Bab III Jalan
Bab III Jalan
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum
Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan,
Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.
Jalan Arteri
Jalan ini melayani angkutan utama yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a Perjalanan jarak jauh.
b Kecepatan rata-rata tinggi.
c Jumlah jalan masuk sangat dibatasi secara efisien.
Jalan Kolektor
Jalan ini melayani angkutan penumpang cabang dari pedalaman kepusat kegiatan
dengan ciri-ciri:
a Perjalanan jarak sedang.
b Kecepatan rata-rata sedang.
c Jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan Lokal
Jalan ini melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri:
a Perjalanan jarak dekat.
b Kecepatan rata-rata rendah.
c Jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan Lingkungan
Jalan ini melayani angkutan lingkungan dengan ciri-ciri:
a Perjalanan jarak dekat
Jalan perkotaan adalah jalan di daerah perkotaan yang mempunyai perkembangan secara
permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi
jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan; jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan
penduduk lebih dari 100.000 jiwa selalu digolongkan dalam kelompok ini; jalan di daerah
perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 jiwa juga digolongkan dalam kelompok ini,
jika mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus (MKJI, 1997)
Faslitas Pejalan kaki
Fasilitas pejalan kaki harus direncanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
1
Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin, aman dari
terowongan.
Fasilitas pejalan kaki harus dibuat pada ruas-ruas jalan di perkotaan atau pada tempattempat dimana volume pejalan kaki memenuhi syarat atau ketentuan-ketentuan untuk
Untuk menjaga keamanan dan keleluasaan pejalan kaki, harus dipasang kerb jalan
sehingga fasilitas pejalan kaki lebih tinggi dari permukan jalan.
Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lintas.
Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan, akan tetapi rotoar dapat tidak sejajar
dengan jalan bila keadaan topografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan.
Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau di atas
saluran drainase yang telah ditutup dengan plat beton yang memenuhi syarat.
2. Zebra Cross
Zebra Cross dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :
a
Zebra Cross harus dipasang pada jalan dengan arus lalu lintas, kecepatan lalu lintas
dan arus pejalan kaki yang relatif rendah.
Lokasi Zebra Cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup, agar tundaan
kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas penyeberangan masih dalam
batas yang aman.
3. Pelican Cross
Pelican Crossing harus dipasang pada lokasi-lokasi sebagai berikut :
a
b
Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas, dimana pelican cross dapat dipasang
menjadi satu kesatuan dengan rambu lalu lintas (traffic signal)
4. Jembatan Penyeberangan
Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan Pelikan Cross
cukup tinggi.
Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang tinggi.
5. Terowongan
Pembangunan terowongan disarankan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a
Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan Pelican Cross
6. Non Trotoar
Fasilitas pejalan kaki ini bila menjadi satu kesatuan dengan trotoar harus memenuhi
syarat-syarat elevasinya harus sama atau bentuk pertemuannya harus dibuat sedemikan rupa
sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
Tabel 3.4.1Lebar minimum trotoar
Jalur sepeda adalah jalur yang diperuntukkan untuk lalu lintas pengguna sepeda dan
kendaraan yang tidak bermesin (memerlukan tenaga manusia), dimana jalur ini dipisahkan dari
lalu lintas kendaraan bermotor, guna untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas pengguna
sepeda. Pengguna sepeda memang perlu diberi fasilitas untuk meningkatkan keselamatan para
pengguna sepeda dan dapat meningkatkan kecepatan berlalu lintas bagi para pengguna sepeda.
Bentuk jalur sepeda antara lain :
Jalur khusus sepeda, dimana jalur untuk sepeda dipisah secara fisik dari jalur lalu
lintas kendaraan bermotor.
Jalur sepeda sebagai bagian jalur lalu lintas yang hanya dipisahkan oleh marka atau
warna jalan yang berbeda.
Lebar jalur sepeda sekurang kurangnya 1 meter cukup dilalui oleh satu sepeda dengan
ruang bebas disebelah kiri dan kanan sepeda yang cukup, dan jalur untuk lalu lintas dua arah
sekurang kurangnya 2 meter.
Perkerasan jalur sepeda biasanya menggunakan perkerasan kaku dari beton, perkerasan
fleksibel, dan perkerasan anatomi gerak tubuh.
3.2 Parkir
Menurut PP No. 43 tahun 1993, parkir adalah suatu keadaan dimana kendaraan tidak
bergerak dalam jangka waktu tertentu (tidak bersifat sementara).
Parkir dibagi dua, yaitu parkir di badan jalan (on street parking) dan parkir di luar jalan
(off street parking). Parkir di badan jalan relatif lebih besar permasalahannya dibanding parkir di
luar jalan. Karena bagaimanapun jika parkir di badan jalan penataannya kurang baik, akan
menimbulkan kemacetan bagi arus lalu lintas yang menggunakan jalan tersebut. Pola parkir yang
berkembang saat ini ada tiga macam, yaitu :
1
Tempat-tempat dimana parkir dilarang yang menjadi objek petugas penegak hukum untuk
menerbitkan tilang karena alasan keselamatan adalah:
a
Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki/ zebra
c
d
e
f
500 .
Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan
Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang
Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan
Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses bangunan gedung
Rambu lalu lintas adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf angka,
kalimat dan/perpaduan diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi
pemakai jalan. Jenis-jenis rambu menurut km no 61/1993 :
1
Rambu peringatan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan preingatan bahaya
atau tempat berbahaya pada jalan di depan pemakai. Rambu peringatan sekurang
kurangnya di tempatkan 50 meter atau pada jarak tertentu sebelum tempat berbahaya.
Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambing atau tulisan berwarna
hitam.
Rambu Larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perbuatan yang
dilarang dilakukan oleh pemakai jalan. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin
dengan titik larangan dimulai. Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan
Rambu Petunjuk adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai
jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai
jalan.
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau diatas permukaan
jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis
serong atau lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi
daerah kepentingan lalu lintas.
Pengelompokan marka jalan antara lain :
1
Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan Marka membujur
yang dihubungkan dengan garis melintang yang dipergunakan untuk membatasi ruang
parkir pada jalur lalu lintas kendaraan, tidak dianggap sebagai marka membujur.
Adapun jenis-jenis dari marka membujur adalah : marka putus-putus, marka utuh, dan
marka putus-putus menjelang marka utuh.
Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, seperti pada
Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk menyatakan peringatan,
perintah, maupun larangan serta melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan
oleh rambu lalu lintas atau tanda lalu lintas lainnya. Beberapa contoh marka lambang adalah
marka panah dan marka tulisan.