DOSEN PENGAMPU :
AFI NIAMAH, M.Pd.
DISUSUN OLEH :
1) FIRDA MAHARANI
( 166067 )
2) M. KHOIRUROZIKIN
( 166051 )
3) RENDRA PRIA PRASETYA
( 166083 )
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA JOMBANG
Jln.Patimura III No. 20, Sengon, Kec. Jombang Kab. Jombang Jawa Timur
61418 Telp (0321) 861319
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan karunia-nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Psikologi yang berjudul GANGGUAN
PERKEMBANGAN ( PERKEMBANGAN ABNORMAL ) dengan tepat
waktu tanpa halangan suatu apapun. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca
tentang perkembangan psikologi abnormal dalam kehidupan seharihari yang kami fokuskan pada penyimpangan-penyimpangan dalam
psikologi abnormal.
Bagaimanapun kami telah berusaha membuat makalah ini
dengan sebaik-baiknya, namun tidak ada kesempurnaan dalam
karya manusia. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini akan menjadi ilmu yang bermanfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I........................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 3
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................. 3
1.3 Tujuan...................................................................................................... 3
1.4 Manfaat.................................................................................................... 4
BAB II....................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Perilaku Abnormal.................................................................. 5
2.2 Penyebab Perilaku Abnormal................................................................... 7
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Abnormal........................... 9
2.4 Karakteristik Perilaku Abnormal.............................................................. 11
2.5 Jenis-Jenis Perilaku Abnormal.................................................................. 12
BAB III..................................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 19
3.1 Saran.........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa
patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini
ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang
anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum. Berbagai penyakit neurologis
saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau
kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku. Akan tetapi kita
harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku
abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang. Fungsi otak yang kuat bergantung pada
efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke
neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter.
Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis
munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut
pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan
oleh gen yang diturunkan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.1.1 Apa pengertian perilaku abnormal ?
1.1.2 Apa penyebab dari perilaku abnormal ?
1.1.3 Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal ?
1.1.4 Apa karakteristik perilaku abnormal ?
1.1.5 Apa jenis-jenis perilaku abnormal ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui pengertian perilaku abnormal ?
1.3.2 Mengetahui penyebab dari perilaku abnormal ?
1.3.3 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal ?
1.3.4 Mengetahui karakteristik perilaku abnormal ?
1.3.5 Mengetahui jenis-jenis perlaku abnormal ?
1.4 MANFAAT
Psikologi abnormal dipelajari dengan harapan dapat diperoleh pengetahuan
dan pemahaman tentang seluk beluk kelainan jiwa (jenis, gejala, penyebab, cara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Abnormal
Psikologi Abnormal adalah ilmu jiwa yang mempelajari
tingkah atau perilaku yang maladatif atau abnormalitas.
Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah
suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya
mental disorder, psikopatologi,emotional discomfort, mental
illness (penyakit mental), ataupun insanity. Psikologi abnormal
kadang-kadang disebut juga psikopatologi. Dalam bahasa Inggris
dinyatakan dengan istilah Abnormal Psychology. Apa yang dimaksud
dengan psikologi abnormal? Berikut dikemukakan beberapa
definisi. Menurut Kartini Kartono, psikologi abnormal adalah salah
satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan
mental dan abnormalitas jiwa. Menurut Singgih Dirgagunansa
mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai
lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau
hambatan kepribadian, yang proses dan isi kejiwaan. Psikologi
abnormal merupakan salah satu cabang psikologi yang berupaya
untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orangorang yang mengalaminya.
Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang baik
penampilan dari dalam maupun penampilan dari luar. Perilaku abnormal juga
merupakan perilaku spesifik, phobia, atau pola-pola perilaku yang lebih mendalam,
misalnya penyakit skizofren. Perilaku abnormal juga merupakan sebutan untuk
masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan-gangguan
yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi (peracunan obatobatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup
seseorang.
Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi
model-model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan
biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya :
1. Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868)
menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini
cukup memengaruhi dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang
menulis buku teks penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini
bahwa gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak semua
orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa setiap pola perilaku
abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka mempertahankan
keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit
fisik karena ciri-cirinya dapat di konseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari
gangguan yang mendasarinya.
2. Perspektif psikologis: Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (18561939) berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara
kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model
psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas
mengenai perilaku abnormal.
3. Perspektif sosiokultural: Pandangan ini meyakini bahwa kita harus
mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku
muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal. Penyebab perilaku abnormal
dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya.
Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti
kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender, gaya hidup, dan sebagainya.
4)
b.
Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa
kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa
kemungkinan sebab, misalnya : Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti
asuhan, kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di
rumah.
c. Hubungan orang tua anak yang patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan
antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan
tertentu pada anak.
Kelemahan neurologis, tercakup dalam profil masa kanak-kanak dari anakanak yang mengalami gangguan tingkah laku. Kelemahan tersebut termasuk
keterampilan verbal yang rendah, masalah dalam fungsi pelaksanaan (kemampuan
mengantisipasi, merencanakan, menggunakan pengendalian diri, dan menyelesaikan
masalah) dan masalah memori. Telah lama diketahui bahwa gangguan otak seperti
trauma kepala, ensefalitis, neoplasma, dan lain-lain dapat mengakibatkan perubahan
kepribadian. Anak dengan sindroma otak organik ini mungkin menunjukkan
hiperkinesa, kegelisahan, kecenderungan untuk merusak dan kekejaman
2. Faktor-faktor psikologis
Teori pembelajaran yang melibatkan modelling dan pengondisian operant
memberikan penjelasan yang bermanfaat mengenai perkembangan dan berlanjutnya
masalah tingkah laku. Anak-anak dapat mempelajari agresivitas orang tua yang
berperilaku agresif. Anak juga dapat meniriu tindakan agresif dari berbagai sumber
lain seperti televisi. Karena agresi merupakan cara mencapai tujuan yang efektif,
meskipun tidak menyenangkan, kemungkinan hal tersebut dikuatkan. Oleh karena itu
setelah ditiru, tindakan agresif kemungkinan akan dipertahankan. Berbagai
karakteristik pola asuh seperti disiplin keras dan tidak konsisten dan kurangnya
pengawasan secara konsisten dihubungkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak.
3. Pengaruh Lingkungan
1) Orangtua: sikap orangtua terhadap anak mereka merupakan faktor yang sangat
penting bagi kepribadian anak itu. Perkawinan yang tidak bahagia atau perceraian
dapat menimbulkan kebingungan pada anak. Bila orangtua tidak rukun, maka sering
mereka tidak konsekuen dalam mengatur kedisiplinan dan sering mereka bertengkar
di depan anak. Sebaliknya, disiplin yang dipertahankan secara kaku dapat
menimbulkan frustasi yang hebat. Kepribadian orangtua sendiri juga sangat penting.
2) Saudara-saudara: rasa iri hati terhadap saudara adalah normal, biasanya lebih
nyata pada anak pertama dan lebih besar antara anak-anak dengan jenis kelamin yang
sama. Perasaan ini akan bertambah keras bila orangtua memperlakukan anak-anak
tidak sama. Untuk menarik perhatian dan simpati orangtuanya, anak-anak tersebut
bisa menunjukkan perilaku yang agresif atau negativistik.
3) Orang-orang lain di dalam rumah, seperti nenek, saudara orangtua atau peayan,
juga dapat memengaruhi perkembangan kepribadian anak.
4) Teman-teman seusia. Penelitian mengenai pengaruh teman seusia terhadap
agresi dan antisocial anak-anak memfokuskan pada dua bidang yaitu Penerimaan atau
penolakan dari teman-teman seusia. Penolakan menunjukkan hubungan yang kausal
dengan perilaku agresif, bahkan dengan tindakan pengendalian perilaku agresif yang
terdahulu (Coie & Dodge, 1998), dan Afiliasi dengan teman-teman seusia yang
berperilaku menyimpang. Pergaulan dengan teman seusia yang nakal juga dapat
meningkatkan kemungkinan perilaku nakal pada anak (Capaldi & Patterson, 1994)
4. Faktor-faktor sosiologis
Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas pendidikan yang rendah, kehidupan
keluarga yang terganggu, dan subkultur yang menganggap perilaku kriminal sebagai
suatu hal yang dapat diterima terungkap sebagai faktor-faktor yang berkontribusi
(Lahey dkk, 1999; Loeber & Farrington, 1998). Kombinasi perilaku antisosial anak
yang timbul di usia dini dan rendahnya status sosioekonomi keluarga memprediksikan
terjadinya penangkapan di usia muda karena tindakan criminal (Patterson, Crosby, &
Vuchinich, 1992).
Gangguan perilaku lebih sering didapati pada anak-anak dari golongan sosioekonomi tinggi atau rendah. Hal ini mungkin terjadi karena orangtua mereka terlalu
sibuk dengan kegiatan sosial (pada kalangan atas) atau sibuk dengan mencari nafkah
(pada kalangan bawah) sehingga lupa menyediakan waktu untuk berkomunikasi
dengan baik dengan anak-anak mereka.
2.4 Karakteristik Perilaku Abnormal
1. Kriteria perilaku abnormal secara sederhana dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1) Segi Biologis. Tingkat abnormal dari unsur biokimia dalam sistem saraf. Gejala
fisik, terlihat dari tidur, nafsu makan dan tingkat energi. Adanya gangguan dalam
struktur dan fungsi dari bagian-bagian dalam otak.
2) Segi Psikologis. Pengalaman persepsi dan penginderaan (sensori) yang luar biasa.
Fungsi kognitif yang mundur atau aneh.Status emosi terganggu. Distress personal:
perilaku menyimpang.
3) Segi sosial.Bertentangan dengan norma-norma sosial. Berbahaya bagi orang lain.
2. Kriteria perilaku abnormal dalam pandangan psikologi yaitu :
1) Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik
perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata,
Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang
menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun
kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku
abnormal.
2) Kriteria Norma
Banyak ditentukan oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural
tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun
kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara,
bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerap kali
menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap
sebagai bentuk perilaku abnormal.
3) Personal distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan
bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya
psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa
bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan
abnormal.Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif
karena susah untuk menentukan standar tingkat distress seseorang agar dapat
diberlakukan secara umum.
2.5 Jenis-Jenis Perilaku Abnormal
Gangguan Kecemasan
Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang bila menghadapi situasi yang
mengancam dan menekan. Persaan ini merupakan reaksi yang normal terhadap stress.
Kecemasan dianggap abnormal bila terjadi dalam situasi yang oleh kebanyakan orang
dapat diatasi dengan mudah. Gangguan kecemasan mencakup sekelompok gangguan
dimana rasa cemas merupakan gejala utama(kecemasan merata dan gangguan panik)
atau kecemasan dialami bila individu berupaya mengendalikan perilaku maladaptif
tertentunya (fobia dan obsesi kompulsif).
1)
Gangguan kecemasan merata dan Gangguan Panik
Macam-Macam Kecemasan merata dan Gangguan Panik yaitu :
a. Kecemasan merata (generalized anxiety)
Selalu merasa bersalah/khawatir, cenderung memberikan respon yang berlebihan pada
stress yang ringan. Setiap hari hidup dalam ketegangan. Terus menerus
mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan sult sekali
berkonsentrasi dan mengambil keputusan. Keluhan fisik yang lazim antara lain tidak
dapat tenang,tidur terganggu,kelelahan,macam-macam sakit
kepala,kepeningan,jantung berdebar-debar.
seorang laki-laki yang takut akan kerumunan orang banyak sehingga dia selalu
mencegah untuk menghadiri gedung pertunjukan atau berjalan di sepanjang trotoar
yang penuh sesak.
Bagaimana fobia dapat berkembang ?
a) Teori belajar : beberapa fobia mungkin disebabkan oleh pengalaman yang
menakutkan.Contoh : mengembangkan rasa takut naik pesawat setelah mengalami
musibah udara atau takut anjing setelah perah digigit anjing)
b) Pengamatan : Seorang anak yang mengamati orang tuanya yang bereaksi pada
situasi tertentu dengan rasa takut dapat menghayati reaksi tersebut sebagai reaksi yang
normal. Para orang tua yang penakut cenderung akan menghasilkan anak-anak yang
penakut pula karena orang tua yang penakut menjadi model untuk ditiru anak-anak.
c) Diberi imbalan : Fobia yang terjadi karena pada saat-saat tentu seseorang tidak
mau kehilangan/berpisah dengan orang terdekatnya(orang tua) sehingga selalu
mencari alasan untuk tetap dekat dengan orang yang disayanginya. Dan alasanya
selalu diterima sehingga dia mendapat imbalan yaitu bisa tetap dekat dengan orangorang tersayangnya. Misalnya fobia sekolah pada anak kecil biasanya bukan takut
pada sekolahnya tapi takut berpisah dengan ibunya. Karena selalu ingin berdekatan
dengan ibunya menciptakan berbagai alasan misalnya dengan sakit perut, jika si ibu
juga takut berpisah dengan anaknya akan mengalah pada alasannya maka si anak akan
mendapat imbalan yakni kesenangan tinggal di rumah dengan ibunya.
Rasa takut berpisah yang mendapat imbalan pada masa kanak-kanak dapat
berkembang menjadi fobia agora sebagai respon terhadap terhadap stress dikemudian
hari.
d) Teori Psikoanalisis : Fobia berkembang sebagai pertahanan melawan impuls
yang dirasa individu dapat berbahaya. Misalnya individu yang mengalami kecemasan
karena memiliki dorongan homoseksualitas menghindari timbulnya impuls
homoseksualitas dengan tetap tinggal dirumahnya,menjauhi teman laki-laki, dan tidak
menggunakan wc umum.
2.
Gangguan afektif
Gangguan afektif adalah gangguan pada afeksi atau suasana hati (mood).
Orang yang terganggu ini dapat mengalami depresi atau manik (girang yang tidak
wajar) yang parah atau dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau manik
(girang yang tidak wajar) yang parah dan dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi
atau saat-saat panik. Perubahan suasana hati semacam ini mungkin saja sangat parah
sehingga individu tersebut perlu dirumah sakitkan.
1)
Episode manik
Episode manik ringan (hipomania) orangnya penuh energi ,antusias dan
percaya diri. Terus berbicara, berpindah-pindah kegiatan tanpa memikirkan waktu
tidur yang cukup, dan membuat rencana-rencana besar tetapi tidak diimbangi dengan
pelaksanaannya. Perilaku manik bersifat mendesak dan seringkali lebih
mengekspresikan rasa kebencian daripada kegembiraan.
Episode manik yang parah ( mania) berperilaku seperti konsep yang terkenal
tentangraving maniak . Mereka sangat bersemangat dan harus selalu aktif. Mereka
dapat bolak-balik,menyanyi,berteriak, atau memukul-mukul dinding selama berjamjam. Akan marah dan menjadi ganas bila ada orang yang mengganggu kegiatan
mereka. Rangsangan ( termasuk rangsangan seksual) segera diekspresikan dalam
tindakan dan kata-kata. Mereka bersifat rancu dan tidak terorientasi serta mungkin
mengalami delusi tentang kekayaan,pekerjaan, atau kekuatan yang besar.
2)
Kasus ini timbul dengan segera yang disebabkan oleh adanya saat stress
pada individu yang memiliki gaya hidup :
a) Cenderung menyendiri.
b) Suka bekerja sendiri.
c) Merasa tidak aman.
c. Kekacauan Afektif.
Tidak dapat merespon rangsangan emosional secara wajar dan normal. Namun
ekspresi emosi yang datar ini/tumpul ini dapat menyembunyikan kekacauan dalam
hatinya dan dapat tiba-tiba sangat marah. Kadang-kadang penderita mengukapkan
perasan yang tidak relevan dengan situasi/pikiran yang diungkapkan.
d. Delusi dan Halusinasi.
Penderita dengan tahap akut dalam proses pikiran dan persepsi yang
menyimpang disertai pula dengan berbagai delusi. Delusi yang paling umum adalah
keyakinan bahwa kekuatan eksternal mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan
orang tersebut.
Macam-macam delusi yaitu :
a) Delusi penganiayaan = Paranoid.
b) Delusi kehebatan
= Orang tersebut kuat dan penting.
c) Halusinasi dapat terjadi sendiri atau merupakan bagian dari keyakinan.
d) Halusinasi Auditorik
= Suara-suara.
e) Halusinasi Visual
= Melihat mahluk-mahluk aneh,malaikat.
f) Halusinasi Sensorik
= Bau busuk, rasa racun, perasaan disentuh.
3.
Gangguan Kepribadian
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi abnormal adalah
ilmu jiwa yang mempelajari tentang tingkah laku atau perilaku maladatif seseorang.
Jika seseorang mengalami psikologi yang abnormal maka orang tersebut akan
cenderung memperlihatkan perilaku-perilaku yang abnormal sehingga akan orang
tersebut melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku dalam kehidupannya.
Untuk menangani penyimpangan-penyimpangan, maka dilakukan berbagai
pendekatan, yang lebih berfokus pada pendekatan biologis yang memberikan terapiterapi obat dan pendekatan psikologis yang memfokuskan pada terapi konseling
keseorang psikolog, psikiater dan para pekerja kesehatan lainnya untuk meningkatkan
kesejahteraan serta ketenangan kehidupan perasaan penderita gangguan-gangguan
psikologi tersebut.
3.2 Saran
Bagi para Mahasiswa diharapkan agar dapat memahami dengan baik konsepkonsep dan teori, karateristik serta tipe-tipe abnormalitas, sehingga dapat
membedakan antara perilaku abnormal dan normal, mahasiswa juga diharapkan untuk
dapat mengontrol diri agar senantiasa berperilaku sehat dan normal baik secara mental
maupun fisik dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
-
http://echi090587.blogspot.com/2013/05/makalah-gangguantingkah-laku.html
http://dhinninuraeni.blogspot.com/2012/01/psikologiabnormal.html?m=1
http://aniendriani.blogspot.com/2011/03/konsepsi-psikologiabnromal.html
http://jainiyubmee.blogspot.com/2011/04/makalah-perilakuabnormal.html