Lakip Kementerian Perindustrian Tahun 2015 PDF
Lakip Kementerian Perindustrian Tahun 2015 PDF
Perindustrian
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KINERJA
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
TAHUN 2015
BIRO PERENCANAAN
2016
Ringkasan Eksekutif
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah,
Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan
akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada
pimpinan yang lebih tinggi. Menindak lanjuti peraturan tersebut, maka
Kementerian Perindustrian menyusun Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian
Tahun 2015.
Secara umum laporan kinerja Kementerian Perindustrian menjabarkan
pencapaian kinerja Kementerian Perindustrian selama tahun 2015 yang
mencakup analisis kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), analisis kinerja makro sektor industri, analisis kinerja sasaran, analisis
kinerja kelembagaan dan analisis kinerja keuangan.
Dalam renstra 2015 2019 dijabarkan mengenai visi pembangunan
industri Kementerian Perindustrian, yaitu Indonesia Menjadi Negara Industri yang
Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam
dan Berkeadilan. Pencapaian visi tersebut dituangkan pada misi, tujuan dan
sasaran yang akan dicapai pada tahun 2015. Selain arah pembangunan industri
dijabarkan dalam Renstra, Kementerian Perindustrian juga memiliki amanah untuk
melaksanakan mandat program prioritas nasional sesuai dengan Perpres No 2
Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015 - 2019. Adapun fokus pengembangan industri sesuai arahan RPJMN
2015 2019 adalah sebagai berikut:
a). Pengembangan Perwilayahan Industri di luar pulau Jawa,
b). Penumbuhan Populasi Industri,
c). Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas
7,54
persen
dan
Industri
mesin
dan
perlengkapan
sebesar
7,49 persen. Kontribusi sektor industri pengolahan non migas pada tahun 2015
sebesar 18,18 persen dengan nilai Rp. 2.098,117 Triliun.
Ekspor produk industri tahun 2015 sebesar US$ 106,63 Miliar dan
memberikan kontribusi sebesar 70,97 persen dari total ekspor nasional yang
sebesar US$ 150,25 Miliar sedangkan untuk impor produk industri tahun 2015
sebesar US$ 108,95. Neraca ekspor-impor Hasil Industri Non Migas tahun 2015
adalah USD -2,31 Miliar (neraca defisit). Nilai investasi PMDN sektor industri tahun
2015 sebesar Rp 89,04 Triliun atau tumbuh sebesar 50,84 persen dibanding tahun
2014 sebesar Rp 41,84 Triliun.
mencapai US$ 11,76 Miliar atau menurun sebesar 9,65 persen dibandingkan Tahun
2014 sebesar US$ 13,01 Miliar.
Sasaran-sasaran strategis Kementerian Perindustrian dalam perspektif
stakeholder berhasil dicapai dengan nilai capaian indikator kinerja utama diatas
ii
80 persen, bahkan 9 dari 12 dari indikator kinerja utama tersebut, nilai capaiannya
melebihi 100 persen. Nilai capaian ini sudah menggambarkan beberapa
peningkatan dan perbaikan baik dalam hal penetapan indikator dan target
maupun dalam pencapaian target kinerja.
Pencapaian target-target sasaran strategis sebagaimana yang diuraikan
dalam kinerja sasaran tahun 2015 juga didukung oleh pencapaian kinerja lainnya
yang terkait dengan kebijakan-kebijakan sebagai berikut: fasilitasi pemanfaatan
Tax Holiday; fasilitasi pemanfaatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP);
pengamanan industri melalui Penetapan Obyek Vital Nasional Sektor Industri;
perumusan SNI; penunjukan Lembaga Penguji Kesesuaian; penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca; pemberian penghargaan industri hijau; penyusunan peraturan
turunan UU Perindustrian.
Adapun prestasi Kementerian Perindustrian terkait dengan Kinerja
Kelembagaan pada Tahun 2015, antara lain: mendapatkan penghargaan dari
Pemerintah atas keberhasilannya menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan
Tahun 2014 dengan Capaian Standar Tertinggi dalam Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah serta mendapatkan predikat opini WTP; menempati
peringkat 8 dari 86 K/L dengan nilai sebesar 73,90 dengan predikat BB atau naik
sebesar 0,79 poin dibandingkan di tahun sebelumnya, dengan nilai 73,11;
Pelayanan Publik versi Ombudsman dengan kategori hijau atau tingkat
kepatuhan tinggi terhadap UU Pelayanan Publik; dari aspek Keterbukaan
Informasi Publik masuk ke dalam 3 besar Badan Publik Pemerintahan Terbaik;
mendapatkan penghargaan BKN Award Tahun 2015 dengan predikat Terbaik
1 kategori Implementasi Penilaian Kinerja dari badan Kepegawaian Negara
(BKN), atas pengembangan sistem penilaian kinerja secara online.
Guna
mengatasi
permasalahan
dan
kendala
serta
mendukung
terkait;
mencari
pasar-pasar
tujuan
ekspor
baru;
peningkatan
upaya
P3DN
dapat
lebih
maksimal;
memprioritaskan
penyediaan
pencapaian
sasaran
Kementerian
Perindustrian
disamping
ditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal,
seperti kerjasama dengan institusi terkait. Hasil lebih rinci secara keseluruhan
tergambar dalam Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015.
iv
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................ i
Kata Pengantar.................................................................................................................v
Daftar Isi ............................................................................................................................. vi
Daftar Tabel .....................................................................................................................viii
Daftar Gambar................................................................................................................. xi
Bab I. Pendahuluan ..........................................................................................................1
A. Tugas Dan Fungsi Kementerian Perindustrian......................................................1
B.
2.
3.
4.
5.
2.
vi
3.
4.
B.
C. Rekomendasi........................................................................................................126
vii
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja (Perkin) Perspektif Stakeholders ...............................20
Tabel 2.2 Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2015 Berdasarkan
Program.......................................................................................................21
Tabel 3.1 Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Tingginya Nilai Tambah
Industri..........................................................................................................23
Tabel 3.2 Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri ................................24
Tabel 3.3 Realisasi IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri .................................24
Tabel 3.4 Peran Sektor Industri Terhadap PDB Nasional........................................25
Tabel 3.5 Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar
Dalam dan Luar Negeri ............................................................................28
Tabel 3.6 Capaian IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
......................................................................................................................28
Tabel 3.7 Realisasi IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
......................................................................................................................29
Tabel 3.8 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas Menurut CabangCabang Industri Tahun Dasar 2010 .........................................................30
Tabel 3.9 Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Meningkatnya Produktivitas
SDM Industri.................................................................................................33
Tabel 3.10 Capaian IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri ...............33
Tabel 3.11 Realisasi IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri.................33
Tabel 3.12 Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Tingginya Kemampuan
Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri...........................................36
viii
Tabel 3.29 Perkembangan Ekspor Industri Non Migas Tahun 2013 - 2015 ............58
Tabel 3.30 Perkembangan Impor Industri Non Migas Tahun 2012 - 2015 .............60
Tabel 3.31 Investasi PMDN Tahun 2012 - 2015...........................................................62
Tabel 3.32 Investasi PMA 2012 - 2015 .........................................................................63
Tabel 3.33 Capaian Fokus Pengembangan Perwilayahan Industri ......................67
Tabel 3.34 Capaian Fokus Penumbuhan Populasi Industri .....................................68
Tabel 3.35 Capaian Fokus Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing...............75
Tabel 3.36 Perkembangan Jumlah RSNI Tahun 2011-2015 ...................................110
Tabel 3.37 Jumlah Perusahaan yang menerima Penghargaan .........................113
Tabel 3.38 Perkembangan Nilai dan Predikat Akuntabilitas Kinerja Kementerian
Perindustrian .............................................................................................118
Tabel 3.39 Laporan
Realisasi
Anggaran
Kementerian
Perindustrian
Tahun
Pagu
dan
Realisasi
Anggaran
Kementerian
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian....................................2
Gambar 3.1 Hasil Litbang 2011-2015 ........................................................................35
Gambar 3.2 Perkembangan Jumlah Hasil Penelitian dan Pengembangan yang
Siap Diterapkan Tahun 2013 2015....................................................37
Gambar 3.3 Perkembangan Jumlah Hasil penelitian dan pengembangan yang
telah diterapkan Tahun 2011 2015...................................................38
Gambar 3.4 Jumlah Perusahaan pemohon dan permohonan yang telah
direalisasikan s.d 31 Desember 2015 ..................................................78
Gambar 3.5 Nilai permohonan dan realisasi program s.d. 31 Desember 2015 .78
Gambar 3.6 Perkembangan Lembaga Pengujian Kesesuaian Tahun 2012 2015
...............................................................................................................111
xi
Bab I Pendahuluan
A. TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia,
Kementerian Perindustrian berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Kementerian Perindustrian yang dipimpin oleh Menteri Perindustrian
menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian;
2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Perindustrian;
3. Pengawasan
atas
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Kementerian
Perindustrian;
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Perindustrian di daerah; dan
5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor:
105/M-
dan
(tiga)
Staf
Ahli
Menteri
sebagaimana
terlihat
pada
Gambar 1.1.
Mempunyai
tugas
melaksanakan
koordinasi
pelaksanaan
tugas,
Direktorat
mempunyai
Jenderal
tugas
Industri
merumuskan
Unggulan
serta
Berbasis
melaksanakan
Teknologi
kebijakan
Tinggi
dan
pengembangan
perwilayahan
industri.
Direktorat
Jenderal
diamanatkan
dalam
No.107/M-IND/PER/11/2015.
Unit
Peraturan
eselon
yang
Menteri
mengalami
Perindustrian
perubahan
nomenklatur yaitu:
a) Ditjen BIM menjadi Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
tugas
Kerjasama
Industri
Internasional
menjadi
Ditjen
Ketahanan
dan
Direktorat
Jenderal
Internasional
Ketahanan
mempunyai
tugas
dan
Pengembangan
menyelenggarakan
Akses
Industri
perumusan
dan
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Industri
mempunyai
tugas
Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi menjadi Staf Ahli Bidang
Sumber Daya Industri.
g) Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri Teknologi menjadi Staf Ahli Bidang
Penguatan Struktur Industri.
penting
karena
kontribusinya
terhadap
pencapaian
sasaran
pekerjaan,
yang
berarti
meningkatkan
kesejahteraan
serta
permasalahan
pokok
yang
sedang
dihadapi
dalam
Maret tahun 2015 dan akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Perkin
tahun 2016.
Renstra
Kementerian
Perindustrian
2010-2014
dimaksudkan
untuk
nasional
sebagaimana
diamanatkan
pada
Rencana
Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh
Dunia yang bercirikan:
1). Industri kelas dunia;
2). PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;
3). Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan
pasar.
Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya
Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para
kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu
memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:
1). Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;
2). Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;
3). Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar;
10
4). Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat,
keterkaitan antar skala usaha industri kuat);
5). Jasa industri yang tangguh.
Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan
mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan
ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi
yang berciri kerakyatan.
Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai
dengan 2014 yakni:
andalan
pengembangan
pembangunan
dan
pengelolaan
industri
yang
sumber
berkelanjutan
bahan
baku
melalui
terbarukan,
pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial
yang tinggi.
11
Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi
lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:
1). Mendorong peningkatan nilai tambah industri;
2). Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional;
3). Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;
4). Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;
5). Memfasilitasi penguatan struktur industri;
6). Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;
7). Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
3.
oleh sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk menjadikan industri
yang mampu memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi,
sosial dan politik Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan
untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang
disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda dunia
saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi permasalahan
nasional, serta meletakkan dasar-dasar membangun industri andalan masa
depan.
Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi sektor
industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor industri secara
keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Maka dijabarkan
tujuannya adalah kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa
depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
4.
2013.
Sasaran
strategis
dan
indikator
kinerja
utama
tersebut
2.
(2). Sasaran Strategis II : Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri,
dengan Indikator Kinerja Utama:
1.
2.
2.
Jumlah
hasil
penelitian
dan
pengembangan
yang
telah
diimplementasikan.
(5). Sasaran Strategis V : Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan
Indikator Kinerja Utama:
1.
13
2.
2.
(7). Sasaran Strategis VII : Meningkatnya peran industri kecil dan menengah
terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama:
1.
(2).
(3).
Sasaran
Strategis
III:
Ditetapkannya
rencana
strategis
dalam
14
(5).
(6).
(7).
(8).
(9).
16
(2).
(3).
(4).
Sasaran
Strategis
IV:
Meningkatnya
kualitas
perencanaan
dan
(5).
2.
3.
5.
1.
2.
17
18
perubahan atas
Peraturan
Menteri
Perindustrian Nomor
41/M-
target
yang
ditetapkan
dalam
dokumen
Penetapan
Kinerja
ketersediaan
data
dukung
pengukuran
indikator
kinerja,
target dengan ketersediaan sumber daya baik sumber daya manusia, anggaran
maupun sarana lain. Sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun
2015
dan
ditetapkan
dalam
dokumen
Perjanjian
Kinerja
Kementerian
Indikator Kinerja
Target
Satuan
1.
6,00
Persen
2.
20,80
Persen
Tingginya penguasaan
pasar dalam dan luar
negeri
1.
65
Persen
2.
38
Persen
Meningkatnya produktivitas
SDM industri
1.
250.000
Rupiah/
Tenaga
kerja
Tingginya kemampuan
inovasi dan penguasaan
teknologi Industri
1.
35
Hasil
Litbang
2.
10
Hasil
Litbang
1.
900
Proyek
2.
500
Produk
1.
27,73 : 72,27
Rasio
2.
32 : 68
Rasio
1.
35
Persen
Meningkatnya peran
industri kecil dan
menengah terhadap PDB
20
2015,
didukung
dengan
pembiayaan
APBN
sebesar
Rp.
No.
Program
Pagu 2015
1.
2.
3.
354.789.761
4.
354.575.743
5.
369.035.768
6.
622.945.133
7.
46.179.969
8.
9.
10.
1.142.251.616
20.305.283
579.139.170
1.061.892.000
49.860.699
4.600.975.142
21
Perindustrian
dalam
dokumen
Perjanjian
Kinerja
Kementerian
Perindustrian Tahun 2015, namun juga menguraikan capaian kinerja lain, yaitu
kinerja makro sektor industri, kinerja program prioritas nasional Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional
(RPJMN),
kinerja
program
ditetapkan dalam
Perjanjian
Kinerja
triwulan III tahun 2015. Data capaian kinerja yang disajikan dalam laporan kinerja
tahun 2015 ini dimungkinkan adanya perbedaan penyajian angka capaian dan
data
kinerja
pada
tahun-tahun
sebelumnya
karena
memang
terjadi
IKU
Laju pertumbuhan industri
non-migas
Kontribusi industri pengolahan
non-migas terhadap PDB
nasional
2015
Satuan
Target
Realisasi
Capaian
6,0
5,04
84
Persen
20,80
18,18
87,40
Persen
23
Tabel. 3.2 .
Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri
Sasaran
Strategis
Tingginya
Nilai
Tambah
Industri
IKU
2011
2012
2013
2014
2015
Satuan
Laju pertumbuhan
industri
111,97
94,81
85,43
82,50
84
Persen
Kontribusi industri
manufaktur terhadap
PDB nasional
89,44
104,25
98,33
84,81
87,40
Persen
Tabel. 3.3.
Realisasi IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri
Sasaran
Strategis
Tingginya
Nilai
Tambah
Industri
IKU
2011
2012
2013
2014
2015
Satuan
Laju pertumbuhan
industri
6,74
6,40
6,10
5,61
5,04
Persen
Kontribusi industri
manufaktur terhadap
PDB nasional
20,92
20,85
20,76
17,87
18,18
Persen
terhadap PDB nasional mengalami peningkatan setelah pada tahun lalu hanya
mencapai 17,87 persen. Capaian kontribusi industri manufaktur terhadap PDB
nasional sempat mengalami penurunan pencapaian dari target yang telah
ditetapkan dari tahun 2012 sebesar 104,25 persen hingga 2014 mencapai 84,81
persen. Sedangkan pada tahun 2015, capaian indikator ini meningkat yaitu
sebesar 87,40 persen.
Nilai kontribusi industri pengolahan khususnya industri pengolahan
nonmigas yang selalu terbesar dibanding dengan lapangan usaha lain ini
menjadi
bukti
pentingnya
peranan
sektor
industri
sebagai
penggerak
No
Lapangan Usaha
2011
2012
2013
2014*
2015**
13.51
13.37
13.39
13.34
13,52
11.81
11.61
10.95
9.87
7,62
Industri Pengolahan
21.76
21.45
20.98
21.01
20,84
a. Industri Migas
3.63
3.46
3.26
3.11
2,67
18.13
17.99
17.72
17.89
18,18
1.17
1.11
1.04
1.08
1,14
0.08
0.08
0.08
0.07
0,07
Konstruksi
9.09
9.35
9.51
9.86
10,34
13.61
13.21
13.27
13.44
13,29
3.53
3.63
3.87
4.42
5,02
2.86
2.93
3.04
3.04
2,96
10
3.60
3.61
3.58
3.50
3,53
11
3.46
3.72
3.87
3.87
4,03
12
Real Estate
2.79
2.76
2.77
2.79
2,86
13
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
1.46
1.48
1.52
1.57
1,65
3.89
3.95
3.90
3.83
3,91
2.97
3.14
3.25
3.24
3,37
14
15
25
No
18
17
Lapangan Usaha
2011
2012
2013
2014*
2015**
0.98
1.00
1.01
1.03
1,07
1.44
1.42
1.47
1.55
1,65
Total PDB
100
100
100
100
100
khususnya
yang
tergantung
pada
produk-produk
impor.
Keuntungan yang harusnya diterima oleh para eksportir pun tidak dapat
meningkatkan neraca transaksi berjalan akibat industri manufaktur yang
belum efisien dan berdaya saing.
2). Turunnya harga komoditas dunia
Melemahnya harga-harga komoditas dunia sebagai akibat melemahnya
permintaan di China dan Negara-negara utama Eropa mengakibatkan
industri yang mengandalkan harga komoditas mengalami pelemahan
permintaan.
26
27
Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam
negeri, diukur melalui penghitungan nilai perbandingan pangsa produk industri
nasional di dalam negeri.
Tabel. 3.5.
Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari
Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Sasaran Strategis
Tingginya
Penguasaan
Pasar Dalam
dan Luar Negeri
2015
IKU
Kontribusi ekspor produk industri
terhadap ekspor nasional
Target
Realisasi
Capaian
65
70,98
109,2
38
46,00
Satuan
Persen
Persen
121,08
Persen
Tabel. 3.6.
Capaian IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Sasaran
Strategis
Tingginya
Penguasaan
Pasar Dalam
dan Luar
Negeri
IKU
2012
2013
2014
2015
Satuan
96,78
100,73
109,18
Persen
Meningkatnya pangsa
pasar ekspor produk
industri nasional
43,53
Persen
121,91
140,11
149,92
121,08
Persen
28
Tabel. 3.7.
Realisasi IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Negeri
Sasaran
Strategis
Tingginya
Penguasaan
Pasar Dalam
dan Luar
Negeri
IKU
2012
2013
2014
2015
Satuan
61,21
61,94
66,48
70,97
Persen
Meningkatnya pangsa
pasar ekspor produk
industri nasional
6,53
Persen
42,67
50,44
55,47
46,00
Persen
19,45 persen atau sebesar USD 20,7 Miliar. Sedangkan industri pengolahan
tembaga, timah, dll. menjadi industri dengan kontribusi terendah, yaitu 3,39 persen
atau dengan nilai sebesar USD 3,6 Miliar.
Bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, komoditi peng. Emas,
perak, logam mulia, perhiasan, dll. menjadi komoditi dengan perubahan tertinggi
atau sekitar 28,60 persen dengan nilai sebesar USD 4,72 Miliar setelah pada tahun
lalu hanya USD 3,67 Miliar. Berbanding terbalik dengan komoditi kimia dasar
dengan
perubahan
terendah
atau
mengalami
penurunan
sebanyak
27,22 persen, dengan nilai sebesar USD 4,15 Miliar setelah pada tahun sebelumnya
mencapai USD 5,70 Miliar.
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kinerja ekspor
terutama dalam era perdagangan bebas, maka industri perlu terus dipacu antara
lain melalui promosi kemampuan produk dalam negeri kepada para calon buyer
dan investor baik dalam maupun luar negeri, baik melalui pameran dalam negeri
maupun keikutsertaan dalam pameran internasional. Pada Industri Kimia, Tekstil
dan Aneka, kegiatan pameran diprioritaskan untuk komoditas unggulan ekspor,
yaitu industri tekstil, garmen, barang kulit, dan alas kaki. Beberapa pameran
tersebut berhasil mengundang stakeholder penting di komoditasnya seperti pada
Gelar Sepatu Kulit dan Fashion 2015 dan Pameran Industri Kosmetik dan Jamu.
Selain itu dalam memenuhi arahan Presiden Indonesia diadakannya Pameran
Dalam Rangka Memperingati 70 Tahun Indonesia Merdeka yang menampilkan
produk kosmetik, bahan galian non logam, alas kaki dan tekstil, peetrokimia dan
pupuk, serta ban dan produk karet.
Tabel. 3.8.
Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas
Menurut Cabang-Cabang Industri Tahun Dasar 2010
2014
2015
%
Peran
2015
KELOMPOK KOMODITI
20.660,4
23.711,6
20.746,1
-12,51
19,45
14.684,4
15.813,5
14.443,2
-8,67
13,54
30
2013
%
Perub
NO.
Tekstil
12.661,7
12.720,3
12.262,6
-3,60
11,50
Elektronika
8.520,1
8.066,9
6.903,7
-14,42
6,47
Pengolahan Karet
9.724,1
7.497,5
6.171,4
-17,69
5,79
Kimia Dasar
5.083,5
5.703,4
4.150,7
-27,22
3,89
5.379,8
5.554,4
5.597,0
0,77
5,25
5.644,0
5.498,6
5.332,6
-3,02
5,00
Pengolahan Kayu
4.727,7
5.202,3
5.186,6
-0,30
4,86
10
4.843,5
4.886,4
3.619,3
-25,93
3,39
3.933,1
4.090,3
4.615,4
12,84
4,33
2.031,2
3.671,8
4.721,7
28,60
4,43
97.893,5
102.416,9
93.750,4
-8,46
87,92
Industri Lainnya
15.136,4
14.913,0
12.886,5
-13,59
12,08
113.029,9
117.330,0
106.636,8
-9,11
100,00
11
12
INDUSTRI PENGOLAHAN
Peran
komoditi
yang
tertinggi
adalah
komoditi
pengolahan
CPOPC (Council of Palm Oil Producing Countries). sebagai tindak lanjut acara
tersebut khususnya dalam rangka percepatan pembangunan POIZ (Palm Oil
Industrial Zone), Kementerian Perindustrian sesuai tugas dan fungsi, akan
melakukan:
a) Tim Indonesia dan Malaysia akan menentukan calon lokus POIZ di masingmasing Negara sebagai Global Palm Oil Hub untuk pengembangan industri
hilir minyak sawit.
b) Tim Indonesia dan Malaysia akan mengadakan studi pemasaran (market
study) dan penentuan jenis industry potensial di masing- masing Global Palm
Oil Hub. Masing- masing pihak akan melakukan pertukaran informasi dan
akan dibahas bersama pada pertemuan TWG GEZ.
c) Pihak Indonesia, bekerja sama dengan konsultan kelas internasional BCG
(Boston Consulting Group), akan melakukan kajian penentuan Lokus POIZ
berdasarkan pemetaan potensi bahan baku, ketersediaan lahan untuk
ekspansi, fasilitas pelabuhan laut dalam, dan potensi lainnya. Berdasarkan
revieu sementara, Indonesia mengusulkan Kawasan Industri Dumai Riau
sebagai Global Palm Oil Hub.
d) Kementerian Perindustrian akan melakukan kajian peta lokasi, kunjungan ke
lokasi, dan benchmarking di kawasan industri Dumai Riau sebagai calon Lokus
POIZ terkait dengan ketersediaan lahan, fasilitas/ insentif dalam kerangka
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan urgensi pembentukan regulasi khusus
untuk mempercepat pembangunan POIZ.
c.
32
IKU
Target
Realisasi
Capaian
250.000
Persen
318.116
127,25
Tabel. 3.10.
Capaian IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri
Sasaran
Strategis
IKU
2011
2012
2013
2014
2015
Satuan
Meningkatnya
Produktivitas
SDM Industri
Tingkat
produktivitas
SDM industri
87,98
93,60
106,62
119,54
127,25
Persen
Tabel. 3.11.
Realisasi IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri
Sasaran
Strategis
Meningkatnya
Produktivitas
SDM Industri
IKU
Tingkat
produktivitas
SDM industri
2011
2012
2013
2014
2015
Satuan
219.941
234.010
266.540
298.861
318.116
Ribu
Rupiah/TK
Nilai produktifitas tenaga kerja pada tahun 2011 s.d 2013 didapatkan dari
data BPS. Sedangkan untuk tahun 2014 dan 2015 nilai produktifitas didapatkan
dengan perhitungan seperti diatas. Dan penghitungan angka produktivitas
33
tenaga kerja ini berbeda dengan angka yang dilaporkan dalam laporan kinerja
tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya pembaharuan data dari BPS, dari
angka sangat sementara menjadi angka yang lebih mendekati riil.
Dilihat dari aspek pencapaian target, dari tahun 2013 capaian indikator
melampaui target yang telah ditetapkan sebesar 250.000 ribu rupiah/tenaga
kerja. Dari target sebesar Rp. 250.000.000,00 per tenaga kerja, yang terjadi pada
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 adalah peningkatan produktivitasnya
mencapai lebih dari Rp. 100.000.000,- per tenaga kerja.
Menurut data APO Productivity Databook 2015, tingkat produktivitas
tenaga kerja Indonesia berdasarkan PDB per pekerja menempati peringkat ke
empat ASEAN dengan nilai produktivitas sebesar USD 21,9 Ribu atau setara
dengan 302.220 ribu rupiah/tenaga kerja dengan kurs I USD = 13.800,-. Dengan
pendekatan rumus perhitungan diatas, capaian tingkat produktivitas SDM
industry tahun 2015 adalah sebesar 318.116 ribu rupiah/tenaga kerja. Hasil
tersebut tidak berbeda secara signifikan dengan data yang dikeluarkan oleh
APO. Adapun langkah langkah yang perlu dilaksanakan untuk meningkatkan
produktivitas SDM industri adalah:
1.
2.
3.
4.
34
dari berbagai sektor lainnya. Sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja
utama:
1). Hasil penelitian dan pengembangan yang siap diterapkan dengan target
sebesar 35 penelitian.
2). Hasil penelitian dan pengembangan yang telah diterapkan dengan target
10 penelitian.
Hasil penelitian dan pengembangan yang siap diterapkan, diukur melalui
penghitungan jumlah hasil penelitian dan pengembangan (khusus yang
dikerjakan oleh Balai Besar dan Baristand Industri).
Hasil penelitian dan pengembangan yang telah diterapkan, diukur melalui
penghitungan jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah diterapkan
dan
dimanfaatkan
industri
atau
IKM
dan
telah
masuk
dalam
skala
pabrik/manufaktur.
Pada TA. 2015 telah dihasilkan 200 (dua ratus) hasil litbang dan bila
dijumlahkan selama tahun 2011 sampai tahun 2015 terdapat 1.068 (seribu enam
puluh delapan) penelitian yang dilaksanakan oleh Balai Besar dan Baristand
Industri atau 86,99% dari target yang ditetapkan. Dari seluruh penelitian tersebut
terdapat hasil litbang yang siap diterapkan dan telah diterapkan dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
300
250
200
150
100
50
0
2011
2012
2013
2014
2015
Target
168
194
250
256
200
Realisasi
186
200
182
161
200
Target
Realisasi
Gambar 3.1
Hasil litbang 2011-2015
35
2015
IKU
Satuan
Target
Realisasi
Capaian
35
62
177,14
Penelitian
10
35
350
Penelitian
Tabel. 3.13.
Capaian IKU Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
Sasaran
Strategis
Tingginya
kemampuan
Inovasi dan
penguasaan
teknologi
Industri
36
IKU
2011
2012
2013
2014
2015
Satuan
Hasil penelitian
dan
pengembangan
yang siap
diterapkan
74,40
103,09
110,34
206,67
177,14
Persen
Hasil penelitian
dan
pengembangan
yang telah
diterapkan
38,00
103,13
95,56
370,00
350
Persen
Tabel. 3.14.
Realisasi IKU Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
Sasaran
Strategis
Tingginya
kemampuan
Inovasi dan
penguasaan
teknologi
Industri
IKU
2011
2012
2013
2014
2015
Satuan
186
200
96
62
62
Penelitian
25
33
42
45
35
Penelitian
120
100
96
87
80
62
62
60
40
35
30
20
0
2013
2014
Target
2015
Capaian
Gambar 3.2.
Perkembangan Jumlah Hasil Penelitian dan Pengembangan yang Siap Diterapkan
Tahun 2013 2015
Untuk tahun 2015 jumlah hasil litbang yang siap diterapkan realisasinya
sama dengan TA. 2014, dan cenderung menurun bila dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya karena berkurangnya alokasi anggaran dan diperketatnya kriteria
dalam rangka peningkatan kualitas hasil litbang. Hal ini menyebabkan
pengembangan hasil litbang untuk sampai pada tahap siap diterapkan
cenderung terhambat. Untuk itu perlu pengembangan Sumber Daya (anggaran,
SDM, dan infrastruktur) untuk mendukung terwujudnya hasil linbang yabg
berkualitas.
37
60
50
50
45
40
32
30
45
42
35
33
25
20
10
10
10
0
2011
2012
2013
Target
2014
2015
Realisasi
Gambar 3.3.
Perkembangan Jumlah Hasil penelitian dan pengembangan yang telah diterapkan
Tahun 2011 2015
Pada tahun 2015 sebanyak 35 (tiga puluh lima) hasil litbang telah
diimplementasikan pada industri. Realisasi tersebut telah melampaui target, namun
jumlahnya menurun bila dibandingkan dengan realisasi TA. 2014.
Pemanfaatan litbang oleh sektor industri sangat bergantung pada kualitas
hasil litbang dan pemasaran/publikasi hasil litbang oleh Balai Besar dan Baristand
Industri pada dunia industri. Selain itu, penelitian dan pengembangan perlu didorong
untuk lebih aplikatif sampai dengan skala industri agar dapat memenuhi kebutuhan
teknologi dunia usaha/industri.
38
Perlu peningkatan
3.
4.
5.
6.
langkah yang
telah dilakukan
dalam meningkatkan
2.
3.
4.
5.
e.
1). Jumlah investasi baru di industri hulu dan antara dengan target pada tahun
2015 sebesar 900 proyek.
2). Produk industri dengan TKDN > 40 persen dengan target pada tahun 2015
sebanyak 500 produk.
Jumlah investasi baru di industri hulu dan antara, diukur melalui penghitungan
jumlah proyek yang dikerjakan di masing-masing sektor untuk mengisi (invest)
pada industri -industri sebelum industri hilir.
Produk industri dengan TKDN > 40 persen, diukur melalui penghitungan jumlah
produk dengan nilai TKDN lebih dari 40 persen.
Tabel. 3.15.
Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU
dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Sasaran
Strategis
Kuat,
Lengkap dan
Dalamnya
Struktur
Industri
40
IKU
2015
Satuan
Target
Realisasi
Capaian
900
9709
1078,78
Proyek
500
1718
343,6
Produk
Tabel. 3.16.
Capaian IKU dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Sasaran
Strategis
Kuat,
Lengkap
dan
Dalamnya
Struktur
Industri
IKU
2011
2012
2013
2014
2015
Satuan
397,13
472,59
1078,78
Persen
Produk industri
dengan TKDN > 40
persen
201,40
142,00
343,6
Persen
Tumbuhnya Industri
Dasar Hulu (Logam
dan Kimia)
384,12
142,50
Persen
Tumbuhnya Industri
Komponen
automotive,
elektronika dan
permesinan
109,38
96,66
Persen
Tabel. 3.17.
Realisasi IKU dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Sasaran
Strategis
Kuat,
Lengkap
dan
Dalamnya
Struktur
Industri
IKU
2011
2012
2013
2014
2015
Satuan
Jumlah investasi
baru di industri hulu
dan antara
2.349
2.428
4.552
4.017
9707
Proyek
Produk industri
dengan TKDN > 40
persen
719
710
1718
Produk
Untuk 2 indikator tumbuhnya industri dasar hulu (logam dan kimia) dan
indikator
tumbuhnya
industri
komponen
automotive,
elektronika
dan
41
diperbaiki dengan 2 indikator yaitu indikator jumlah investasi baru di industri hulu
dan antara dan indikator produk industri dengan TKDN > 40 persen.
Pada indikator jumlah investasi baru di industri hulu dan antara,
pencapaian sangat jauh melampaui targetnya yaitu sebesar 1078,78 persen.
Begitupula dalam pencapaian indikator produk industri dengan TKDN > 40
persen juga sangat melampaui target yaitu sebesar 343,6 persen.
Dari target jumlah investasi baru di industri hulu dan antara sebesar 900
proyek, yang dapat terealisasi sepanjang tahun 2015 adalah sebanyak 9707
proyek. Hasil realisasi tersebut merupakan jumlah proyek PMA dan proyek PMDN
pada tahun 2015 yaitu terdiri atas 7184 Proyek PMA dan 2525 Proyek PMDN.
Sedangkan pada indikator produk industri dengan TKDN > 40 persen dengan
target 500 produk, yang dapat terealisasi adalah sebanyak 1718 produk. Hasil
realisasi ini merupakan jumlah dari produk yang TKDN > 40 persen dan yang
disertifikasi baik oleh Kementerian Perindustrian maupun oleh pihak swasta.
Investasi PMDN di tahun 2015 mencapai 2525 proyek dengan nilai
investasi mencapai Rp 89,04 Triliun atau tumbuh sebesar 50,84 persen bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp. 59,03 Triliun. Bila dilihat dari
nilai investasi, industri makanan merupakan industri dengan nilai investasi tertinggi,
sebesar Rp 24,53 Triliun, disusul oleh industri kimia dan farmasi sebesar Rp 20,71
Triliun dan industri mineral non logam sebesar Rp 20,50 Triliun. Bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain
merupakan industri dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 118,49 persen, disusul
oleh industri kayu sebesar 102,58 persen, dan industri tekstil sebesar 87,71 persen.
Sedangkan investasi PMA di tahun 2015 mencapai 7184 proyek dengan
nilai investasi sebesar US$ 11,76 Miliar atau menurun sebesar 9,65 persen bila
dibandingan dengan tahun sebelumnya dengan capaian nilai investasi sebesar
US$ 13,01 Miliar dan 3.075 proyek. Bila dilihat dari total investasi, industri logam,
mesin, dan elektronik merupakan industri dengan capaian tertinggi yaitu sebesar
US$
3,09
42
Miliar,
disusul
oleh
industri
kimia
dan
farmasi
sebesar
US$ 1,95 Miliar, dan industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain sebesar
US$ 1,75 Miliar. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, industri mineral non
logam menjadi industri dengan pertumbuhantertinggi, yaitu sebesar 42,09 persen,
disusul kemudian industri karet dan plastik sebesar 27,68 persen, dan industri
logam, mesin, dan elektronik sebesar 25,10 persen.
Sedangkan untuk IKU produktifitas dengan TKDN > 40 persen, sampai
dengan tahun 2015 melampaui target yang diharapkan. Dari target 500 produk
terealisasi 1.718 produk dengan TKDN > 40 persen. Produk yang dihasilkan
merupakan produk industri yang telah diverifikasi TKDN-nya oleh Kementerian
Perindustrian. Hasil verifikasi ini kemudian akan ditetapkan secara formal oleh
Kementerian Perindustrian. Capaian ini salah satunya didukung oleh programprogram yang mendorong industri dan masyarakat melalui program P3DN. Kedua
indikator ini baru ditetapkan pada tahun 20132014 menggantikan indikator
tumbuhnya industri logam dasar, besi dan baja; dan tumbuhnya industri alat
angkut, mesin, dan peralatannya.
Dari Sektor industri kimia, tekstil dan aneka, agenda peningkatan TKDN
pada tahun 2015, yakni Produk Industri yang tersertifikasi pada Tingkat Komponen
Dalam Negeri sebanyak 683 sertifikat dimana sebanyak 350 sertifikat dibiayai oleh
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka. Sementara itu 333 sertifikat
lainnya merupakan hasil realisasi pengajuan perusahaan yang mandiri kepada
Surveyor Independen yang telah ditunjuk dan realisasi anggaran dari Pagu DIPA
Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka.
Agenda lain untuk mendukung peningkatan penggunaan produk dalam
negeri dalam pengadaan barang/jasa pemerintah ialah kegiatan Business
Matching yang mempertemukan antara sisi supply (industri dan asosiasi) dengan
sisi demand (Kementerian/Lembaga yang memiliki belanja barang/modal
terbesar pada struktur APBN) yaitu Kementerian ESDM, Perhubungan, Pekerjaan
Umum, BUMN, Pendidikan, Kesehatan, Pertahanan, dan Pertanian). Selain itu,
suatu peraturan mengenai pengadaan barang/jasa dari produk dalam negeri
43
yang ditelah dibuat, perlu diawasi agar penerapannya optimal, maka dilakukan
MoU antara Kementerian Perindustrian dengan BPKP tentang Pengawasan
Pelaksanaan P3DN Nomor 346/M-IND/7/2015 dan Nomor MoU-4/K/D1/2015,
tanggal 9 Juli 2015 di Istana Wakil Presiden.
Pencitraan merupakan salah satu kunci penting dalam membentuk opini
publik. Menyadari hal tersebut, Ditjen IKTA juga menganggarkan kegiatan
Pencitraan P3DN melalui media televisi dan radio. Kegiatan ini menghasilkan
output berupa Sosialisasi dan Promosi di media cetak dan elektronik seperti
pembuatan iklan di televisi dan papan iklan.
Pada kegiatan ini tidak terdapat kendala berarti, hanya untuk tindak
lanjut di tahun berikutnya perlu adanya peningkatan komunikasi dengan seluruh
industri khususnya peserta business matching agar hasil yang didapatkan lebih
baik dari tahun ini.
f.
Industri kecil: tenaga kerja 1-19 orang; nilai investasi s.d Rp 500 Juta
Industri menengah: tenaga kerja 20-99 orang; nilai investasi Rp 500 Juta s.d
Rp 10 Miliar
Tabel. 3.18.
Target dan Realisasi Tahun 2015 dari Tersebarnya Pembangunan Industri
Sasaran
Strategis
Tersebarnya
Pembangunan
Industri
2015
IKU
Rasio PDB industri luar
Jawa terhadap PDB
industri Jawa
Perbandingan jumlah IKM
di Pulau Jawa dan luar
Jawa
Ket:
Satuan
Target
Realisasi
Capaian
27,73: 72,27
28,97 : 71,03
104,47
Rasio
68 : 32
61,2 : 38,8*
121,25*
Rasio
- Pada IKU Rasio PDB industri luar Jawa terhadap PDB industri Jawa, data terkini baru sampai dengan
tahun 2014
- (*) data sementara
Tabel. 3.19.
Realisasi IKU dari Tersebarnya Pembangunan Industri
Sasaran
Strategis
Tersebarnya
pembangunan
Industri
IKU
2011
2012
2013
2014
2015
Rasio PDB
industri luar
Jawa
terhadap PDB
industri Jawa
(rasio)
22,83 : 77,17
23,13 : 76,87
27,36 : 72,64
27,36 : 72,64
28,97 : 71,03
Perbandingan
jumlah IKM di
Pulau Jawa
dan luar Jawa
(rasio)
65,04 : 34,96
64,34 : 35,66
62,39 : 37,61
62,27 : 37,73
61,2 : 38,8
perbandingan jumlah IKM di Pulau Jawa dan Luar Jawa. Dari target di tahun 2015
sebesar 27,73 persen, PDB industri di luar Pulau Jawa meningkat dari sebesar 27,36
persen pada tahun 2014 menjadi 28,97 persen pada tahun 2015. Sedangkan
jumlah IKM di luar pulau Jawa dari sebesar 37,73 persen pada tahun 2014 naik
menjadi 38,8 persen di tahun 2015 dari target rasio jumlah IKM di Jawa dan luar
Jawa sebesar 68 : 32.
Tabel 3.20.
Kontribusi sektor Industri Manufaktur di Jawa dan Luar Jawa (Dalam Persen)
Wilayah
Jawa
Luar Jawa
Nasional
2011
2012
2013
2014
2015
73,41
73,07
72,78
72,64
71,03
26,59
26,93
27,22
27,36
28,97
100,00
100,00
100,00
100,00
100
Dalam
tahun
terakhir
menunjukkan
adanya
kecenderungan
meningkatnya peranan sektor industri manufaktur di luar Pulau Jawa. Kondisi yang
diharapkan adalah secara perlahan-lahan kontribusi sektor industri manufaktur di
luar Pulau Jawa meningkat sehingga dalam jangka panjang yaitu pada tahun
2025 kontribusinya menjadi sekitar 40 persen.
Tercapainya target untuk IKU Rasio PDB industri luar jawa terhadap PDB
industri jawa disebabkan pertumbuhan sektor industri manufaktur di luar Pulau
Jawa sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
seperti pembangunan infrastruktur yang memadai, energi gas dan listrik dan
ketersediaan tenaga kerja yang kompeten sehingga menyebabkan investasiinvestasi baru khususnya di sektor industri manufaktur tumbuh secara bertahap
dan beralih lokasi ke luar Pulau Jawa.
46
Tabel. 3.21.
Rasio Jumlah IKM di Pulau Jawa dan Luar Jawa Tahun 2010-2015
Persentase IKM
2010
2011
2012
2013
2014
2015*)
Pulau Jawa
63,45%
65,04%
64,35%
62,39%
62,27%
61,21%
36,55%
34,96%
35,65%
37,61%
37,73%
38,79%
Jumlah Unit
Usaha
2010
2011
2012
2013
2014
LP
(%)
2015*)
Pulau Jawa
1,75 Juta
1,95 Juta
2,08 Juta
2,14 Juta
2,19 Juta
5,81
2,28 Juta
1 Juta
1,05 Juta
1,15 Juta
1,29 Juta
1,32 Juta
7,16
1,45 Juta
2,75 Juta
3 Juta
3,23 Juta
3,43 Juta
3,52 Juta
6,31
3,73 Juta
waktu
lima
tahun
terakhir.
Dari
target
yang
ditetapkan
yakni
IKU
Kontribusi PDB IKM
terhadap PDB Industri
Penyebaran IKM Jawa
dan luar Jawa
48
2015
Target
Realisasi
Capaian
35
34,82*
99,48
Satuan
Persen
Rasio
Tabel. 3.23.
Capaian IKU dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB
Industri
Sasaran Strategis
Meningkatnya
Peran Industri Kecil
dan Menengah
terhadap PDB
IKU
Kontribusi PDB
IKM terhadap
PDB Industri
2011
2012
2013
2014
2015*
Satuan
100,30
100,30
103,88
101,65
99,48
Persen
Tabel. 3.24.
Realisasi IKU dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB Industri
Sasaran Strategis
IKU
2011
2012
2013
2014
2015*
Satuan
Meningkatnya
Peran Industri Kecil
dan Menengah
terhadap PDB
33,65
33,97
34,28
34,56
34,82
Persen
Sumber: BPS, diolah Kemenperin (Tahun 2011-2014 menurut harga konstan tahun 2000)
Ket: (*) Menurut harga konstan tahun 2010
Saat ini Produk Domestik Bruto (PDB) industri sebagian besar masih
merupakan sumbangan dari industri besar. Sedangkan industri kecil dan
menengah yang jumlahnya sangat banyak masih belum mampu memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap PDB industri. Untuk itu, sasaran strategis yang
akan dicapai Ditjen IKM adalah dengan meningkatkan peran industri kecil dan
menengah terhadap PDB. Ukuran ketercapaian sasaran staregis ini (IKU) diukur
melalui meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri.
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan tahun 2011
dan 2012, indikator ini mengalami peningkatan pada tahun 2013, dan kembali
menurun di tahun 2014.
49
Tabel. 3.25.
Kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri Tahun 2011-2015
Indikator
2011
2012
2013
2014
2015*
193,8
203,4
212,9
222,5
232,0
576
598,6
621,2
643,8
666,4
33,65
33,97
34,28
34,56
34,82
melalui
program
restrukturisasi
mesin/peralatan
IKM
dan
No
Lapangan Usaha
2012
2013
2014*
2015**
4,59
4,20
4,18
4,02
3,02
1,74
0,55
-5,08
Industri Pengolahan
5,62
4,49
4,63
4,25
a. Industri Migas
-2,40
-1,70
-2,11
-1,76
6,98
5,45
5,61
5,04
10,06
5,23
5,57
1,21
3,34
4,06
3,05
7,17
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
6,56
6,11
6,97
6,65
5,40
4,71
4,84
2,47
7,11
8,38
8,00
6,68
6,64
6,80
5,91
4,36
12,28
10,39
10,02
10,06
9,54
9,09
4,93
8,53
10
11
51
12
Real Estate
7,41
6,54
5,00
4,82
13
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
7,44
7,91
9,81
7,69
2,13
2,38
2,49
4,75
15
Jasa Pendidikan
8,22
8,20
6,29
7,45
16
7,97
7,83
8,01
7,10
17
Jasa lainnya
5,76
6,41
8,92
8,08
6,03
5,58
5,02
4,79
14
eceran;
reparasi
mobil
dan
sepeda
motor
sebesar
13,29 persen.
b. Perkembangan Sektor Industri Non Migas Tahun 2015
Perkembangan
pertumbuhan
industri
non
migas
menunjukkan
52
Tabel. 3.27.
(persen)
Lapangan Usaha
2012
2013
10,33
4,07
9,49
7,54
8,82
-0,27
8,33
6,43
6,04
6,58
1,56
-4,79
-5,43
5,23
5,62
3,98
-0,80
6,19
6,12
-1,84
-2,89
-0,53
3,58
-0,11
12,78
5,10
4,04
7,36
7,56
-1,86
1,16
5,05
7,91
3,34
2,41
6,18
10
-1,57
11,63
6,01
6,48
11
11,64
9,22
2,94
7,83
12
-1,39
-5,00
8,67
7,49
13
4,26
14,95
4,01
2,33
14
Industri Furnitur
-2,15
3,64
3,60
5,00
15
-0,38
-0,70
7,65
4,89
6,98
5,45
5,61
5,04
6,03
5,58
5,02
4,79
*angka sementara
2014*
2015**
sejenisnya menurun sebesar 1,84 persen; serta Industri Kertas dan Barang dari
Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman menurun sebesar 0,11
persen. Sedangkan industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik;
dan peralatan listrik menjadi sektor industri dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu
sebesar 7,83 persen, disusul oleh industri makanan dan minuman sebesar 7,54
persen; Industri mesin dan perlengkapan sebesar 7,49 persen; Industri kimia,
farmasi dan obat tradisional sebesar 8,52 persen; dan industri logam dasar sebesar
6,48 persen.
Bila dibandingkan dengan tahun 2014, sektor industri tekstril dan pakaian jadi
mengalami penurunan pertumbuhan dari 1,56 persen menjadi -4,79 persen di
tahun 2015. Hal ini dikarenakan sektor industri ini memiliki buyer dan supplier dari
luar negeri terlihat dari jumlah ekspor yang tinggi, maka ketika terjadi pelemahan
ekonomi global sangat terasa dampaknya di sektor ini.
Sektor industri lain yang mengalami penurunan yang cukup signifikan juga
dialami oleh industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari
bambu, rotan dan sejenisnya. Hal ini yang disebabkan oleh infrastruktur dan biaya
logistik yang tidak kompetitif. Akibatnya, biaya pengiriman barang antarpulau
lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya ekspor. Selain itu, pangsa pasar
produk jadi industri pengolahan kayu dan rotan dalam negeri sangat kecil dan
pengusaha mengandalkan pasar ekspor. Sebanyak 98,8 persen produk jadi
olahan kayu dan rotan Indonesia diekspor, 90 persen di antaranya diserap Eropa
dan Amerika. Industri olahan kayu dan rotan dalam negeri tertekan oleh
meningkatnya persaingan dari negara-negara pesaing utama yaitu Cina dan
Vietnam yang dapat memproduksi barang jadi pengolahan kayu dan rotan
berkualitas tinggi dengan harga murah. Penetrasi Vietnam ke pasar Amerika terus
meningkat hingga US$ 1,3 miliar pada 2015 dari US$ 13 juta pada 2006. Dalam 10
tahun, pasar ekspor industri pengolahan kayu dan rotan indonesia ke Amerika
tumbuh nol persen. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menyatakan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), terutama asing terus menekan industri
54
produksi kertas dalam negeri. Tekanan LSM asing itu dilakukan melalui kampanye
negatif ke berbagai negara tujuan ekspor pada 2015. Industri pulp dan kertas
Indonesia diserang kampanye negatif yang dilakukan LSM asing seperti
Greenpeace, World Wildlife Fund, Greenomics, Rainforest Action Network,
Mongabay dan sejumlah LSM dalam negeri. Adapun alasan LSM tersebut ialah
kerusakan hutan atau deforestasi yang berakibat terjadinya spesies langka baik
flora maupun fauna yang berujung pada permintaan untuk memboikot kertas
yang diproduksi Indonesia. Para penggiat lingkungan itu selalu aktif meributkan
masalah praktek pembalakan liar yang hinga kini masih terjadi, kemudian
terjadinya lahan terlantar yang masih banyak serta terakhir kebakaran hutan dan
lahan yang masih sulit dikendalikan.
Upaya yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro
mengatasi berbagai permasalahan yang ada adalah melalui program dan
kebijakan serta pelaksanaan kegiatan yang mendorong peningkatan daya saing
industri agro, yaitu:
1. Memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang industri hilir
agro melalui promosi investasi dan usulan pemberian insentif untuk investasi di
bidang industri agro tertentu maupun di daerah tertentu serta disinsentif
(seperti BK kakao dan CPO serta larangan ekspor bahan baku rotan).
2. Mengurangi beban biaya energi, logistik dan distribusi dengan berpartisipasi
aktif mengusulkan perbaikan infrastruktur (pelabuhan dan jalan) dan efisiensi
pelayanan (jasa pelabuhan, transportasi).
3. Meningkatkan penerapan sertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) pada
industri pengolahan kayu dan rotan, industri pengolahan kertas dan industri
furniture serta pemberlakuan SNI Wajib Industri Agro.
4. Meningkatkan promosi investasi dan kerjasama industri agro melalui Pameran
dan Buyers Night di beberapa negara tujuan ekspor industri agro yaitu Jerman,
Shanghai, Hongkong dan Amerika Serikat.
5. Mendorong pemberlakuan regulasi Permendag No.64/2012 tentang hasil
hutan dan pertanian dari voluntari menjadi mandatori untuk produk kertas
55
56
dan peralatan listrik sebesar 1,96 persen, dan industri kimia, farmasi dan obat
tradisional sebesar 1,81 persen.
Tabel. 3.28.
Lapangan Usaha
2012
2013
(persen)
2014*
2015**
5,31
5,14
5,32
5,61
0,92
0,86
0,91
0,94
1,35
1,36
1,32
1,21
0,25
0,26
0,27
0,27
0,70
0,70
0,72
0,67
0,86
0,78
0,80
0,76
1,67
1,65
1,70
1,81
0,89
0,80
0,76
0,74
0,73
0,73
0,73
0,72
10
0,75
0,78
0,78
0,78
11
1,89
1,95
1,87
1,96
12
0,29
0,27
0,31
0,32
13
1,93
2,02
1,96
1,91
14
Industri Furnitur
0,26
0,26
0,27
0,27
15
0,19
0,17
0,18
0,18
17,99
17,72
17.90
18,18
Industri Pengolahan
21,45
20,98
21.01
20.84
*angka sementara
57
industri
pengolahan
kelapa/kelapa
sawit
sebesar
12,51
persen.
Perkembangan ekspor industri non migas periode tahun 2013-2015 tersaji pada
tabel berikut.
Tabel. 3.29.
Perkembangan Ekspor Industri Non Migas Tahun 2013 - 2015
No
1
2
KELOMPOK KOMODITI
Pengolahan Kelapa/Kelapa
Sawit
Besi Baja, Mesin-mesin dan
Otomotif
2012
2013
2014
2015
(USD. Juta)
%
Perub
23.397,0
20.660,4
23.711,6
20.746,1
-12,51
15.029,6
14.684,4
15.813,5
14.443,2
-8,67
12.446,5
12.661,7
12.720,3
12.262,6
-3,60
9.444,1
8.520,1
8.066,9
6.903,7
-14,42
10.818,6
9.724,1
7.497,5
6.171,4
-17,69
Tekstil
Elektronika
Pengolahan Karet
Kimia Dasar
4.870,5
5.083,5
5.703,4
4.150,7
-27,22
4.652,9
5.379,8
5.554,4
5.597,0
0,77
5.518,0
5.644,0
5.498,6
5.332,6
-3,02
Pengolahan Kayu
4.539,9
4.727,7
5.202,3
5.186,6
-0,30
5.049,5
4.843,5
4.886,4
3.619,3
-25,93
3.561,7
3.933,1
4.090,3
4.615,4
12,84
2,186.0
2.031,2
3.671,8
4.721,7
28,60
101.514,2
101.514,2
102.416,9
93.750,4
-8,46
13.712,1
15.136,4
14.913,0
12.886,5
-13,59
116.125,1
113.029,9
117.330,0
106.636,8
-9,11
10
11
12
58
menjadi
506,39
ribu
ton
pada
November
2015
dari
679,38 ribu ton pada Oktober 2015. Anjloknya ekspor minyak sawit ke India akibat
adanya pelarangan penumpukan minyak nabati di dalam negeri. Selain itu, India
menaikkan tarif impor, khususnya untuk butter oil yang sebelumnya 30 persen
menjadi 40 persen. Ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat (AS) pada
November 2015 juga turun 30 persen menjadi 82,19 ribu ton. Penurunan
permintaan karena melimpahnya stok kedelai di dalam negeri, juga karena isu
sustainable palm oil sourcing. Dalam hal ini, kebakaran lahan menjadi salah satu
alasan bahwa minyak sawit Indonesia tidak sustainable. Selain itu, perubahan
59
URAIAN
2012
2013
2014
2015
(USD. Juta)
Perubahan
%
62.624,6
54.637,1
48.550,6
40.954,2
-15,65
Kimia Dasar
16.077,1
16.387,9
16.568,8
13.848,5
-16,42
Elektronika
16.702,5
16.564,5
15.453,6
13.848,3
-10,39
Tekstil
6.805,5
7.116,2
7.154,3
6.879,6
-3.84
6.158,4
5.801,3
5.755,1
5.033,2
-12,54
Alat-alat Listrik
4.190,6
4.124,3
3.735,4
3.603,0
-3.54
Makanan Ternak
2.799,7
3.044,5
3.276,2
2.737,6
-16.44
3.019,9
3.200,6
3.247,9
2.696,8
-16.97
2.753,6
2.945,7
2.906,8
2.653,1
-8.73
60
10
Plastik
2.185,3
2.376,9
2.347,8
2.148,9
-8.47
11
Pengolahan Tembaga,Timah
dll
2.377,4
2.141,1
2.206,8
1.998,4
-9.44
12
Pupuk
2.918,4
1.941,6
1.924,4
2.114,5
9.88
128.400,8
120.281,6
113.127,7
98.516,8
-12,92
139.734,1
131.400,7
123.826,4
108.951,0
-12,01
Impor produk industri tahun 2015 sebesar US$ 108,95 Miliar. Perkembangan
impor selama tahun 2015 ini turun sebesar 12,01 persen dibandingkan periode
yang sama tahun 2014 sebesar USD 123,82 Miliar. Neraca ekspor-impor hasil
industri
non
migas
pada
Januari-Desember
2015
adalah
USD -2,31 Miliar (neraca defisit). Bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2014, neraca tersebut mengalami defisit sebesar USD -6,49 Mmiliar atau
mengalami penurunan sebesar 64,4 persen.
Tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar JanuariDesember
2015 adalah Tiongkok dengan nilai USD 29,22 Miliar (24,73 persen), Jepang USD
13,23 MilIar (11,20 persen), dan Singapura USD 8,97 miliar (7,60 persen). Impor
nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 22,05 persen, sementara dari Uni
Eropa 9,50 persen. Nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku/penolong,
dan barang modal selama JanuariDesember 2015 mengalami penurunan
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 14,16
persen; 21,35 persen; dan 15,56 persen.
Hasil capaian realisasi investasi tahun 2015 sebesar Rp 545,4 Triliun
meningkat 17,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Capaian realisasi investasi tersebut melampui target tahun 2015 sebesar
Rp 519,5 Triliun (105 persen). Komposisi realisasi investasi terdiri dari PMDN
meningkat 15,0 persen sebesar Rp 179,5 Triliun, sementara PMA juga meningkat
19,2 persen sebesar Rp 365,9 Triliun. Sepanjang Januari Desember 2015, investasi
PMDN
dan
PMA
dapat
menyerap
tenaga
kerja
sebanyak
61
1.435.711 orang, atau naik sebesar 0,3 persen dibandingkan tahun 2014, yang
dapat menyerap sebanyak 1.430.846 orang.
Bila dilihat dari sebaran Jawa dan luar pulau Jawa, realisasi investasi di
pulau Jawa sebesar Rp 296,7 Triliun (54,4 persen) dan realisasi investasi di luar Pulau
Jawa sebesar Rp 248,7 Triliun (45,6 persen). Apabila dibandingkan di tahun 2014
sebesar Rp 199,8 Triliun terjadi peningkatan realisasi investasi di luar Pulau Jawa
sebesar 24,5 persen. Untuk realisasi investasi di luar Pulau Jawa, wilayah
Kalimantan mencatatkan kontribusi terbesar sebesar Rp 93,0 Triliun (17,1 persen),
terdiri dari PMDN sebesar Rp 20,0 Triliun dan PMA sebesar US$ 5,8 Miliar. Kemudian
diikuti oleh wilayah Sumatera dengan realisasi investasi sebesar Rp 84,4 Triliun (15,5
persen) serta wilayah Sulawesi dengan realisasi investasi sebesar Rp 33,2 Triliun (6,1
persen). Selanjutnya wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi investasi
sebesar Rp 18,7 Triliun (3,4 persen) dan wilayah Maluku dan Papua dengan
realisasi investasi sebesar Rp 19,4 Triliun (3,5 persen).
Tabel. 3.31.
Investasi PMDN Tahun 2012 - 2015
No
Sektor Sekunder
Industri Makanan
Industri Tekstil
2012
2013
I
2015
I
222
11,166.7
434
15,080.9
320
19,596.4
879
24,533.99
25,20
51
4,450.9
101
2,445.9
98
1,451.5
185
2,724.51
87,71
76.7
10
80.1
11
103.1
13
5.40
-94,76
Industri Kayu
15
57.0
18
390.7
21
585.1
70
1,185.33
102,58
64
7,561.0
112
6,849.4
57
4,093.7
127
6,529.47
59,50
94
5,069.5
153
8,886.5
142
13,314
320
20,712.45
55,57
110
2,855.0
145
2,905.2
169
2,117.5
284
3,695.88
74,54
37
10,730.7
66
4,624.5
101
11,923.1
181
20,501.70
71,95
Ind. Logam,
Mesin &
Elektronik
81
7,225.7
131
7,567.5
160
5,292.6
326
7,938.39
49,99
10
Ind. Instru.
Kedokteran,
Presisi & Optik &
Jam
12
210.1
62
(Rp. Miliar)
2014
11
Ind. Kendaraan
Bermotor & Alat
Transportasi Lain
21
664.4
31
2,068.5
28
490.1
93
1,070.81
118,49
12
Industri Lainnya
10
31.5
12
61.8
16
68,1
43
147.36
116,30
714
49,888.9
1,225
51,171.1
942
59,034.7
2525
89.045,29
50,84
Jumlah
Sumber: BPS diolah Kemenperin
perkembangan
positif
mengenai
investasi
dalam
negeri.
Peningkatan terbesar pada industri kendaraan bermotor & alat transportasi lain,
yang mengalami peningkatan sebesar 118,49 persen, industri lainnya sebesar
116,30 persen, industri kayu sebesar 102,58 persen, industri tekstil sebesar 87,71
persen. Walaupun mengalami peningkatan jumlah proyek, namun tidak semua
sektor Industri di atas mengalami peningkatan nilai investasi, seperti pada industri
barang dari kulit & alas kaki yang mengalami penurunan nilai investasi sebesar
94,76 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel. 3.32.
2013
No
Sektor Sekunder
Industri Makanan
347
1,782.9
797
2,117.7
640
Industri Tekstil
149
473.1
241
750.7
368
73
158.9
91
96.2
Industri Kayu
38
76.3
59
57
1,306.6
230
Ind. Logam,
Mesin &
Elektronik
10
Ind. Instru.
Kedokteran,
Presisi & Optik &
Jam
(USD. Juta)
2014
I
2015
I
3,139.6
1306
1,521.18
-51,55
422.53
670
433.43
2,59
137
210.69
243
161.58
-23,30
39.5
61
63.7
118
47.11
-25,99
103
1,168.9
87
706.5
210
706.93
0,06
2,769.8
430
3,142.3
578
2,323.4
856
1,955.75
-15,82
147
660.3
231
472.2
345
543.9
567
694.47
27,68
48
145.8
138
874.1
167
916.9
277
1,302.81
42,09
364
2,452.6
679
3,327.1
986
2,471.9
1781
3,092.49
25,10
3.4
12
26.1
11
7.2
13
6.87
-5,12
63
11
Ind. Kendaraan
Bermotor & Alat
Transportasi Lain
163
1,840.0
342
3,732.2
295
2,061.3
758
1,757.26
-14,75
12
Industri Lainnya
94
100.2
199
111.7
168
151.8
385
83.21
-45,17
1.714
11.770
3.322
15.858,8
3.075
13.019,3
7.184
11.763,09
-9,65
Jumlah
Kuala
Tanjung,
Sumatera
Utara;
5)
Sei
Mangke,
Sumatera
Utara;
64
Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) selama 5 (lima) tahun. dengan strategi
meliputi :
1.
2.
Membangun 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang terdiri dari
11 di Kawasan Timur Indonesia dan 11 di Kawasan Barat Indonesia, dan
3.
tangki
timbun
(tank
farm)
telah
mencapai
65
Bantaeng,
Bitung,
Morowali,
Halmahera
Timur,
dan
Banyuwangi;
2.
dilakukan
Penyusunan
Perencanaan
Konstruksi
(DED)
66
Tabel 3.33
Capaian Fokus Pengembangan Perwilayahan Industri
Program/
Kegiatan
Pengembangan
Fasilitasi Industri
Selain
Kementerian
Sasaran
Indikator
Terbangunnya
14 Kawasan
Industri dan 22
Sentra IKM di
luar Jawa
Terfasilitasinya
pengembangan
14 Kawasan
Industri di luar
Jawa
Terfasilitasinya
pengembangan
total sebanyak
22 Sentra IKM di
wilayah
Sumatera,
Kalimantan,
Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku
dan Papua
dalam 5 tahun
(SIKIM)
memfasilitasi
Perindustrian
pembangunan
juga
Satuan
Target
Realisasi
Capaian
Kawasan
14
16
114%
Sentra
16
267%
infrastruktur
melaksanakan
kawasan
program
industri,
peningkatan
kemampuan soft skill sumber daya manusia lokal untuk mendukung kebutuhan
kompetensi industri dengan kegiatan sebagai berikut:
Kawasan Industri Bantaeng : Sebanyak 200 orang yang terdiri dari 100 orang
bidang mekanikal dan 100 orang bidang elektronikal, dengan lama pelatihan
1 (satu) bulan.
Kawasan Industri Konawe : Sebanyak 200 orang yang terdiri dari 100 orang
bidang mekanikal dan 100 orang bidang elektronikal dengan lama pelatihan
1 (satu) bulan.
1.
2.
3.
Sasaran
Meningkatnya
Populasi
Industri
Sedang dan
Besar
Revitalisasi
dan
Penumbuhan
Industri
Hilirisasi hasil
tambang ke
produk dan
jasa industri
Terfasilitasinya
pembangunan
Wirausaha
baru
Indikator
Lokasi
0%
Dokumen
100%
Dokumen
100%
Dokumen
100%
Dokumen
100%
Industri
Yang
Terfasilitasi
100%
wirausaha
2225
3800
170%
68
SATUAN
mewakili
industri
pemintalan
dalam
perdagangan
kapas
margin
keuntungan
industri
dalam
negeri
yang
hanya
1-3 persn dari harga jual produk, maka nilai tambah yang diperoleh industri
dalam negeri tergolong sangat kecil dan menyebabkan elastisitas industri
terhadap perubahan biaya upah, biaya energi, biaya bahan baku maupun
faktor produksi yang lain menjadi sangat rendah. Kegiatan National branding
juga dilakukan dengan memfasilitasi pameran di Bandara Internasional
didalam negeri.
70
pabrik pupuk Kujang yaitu Kujang IA (menjadi IC), serta pembangunan satu
pabrik urea baru PT. Petrokimia Gresik (Amonia Urea II). Berikut perkembangan
dari program revitalisasi industri pupuk:
1.
2.
3.
72
4.
Menteri
Perindustrian
pembangunan
Kujang
telah
1C
mengirimkan
no
surat
567/M-IND/12/2015
dukungan
tanggal
Dalam
mendukung
proses
persiapan
lahan,
Bappeda
telah
e.
2.
f.
2.
3.
Industri yang difasilitasi adalah PT. Sulawesi Mining Investment, PT. Titan
Mineral Utama, PT. Well Harvest Wining Alumina Refinery, PT. Batutua
Tembaga Raya.
74
Sasaran
Revitalisasi
Industri
Penguatan
struktur industri
melalui
keterkaitan
antara industri
hulu (dasar),
industri
intermediate
dan industri hilir
(light)
Penumbuhan
Industri
Meningkatnya
daya saing
Industri
Penyebaran
dan
Penumbuhan
Industri Kecil
dan
Menengah
Meningkatnya
Fasilitas
Pengembangan
produk IKM
Terfasilitasinya
IKM yang
Mengikuti
Restrukturisasi
Mesin Peralatan
Indikator
Revitalisasi
Perusahaan Industri
Tekstil dan Aneka
Terevitalisasinya
industri galangan
kapal di 9 lokasi
(Pembangunan/Ren
ovasi, Bantuan Alat,
Peningkatan SDM
bersertifikasi)
Terbentuknya 1
Mould and Dies
Center
(Pembangunan dan
Kelembagaan)
Terlaksananya
Pembangunan dan
Pengembangan 5
(lima) ICT Center
dalam bentuk
Incubator Business
Center (IBC), RICE
dan Technopark
Terbentuknya Pusat
Pengembangan
Teknologi Industri
Mesin Perkakas dan
Industri Alat
Kesehatan
(Pembangunan dan
Kelembagaan)
Jumlah IKM yang
mendapat fasilitasi
pengembangan
produk
Jumlah IKM yang
mengikuti
restrukturisasi mesin
peralatan
Satuan
Target
Realisasi
Capaian
Perusahaan
100
115
115
Lokasi
88,89
Unit
100
ICT Center
100
Pusat
Pengembangan
100
IKM
248
3998
1612
IKM
52
112
215
75
Peningkatan
Kualitas SDM
Industri
Meningkatnya
Pendidikan dan
Skill Tenaga Kerja
Industri dalam
rangka
penyiapan
tenaga kerja
industri
kompeten
(pada bidang
prioritas MEA)
Orang
15,000
17832
118,88
Nasional
dilakukan
melalui
peningkatan
teknologi/peremajaan
dan
produktivitas
industri
tersebut
yang
pada
gilirannya
76
belum
pernah
ikut
dalam
rangka
mempercepat
dan
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2015 jumlah industri TPT, alas kaki dan
penyamakan kulit yang telah mengajukan permohonan sebanyak
144
perusahaan
dengan
nilai
permohonan
bantuan
sebesar
Realisasi
permohonan
bantuan
pada
tahun
ini
sebanyak
115 perusahaan dengan nilai bantuan Rp 99,96 Miliar dan nilai investasi
sebesar Rp 1,18 Triliun.
77
Gambar 3.5 Nilai permohonan dan realisasi program s.d. 31 Desember 2015
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
78
9.
Peningkatan SDM Industri Mould and Dies yang handal dan profesional
2.
3.
sebagai berikut:
1.
2.
3.
Pelatihan dan sertifikasi SDM Industri Mould and Dies sebanyak 120 orang.
2.
3.
4.
Pengembangan
Desain
Telepon
Seluler
Dalam
Negeri
dan
2.
3.
f.
melakukan
pembinaan
terhadap
IKM
dalam
mendesain,
program
untuk
membantu
IKM
dalam
melakukan
81
Telah
dilakukan
Pengembangan
pendidikan
vokasi
industri
berbasis
Penyediaan Tempat Uji Kompetensi (TUK) sebanyak 10 TUK, 4 TUK sudah selesai
dan 6 TUK dalam proses BNSP. TUK adalah lokasi dilaksanakannya uji
kompetensi. Kriteria dari TUK ditentukan oleh standar yang digunakan sebagai
dasar uji kompetensi, di mana dapat berupa tempat kerja, atau tempat yang
dikondisikan sesuai dengan tempat kerja. TUK diverifikasi dan dilisensi oleh LSP
terkait.
Peningkatan fasilitas 159 unit sentra IKM (seperti fasilitas pengolahan limbah,
peralatan produksi).
82
4.
industri
lainnya.
Capaian
program-program
tersebut
pembahasan
rapat
teknis
terkait
penyelesaian
lembaga
pengujian
melalui
bantuan
mesin
peralatan
laboratorium untuk Balai Besar Industri Kimia dan Kemasan Jakarta yang
dianggarkan oleh Ditjen Industri Agro.
4). Melakukan rapat teknis RSKKNI terkait penyusunan rancangan standar
kompetensi SDM Industri Hilir Kelapa Sawit dan Bahan Bakar Nabati.
5). Terlaksananya bimbingan teknis bagi industri hilir kelapa sawit dan workshop
pembinaan teknis standarisasi hilir kelapa sawit dalam rangka pembinaan
teknis standardisasi dan teknologi industri hilir kelapa sawit dan bahan bakar
nabati.
83
6). Telah
melakukan
rapat
pembahasan
teknis,
penyampaian
laporan
industri
furnitur
yang
telah
dilaksanakan
Kementerian
pemanfaatan
Mengingat
telah
dilaksanakan
Kementerian
Perindustrian
telah
menghasilkan
86
pemanfaatan
Mengingat
Industri Baja
Program pengembangan industri baja merupakan salah satu fokus
program hilirisasi industri berbasis migas dan bahan tambang mineral. Proyeksi
konsumsi baja (crude steel) pada tahun 2025 sebesar 70 kg perkapita, meningkat
hampir dua kali lipat dibandingkan konsumsi saat ini sebesar 36 kg perkapita.
Faktor penggerak cabang industri baja adalah sektor transportasi, konstruksi
bangunan, permesinan, infrastruktur, kemasan dan energi. Tahun 2013 produksi
crude steel dalam negeri sekitar 6,8 juta ton, sehingga dengan target konsumsi 70
kg perkapita kebutuhan baja kasar yang akan mencapai 20 juta ton, memerlukan
tambahan produksi sebesar 14 juta ton. Pada tahun 2015 terdapat tambahan
kapasitas sekitar 4 juta ton crude steel yang diperoleh dari PT. Krakatau Posco, PT.
87
Indoferro dan PT. Meratus Jaya Iron & Steel. Target tambahan kapasitas produksi
berikutnya sebesar 10 juta ton. Sehingga sampai tahun 2025 akan memerlukan
bijih besi sebesar 250 juta ton dan pasir besi sebesar 110 juta ton. Untuk mencapai
target kebutuhan di tahun 2025 diperlukan tambahan energi sebesar 1.120 MW
dan investasi sebesar Rp. 140 Triliun.
Hasil-hasil yang telah dicapai selama tahun 2015 sebagaimana diuraikan
berikut ini:
1). Telah beroperasinya PT. Meratus Jaya Iron & Steel secara komersial. Pabrik ini
berlokasi di Batulicin, Provinsi Kalimantan Selatan yang mengolah Bijih Besi
menjadi Sponge Iron dengan kapasitas 315 ribu ton per tahun dengan nilai
investasi sebesar Rp. 1,17 Triliun.
2). Telah beroperasinya PT. Indoferro secara komersial yang berlokasi di Cilegon,
Provinsi Banten yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 500 ribu
ton/tahun dan Nickel Pig Iron dengan kapasitas 250 ribu ton/ tahun dengan
nilai investasi sebesar USD. 110 Juta.
3). Telah dilakukannya Ground Breaking PT. Batulicin Steel pada bulan Juli 2012
yang rencananya akan memproduksi baja dasar sebesar 3 juta ton/tahun
dengan nilai investasi sebesar USD. 1,5 Miliar termasuk Pembangunan
Pembangkit Listrik (Power Plant) dengan kapasitas 100 MW dengan rincian
Besi Beton sebesar 1 juta ton/tahun dan Ferro Nickel sebesar 600 ribu
ton/tahun pada tahap awal serta H-Beam Steel dan Pelat Baja sebesar 2 juta
ton/tahun pada tahap selanjutnya.
4). Telah beroperasinya PT. Krakatau-Posco Tahap 1 yang memproduksi slab baja
1,5 Juta Ton/Tahun dan plat baja 1,5 Juta Ton/Tahun dengan nilai investasi
USD. 3 Miliar.
5). Rencana pembangunan Pabrik Pengolahan Pasir Besi menjadi Pig Iron (Main
Concentrator
Plant
dan
Pig
Iron
Plant)
di
Kulon
Progo,
Provinsi
DI Yogjakarta yang akan dilakukan oleh PT. Jogja Magasa Iron dengan
kapasitas 1juta ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD. 1,2 Miliar.
88
6). Rencana investasi PT. Sebuku Lateritic Iron & Steel untuk pembangunan Pabrik
yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 3 juta ton per tahun di Sebuku,
Provinsi
Kalimantan
Selatan
dengan
nilai
investasi
sebesar
USD. 1 Miliar.
7). Telah beroperasinya PT. Delta Prima Steel untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Sponge Iron dengan kapasitas 100ribu ton per tahun di Tanah
Laut, Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,2 Miliar.
8). Rencana investasi dan perluasan 8 (delapan) perusahaan penghasil pig iron,
cold rolled coil & hot dipped galvanized, dan lain-lain dengan nilai investasi
sekitar Rp. 52,44 Triliun.
9). Rencana investasi pabrik penghasil cold rolled coil & hot dipped galvanized
dengan kapasitas sebesar 480.000/tahun yang merupakan joint venture
antara PT. Krakatau Steel dengan Nippon Steel Sumikin di Banten dengan nilai
investasi sebesar USD. 300 Juta
10). Rencana investasi pabrik penghasil besi beton & batang kawat baja dengan
kapasitas sebesar 500.000/tahun yang merupakan joint venture antara PT.
Gunung Gahapi Sakti dengan Nanjing Iron & Steel Company di Sumatera
Utara dengan nilai investasi sebesar USD. 200 Juta.
11). Rencana investasi pabrik penghasil cold rolled coil & hot dipped galvanized
untuk industri otomotif dengan kapasitas sebesar 300.000 ton/tahun dari
PT. JFE Steel Galvanizing di Karawang dengan nilai investasi sebesar
USD. 325 Juta.
12). Rencana investasi pabrik penghasil bar and section dengan kapasitas
sebesar
500.000
ton/tahun
yang
merupakan
joint
venture
antara
PT. Krakatau Steel dengan Osaka Steel di Banten dengan nilai investasi
sebesar USD. 200 Juta.
g. Industri Aluminium
Fokus program hilirisasi industri berbasis migas dan bahan tambang
mineral selanjutnya adalah industri aluminium. Proyeksi konsumsi alumina pada
89
tahun 2025 sebesar 10 kg perkapita, sedangkan saat ini sebesar 2,9 kg perkapita.
Tahun 2013 produksi aluminium dalam negeri sekitar 250 ribu ton, sehingga
dibutuhkan tambahan produksi sebesar 3,1 juta ton untuk memenuhi kebutuhan
di tahun 2025. Sampai tahun 2025 diperlukan bauksit sebesar 74,4 juta ton,
ketersediaan energi sebesar 11.200 MW dan investasi sebesar Rp. 24 Triliun.
Hasil-hasil yang telah dicapai sampai tahun 2015 sebagaimana diuraikan
berikut.
1). Rencana pembangunan Smelter Grade Alumina (SGA) di Mempawah,
Provinsi Kalimantan Barat yang akan dilakukan oleh PT. Antam dengan
kapasitas 1,2 juta ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD. 1 Milyar yang
ditargetkan beroperasi pada Kuartal 1 Tahun 2016.
2). Telah
beroperasinya
PT.
Indonesia
Chemical
Alumina
kapasitas
300 ribu ton CGA/tahun dan investasi USD. 500 juta di Kalimantan Barat.
3). Pembangunan PT. Well Harvest Mining dengan kapasitas 2 Juta ton
alumina/tahun dan total investasi USD 1,1 Miliar di Ketapang, Kalimantan
Barat.
4). Telah diambilalihnya PT. Indonesia Asahan Aluminium kapasitas 225 ribu ton
aluminium ingot/tahun dan investasi USD. 920 Juta di Sumatera Utara oleh
Pemerintah Indonesia.
5). Pembangunan industri aluminium di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara
oleh PT. Inalum (Persero)dengan kapasitas aluminium ingot 250 kilo ton/ tahun,
kapasitas slab/sheet 50 kilo ton/ tahun, kapasitas billet 30 kilo ton/ tahun,
kapasitas wire rod 50 kilo ton/ tahun, dan kapasitas aluminium alloy
90 kilo ton/ tahun serta total investasi USD. 91 Juta.
h. Industri Tembaga dan Nikel
Fokus lain program hilirisasi industri berbasis migas dan bahan tambang
mineral selanjutnya adalah industri tembaga dan nikel. Proyeksi konsumsi
tembaga pada tahun 2025 sebesar 5 kg perkapita, sedangkan saat ini sebesar
90
2,2 kg perkapita. Tahun 2013 produksi aluminium dalam negeri sekitar 280 ribu ton,
sehingga dibutuhkan tambahan produksi sebesar 1,4 juta ton untuk memenuhi
kebutuhan di tahun 2025. Sampai tahun 2025 diperlukan bauksit sebesar 202 juta
ton, ketersediaan energi sebesar 2.900 MW dan investasi sebesar Rp. 110 Triliun.
Fokus utama dari roadmap industri nikel adalah meningkatkan nilai
tambah melalui pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel (jangka pendek, 2014)
dan mengolah ferronikel menjadi stainless steel (jangka panjang, 2020) sehingga
sampai tahun 2025 diperlukan bijih nikel sebesar 274 Juta Ton dan investasi sebesar
Rp. 60 Triliun.
Hasil-hasil yang telah dicapai sampai tahun 2015 adalah sebagaimana
diuraikan berikut ini.
1). Pembangunan industri nikel di Morowali, Sulawesi Tenggara oleh PT. Sulawesi
Mining Investment dengan kapasitas ferronickel 300 ribu ton dan power plant
130 MW serta total investasi USD 569 Juta.
2). Pembangunan industri nikel di Halmahera Timur oleh PT. Ferro Nickel
Halmahera Timur dengan kapaitas ferronickel 270 ribu ton dan kapasitas
stainless steel 600 ribu ton serta total investasi CAPEX USD 16 Triliun.
3). Rencana investasi PT. Weda Bay Nickel untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Nickel dengan kapasitas 65 ribu ton per tahun dan Cobalt
dengan kapasitas 3,5 ribu ton per tahun di Maros, Provinsi Sulawesi Selatan
dengan nilai investasi sebesar USD. 700 Juta.
4). Rencana investasi 8 (delapan) perusahaan yang memproduksi feronikel,
nickel matte, dan nickel pig iron dengan nilai investasi sekitar 123 Triliun.
5). Telah beroperasinya PT. Vale Indonesia untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Nickel Matte dengan kapasitas 120.000 ton per tahun di
Sulawesi Selatan dengan nilai investasi sebesar USD. 2 Miliar.
6). Pembangunan industri nikel di Morowali, Sulawesi Tenggara oleh PT. Sulawesi
Mining Investment dengan kapasitas ferronickel 300 ribu ton dan power plant
130 MW serta total investasi USD 569 Juta.
91
i.
Industri Semen
Industri semen merupakan prioritas revitalisasi dan penumbuhan industri
bahan bangunan dan konstruksi. Hasil-hasil yang telah dicapai sampai tahun 2015
adalah sebagaimana diuraikan berikut ini.
1). Adanya penambahan 5 (lima) pabrik baru semen, seperti PT. Semen Bosowa
dengan kapasitas produksi sebanyak 3 juta ton per tahun, PT Semen Holcim
Indonesia Tbk (SMCB) dengan kapasitas produksi sekitar 1,7 juta ton per tahun,
Semen Merah Putih 3 juta ton per tahun, Semen Jawa 1,7 juta ton per tahun,
dan Anhui Conch Cement sebanyak 1,7 juta ton per tahun.
2). Unit pengantongan semen di Sorong, Papua Barat oleh PT. Semen Gresik yang
direncanakan mulai beroperasi pada awal tahun 2013.
3). Realisasi pembangunan oleh PT. Semen Gresik Group dan PT. Semen Bosowa.
4). Unit pabrik baru PT. Semen Gresik di Tuban, Jawa Timur (Tuban IV) dengan
kapasitas 2,5 juta ton per tahun, telah beroperasi pada pertengahan tahun
2012.
5). Unit pabrik baru di Maros, Sulawesi Selatan dengan peningkatan kapasitas
menjadi 2,5 juta ton per tahun. Pembangunan dimulai bulan November 2012,
direncanakan selesai tahun 2014.
6). Realisasi pembangunan pabrik oleh investor baru, saat ini sedang proses
pembebasan lahan, yaitu State Development and Investment Cooperation
(SDIC) di Manokwari, Papua Barat dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan
Anhui Conch Cement Co., Ltd. di Tanjung, Kalimantan Selatan dengan
kapasitas 2,5 juta ton per tahun.
7). Pembangunan Unit pabrik baru PT. Semen Tonasa di Pangkep, Sulawesi
Selatan (Tonasa V) dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun telah diresmikan
pada tanggal 19 Februari 2014.
8). Realisasi pembangunan pabrik baru oleh PT. Holcim Indonesia di Tuban, Jawa
Timur, dengan kapasitas 1,7 juta ton per tahundan telah diresmikan tanggal
17 Juni 2014.
92
Industri Garam
Industri garam menjadi salah satu industri yang menjadi fokus program
Lahan
Pegaraman
di
Madura-Sumenep
dalam
tahap
pengembangan
industri
Kementerian
Perindustrian
juga
mencakup industri tekstil, produk tekstil dan alas kaki. Hasil-hasil yang telah
dicapai industri ini sampai tahun 2015 adalah sebagaimana diuraikan berikut ini :
1). Telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi
permesinan industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit sebanyak 115
93
94
l.
Industri Permesinan
Salah satu fokus program pengembangan logam, mesin, alat transportasi,
dan elektronika adalah industri permesinan. Hasil-hasil yang telah dicapai sampai
tahun 2015 adalah sebagaimana diuraikan berikut.
1). Pembangunan gedung Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin
Perkakas dan Alat Kesehatan.
2). Promosi kemampuan industri permesinan dan alat mesin pertanian (termasuk
komponen) dalam rangka pengembangan akses pasar dalam negeri dan
luar negeri.
3). Penyusunan RSNI Konverter Kit dalam rangka mendukung Program Konversi
BBM ke BBG dan penyusunan RSNI Alat Mesin Pertanian;
4). Dalam rangka AEC 2015 telah diterbitkan SNI Wajib untuk regulator tekanan
tinggi setelah dinotifikasi ke WTO dan telah disusun SKKNI bidang industri
permesinan dan alat mesin pertanian sebanyak 3 (tiga) naskah.
5). Pengembangan kelembagaan (Alsintan Center) di daerahdaerah potensial
pertanian di Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan
Sulawesi Selatan. Pada provinsi Sumatera Barat dan Kalimantan Timur,
Alsintan Center telah berdiri sedangkan pada provinsi Kalimantan Timur dan
Sulawesi Selatan masih dalam proses penentuan lokasi.
6). Peningkatan kompetensi SDM industri permesinan dan Alsintan dibidang
pengelasan, pengecoran, metal working dan Alsintan sebanyak 320 orang.
m. Industri Perkapalan
Program
penumbuhan
industri
unggulan
berbasis
IPTEK
yang
95
1). Peningkatan kapasitas SDM melalui diklat dan sertifikasi pengelasan kapal,
pengelasan bawah air, pelatihan coating, pengelasan non-ferro, Pelatihan
manajemen galangan kapal serta pelaksanaan sertifikasi SDM juru las kapal
sesuai amanat MoU Antara Dirjen IUBTT dengan Dirjen Binalantas sebanyak
400 orang.
2). Telah diterbitkannya PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 69 Tahun 2015 tentang
Impor dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena
Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu Yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan
Nilai (PPN). Yang didalamnya termasuk PPN tidak dipungut untuk industri
perkapalan.
n. Industri Elektronika dan Telematika
Industri prioritas kedua pada program penumbuhan industri unggulan
berbasis IPTEK yang dilaksanakan Kementerian Perindustrian industri elektronika
dan telematika. Hasil-hasil yang telah oleh dicapai industri perkapalan sampai
tahun 2015 adalah sebagaimana diuraikan berikut.
1). Masuknya investasi baru dibidang industri elektronika dan telematika
sebanyak 34 Perusahaan (PMA dan PMDN) dengan nilai investasi sebesar US$
215.415.984,- untuk PMA dan RP. 110.320.200.000,- untuk PMDN.
2). Selama Tahun 2015 terealisasi sebesar 4 usulan SNI dengan total produk yang
diatur sebanyak 24 Jenis Produk, yaitu
a) SNI IEC 60335-2-14-2011 Peralatan listrik rumah tangga dan peralatan
serupa keselamatan - Bagian 2 -14 : Persyaratan khusus untuk peralatan
dapur dengan mengusulkan 6 Jenis produk yang diberlakukan secara
wajib
b) SNI IEC 60335-2-15-2011 Peralatan listrik rumah tangga dan sejenisnya
Keselamatan Bagian 2-15: Persyaratan khusus untuk peralatan pemanas
cairan dengan mengusulkan 6 jenis produk
96
Batam,
RICE
Makassar,
dan
Bandung
Technopark.
Pusat
pengembangan tersebut diharapkan akan menumbuhkan wirausahawirausaha baru dan start up company di bidang software, animasi dan
games.
4). Pengendalian importasi mobile phone yang bertujuan untuk melindungi
konsumen dari produk mobile phone yang tidak sesuai standar.
o. Industri Alat Transportasi Darat
Salah satu industri yang masuk dalam program pengembangan industri
unggulan berbasis teknologi tinggi adalah industri alat transportasi darat. Hasilhasil yang telah oleh dicapai industri ini sampai tahun 2015 adalah sebagaimana
diuraikan berikut.
1). Produksi KBM Roda-2 hingga November 2015 mencapai 7,2 Juta unit, dengan
penjualan mencapai 6,5 Juta Unit. Terjadi penurunan produksi bila
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014 yaitu sebesar 7,3
juta unit. Demikian pula dengan penjualan menurun dari 7,3 juta unit pada
tahun 2014 (s.d November) menjadi 6,5 juta unit pada tahun 2015 (s.d
November). Meskipun demikian terjadi peningkatan Ekspor KBM R-2 dari 36
ribu unit pada tahun 2014 (s.d November) menjadi 216 ribu unit pada tahun
2015 untuk periode yang sama.
97
2). Sampai dengan bulan November 2015, produksi KBM Roda-4 mencapai 1,02
juta unit. Sedangkan ekspor KBM R-4 sampai dengan November 2015 ialah
sebesar 195 ribu unit Completely Build Up (CBU) dan 100 ribu set Completely
knocked Down (CKD). Dibandingkan dengan periode yang sama November
2014, maka terjadi peningkatan ekspor CBU sebesar 5 persen dan penurunan
impor sebesar 18 persen dari 93 ribu pada November 2014 menjadi 77 ribu
pada November 2015.
3). Total ada 14 proyek penanaman modal (investasi) pada tahun 2015 ini
dengan nilai investasi mencapai US$ 1.647.727.000. Proyek investasi pada
tahun 2015 antara lain adalah:
PT. Hino Motor Sales Indonesia (Karoseri kendaraan bermotor roda empat
atau lebih berupa ban truck, bodi bus)
PT. Sumiden Serasi Wire Products (Industri suku cadang dan aksesoris
kendaraan bermotor roda empat atau lebih)
PT. NPR Manufacturing Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris
kendaraan bermotor roda empat atau lebih)
PT. Pusaka Bersatu (Reparasi mobil)
PT. FCC Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor
roda empat atau lebih)
PT. Mugai Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan
bermotor roda empat atau lebih)
PT. Delphi EEA Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan
bermotor roda empat atau lebih)
PT. Tjokro Nippon Engineering (Industri komponen dan perlengkapan
sepeda motor roda dua dan tiga)
PT. SGMW Motor Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat)
PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors (Industri kendaraan bermotor roda
empat)
PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat)
PT. Denso Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat)
98
Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
34/M-IND/PER/3/2015
tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih dan Industri
Sepeda Motor.
p. Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah merupakan salah satu
fokus Kementerian Perindustrian karena IKM memberikan kontribusi yang besar
terhadap pembentukan PDB industri pengolahan bukan migas. Hasil-hasil yang
telah oleh dicapai industri ini sampai tahun 2015 adalah sebagaimana diuraikan
berikut.
1). Capaian program prioritas sebagaimana telah dijelaskan pada poin 3 (Kinerja
Program Prioritas Nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019):
a. Pembangunan
dan pengembangan
wirausaha
industri
kecil
dan
program
lainnya
sebaimana
tercantum
dalam
DIPA
meliputi
sentra
pangan,
makanan
ringan,
alas
kaki,
101
pelaku
usaha
industri
dalam
rangka
pengamanan,
Company;
PT.
Industri
Kereta
Api
(Persero)
(PT.
INKA);
PT. Dok Perkapalan Surabaya (Persero); Behn Meyer Agricare, PT; Wirontono
Baru, PT; Yakult Indonesia Persada, PT; Samadijaya, CV; ABC, PT; Pupuk
Indonesia, PT; DAHANA, PT; Katari Rikasindo, PT; Alam Semesta Jaya, PT
3). Dalam rangka koordinasi fasilitasi implementasi kerjasama teknik luar negeri
telah dilakukan fasilitasi persiapan dan pelaksanaan proyek kerjasama teknik
LN di bidang 1) Developing Electronic Testing laboratories and LED Industry in
Indonesia; 2) The Project on small and Medium Industry (SMI) Development
based on Improved Service Delivery in Indonesia (SMIDeP); 3) Project on
Enchancement of Metalworking Capacity for Supporting Industries of
Construction
Machinery
in
Indonesia;
4)
Indonesia-Korea
Technical
industri
khusus
(special
zone)
pada
tanggal
food ingredients dan engineering product. Saat ini terdapat 22 pelaku industri
(IKM) yang terseleksi dan telah memasuki tahapan market entry dalam
bentuk pameran di Eropa. Tahun 2016 akan dilakukan program perluasan
dalam penjajakan RSG yang bekerja sama dengan Swiss Global Enterprice
SIPPO/SECO Swiss;
8). Telah ditandatangani Technical Arrangement Kerjasama RI dan Italia
implementasi sektor kulit, alas kaki, dan tekstil, tanggal 7 September 2015 di
Milan, Italia;
9). Telah dilaksanakan Indonesia Investmen Promotion Forum Food & Beverage
di New York, USA tanggal 1 Juli 2015;
10). Telah diselenggarakan Forum Bisnis Indonesia-Italia pada tanggal 7
September 2015 di WEM, Milan Italia;
11). Telah dilakukan pembuatan dan penayangan Vidio wall tentang industri
makanan dan minuman di Paviliun Indonesia dalam rangka partisipasi
Kemenperin pada World Expo Milano, Milan Italia;
12). Telah dilakukan promosi produk Teknologi Industri sebanyak 4 perusahaan
(The 6 th Internasional Industrial Trade Fair (Innoprom) tanggal 8-11 Juli 2015 di
Ekaterinburg, Rusia;
13). Telah dilakukan promosi produk tekstil sebanyak 7 perusahaan (Sourcing at
Magic, Las Vegas, USA tanggal 16-19 Agustus 2015 di Las Vegas, USA;
14). Telah dilakukan promosi produk industri makanan dan minuman sebanyak
8 perusahaan pada (SIAL Middle East 2015) tanggal 7-9 Desember 2015;
15). Telah dilakukan promosi produk industri makanan dan minuman sebanyak
6 perusahaan pada MIHAS 2015 yang diselenggarakan pada tanggal
1-4 April 2015 di Malaysia;
16). Telah dilakukan promosi produk industri bangunan sebanyak 7 perusahaan
(Timor Leste Build Expo) 2015 pada tanggal 5-7 Mei 2015;
104
17). Telah dilakukan promosi produk industri makanan dan minuman sebanyak
5
perusahaan
(Taiwan
International
Halal
Expo)
pada
tanggal
Rancangan
Peraturan
Pemerintah
Pengamanan
dan
guna
memperlancar
koordinasi
dan
peningkatan
kerjasama
Indonesia-UNIDO
21). Telah ditandatangani MoU between The Ministry of Industry of the Republic
of Indonesia
105
China
(Agreement
tentang
pendirian
kawasan
industri
sudah
Sulawesi
Mining
Investment,
dengan
nilai
investasi
sebesar
Sateri
Viscose
International,
dengan
nilai
investasi
sebesar
106
2). Sampai dengan tahun 2015, telah dimanfaatan Tax Holiday oleh 3 (tiga)
perusahaan dengan nilai investasi Rp. 5,35 Triliun, dengan rincian sebagai
berikut:
a). PT. Unilever Oleochemical Indonesia (PT. UOI), dengan nilai investasi Rp.
1,15 Triliun. Diberikan fasilitas Tax Holiday berupa Pembebasan PPh Badan
selama
50
(lima)
persen
tahun
selama
dan
(dua)
Pengurangan
tahun
dengan
PPh
Badan
sebesar
diterbitkannya
KMK
No. 463/KMK.011/2012;
b). PT. Petrokimia Butadiene Indonesia (PT. PBI), dengan nilai investasi
Rp. 1,4 Triliun. Diberikan fasilitas Tax Holiday berupa Pembebasan PPh
Badan selama 5 (lima) tahun dan Pengurangan PPh Badan sebesar 50
persen
selama
(dua)
tahun
dengan
diterbitkannya
KMK
No. 462/KMK.011/2012;
c). PT. Energi Sejahtera Mas (PT. ESM), dengan nilai investasi Rp. 2,8 Triliun.
Diberikan fasilitas Tax Holiday berupa Pembebasan PPh Badan selama
7 (tujuh) tahun dan Pengurangan PPh Badan sebesar 50 persen selama 2
(dua) tahun dengan diterbitkannya KMK No. 271/KMK.011/2014.
3). Sampai dengan tahun 2015, telah diusulkan kepada Menteri Keuangan
tentang pemberian Fasilitas Tax Holiday untuk 6 (enam) perusahaan dengan
total nilai investasi sebesar Rp. 60,2 triliun, dengan rincian sebagai berikut:
a). PT. Indorama Polychem Indonesia (PT. IPCI), dengan nilai investasi
Rp. 2,5 Triliun.
b). PT. Ogan Komering Ilir Pulp & Paper Mills (PT. OKI), dengan nilai investasi
Rp. 29 Triliun.
c). PT. Caterpillar Indonesia Batam (PT. CIB), dengan nilai investasi
Rp. 1,4 Triliun.
d). PT. Feni Haltim (PT. FHT), dengan nilai investasi Rp. 16 Triliun.
e). PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT. WHW), dengan nilai investasi
Rp. 6,7 Triliun.
107
PENGUKURAN KINERJA
Kementerian
: Perindustrian
Tahun Anggaran
: 2015
Kode
SS
Sasaran Strategis
(SS)
Kode
IKU
(IKU)
4
Target
Realisasi
Satuan
Realisasi
Satuan
PERSPEKTIF STAKEHOLDERS
S1
S2
Meningkatnya Produktivitas
SDM Industri
S4
S6
S7
6,00
5,04
Persen
84
Persen
S1.2
20,8
18,18
Persen
87,4
Persen
S2.1
65
70,98
Persen
109,2
Persen
S2.2
38
46
Persen
121,08
Persen
S3.1
250.000
318.116
Ribu Rupiah/
Tenaga Kerja
127,25
Persen
S4.1
35
62
Hasil litbang
177,14
Persen
S4.2
10
35
Hasil litbang
350
Persen
S5.1
900
9709
Proyek
1078,78
Persen
S5.2
500
1718
Produk
343,6
Persen
S6.1
27,73: 72,27
28,97 : 71,03
Rasio
104,47
Persen
S6.2
32:68
38,8 : 61,2
Rasio
121,25
Persen
S7.1
35
34,82
Persen
99,48
Persen
S3
S5
S1.1
Tingginya nilai tambah industri
Tersebarnya pembangunan
industri