adalah adanya berbagai instrument kebijakan yang tersedia
bagi pemerintah, yang dapat digunakan untuk mempengaruhi penyelenggaraan parkir, atau
memecahkan masalah parkir dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Sasaran utama dari kebijakan parkir sebagai bagian dari kebijakan transportasi adalah
sebagai berikut :
a
b
c
d

Untuk mengendalikan jumlah kendaraan yang masuk ke suatu kawasan.


Miningkatkan pendapatan asli daerah yang dikumpulkan melalui rertribusi parkir.
Meningkatkan fungsi jalan sehingga sesuai dengan peranannya
Meningkatkan kelancaran dan keselamatan lalu lintas.

Mendukung tindakan pembatasan lalu lintas lainnya.

Tempat-tempat dimana parkir dilarang yang menjadi objek petugas penegak hukum untuk
menerbitkan tilang karena alasan keselamatan adalah:
a

Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki/ zebra

cross atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan.


Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius kurang dari

c
d
e
f

500 .
Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan
Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang
Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan
Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses bangunan gedung

Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran/hidran atau


sumber air sejenis.

3.3 Rambu dan Marka

Rambu lalu lintas adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf angka,
kalimat dan/perpaduan diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi
pemakai jalan. Jenis-jenis rambu menurut km no 61/1993 :
1

Rambu peringatan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan preingatan bahaya
atau tempat berbahaya pada jalan di depan pemakai. Rambu peringatan sekurang
kurangnya di tempatkan 50 meter atau pada jarak tertentu sebelum tempat berbahaya.
Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambing atau tulisan berwarna
hitam.

Rambu Larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perbuatan yang
dilarang dilakukan oleh pemakai jalan. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin
dengan titik larangan dimulai. Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan

lambang atau tulisan berwarna hitam atau merah.


Rambu Perintah adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib
dilakukan oleh pemakai jalan. Rambu Perintah wajib di tempatkan sedekat mungkin
dengan titik kewajiban dimulai. Warna dasar rambu perintah berwarna biru dengan
lambing atau tulisan berwarna putih serta merah untuk gatis serong sebagai batas akhir
perintah.

Rambu Petunjuk adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai
jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai
jalan.

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau diatas permukaan
jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis
serong atau lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi
daerah kepentingan lalu lintas.
Pengelompokan marka jalan antara lain :
1

Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan Marka membujur
yang dihubungkan dengan garis melintang yang dipergunakan untuk membatasi ruang
parkir pada jalur lalu lintas kendaraan, tidak dianggap sebagai marka membujur.
Adapun jenis-jenis dari marka membujur adalah : marka putus-putus, marka utuh, dan
marka putus-putus menjelang marka utuh.

Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, seperti pada

garis henti di Zebracross atau persimpangan jalan.


Marka serong adalah tanda yang membentuk garis utuh yang tidak membentuk
termasuk dalam pengertian marka membujur atau marka melintang untuk menyatakan
suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas kendaraan. Salah
satu contoh dari marka serong adalah marka cevron.

Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk menyatakan peringatan,
perintah, maupun larangan serta melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan
oleh rambu lalu lintas atau tanda lalu lintas lainnya. Beberapa contoh marka lambang adalah
marka panah dan marka tulisan.

Anda mungkin juga menyukai