Longcase OA + Hipertensi - Yuni - G4A013056
Longcase OA + Hipertensi - Yuni - G4A013056
Disusun Oleh:
Yuni Hanifah
G4A013056
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Yuni Hanifah
G4A013056
Dr.Indra Purwa
NIP.19790602..201001.1.009
Perseptor Fakultas
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
: Bp. Basiran
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
Nama
Keduduka
.
1.
Tn. B
n
KK
2.
Ny. A
3.
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Ket
63 tahun
Terakhir
SD
Tani
Responden
Istri
60 tahun
SD
Tani
Ny. M
Anak
31 tahun
SMA
Karyawan
4.
Nn. R
Anak
28 tahun
SMA
Karyawan
5.
Nn. N
Anak
25 tahun
SMA
TKW
Sumber : Data Primer, Mei 2014
BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang laki-laki berusia
63 tahun yang datang ke Puskesmas Tambak II. Pasien ini datang dengan keluhan
nyeri lutut kiri.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. B
Usia
: 63 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Tani
Pendidikan
: SD
Penghasilan/bulan
Alamat
Pengantar (Pasien)
Tanggal Periksa
: 6 Mei 2014
2. Keluhan Tambahan
Riwayat mondok
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat kecelakaan
: disangkal
: ada
Riwayat jantung
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat jantung
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Community
Home
Hobby
Occupational
: Tani
Diet
Drug
datang ke
b. Kulit
c. Kepala
d. Leher
: terasa kencang
e. Mata
f. Hidung
g. Telinga
h. Mulut
i. Tenggorokan
j. Pernafasan
p. Ekstremitas
Atas
Tekanan darah
: 160/100 mmHg
b.
Nadi
c.
Pernafasan
: 20 x/menit, reguler
d.
Suhu
: 36,3 oC
3. Status gizi
a. BB
: 75 kg
b. TB
: 160 cm
c. IMT
: 29,29
Palpasi
Perkusi
: SIC II LPSS
: SIC II LPSD
: SIC IV LPSD
Pal
Per
: sonor/sonor
Pal
Per
: sonor/sonor
13. Abdomen
I
Per
: timpani
Pal
Pal
15.
Ektremitas:
krepitasi
Articulatio genu sinistra: bengkak (+), eritema (+), krepitasi (+), nyeri (+)
16. Sistem genetalia: dalam batas normal
17. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur
Fungsi Vegetatif
Fungsi Sensorik
Fungsi Motorik :
K 5
5
5
18. Pemeriksaan Psikiatrik
RF
RP
10
Penampilan
Kesadaran
Afek
appropriate
Psikomotor
normoaktif
Insight
baik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Usulan pemeriksaan penunjang:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
F. RESUME
Pasien laki-laki, usia 63 tahun, datang ke Puskesmas Tambak II karena
mengeluh nyeri lutut kiri yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengaku
keluhan ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu dan sering kambuhkambuhan. Selain nyeri di lutut kiri, pasien juga mengeluh kaku (tidak bisa
digerakkan) di lutut kiri setiap saat bangun pagi selama kurang lebih 20 menit.
Keluhan dirasakan semakin memberat saat beraktivitas dan berkurang saat
beristirahat. Saat mencoba digerakkan misalnya saat bangun dari sujudnya ketika
sedang solat, pasien merasakan bunyi kretek-kretek dari sendi lututnya yang
sakit. Karena kaku dan nyeri yang dirasakan membuat pasien merasa sulit untuk
berjalan. Pasien juga mengeluh lehernya terasa kencang dan pusing sejak 1
minggu yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, status gizi baik. TD : 160/100 mmHg, N : 88 x/menit, irama
regular, RR : 20 x/menit, S : 36,3oC. Pemeriksaan fisik pada regio genu sinistra
ditemukan bengkak, kemerehan, krepitasi, dan nyeri.
11
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Idea
Concern
Expectacy
Anxiety
2. Aspek Klinis
Diagnosa
Diagnosis penyerta
: hipertensi grade II
Diagnosis banding
b.
c.
d.
Pasien
senang
12
Pasien mempunyai aspek skala penilaian 3, pasien dapat merawat diri dan
melakukan pekerjaan ringan.
H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Aspek kuratif
a)
Medikamentosa
p.o Piroxicam 20 mg cap 2x1
p.o ranitidin 150 mg tab 3x1
p.o captopril 25 mg tab 2x1
p.o amlodipin 5 mg tab 1x1
p.o vit B complex tab 1x1
b)
Non Medikamentosa
Dukungan psikologis keluarga agar pasien tidak stress
c)
b. Aspek Preventif
a) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai osteoarthritis,
hipertensi, dan penyakit lain yang sering terjadi pada lansia (penyakit
degeneratif, penyakit metabolik, dll).
b) Kurangi berat badan
c) Pola diet sehat (kurangi makanan yang mengandung garam dan
kolesterol)
d) Pola hidup sehat (olah raga)
e)
Hindari stress
c. Aspek Promotif
a) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai osteoarthritis,
hipertensi, dan penyakit lain yang sering terjadi pada lansia (penyakit
degeneratif, penyakit metabolik, dll).
13
edukasi
pengetahuan
kepada
keluarga
mengenai
osteoarthritis, hipertensi, dan penyakit lain yang sering terjadi pada lansia.
b. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian penyakit pasien.
3. Komunitas
a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai osteoarthritis,
hipertensi, dan penyakit lain yang sering terjadi pada lansia melalui
penyuluhan
b. Memotivasi komunitas untuk memberikan dukungan psikologis terhadap
pasien mengenai penyakitnya.
I. FOLLOW UP
Selasa, 6 Mei 2014 pukul 10.00
S
O :
KU/kesadaran
: sedang/komposmentis
Tekanan darah
:160/100 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 36,3 0 C
RR
: 20 x/menit
14
: sedang/komposmentis
Tekanan darah
:130/90 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,5 0 C
RR
: 20 x/menit
: Tn. B
Usia
: 63 tahun
7/5/2014
Pukul 15.30
Nyeri di
lutut sudah
berkurang
Tanda Vital
TD:160/100
mmHg
Nadi:88
x/menit
Suhu:36,3 0 C
RR:20
x/menit
Planning
Pemeriksaan
tekanan darah secara
berkala
p.o Piroxicam 20 mg cap
2x1
p.o ranitidin 150 mg tab
3x1
p.o captopril 25 mg tab
2x1
p.o amlodipin 5 mg tab
1x1
p.o vit B complex tab
1x1
Target
Nyeri lutu
berkurang,
tekanan
darah turun,
TD=130/90
N=84x/mnt
RR=20x/mnt
Terapi lanjut
Terapi
nonmedikamentosa
tekanan
darah turun,
15
T=36,5oC
K. Master of Problem List
Tabel 2.3. Master Problem List
No
1.
Approx.
Date of
Onset
3 Mei 2014
Date
Resolved
6 Mei
2014
16
BAB III.
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
1.
Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari pasien (Tn. B, 63 tahun), istri pasien (Ny. A, 60
tahun), dan 3 anak pasien masing-masing berusia 34 tahun, 28 tahun, dan
25 tahun. Pasien tinggal serumah dengan istrinya, sedangkan ketiga
anaknya sudah meninggalkan rumah untuk bekerja di Cikarang, Bekasi dan
Hongkong. Komunikasi dengan anak-anak tetap baik. Kedua anak yang
bekerja di luar kota pulang setahun sekali dengan tetap berkomunikasi
melalui telepon, juga komunikasi dengan anak yang berada di luar negeri
tetap terjalin baik setiap seminggu sekali melalui telepon. P asien dan
istrinya bekerja bekerja sebagai petani di sawahnya sendiri. Sebelumnya
pasien pernah bekerja sebagai supir bajaj di Jakarta dan hanya pulang ke
rumah setiap 2 bulan sekali. Kejadian ini berlangsung selama puluhan
tahun pernikahan pasien dan istrinya sampai akhirnya pada tahun 2004
pasien memutuskan untuk menetapdi Banyumas karena kenaikan harga
BBM.
2.
Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dan keluarga secara umum terjalin baik. Pasien tetap
berhubungan baik dengan anak-anaknya walaupun tidak berada dalam 1
rumah. Hubungan pasien dengan istrinya diakui tidak begitu baik karena
menurut pasien istrinya bersifat sangat pendiam, mereka sering beraktivitas
sendiri-sendiri. Waktu yang dihabiskan di rumah berdua juga sangat sedikit,
waktu istri pasien banyak dihabiskan di luar rumah. Sewaktu muda, sering
terjadi pertengkaran-perteangkaran di dalam rumah tangga walaupun
semuanya bisa teratasi. Istri pasien masih melayani segala kebutuhan dasar
pasien seperti memasak dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Istri pasien juga
17
mengetahui keadaan sakit pasien. Jika ada masalah, pasien berdiskusi dengan
istrinya untuk menemukan solusinya.
3.
Fungsi Sosial
Pasien sebagai kepala rumah tangga yang memimmpin keluarga. Pasien
sering mengikuti kegiatan di luar rumah seperti kerja bakti dan pengajian di
lingkungan tempat tinggal pasien. Hubungan pasien dengan tetangga
sekitarnya cukup baik dan harmonis.
4.
yang
cukup
harmonis,
dan
merupakan
keluarga
dengan
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri dan anakanaknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya,
begitu pula sebaliknya.
Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota keluarga
berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan di hati, maka
anggota keluarga akan mengutarakannya kepada yang lain sehingga permasalahan
dapat selesai tanpa ada yang salah pengertian. Rasa sayang antar anggota keluarga
juga dapat dilihat dari sikap penderita kepada anaknya dan cucunya.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga
maupun dari saudara-saudara.
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R
Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata
untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 14 = jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian A.P.G.A.R.
Tabel 3.1. Nilai APGAR dari Tn. B (Pasien)
A.P.G.A.R Ny. M
Hampir Kadangselalu
kadang
A
P
G
Hampir
tidak
pernah
19
Hampir
tidak
pernah
= (7+7)/2
=7
20
Ket
-
+
-
D. Family Genogram
Ny. A
Gambar 3.2. Pola Interaksi Keluarga Tn. B
Keterangan :
hubungan baik
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku
Perilaku dalam keluarga Tn. B dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, dan
ekonomi, terutama perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Keluarga ini menyadari
arti penting kesehatan, tetapi pengetahuan di bidang kesehatan masih kurang. Mereka
tidak
mempercayai
mitos,
apalagi
menyangkut
masalah
penyakit,
lebih
ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga kelas menengah. Keluarga ini memiliki
sumber penghasilan dari hasil bertani sawah yang dimilikinya dan juga kadang dari
kiriman ketiga anaknya yang sudah bekerja. Keluarga ini dapat memnuhi kebutuhan
primernya. Keluarga ini mengakses pelayanan kesehatan menggunakan biaya umum.
Rumah yang dihuni keluarga ini memiliki luas berkisar 100 m2 terdiri dari 2 lantai,
ventilasi cukup, langit-langit rumah sebagian masih terbuat dari bambu, sirkulasi udara
cukup, memiliki kamar mandi dan WC sendiri. Kebersihan rumah kurang baik.Lantai 2
digunakan sebagai tempat untuk mencuci dan menjemur pakaian.
Lingkungan:
Faktor lingkungan
didapatkan
Keadaan dan
kebersihan
lingkungan rumah
cukup baik
Pengetahuan :
Kurangnya
pengetahuan baik
pasien itu sendiri
maupun keluarga
mengenai penyakitpenyakit pada
lansia(arthrtitis dan
hipertensi)
Pendidikan :
Latar pendidikan
kurang sehingga
mempengaruhi
pengetahuan tentang
penyakit.
Fungsi Fisiologis :
Skor APGAR
pasien baik.
Keluarga Tn. B
Faktor individu
Pasien termasuk dalam
kelompok usia lansia
dengan obesitas
Sikap
Pasien senang
mengkonsumsi
makanan manis, asin
dan kolesterol tinggi,
serta merokok
Pelayanan
Kesehatan:
Jika sakit berobat
ke dokter praktik
di dekat rumah
atau ke puskesmas
Keturunan:
Riwayat penyakit pada
keluarganya disangkal
Tindakan:
Aktivitas pekerjaan
pasien sebaga petani
(pekerja berat) sering
mengangkat bendaenda berat, dan
jarang berolahraga
Gambar 4.1. Diagram Faktor Perilaku dan Nonperilaku Keluarga
24
Keterangan :
= Faktor Perilaku
= Faktor Non-Perilaku
25
e. Ventilasi
Ventilasi terdapat di atas setiap jendela sehingga pertukaran udara lancar dan
rumah tidak berbau pengap.
f. Sarana pembuangan asap dapur
Pasien menggunakan kompor gas untuk memasak makanan sehari-hari.
g. Pencahayaan
Pencahayaan rumah pada pagi sampai sore hari berasal dari sinar matahari yang
masuk ke dalam rumah melalui celah-celah jendela, ventilasi atau bagian
ruangan yang terbuka. Pencahayaan rumah cukup, sehingga saat membaca huruf
kecil akan terlihat samar-samar. Pencahayaan pada malam hari berasal dari lamp
neon.
Kesan: kebersihan lingkungan rumah cukup.
2. Denah Rumah
26
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah medis :
Osteoarthritis genu sinistra
Hipertensi grade II
B. Masalah nonmedis :
1. Kurangnya pengetahuan baik pasien maupun keluarga mengenai penyakit
osteoarthritis dan hipertensi (dan penyakit-penyakit lain yang beresiko terjadi pada
lansia)
2. Latar belakang pendidikan kurang
3. Belum mengetahui faktor risiko dan pola diet pada osteoarthritis dan hipertensi.
C. Diagram Permasalahan Pasien
Latar
belakang
pendidikan kurang
/
/
//
/
Kurangnya pengetahuan
baik pasien maupun
keluarga mengenai
penyakit osteoarthritis
dan hipertensi (dan
penyakit-penyakit lain
yang beresiko terjadi
pada lansia)
Belum mengetahui
faktor risiko dan pola
diet osteoarthtis dan
hipertensi (pada lansia)
27
Daftar Masalah
Kurang pengetahuan baik
I
S SB
P
4
IxTxR
25.600
Mn
R
Mo Ma
Jumlah
lansia)
Latar belakang pendidikan
12.288
3.
kurang
Belum mengetahui faktor
2.916
: Tidak penting
: Agak penting
: Cukup penting
: Penting
: Sangat penting
28
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn. B adalah
sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan baik pasien maupun keluarga mengenai kehamilan penyakit
osteoarthritis dan hipertensi (dan penyakit-penyakit lain yang beresiko terjadi pada
lansia)
2. Latar belakang pendidikan kurang
3. Belum mengetahui faktor risiko dan pola diet pada lansia
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah
maupun keluarga mengenai kehamilan dengan risiko tinggi dan penyakit osteoarthritis
dan hipertensi.
F. Alternatif pemecahan masalah
1.
2.
29
Tabel 5.2 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
M
(besarnya masalah
yang dapat diatasi)
Skor
I
(kelanggengan
selesainya masalah)
V
(kecepatan
penyelesaian
masalah)
Sangat kecil
Sangat tidak
Sangat lambat
langgeng
Kecil
Tidak langgeng
Lambat
Cukup besar
Cukup langgeng
Cukup cepat
Besar
Langgeng
Cepat
Sangat besar
Sangat langgeng
Sangat cepat
Prioritas alternatif terpilih dengan menggunakan metode Rinke
2
3
4
5
C
(jumlah biaya
yang diperlukan
untuk
menyelesaikan
masalah)
Sangat murah
Murah
Cukup murah
Mahal
Sangat mahal
adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.3 Alternatif Terpilih
No
1
Efektivitas
Efisiensi
M
4
I
3
V
3
C
3
12
Urutan
Prioritas
Masalah
1
MxIxV
C
30
BAB VI
RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
A. Rencana Pembinaan Keluarga
1. Tujuan
Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan pasien
dan keluarga mengenai penyakit osteoarthritis dan hipertensi
2. Materi
Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit osteoarthritis dan
hipertensi misalnya :
a. Penjelasan mengenai osteoarthritis dan hipertensi
b. Penjelasan mengenai gejala-gejala dan komplikasi dari osteoarthritis dan
c.
d.
e.
f.
hipertensi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai diet yang baik pada lansia.
Kontrol rutin tekanan darah secara mandiri ke mantri atau puskesmas.
Menjelaskan agar pasien menghindari stressor pikiran dan berolah-raga teratur.
Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga agar fungsi keluarga
meningkat.
3. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan
bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling kepada pasien
dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai sehingga pesan yang disampaikan
dapat diterima oleh pasien dan keluarga.
4. Sasaran
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.
5. Rencana Evaluasi
a.
b.
c.
Output :
Perubahan
perilaku
dan
penambahan
Angka keberhasilan:
31
>80%
: baik
60%-80& : cukup
<60%
: kurang
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan 10 pertanyaan berdasarkan materi yang
disampaikan kepada pasien dan anggota keluarga lain yang hadir. Apabila setiap
anggota keluarga dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, maka dapat
disimpulkan sudah mengetahui dan memahami materi. Tn. A dapat menjawab 7
pertanyaan, sedangkan Ny. A dapat menjawab 8 pertanyaan. Tingkat keberhasilan
Tn.B 70% dan Ny. A 80%
Tanggal
1.
6 Mei a.
2014
b.
1.
12 Mei c.
2014
d.
e.
f.
g.
Anggota
keluarga
Kegiatan yang dilakukan
Hasil kegiatan
yang
terlibat
Perkenalan
dan
membina Pasien dan Pasien bersedia
kepercayaan serta perjanjian untuk keluarga
untuk dikunjungi
kedatangan berikutnya
lebih lanjut untuk
Menganjurkan pasien untuk mulai
dipantau
melatih
kaku
sendinya
dan
perkembangannya
mengurangi aktivitas mengangkat
benda berat
Menggali
pengetahuan
dan Pasien dan Pasien
dan
pemahaman pasien tentang artritis keluarga
keluarga
dan hipertensi
memahami
Menggali
pengetahuan
dan
tentang
pemahaman
pasien
tentang
osteooartritis,
penyakit-penyakit pada lansia
hipertensi,
dan
Memberi penjelasan mengenai
penyakit-penyakit
osteoartritis dan hipertensi
lain yang sering
Memberi penjelasan mengenai
muncul
pada
penyakit-penyakit pada lansia yang
lansia
lain
Menggali
pengetahuan
dan
pemahaman pasien faktor resiko
pada
pasien
dan
bagamana
menghindarinya
32
2.
Pasien
dan
keluarga sepakat
untuk
memperbaiki pola
hidup,
pola
makan
(diet),
aktivitas,
dan
mengurangi
merokok.
33
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
OSTEOARTHRITIS
A. Pengertian Osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit radang degeneratif yang mengenai sendi
sinovial terutama pada sendi yang menopang berat tubuh. Osteoarthritis biasanya
mengenai orang yang sudah tua tetapi dapat juga terjadi pada orang muda melalui
mekanisme genetik atau adanya trauma. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki
paling sering terkena OA (Stitik, 2010; Soeroso, 2007).
B. Epidemiologi
OA merupakan penyakit rematik sendi yang paling sering ditemukan terutama pada
orang-orang dengan usia di atas 40 tahun di seluruh penjuru dunia. Insidensi OA
meningkat seiring meningkatnya usia, dengan diagnosis berdasarkan radiologi
menunjukan pola insidensi OA sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
pada laki-laki dan 12.7% pada wanita. Sekitar 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di
Indonesia diperkirakan menderita cacat karena OA (Soeroso, 2007).
C. Gejala dan Tanda
Pasien OA yang datang biasanya mengeluh nyeri di persendian. Awalnya, nyeri
dirasakan selama aktivitas yang akan terasa lebih ringan jika beristirahat atau jika
mengkonsumsi analgesik. Selain itu juga dirasakan kaku sendi selama kurang dari 30
menit biasanya ketika beristirahat (Lozada, 2010).
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:
34
1.
Malalignment
dengan
pembesaran
tulang/sendi
2.
3.
Keterbatasan
gerak
karena
proses
5.
naik. Setelah beristirahat, sendi terasa kaku, dan sendi terasa nyeri jika digunakan untuk
berjalan setelah duduk dalam waktu yang lama. Pembengkakan sering ditemukan, dan
sendi dapat lepas atau terkunci (Apley, 1995).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan deformitas yang nyata, otot kuadriseps
biasanya mengecil. Kecuali selama eksaserbasi, terdapat sedikit cairan dan tidak ada rasa
hangat; juga tidak ada penebalan selaput sinovial. Pergerakan agak terbatas dan sering
disertai dengan krepitus patelofemoral (Apley, 1995).
D. Etiologi dan Patofisiologi
Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA
sekunder. Osteoartritis primer dsebut juga OA idiopatik yaitu OA yang kasusnya tidak
diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan
endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta
imobilisasi yang terlalu lama. Osteoarthritis primer lebih sering ditemukan dibandingkan
osteoarthritis sekunder (Soeroso, 2007).
Osteoarthritis merupakan penyakit yang mengenai kartilago sendi, yaitu mengenai
keseluruhan organ sendi termasuk tulang rawan subchondral, kapsul sendi dan sinovial.
Kartilago yang terkena proses OA akan mengalami jejas kecil (fibrillation), lalu
permukaan sendi diikuti jejas yang lebih besar. Kartilago membentuk fragmen pada
sendi. Sel-sel yang dibentuk dari kartilago (misalnya, konsrosit) bereplikasi dengan
tujuan untuk menutupi kekurangan kehilangan kartilago walaupun sebenarnya tidak
dapat kembali seperti semula, persendian tersebut menjadi kehilangan kartilago pelapis
permukaan sendi (Lozada, 2010).
Beberapa pakar yang meneliti OA berpendapat OA merupakan penyakit gangguan
homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago
35
yang penyebabnya belum jelas diketahui (Woodhead dalan Soeroso, 2007). Jejas
mekanis dan kimiawi pada OA diduga merupakan faktor penting yang merangsang
terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan sinovial
sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan nyeri (Ghosh
dalam Soeroso, 2007).
Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme rawan
sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi cenderung berakumulasi di
sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu respon imun yang
menyebabkan inflamasi sendi. Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses
peningkatan aktivitas fibrogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini
menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan kompleks lipid pada pembuluh darah
subkondral yang menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini
menyebabkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin
yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral yang diketahui
mengandung ujung saraf penghantar rasa nyeri. Rasa sakit pada sendi dapat juga
diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan rdiks saraf yang berasal
dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan venda intrameduler akibat stasis vena
intrameduler karena proses remodelling pada trabkul dan subkondral (Soeroso, 2007).
E. Diagnostik
Prosedur diagnostik OA didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
radiologis.
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena OA sudah cukup
memberikan gambaran diagnostik. Jarang sekali dibutuhkan peralatan diagnostik yang
lebih canggih. Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA di antaranya
adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
penyempitan celah / rongga sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada
bagian yang menganggung beban)
peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral
kista tulang
osteofit pada pinggir sendi (marginal osteophytes)
perubahan struktur anatomi sendi (Fauci, 2012).
F. Faktor Risiko
1.
distimulasi oleh pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi pada orang
tua memiliki kartilago yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini akan mengalami
gaya gesekan yang lebih tinggi pada lapisan basal dan hal inilah yang
menyebabkan peningkatan resiko kerusakan sendi. Selain itu, otot-otot yang
menunjang sendi menjadi semakin lemah dan memiliki respon yang kurang cepat
terhadap impuls. Ligamen menjadi semakin regang, sehingga kurang bisa
mengabsorbsi impuls. Faktor-faktor ini secara keseluruhan meningkatkan
kerentanan sendi terhadap OA.
b. Jenis kelamin : masih belum banyak diketahui mengapa prevalensi OA pada
perempuan usila lebih banyak daripada laki-laki usila. Resiko ini dikaitkan dengan
berkurangnya hormon pada perempuan pasca menopause.
c. Faktor genetik dan herediter : OA merupakan penyakit menurun, namun bervariasi
tergantung sendi mana yang terkena penyakit ini. Namun, fenotipe OA ini sangat
jarang diturunkan bahkan beberapa studi menyatakan bahwa penyakit ini sama
sekali tidak diturunkan. Bukti yang muncul belakangan ini mengidentifikasi suatu
mutasi gen yang meningkatkan risiko tinggi terhadap OA, salah satunya adalah
polimorfisme dalam diferensiasi pertumbuhan gen faktor 5. Polimorfisme ini
mengurangi kuantitas GDF5 yang memiliki efek anabolik pada sintesis matriks
tulang rawan.
2.
Faktor intrinsik
a. Kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus.
b. Cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis.
3.
G.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi osteoarthritis adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi
hilangnya fungsi fisik. Pengobatan OA dilakukan secara komprehensif yaitu menangani
semua gangguan yang dialami dan meningkatkan fungsi. Pengobatan komprehensif
tersebut
dapat
dilakukan
dengan
terapi
farmakologi
(analgesik,
NSAID,
Farmakoterapi
Pada umumnya, pasien telah mencoba mengobati sendiri penyakitnya,
terutama untuk mengurangi rasa nyeri dengan mengkonsumsi obat-obat yang dijual
bebas yang dapat mengurangi rasa nyeri. Paracetamol merupakan analgesik yang
dapat dipilih dalam terapi OA. Untuk sebagian pasien, efek obat ini sudah adekuat
dalam menghilangkan nyeri sehingga penggunaan NSAID yang memiliki efek lebih
toksik terhadap tubuh dapat dihindari. Analgesik topikal juga dengan mudah
didapatkan (dijual bebas) (Soeroso, 2007; Fauci, 2012).
Jika dengan analgesik non opiat, analgesik topikal pasien tidak merasakan
berkurangnya nyeri, maka biasanya pasien datang ke dokter. Pemberian NSAID
perlu dipikirkan. NSAID merupakan obat paling populer untuk mengobati
osteoarthritis. Obat ini dapat diberikan secara topikal atau oral. Dalam uji klinis,
OAINS oral menghasilkan efek analgesik 30% lebih besar daripada paracetamol
dosis tinggi. Sebagian pasien yang diobati dengan OAINS mengalami efek yang
signifikan, sedangkan sebagian lain mengalami sedikit perbaikan. OAINS harus
diberikan secara topikal atau per oral sesuai kebutuhan karena efek samping akan
berkurang jika obat digunakan dosis intermiten rendah. Jika penggunaan obat
sesekali adalah kurang efektif, maka pengobatan setiap hari dapat diindikasikan.
OAINS peroral sering menimbulkan efek samping, yang paling banyak adalah efek
toksisitas pada saluran cerna, termasuk dispepsia, mual, kembung, perdarahan
gastrointestinal, dan tukak gastrointestinal (Fauci, 2012; Soeroso, 2007).
Injeksi kortikosteroid intraartikular sering meredakan nyeri, tetapi ini hanya
pengganti sementara dan bukan yang terbaik, karena injeksi yang berulang dapat
memungkinkan atau bahkan menyebabkan predisposisi untuk kerusakan kartilago
dan tulang secara progresif (Apley, 1995).
2. Nonfarmakoterapi
Terapi non farmakologis terdiri dari edukasi, terapi fisik dan rehabilitasi, dan
penurunan berat badan.
Edukasi agar pasien mengetahui tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya
agar penyakit yang dideritanya tidak bertambah parah serta persendiannya tetap
dipakai.
38
Terapi
dilakukan
untuk melatih
pasien agar
persendiannya tetap dapat dipakai dan untuk melindungi sendi yang sakit.
Berat badan yang berlebih adalah faktor resiko OA, sehingga penurunan berat
badan harus dilakukan (Soeroso, 2007).
Pengurangan beban pada sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi
mekanisme protektif sendi juga merupakan tujuan terapi OA sehingga dapat
mengurangi pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk
mengurangi pembebanan sendi antara lain
a. Menghindari/mengurangi aktivitas yang menyebabkan kerja berlebihan pada
sendi dan terbukti mengakibatkan nyeri pada sendi tersebut.
b. Meningkatkan kekuatan otot penunjang kerja sendi untuk mengoptimalkan
fungsinya sebagai faktor protektif sendi.
c. Mengurangi beban yang diperoleh sendi dengan menggunakan alat bantu seperti
memasang splint pada sendi yang sakit, menggunakan tongkat untuk berjalan
pada pasien OA lutut, dan sebagainya (Fauci, 2012).
3. Tindakan operatif
Ketika pasien dengan OA lutut atau pinggul telah gagal menjalani pengobatan
medis dan tetap kesakitan dengan keterbatasan fungsi fisik yang menurunkan
kualitas hidup, pasien harus dirujuk untuk artroplasti total. Ini adalah operasi yang
sangat efektif dalam menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan fungsi pada
sebagian besar pasien. Terapi operatif ini juga dilakukan jika terjadi deformitas sendi
yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (Fauci, 2012; Soeroso, 2007).
HIPERTENSI
A. Definisi dan Klasifikasi
Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah dalam arteri tinggi. Sebagai
batasannya telah diajukan berkisar dari tekanan sistolik 140-200 mmHg dan tekanan
diastolik 90-110 mmHg (Dorland, 2007). Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk
stroke, gagal jantung dan gagal ginjal. Selain itu, hipertensi selalu muncul dengan
faktor risiko kardiovaskuler lainnya seperti, merokok, diabetes, hiperlipidemia, dan
obesitas (WHO, 2003). Kejadian hipertensi menjadi perhatian semua kalangan
masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan baik jangka pendek maupun jangka
panjang, sehingga membutuhkan penanggulangan yang menyeluruh dan terpadu (Irza,
2009).
39
dan menjadi kaku setelah usia 45 tahun. Peningkatan resistensi dan aktivitas
simpatik serta hal yang lain, kurangnya sensitivitas baroreseptor dan peran ginjal
akan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Kumar, 2005).
Menurut
mengurangi
viskositas darah.
42
9. Alkohol
Konsumsi alkohol berdampak pada peningkatan tekanan darah terutama pada
tekanan darah sistolik, peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel
darah merah serta kekentalan darah, berperan dalam menaikkan tekanan darah.
Efek pressor pada pembuluh darah diduga dari alkohol karena menghambat
natrium dan akan memudahkan kontraksi sel otot (Roslina, 2008). Menurut Skliros
(2012), penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara konsumi alkohol dengan
hipertensi. Peminum alkohol berat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler.
Selain itu juga aspek pola minum alkohol juga menyebabkan peningkatan tekanan
darah (Stranges, 2004).
C. Diagnosis
Penegakan diagnosis hipertensi dengan anamnesis terhadap keluhan pasien,
riwayat penyakit dahulu, penyakit keluarga dan riwayat ekonomi 43iasto, pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang. Gejala klinis pada penderita hipertensi,
tingginya tekanan darah tinggi memunculkan gejala berbeda-beda. Keluhan yang
sering dijumpai dihubungkan dengan hipertensi seperti pusing, cepat marah, dan
telinga berdenging. Gejala lain yang dapat timbul seperti mimisan, sukar tidur, dan
sesak nafas (Yusuf, 2008).
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan memeriksa tekanan darah.
Berdasarkan JNC 7, hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan 43iastolic sedikitnya 90 mmHg (Price,
2003). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti tes darah rutin, glukosa darah,
kolesterol total serum, LDL serum, HDL serum, trigliserida serum, asam urat serum,
kreatinin serum, kalium serum, hemoglobin dan elektrokardiogram (Yogiantoro,
2006).
D. Terapi
Tujuan terapi dari hipertensi adalah penurunan tekanan darah <140/90 mmHg
atau <130/80 mmHg pada pasien dengan diabetes dan penyakit ginjal kronik.
Sebagian besar pasien membutuhkan 2 jenis modulasi terapi untuk mencapai target
tekanan darah tersebut. Berikut adalah algoritma penanganan hipertensi menurut JNC
7.
43
44
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Tn. B adalah seorang pasien yang didiagnosis
osteoarthritis dan hipertensi grade II.
1. Aspek Personal
Idea
Concern
Expectacy
Anxiety
2. Aspek Klinis
Diagnosa
Diagnosis penyerta
: hipertensi grade II
Diagnosis banding
b.
c.
Aktivitas
pasien
sering
Pasien
senang
mengkonsumsi
45
Pasien mempunyai aspek skala penilaian 3, pasien dapat merawat diri dan melakukan
pekerjaan ringan.
B. Saran
1.
2.
Menganjurkan pada pasien dan keluarga agar pasien memperbaiki pola makan
(diet) dan pola hidup sehat
3.
2) Aspek kuratif
a) Medikamentosa
p.o Piroxicam 20 mg cap 2x1
p.o ranitidin 150 mg tab 3x1
p.o captopril 25 mg tab 2x1
p.o amlodipin 5 mg tab 1x1
p.o vit B complex tab 1x1
b) Non Medikamentosa
Dukungan psikologis keluarga agar pasien tidak stress
c) KIE (konseling, informasi dan edukasi)
Edukasi pasien tentang penyakit-penyakit apa saja yang sering terjadi
pada lansia dan bagaimana pencegahannya.
3) Aspek Preventif
a)
b)
c)
d)
e)
Hindari stress
4) Aspek Promotif
a) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai osteoarthritis, hipertensi,
dan penyakit lain yang sering terjadi pada lansia (penyakit degeneratif,
penyakit metabolik, dll).
b) Kurangi berat badan
c) Pola diet sehat (kurangi makanan yang mengandung garam dan kolesterol)
d) Pola hidup sehat (olah raga)
e) Hindari stress
5) Monitoring
Monitoring
terhadap
keadaan
umum,
tanda
vital,
kemajuan
terapi
(berkurangnya rasa nyeri), kemajuan aktivitas fisik pasien. Selain itu, berikan
informasi diet yang sesuai, hindari stress dan olah raga teratur.
b. Family Focused
1) Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai osteoarthritis,
hipertensi, dan penyakit lain yang sering terjadi pada lansia.
2) Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian penyakit pasien.
c. Community Focused
1)
2)
47
DAFTAR PUSTAKA
Alderman, M. H. 2002. Salt, Blood Pressure and Health: A Cautionary Tale. International
Journal of Epidemiology , 311-315
Anggraini, A. D., Waren, A., Situmorang, E., & Hendra Asputra, S. S. 2009. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di
Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008.
Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Apley, A Graham dan Louis Solomon. Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley Edisi Ketujuh.
Jakarta: Widya Medika; 1995. Hlm 184-6.
Bowman, T. S., Gaziano, J. M., Buring, J. E., & Sesso, H. D. 2007. A Prospective Study of
Cigarette Smoking and Risk of Incident Hypertension in Women. Journal of the
American College of Cardiology , 2085-2094
Fauci, Anthony S, et al. 2012. Osteoarthritis. Dalam : Harrisons Principles Of Internal
Medicine Eighteenth Edition. The McGraw-Hill Companies.
Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung,
Sumatera Barat. Medan: Universitas Sumatera Utara
Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, dkk. 2005. Global burden of hypertension: analysis of
worldwide data. Lancet: Vol 365: 217-23
Kotchen, T. A. 2010. Obesity-Related Hypertension: Epidemiology, Pathophysiology, and
Clinical Management. American Journal of Hypertension , 1170-1178
Kumar V, Abbas AK, and Fausto N. 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease
7th. China: Elsevier Inc.
Kumar, V., Abbas, AK., Fausto, N., & Aster, JC. 2010. Robbins and Cotran Phatologic Basis
of Disease, Eigth Edition. Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier, Inc., hal.
1131-42
Lozada, Carlos J. 2010. Osteoarthritis. [online]. 14 Januari 2010. Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/330487-overview. Diakses pada 6 Mei 2014.
Mohan, S., & Campbell, N. R. 2009. Salt and High Blood Pressure. Clinical Science , 1-7
Nozoe, S., & Munemoto, T. 2002. Stress and Hypertension. the Journal of the Japan Medical
Association Vol. 126, No. 3 , 187-191
Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Saeed, A. A., Al-Hamdan, N. A., Bahnassy, A. A., Abdalla, A. M., Abbas, M. A., & Abuzaid,
L. Z. 2011. Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Hypertension among
48
Kurangnya pengetahuan
baik pasien maupun
keluarga mengenai
penyakit osteoarthritis
dan hipertensi (dan
penyakit-penyakit lain
yang beresiko terjadi
pada lansia)
49
Lampiran
50