OLEH :
NI WAYAN EKA DARMAYANTI
P07120213003
TINGKAT IV SEMESTER VII
nafas sempit.
Tachypnea, orthopnea.
Diaphoresis, Fatigue.
Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan
bicara.
h. Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
i. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat
ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi
hipersonor.
j. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
k. Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.
5. Penatalaksanaan
iritasi
pusat;gejala
gastrointistinal,rangsangan
toxic;sering
muntah,haus,
sistem
demam
saraf
ringan,
B. KONSEP PATOFISIOLOGI
Asma bronkial terjadi akibat adanya penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.Dengan
adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat
antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya
alergi.IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan
antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.
Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma. Respon astma terjadi
dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat
berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late
yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa
minggu atau bulan. Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena
latihan, kecemasan, dan udara dingin.Selama serangan asthmatik, bronkiulus
menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus.Hal ini menyebabkan
lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan
nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan.Anak yang mengalami astma
mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan
nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan
pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat
ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama
serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan
nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan
hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi
dengan
meningkatkan
pernafasan
(tachypnea),
kompensasi
tersebut
PATHWAYS
Respons imun yang buruk
Pembentukan antibody Ig E
Menyempitkan
saluran pernafasan
Pelepasan asetilkolin
bronkospasme
hiperventilasi
Bronkospasme
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
Ketidakmampuan membuang
sekret
Nyeri Akut
Akumulasi sekret
KETIDAKEFEKTIFA
N BERSIHAN
JALAN NAFAS
KETIDAKEFEKTIFA
N POLA NAFAS
dada
dengan
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) atau Arterial Blood Gas (ABG)
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.Kadang pada darah terdapat peningkatan
dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan
faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan
menurun pada waktu bebas dari serangan.
2. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
a) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
b) Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
c) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d) Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
3. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
4. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
a) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
b) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e) Bila
terjadi
pneumonia
mediastinum,
pneumotoraks,
dan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HASIL (NOC)
Ketidakefektifan
Pola
Nafas
tindakan NIC :
Airway Management
Respiratory
Ventilation
Respiratory status : Airway
patency
Vital sign Status
memaksimalkan ventilasi
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan batuk
Sindrom
Hipoventilasi
dilakukan
Berhubungan
dengan
Setelah
INTERVENSI (NIC)
status
Mendemonstrasikan
batuk
(mampu
sputum,
dyspneu
mengeluarkan
mampu
bernafas
dengan
lips)
Menunjukkan
yang
paten
jalan
nafas
(klien
tidak
nafas,
catat
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
cairan
Terapi Oksigen
rentang
atau suction
Auskultasi suara
normal
kecemasan
darah
Monitor VS saat pasien berbaring,
dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor
pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan
nadi
warna,
yang
dan
melebar,
Asthma Management
Tentukan
batas
dasar
status
untuk
factor pencetus
Monitor ritme, kedalaman, dan
frekuensi serta usaha bernafas
pasien.
Observasi pergerakan dada seperti
kesimetrisan,
asesoris,
penggunaan
dan
retraksi
otot
otot
Gangguan
Setelah
dilakukan
tindakan NIC :
Posisikan
membran kapiler
exchange
Respiratory
memaksimalkan ventilasi
Lakukan fisioterapi dada jika
alveolar
ventilation
berhubungan
dengan
Airway Management
perubahan
Status
perlu
pasien
untuk
Mendemonstrasikan
peningkatan
ventilasi
atau suction
Auskultasi suara
dan
catat
nafas,
sputum,
bernafas
tambahan,
dengan
retraksi
otot
lips)
Tanda tanda vital dalam
dengkur
Monitor pola nafas : bradipena,
rentang normal
takipenia,
kussmaul,
suction
utama
Auskultasi suara paru setelah
tindakan
Ketidakefektifan
Jalan
keperawatan,
Nafas
yang
mampu :
Respiratory
mengetahui
hasilnya
NIC
:
Setelah dilakukan tindakan
Bersihan
Berhubungan
untuk
status
dengan
Ventilation
Respiratory
Napas
Airway patency
Asma
Spasme
Alergik,
status
memaksimalkan ventilasi
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan batuk
Mendemonstrasikan
batuk
paten
jalan
nafas
(klien
tidak
nafas,
catat
atau suction
Auskultasi suara
Nyeri
nafas
akut Setelah
menghambat
jalan
dilakukan
terapeutik
4.
5.
untuk
mengetahui
wajah kesakitan
Analgesic Administration
Tidak gelisah
Respirasi dalam batas 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas,
dan
derajat
kali/menit)
nyeri
2.
3.
4.
Tentukan
analgesik
yang
diberikan
(narkotik,
non-
narkotik,
atau
NSAID)
Tentukan
rute
analgesik
dan
pemberian
dosis
untuk
7.
setelah
dilakukan
mulut
kering
dan
konstipasi.
8.
pemberian
pertama kali
analgesik
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Sixth Edition.
Missouri : Elsevier Mosby
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses
: Definitions and Classifications 2015-2017. Tenth Edition. Oxford : Wiley
Blackwell.
Mansyoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby
Smeltzer, Suzanne, Medikal Surgical Nursing 9, Philadelphia, Newyork, 2000.
Suddart,& Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.