Anda di halaman 1dari 124

Kementerian

Perindustrian

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KINERJA
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
TAHUN 2015

BIRO PERENCANAAN
2016

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Ringkasan Eksekutif
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah,
Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan
akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada
pimpinan yang lebih tinggi. Menindak lanjuti peraturan tersebut, maka
Kementerian Perindustrian menyusun Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian
Tahun 2015.
Secara umum laporan kinerja Kementerian Perindustrian menjabarkan
pencapaian kinerja Kementerian Perindustrian selama tahun 2015 yang
mencakup analisis kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), analisis kinerja makro sektor industri, analisis kinerja sasaran, analisis
kinerja kelembagaan dan analisis kinerja keuangan.
Dalam renstra 2015 2019 dijabarkan mengenai visi pembangunan
industri Kementerian Perindustrian, yaitu Indonesia Menjadi Negara Industri yang
Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam
dan Berkeadilan. Pencapaian visi tersebut dituangkan pada misi, tujuan dan
sasaran yang akan dicapai pada tahun 2015. Selain arah pembangunan industri
dijabarkan dalam Renstra, Kementerian Perindustrian juga memiliki amanah untuk
melaksanakan mandat program prioritas nasional sesuai dengan Perpres No 2
Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015 - 2019. Adapun fokus pengembangan industri sesuai arahan RPJMN
2015 2019 adalah sebagai berikut:
a). Pengembangan Perwilayahan Industri di luar pulau Jawa,
b). Penumbuhan Populasi Industri,
c). Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Program program nasional Kementerian Perindustrian terkait RPJMN


2015-2019 meliputi: pengembangan kawasan industri di luar pulau Jawa,
Pengembangan Sentra IKM (SIKIM), fasilitasi pembangunan buffer stock bahan
baku kapas dan kulit, pengembangan industri petrokimia, pengembangan
industry smelter, pengembangan industri berbahan baku migas, penumbuhan
wirausaha baru, revitalisasi permesinan serta pembangunan produt center.
Permasalahan - permasalahan yang menjadi penghambat pelaksanaan tugas
dan ketercapaian target yang telah ditetapkan telah diidentifikasi dan dianalisis
untuk ditindaklanjuti dengan rekomendasi kebijakan-kebijakan yang mampu
mendorong percepatan pencapaian target kinerja.
Pada tahun 2015 (YoY), sektor industri pengolahan non migas tumbuh
sebesar 5,04 persen, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi sebesar 4,79
persen. Pertumbuhan cabang industri non migas pada tahun 2015 yang tertinggi
dicapai oleh industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik; dan
peralatan listrik sebesar 7,83 persen, disusul oleh industri makanan dan minuman
sebesar

7,54

persen

dan

Industri

mesin

dan

perlengkapan

sebesar

7,49 persen. Kontribusi sektor industri pengolahan non migas pada tahun 2015
sebesar 18,18 persen dengan nilai Rp. 2.098,117 Triliun.
Ekspor produk industri tahun 2015 sebesar US$ 106,63 Miliar dan
memberikan kontribusi sebesar 70,97 persen dari total ekspor nasional yang
sebesar US$ 150,25 Miliar sedangkan untuk impor produk industri tahun 2015
sebesar US$ 108,95. Neraca ekspor-impor Hasil Industri Non Migas tahun 2015
adalah USD -2,31 Miliar (neraca defisit). Nilai investasi PMDN sektor industri tahun
2015 sebesar Rp 89,04 Triliun atau tumbuh sebesar 50,84 persen dibanding tahun
2014 sebesar Rp 41,84 Triliun.

Nilai investasi PMA sektor industri Tahun 2015

mencapai US$ 11,76 Miliar atau menurun sebesar 9,65 persen dibandingkan Tahun
2014 sebesar US$ 13,01 Miliar.
Sasaran-sasaran strategis Kementerian Perindustrian dalam perspektif
stakeholder berhasil dicapai dengan nilai capaian indikator kinerja utama diatas
ii

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

80 persen, bahkan 9 dari 12 dari indikator kinerja utama tersebut, nilai capaiannya
melebihi 100 persen. Nilai capaian ini sudah menggambarkan beberapa
peningkatan dan perbaikan baik dalam hal penetapan indikator dan target
maupun dalam pencapaian target kinerja.
Pencapaian target-target sasaran strategis sebagaimana yang diuraikan
dalam kinerja sasaran tahun 2015 juga didukung oleh pencapaian kinerja lainnya
yang terkait dengan kebijakan-kebijakan sebagai berikut: fasilitasi pemanfaatan
Tax Holiday; fasilitasi pemanfaatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP);
pengamanan industri melalui Penetapan Obyek Vital Nasional Sektor Industri;
perumusan SNI; penunjukan Lembaga Penguji Kesesuaian; penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca; pemberian penghargaan industri hijau; penyusunan peraturan
turunan UU Perindustrian.
Adapun prestasi Kementerian Perindustrian terkait dengan Kinerja
Kelembagaan pada Tahun 2015, antara lain: mendapatkan penghargaan dari
Pemerintah atas keberhasilannya menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan
Tahun 2014 dengan Capaian Standar Tertinggi dalam Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah serta mendapatkan predikat opini WTP; menempati
peringkat 8 dari 86 K/L dengan nilai sebesar 73,90 dengan predikat BB atau naik
sebesar 0,79 poin dibandingkan di tahun sebelumnya, dengan nilai 73,11;
Pelayanan Publik versi Ombudsman dengan kategori hijau atau tingkat
kepatuhan tinggi terhadap UU Pelayanan Publik; dari aspek Keterbukaan
Informasi Publik masuk ke dalam 3 besar Badan Publik Pemerintahan Terbaik;
mendapatkan penghargaan BKN Award Tahun 2015 dengan predikat Terbaik
1 kategori Implementasi Penilaian Kinerja dari badan Kepegawaian Negara
(BKN), atas pengembangan sistem penilaian kinerja secara online.
Guna

mengatasi

permasalahan

dan

kendala

serta

mendukung

percepatan pencapaian target kinerja yang diamanatkan, maka kebijakan yang


dapat direkomendasikan antara lain : optimalisasi Insentif Fiskal: Tax Holiday, Tax
Allowance, BMDTP, Pembebasan PPnBM, Bea Masuk; koordinasi dengan instansi
iii

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

terkait;

mencari

pasar-pasar

tujuan

ekspor

baru;

peningkatan

upaya

pengendalian impor melalui kebijakan non-tariff barrier; pemberlakuan sanksi


yang tegas kepada unit kerja dalam instansi pemerintah/BUMN/swasta yang
tidak memenuhi persyaratan komponen lokal yang dipersyaratkan sehingga
penerapan

P3DN

dapat

lebih

maksimal;

memprioritaskan

penyediaan

infrastruktur; kebijakan penjaminan pasokan gas dan listrik untuk kebutuhan


industri dalam negeri, baik sebagai bahan baku maupun energi; pembentukan
Lembaga Pembiayaan Khusus IKM; menitikberatkan perjanjian Kerjasama
Internasional pada Peningkatan Investasi; perumusan Rancangan Standar
Nasional Indonesia (RSNI) dan Pemberlakuan penerapan secara wajib SNI; serta
pemberian insentif untuk industri hijau.
Secara garis besar Kementerian Perindustrian telah berhasil melaksanakan
tugas, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian kinerja Kementerian
Perindustrian tahun 2015. Beberapa sasaran yang ditetapkan dapat dicapai,
meskipun belum semuanya menunjukkan hasil sebagaimana yang ditargetkan.
Keberhasilan

pencapaian

sasaran

Kementerian

Perindustrian

disamping

ditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal,
seperti kerjasama dengan institusi terkait. Hasil lebih rinci secara keseluruhan
tergambar dalam Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015.

iv

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................ i
Kata Pengantar.................................................................................................................v
Daftar Isi ............................................................................................................................. vi
Daftar Tabel .....................................................................................................................viii
Daftar Gambar................................................................................................................. xi
Bab I. Pendahuluan ..........................................................................................................1
A. Tugas Dan Fungsi Kementerian Perindustrian......................................................1
B.

Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian ....................................................1

C. Peran Strategis Kementerian Perindustrian ..........................................................7


D. Rencana Strategis Kementerian Perindustrian ....................................................9
1.

Visi Kementerian Perindustrian......................................................................10

2.

Misi Kementerian Perindustrian .....................................................................11

3.

Tujuan Kementerian Perindustrian................................................................12

4.

Sasaran Kementerian Perindustrian .............................................................12

5.

Arah Kebijakan dan Strategi.........................................................................17

Bab II. Perencanaan Kinerja..........................................................................................19


A. Perencanaan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015........................19
B.

Rencana Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2015..........................21

Bab III. Akuntabilitas Kinerja ...........................................................................................22


A. Capaian Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015 ................................22
1.

Kinerja Sasaran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Kementerian Perindustrian


...........................................................................................................................22

2.
vi

Kinerja Makro Industri Pengolahan Non Migas ..........................................51

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

3.

Kinerja Program Prioritas Nasional Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 ........................................64

4.
B.

Kinerja Program Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian ...83

Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2015 .........................121

Bab IV. Penutup.............................................................................................................124


A. Kesimpulan ...........................................................................................................124
B.

Permasalahan Dan Kendala .............................................................................125

C. Rekomendasi........................................................................................................126

vii

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Daftar Tabel
Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja (Perkin) Perspektif Stakeholders ...............................20
Tabel 2.2 Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2015 Berdasarkan
Program.......................................................................................................21
Tabel 3.1 Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Tingginya Nilai Tambah
Industri..........................................................................................................23
Tabel 3.2 Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri ................................24
Tabel 3.3 Realisasi IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri .................................24
Tabel 3.4 Peran Sektor Industri Terhadap PDB Nasional........................................25
Tabel 3.5 Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar
Dalam dan Luar Negeri ............................................................................28
Tabel 3.6 Capaian IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
......................................................................................................................28
Tabel 3.7 Realisasi IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
......................................................................................................................29
Tabel 3.8 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas Menurut CabangCabang Industri Tahun Dasar 2010 .........................................................30
Tabel 3.9 Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Meningkatnya Produktivitas
SDM Industri.................................................................................................33
Tabel 3.10 Capaian IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri ...............33
Tabel 3.11 Realisasi IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri.................33
Tabel 3.12 Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Tingginya Kemampuan
Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri...........................................36

viii

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.13 Capaian IKU Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan


Teknologi Industri........................................................................................36
Tabel 3.14 Realisasi IKU Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan
Teknologi Industri........................................................................................37
Tabel 3.15 Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya
Struktur Industri............................................................................................40
Tabel 3.16 Capaian IKU dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri......41
Tabel 3.17 Realisasi IKU dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri .......41
Tabel 3.18 Target dan Realisasi Tahun 2015 dari Tersebarnya Pembangunan
Industri..........................................................................................................45
Tabel 3.19 Realisasi IKU dari Tersebarnya Pembangunan Industri .........................45
Tabel 3.20 Kontribusi sektor Industri Manufaktur di Jawa dan Luar Jawa ............46
Tabel 3.21 Rasio Jumlah IKM di Pulau Jawa dan Luar Jawa Tahun 2010-2015 ...47
Tabel 3.22 Target dan Realisasi Tahun 2015 dari Meningkatnya Peran Industri Kecil
dan Menengah terhadap PDB Industri ..................................................48
Tabel 3.23 Capaian IKU dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah
terhadap PDB Industri..............................................................................49
Tabel 3.24 Realisasi IKU dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah
terhadap PDB Industri..............................................................................49
Tabel 3.25 Kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri Tahun 2011-2015 ................50
Tabel 3.26 Pertumbuhan PDB Berdasar Lapangan Usaha 2012-2015 Tahun Dasar
2010..............................................................................................................51
Tabel 3.27 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas Menurut CabangCabang Industri Tahun Dasar 2010 .........................................................53
Tabel 3.28 Peran Tiap Cabang Industri terhadap PDB Sektor Industri Tahun 2015
Atas Tahun Dasar 2010..............................................................................57
ix

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.29 Perkembangan Ekspor Industri Non Migas Tahun 2013 - 2015 ............58
Tabel 3.30 Perkembangan Impor Industri Non Migas Tahun 2012 - 2015 .............60
Tabel 3.31 Investasi PMDN Tahun 2012 - 2015...........................................................62
Tabel 3.32 Investasi PMA 2012 - 2015 .........................................................................63
Tabel 3.33 Capaian Fokus Pengembangan Perwilayahan Industri ......................67
Tabel 3.34 Capaian Fokus Penumbuhan Populasi Industri .....................................68
Tabel 3.35 Capaian Fokus Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing...............75
Tabel 3.36 Perkembangan Jumlah RSNI Tahun 2011-2015 ...................................110
Tabel 3.37 Jumlah Perusahaan yang menerima Penghargaan .........................113
Tabel 3.38 Perkembangan Nilai dan Predikat Akuntabilitas Kinerja Kementerian
Perindustrian .............................................................................................118
Tabel 3.39 Laporan

Realisasi

Anggaran

Kementerian

Perindustrian

Tahun

Anggaran 2015 Menurut Unit Eselon I ...................................................121


Tabel 3.40 Perbandingan

Pagu

dan

Realisasi

Anggaran

Kementerian

Perindustrian Tahun 2011 2015 ............................................................122

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Daftar Gambar
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian....................................2
Gambar 3.1 Hasil Litbang 2011-2015 ........................................................................35
Gambar 3.2 Perkembangan Jumlah Hasil Penelitian dan Pengembangan yang
Siap Diterapkan Tahun 2013 2015....................................................37
Gambar 3.3 Perkembangan Jumlah Hasil penelitian dan pengembangan yang
telah diterapkan Tahun 2011 2015...................................................38
Gambar 3.4 Jumlah Perusahaan pemohon dan permohonan yang telah
direalisasikan s.d 31 Desember 2015 ..................................................78
Gambar 3.5 Nilai permohonan dan realisasi program s.d. 31 Desember 2015 .78
Gambar 3.6 Perkembangan Lembaga Pengujian Kesesuaian Tahun 2012 2015
...............................................................................................................111

xi

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Bab I Pendahuluan
A. TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia,
Kementerian Perindustrian berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Kementerian Perindustrian yang dipimpin oleh Menteri Perindustrian
menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian;
2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Perindustrian;
3. Pengawasan

atas

pelaksanaan

tugas

di

lingkungan

Kementerian

Perindustrian;
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Perindustrian di daerah; dan
5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

B. STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN


Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Perindustrian

Nomor:

105/M-

IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian,


Kementerian Perindustrian terdiri atas Wakil Menteri Perindustrian, 9 (sembilan) unit
eselon

dan

(tiga)

Staf

Ahli

Menteri

sebagaimana

terlihat

pada

Gambar 1.1.

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian

Tugas Pokok masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut:


1. Sekretariat Jenderal

Mempunyai

tugas

melaksanakan

koordinasi

pelaksanaan

tugas,

pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit


organisasi di Iingkungan Kementerian Perindustrian. Sekretariat Jenderal terdiri
dari 5 (lima) biro, yaitu Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro
Hukum dan Organisasi, serta Biro Umum.
2. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur

Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan


standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur. Direktorat Jenderal
Basis Industri Manufaktur terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat
Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Material Dasar Logam; Direktorat
Industri Kimia Dasar; Direktorat Industri Kimia Hilir; dan Direktorat Industri Tekstil
dan Aneka.

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

3. Direktorat Jenderal Industri Agro

Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan


standardisasi teknis di bidang industri agro. Direktorat Jenderal Industri Agro
terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal;
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan; Direktorat Industri Makanan,
Hasil Laut, dan Perikanan; dan Direktorat Industri Minuman dan Tembakau.
4. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

Direktorat
mempunyai

Jenderal

tugas

Industri

merumuskan

Unggulan
serta

Berbasis

melaksanakan

Teknologi
kebijakan

Tinggi
dan

standardisasi teknis di bidang industri unggulan berbasis teknologi tinggi.


Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi terdiri atas 5
(lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri
Alat Transportasi Darat; Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat
Pertahanan; Direktorat Industri Elektronika dan Telematika; dan Direktorat
Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian.
5. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah

Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai tugas


merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
industri kecil dan menengah. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal;
Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah I; Direktorat Industri Kecil dan
Menengah Wilayah II; dan Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah III.
6. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri

Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri mempunyai


tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang

pengembangan

perwilayahan

industri.

Direktorat

Jenderal

Pengembangan Perwilayahan Industri terdiri atas 4 (empat) unit eselon II,


3

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Pengembangan Fasilitasi


Industri Wilayah I; Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II; dan
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah III.
7. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional

Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional mempunyai tugas


merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
kerja sama industri internasional. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri
Internasional terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat
Jenderal; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral;
Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional; dan
Direktorat Ketahanan Industri.
8. Inspektorat Jenderal

Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan


intern di Iingkungan Kementerian Perindustrian. Inspektorat Jenderal terdiri atas
5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal; Inspektorat I;
Inspektorat II; Inspektorat III; dan Inspektorat IV.
9. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri

Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri mempunyai tugas


melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan
makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan
pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri. Badan
Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri terdiri dari 5 (lima) unit eselon II,
yaitu Sekretariat Badan; Pusat Standardisasi; Pusat Pengkajian Kebijakan dan
Iklim Usaha Industri; Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup; dan
Pusat Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual.

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

10. Staf Ahli Menteri

Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu, yang


berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf Ahli Menteri
mempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri mengenai masalah
tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat
Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan dan Inspektorat Jenderal. Staf Ahli Menteri
terdiri atas Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri; Staf Ahli Bidang
Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri; dan Staf Ahli
Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi.
Pada tahun 2015, Kementerian Perindustrian melakukan perubahan
nomenklatur eselon I di Direktorat Jenderal (Ditjen), Badan dan Staf Ahli, dimana
hal tersebut sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 29 tahun 2015 tentang
Kementerian Perindustrian yang di tanda tangani oleh Presiden Joko Widodo
dan

diamanatkan

dalam

No.107/M-IND/PER/11/2015.

Unit

Peraturan
eselon

yang

Menteri
mengalami

Perindustrian
perubahan

nomenklatur yaitu:
a) Ditjen BIM menjadi Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka mempunyai tugas


menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi
industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia
hulu, industri kimia hilir, industri barang galian non logam, serta industri tekstil
dan industri aneka.
b) Ditjen IUBTT menjadi Ditjen Industri Logam, Mesin, dan Alat Transportasi

Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika


mempunyai

tugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan


5

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,


peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan
jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri
strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam
negeri pada industri logam, industri mesin, industri alat transportasi dan
maritim, serta industri elektronika dan telematika.
c) Ditjen

Kerjasama

Industri

Internasional

menjadi

Ditjen

Ketahanan

dan

Pengembangan Akses Industri Internasional

Direktorat

Jenderal

Internasional

Ketahanan

mempunyai

tugas

dan

Pengembangan

menyelenggarakan

Akses

Industri

perumusan

dan

pelaksanaan kebijakan di bidang ketahanan industri dan kerja sama


internasional di bidang industri.
d) Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri menjadi Badan Penelitian
dan Pengembangan Industri

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Industri

mempunyai

tugas

menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dibidang perindustrian.


e) Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam
Negeri menjadi Staf Ahli Bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri

Staf Ahli Bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri mempunyai


tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri
terkait dengan bidang peningkatan penggunaan produk dalam negeri.
f)

Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi menjadi Staf Ahli Bidang
Sumber Daya Industri.

Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri mempunyai tugas memberikan


rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan
bidang sumber daya industri.
6

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

g) Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri Teknologi menjadi Staf Ahli Bidang
Penguatan Struktur Industri.

Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri mempunyai tugas memberikan


rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan
bidang penguatan struktur industri.
Perubahan nomenklatur di tingkat unit Ditjen, Badan, dan Staf ahli
diselaraskan dengan kaidah kelembagaan yang sudah ada, dimana dengan
adanya perubahan nomenklatur, akan memudahkan stakeholder industri
mengenal lebih baik jenis industri dan pengelompokkannya masing-masing.

C. PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN


Peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional tersebut tercermin
dari dampak kegiatan ekonomi sektor riil bidang industri dalam komponen
konsumsi maupun investasi. Dari hal ini sektor industri berperan sebagai pemicu
kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai
sektor jasa keteknikan, penyediaan bahan baku, transportasi, distribusi atau
perdagangan, pariwisata dan sebagainya. Pembangunan sektor industri menjadi
sangat

penting

karena

kontribusinya

terhadap

pencapaian

sasaran

pembangunan ekonomi nasional, terutama dalam pembentukan PDB sangat


besar dan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (prime mover)
karena kemampuannya dalam peningkatan nilai tambah yang tinggi. Selain itu
industri juga dapat membuka peluang untuk menciptakan dan memperluas
lapangan

pekerjaan,

yang

berarti

meningkatkan

kesejahteraan

serta

mengurangi kemiskinan. Walau telah dicapai berbagai perkembangan yang


cukup penting dalam pengembangan industri, namun dirasakan industri belum
tumbuh seperti yang diharapkan. Permasalahan Pembangunan Nasional yang
sedang dihadapi bangsa Indonesia dan memerlukan upaya penanganan yang
terstruktur dan berkelanjutan, di antaranya meliputi:
1. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan;
2. Rendahnya pertumbuhan ekonomi;
7

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

3. Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia;


4. Lemahnya sektor infrastruktur;
5. Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi.
Berbagai

permasalahan

pokok

yang

sedang

dihadapi

dalam

mengembangkan sektor industri, yaitu: Pertama, ketergantungan yang tinggi


terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan penolong, barang setengah
jadi maupun komponen. Kedua, keterkaitan antara sektor industri dengan
ekonomi lainnya relatif masih lemah. Ketiga, struktur industri hanya didominasi oleh
beberapa cabang industri yang tahapan proses industrinya pendek. Keempat,
lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Kelima, lebih dari 60 persen
sektor industri terletak di Pulau Jawa. Keenam, masih lemahnya kemampuan
kelompok industri kecil dan menengah.
Dalam mengatasi permasalahan dalam mengembangkan sektor industri,
isu-isu strategis hasil temu nasional di bidang perekonomian sebagai prioritas
Kabinet Indonesia Bersatu II adalah:
1. Pembangunan Infrastruktur;
2. Ketahanan Pangan;
3. Ketahanan Energi;
4. Pengembangan UMKM;
5. Revitalisasi Industri dan Jasa;
6. Pembangunan Transportasi.
Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari pembangunan
nasional dituntut mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap
pembangunan ekonomi maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam
penentuan tujuan pembangunan industri di masa depan, baik jangka
menengah maupun jangka panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi
permasalahan dan kelemahan di sektor industri, tetapi juga harus mampu
mengatasi permasalahan nasional. Dengan memperhatikan masalah nasional
dan masalah yang sedang dihadapi oleh sektor industri, serta untuk mendukung
8

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

keberhasilan prioritas Kabinet Indonesia Bersatu, maka telah ditetapkan proses


yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian
Perindustrian dan yang dikelompokkan ke dalam: 1) perumusan kebijakan; 2)
pelayanan dan fasilitasi; serta 3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang
secara langsung menunjang pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah
ditetapkan, disamping dukungan kapasitas kelembagaan guna mendukung
semua proses yang akan dilaksanakan.
Pada pembangunan sektor industri,

pemerintah berperan sebagai

fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi


aktivitas-aktivitas sektor swasta. Intervensi langsung Pemerintah dalam bentuk
investasi dan layanan publik hanya dilakukan bila mekanisme pasar tidak dapat
berlangsung secara sempurna. Arah kebijakan dalam Rencana Strategis
mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut:
1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam
perekonomian nasional;
2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas
nasional dan kompetensi daerah;
3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan
lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar;
4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa;
Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain
dalam mendukung pembangunan industri nasional.

D. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN


Pada dokumen Laporan Kinerja 2015, Kementerian Perindustrian masih
mengacu pada dokumen Rencana Strategis 2010-2014. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Perindustrian No. 114/M-IND/PER/12/2013 dimana indikator
kinerja utama dan target untuk tahun 2015 telah ditetapkan. Pengesahan
dokumen Rencana Strategis periode tahun 2015-2019 dilakukan pada bulan
9

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Maret tahun 2015 dan akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Perkin
tahun 2016.
Renstra

Kementerian

Perindustrian

2010-2014

dimaksudkan

untuk

merencanakan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pencapaian sasaran


pembangunan

nasional

sebagaimana

diamanatkan

pada

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 (Peraturan Presiden Nomor


5 Tahun 2010), Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun
2008) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Undang-Undang
Nomor 17 tahun 2007), serta disusun antara lain berdasarkan hasil evaluasi
terhadap pelaksanaan Renstra Kementerian Perindustrian periode 2005-2009,
analisa terhadap dinamika perubahan lingkungan strategis baik tataran daerah,
nasional, maupun di tataran global, serta perubahan paradigma peningkatan
daya saing dan kecenderungan pengembangan industri ke depan.
1.

Visi Kementerian Perindustrian


Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah

Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh
Dunia yang bercirikan:
1). Industri kelas dunia;
2). PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;
3). Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan
pasar.
Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya
Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para
kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu
memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:
1). Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;
2). Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;
3). Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar;
10

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

4). Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat,
keterkaitan antar skala usaha industri kuat);
5). Jasa industri yang tangguh.
Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan
mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan
ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi
yang berciri kerakyatan.
Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai
dengan 2014 yakni:

Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan


serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan
2. Misi Kementerian Perindustrian
Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian
sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut:
1). Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;
2). Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;
3). Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;
4). Menjadi wahana memajukan kemampuan teknologi nasional;
5). Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan
wawasan budaya masyarakat;
6). Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan
penciptaan rasa aman masyarakat;
7). Menjadi

andalan

pengembangan

pembangunan
dan

pengelolaan

industri

yang

sumber

berkelanjutan

bahan

baku

melalui

terbarukan,

pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial
yang tinggi.

11

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi
lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:
1). Mendorong peningkatan nilai tambah industri;
2). Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional;
3). Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;
4). Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;
5). Memfasilitasi penguatan struktur industri;
6). Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;
7). Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
3.

Tujuan Kementerian Perindustrian


Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional,

oleh sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk menjadikan industri
yang mampu memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi,
sosial dan politik Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan
untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang
disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda dunia
saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi permasalahan
nasional, serta meletakkan dasar-dasar membangun industri andalan masa
depan.
Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi sektor
industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor industri secara
keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Maka dijabarkan
tujuannya adalah kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa
depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
4.

Sasaran Kementerian Perindustrian


Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya sistemik

yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi


perspektif pemangku kepentingan (stakeholder), perspektif pelaksanaan
12

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

tugas pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan. Dari hasil


evaluasi kinerja pada periode tahun 2010 2012, terdapat perbaikan
terhadap sasaran strategis dan indikator-indikator kinerja utama Kementerian
Perindustrian. Sasaran strategis dan indikator kinerja utama yang telah
diperbaiki ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 114
Tahun

2013.

Sasaran

strategis

dan

indikator

kinerja

utama

tersebut

sebagaimana diuraikan berikut ini.


1). Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
(1). Sasaran Strategis I : Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator
Kinerja Utama:
1.

Laju pertumbuhan industri non migas;

2.

Kontribusi industri pengolahan non migas terhadap PDB nasional.

(2). Sasaran Strategis II : Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri,
dengan Indikator Kinerja Utama:
1.

Kontribusi ekspor produk industri terhadap ekspor nasional.

2.

Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di


pasar dalam negeri.

(3). Sasaran Strategis III : Meningkatnya produktivitas SDM industri, dengan


Indikator Kinerja Utama:
1.

Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri;

(4). Sasaran Strategis IV : Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan


teknologi industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1.

Jumlah hasil penelitian dan pengembangan yang siap diterapkan;

2.

Jumlah

hasil

penelitian

dan

pengembangan

yang

telah

diimplementasikan.
(5). Sasaran Strategis V : Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan
Indikator Kinerja Utama:
1.

Jumlah investasi di industri hulu dan antara;

13

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

2.

Tingkat kandungan lokal.

(6). Sasaran Strategis VI : Tersebarnya pembangunan industri, dengan


Indikator Kinerja Utama:
1.

Rasio PDB industri luar Jawa terhadap PDB industri Jawa;

2.

Perbandingan jumlah IKM di luar Pulau Jawa dan Jawa.

(7). Sasaran Strategis VII : Meningkatnya peran industri kecil dan menengah
terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama:
1.

Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB industri.

2). Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)


(1).

Sasaran Strategis I: Tersusunnya kebijakan dan iklim usaha dalam


mendukung pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Rekomendasi kebijakan perpajakan dan tarif;
2. Rekomendasi kebijakan nonfiskal dan moneter sektor industri.

(2).

Sasaran Strategis II: Tersusunnya usulan insentif yang mendukung


pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Rekomendasi usulan insentif;
2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif.

(3).

Sasaran

Strategis

III:

Ditetapkannya

rencana

strategis

dalam

pengembangan industri prioritas dan industri daerah, dengan Indikator


Kinerja Utama:
1. Jumlah Renstra & Renja;
2. Jumlah peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota yang
telah ditetapkan.
(4).

Sasaran Strategis IV: Berkembangnya R & D di instansi dan industri,


dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Kerjasama R&D instansi dengan industri.

14

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

(5).

Sasaran Strategis V: Meningkatnya penerapan, pengembangan dan


penggunaan Kekayaan intelektual, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Fasilitasi perlindungan HKI;
2. Persentase pengaduan pelanggaran HKI yang dapat ditangani.

(6).

Sasaran Strategis VI: Meningkatnya akses pembiayaan dan bahan baku


untuk meningkatkan kapasitas produksi, dengan Indikator Kinerja
Utama:
1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi;
2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan;
3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku.

(7).

Sasaran Strategis VII: Meningkatnya promosi industri, dengan Indikator


Kinerja Utama:
1. Perusahaan yang mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi
dagang/investasi, promosi produk/jasa dan investasi industri;

(8).

Sasaran Strategis VIII: Meningkatnya kerjasama industri internasional,


dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Jumlah kesepakatan investasi industri;
2. Jumlah kesepakatan kerjasama industri internasional;
3. Jumlah jejaring kerja internasional.

(9).

Sasaran Strategis IX: Meningkatnya usulan penerapan SNI, dengan


Indikator Kinerja Utama:
1. Rancangan SNI yang diusulkan
2. SNI yang diberlakukan secara wajib;
3. Peningkatan jumlah jenis produk yang sudah bisa diuji di laboratorium;
4. Satker yang terakreditasi untuk memberikan sertifikasi produk.

(10). Sasaran Strategis X: Meningkatnya Pengembangan Industri Hijau,


dengan Indikator Kinerja Utama:
15

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

1. Bertambahnya kebijakan yang mendukung pengembangan industri


hijau;
2. Meningkatnya industri yang menerapkan industri hijau.
(11). Sasaran Strategis XI: Meningkatnya kualitas pelayanan publik, dengan
Indikator Kinerja Utama:
1. Tingkat kepuasan masyarakat;
2. Nilai indeks integritas dari KPK.
(12). Sasaran Strategis XII: Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan
pelatihan serta kewirausahaan, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Sertifikasi profesi guru;
2. Sertifikasi profesi dosen;
3. Sertifikasi asessor;
4. Program studi (prodi) pada unit pendidikan yang terakreditasi A dan
B;
5. Terbentuknya Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP);
6. Terbentuknya Tempat Uji Kompetensi (TUK);
7. Terbentuknya sistem pendidikan berbasis kompetensi;
8. Jumlah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di sektor
industri.
(13). Sasaran Strategis XIII: Meningkatnya budaya pengawasan pada unsur
pimpinan dan staf, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja.
(14). Sasaran Strategis XIV: Meningkatnya evaluasi pelaksanaan kebijakan
dan efektifitas pencapaian kinerja industri, dengan Indikator Kinerja
Utama:
1. Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri.

16

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

3). Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan


(1).

Sasaran Strategis I: Berkembangnya kemampuan SDM aparatur yang


kompeten, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Standar kompetensi SDM aparatur;
2. SDM aparatur yang kompeten.

(2).

Sasaran Strategis II: Terbangunnya organisasi yang professional dan


probisnis, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Penerapan sistem manajemen mutu.

(3).

Sasaran Strategis III: Terbangunnya sistem informasi yang terintegrasi dan


handal, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tersedianya sistem informasi online;
2. Pengguna yang mengakses.

(4).

Sasaran

Strategis

IV:

Meningkatnya

kualitas

perencanaan

dan

pelaporan, dengan Indikator Kinerja Utama:


1.

Tingkat kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan dokumen


perancanaan;

(5).

2.

Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan

3.

Nilai SAKIP Kementerian Perindustrian.

Sasaran Strategis V: Meningkatnya sistem tata kelola keuangan dan


BMN yang profesional, dengan Indikator Kinerja Utama:

5.

1.

Tingkat penyerapan anggaran;

2.

Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP).

Arah Kebijakan dan Strategi


Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran industri tahun

2010-2014, telah dibangun Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang


menguraikan peta-jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkan visi 2014

17

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

sebagaimana disebutkan di atas. Peta Strategi Kementerian Perindustrian tersaji


pada Gambar 1.2 di bawah ini.

Gambar 1.2. Peta Strategi Kementerian Perindustrian

18

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja


A. PERENCANAAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015
Perencanaan kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2015 ini disusun
melalui 2 (dua) tahapan perencanaan, yaitu tahapan penyusunan Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015 dan tahapan penyusunan Perjanjian Kinerja
(Perkin) Tahun 2015. Dokumen Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2015 disusun pada
tahun anggaran 2014 dan dokumen Penetapan Kinerja (Perkin) Tahun 2015
ditetapkan pada awal tahun anggaran 2015.
Perencanaan kinerja yang disusun dalam dokumen Rencana Kinerja
Tahunan Tahun 2015 merupakan perencanaan yang sesuai dengan Peta
Strategis Kementerian Perindustrian yang telah dituangkan dalam Rencana
Strategis tahun 2010-2014 dan dokumen Peta Strategi serta Indikator Kinerja
Utama Kementerian Perindustrian sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 114 Tahun 2013 pada tanggal 27 Desember 2013
tentang

perubahan atas

Peraturan

Menteri

Perindustrian Nomor

41/M-

IND/PER/3/2010 tentang Peta Strategi dan Indikator Kinerja Utama Kementerian


Perindustrian dan Unit Eselon I Kementerian Perindustrian.
Dokumen penetapan Perjanjian Kinerja tahun 2015 disusun berdasarkan
hasil evaluasi kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2014 sebagaimana
diuraikan dalam dokumen LAKIP Kementerian Perindustrian tahun 2014 dan
beberapa penyesuaian dengan ketersediaan anggaran yang disetujui dan
tertuang dalam DIPA Kementerian Perindustrian Tahun 2015. Hasil evaluasi dan
beberapa penyesuaian ini berdampak pada sasaran strategis, indikator kinerja
maupun

target

yang

ditetapkan

dalam

dokumen

Penetapan

Kinerja

Kementerian Perindustrian Tahun 2015. Penyesuaian ini didasari dengan


pertimbangan

ketersediaan

data

dukung

pengukuran

indikator

kinerja,

rasionalitas ketercapaian target sasaran dan indiaktor kinerja serta kesesuaian


19

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

target dengan ketersediaan sumber daya baik sumber daya manusia, anggaran
maupun sarana lain. Sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun
2015

dan

ditetapkan

dalam

dokumen

Perjanjian

Kinerja

Kementerian

Perindustrian Tahun 2015 dengan penetapan anggaran sebagaimana dalam


DIPA Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran 2015 adalah sebagaimana
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Perjanjian Kinerja (Perkin) Perspektif Stakeholders
Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Target

Satuan

Tingginya nilai tambah


industri

1.

Laju pertumbuhan industri nonmigas

6,00

Persen

2.

Kontribusi industri manufaktur


terhadap PDB nasional

20,80

Persen

Tingginya penguasaan
pasar dalam dan luar
negeri

1.

Kontribusi ekspor produk industri


terhadap ekspor nasional

65

Persen

2.

Pangsa pasar produk industri


nasional terhadap total
permintaan di pasar dalam negeri

38

Persen

Meningkatnya produktivitas
SDM industri

1.

Tingkat produktivitas SDM industri

250.000

Rupiah/
Tenaga
kerja

Tingginya kemampuan
inovasi dan penguasaan
teknologi Industri

1.

Jumlah hasil penelitian dan


pengembangan yang siap
diterapkan

35

Hasil
Litbang

2.

Jumlah hasil penelitian dan


pengembangan yang telah
diimplementasikan

10

Hasil
Litbang

1.

Jumlah investasi di industri hulu dan


antara

900

Proyek

2.

Tingkat Kandungan Lokal

500

Produk

1.

Rasio PDB industri luar Jawa


terhadap PDB industri Jawa

27,73 : 72,27

Rasio

2.

Perbandingan jumlah IKM di luar


Pulau Jawa dan Jawa

32 : 68

Rasio

1.

Meningkatnya kontribusi PDB IKM


terhadap PDB Industri

35

Persen

Kuat, lengkap dan


dalamnya struktur industri
Tersebarnya
pembangunan industri

Meningkatnya peran
industri kecil dan
menengah terhadap PDB

20

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

B. RENCANA ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015


Perjanjian kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015 dengan sasaran
strategis, indikator kinerja utama dan pentargetan yang telah ditetapkan pada
tahun

2015,

didukung

dengan

pembiayaan

APBN

sebesar

Rp.

4.599.409.087.000,00. Anggaran tersebut dirinci berdasarkan program. Secara


lengkap anggaran tersebut disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2.
Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2015 Berdasarkan Program

(dalam ribu rupiah)

No.

Program

Pagu 2015

1.

Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen


Kementerian Perindustrian

2.

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian


Perindustrian

3.

Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro

354.789.761

4.

Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Kimia,


Tekstil dan Aneka

354.575.743

5.

Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Alat Transportasi,


Mesin, Elektronika dan Alat Pertahanan

369.035.768

6.

Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan


Menengah

622.945.133

7.

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur


Kemenperin

46.179.969

8.

Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri

9.

Program Penumbuhan dan Pengembangan Perwilayahan Persebaran


Industri

10.

Program Pengamanan Industri dan Kerjasama Internasional


Total

1.142.251.616
20.305.283

579.139.170
1.061.892.000
49.860.699
4.600.975.142

21

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Bab III Akuntabilitas Kinerja


A. CAPAIAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015
Capaian kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2015 merupakan
pencapaian kinerja seluruh jajaran Kementerian Perindustrian dalam melakukan
berbagai upaya melalui program dan kegiatan guna mencapai target yang
telah ditetapkan pada tahun 2015. Capaian kinerja ini bukan hanya menguraikan
capaian kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan sebagai kontrak kinerja
Menteri

Perindustrian

dalam

dokumen

Perjanjian

Kinerja

Kementerian

Perindustrian Tahun 2015, namun juga menguraikan capaian kinerja lain, yaitu
kinerja makro sektor industri, kinerja program prioritas nasional Rencana
Pembangunan

Jangka

Menengah

Nasional

(RPJMN),

kinerja

program

Kementerian Perindustrian, kinerja kelembagaan dan kinerja keuangan.


Analisis pencapaian dilengkapi dengan pembandingan capaian
dengan tahun sebelumnya serta dengan kinerja lainnya. Namun terdapat
beberapa sasaran strategis maupun indikator kinerja utama yang tidak dapat
diperbandingkan. Hal ini dikarenakan pada tahun sebelumnya tidak ditetapkan
sebagai sasaran strategis atau indikator kinerja utama yang sama, serta
dikarenakan ketidaktersediaan data.
1.

Kinerja Sasaran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Kementerian Perindustrian


Sebagaimana telah diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja

tahun 2015, kinerja sasaran yang

ditetapkan dalam

Perjanjian

Kinerja

Kementerian Perindustrian tahun 2015 mencakup 7 (tujuh) sasaran strategis dalam


perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder) yang diukur melalui 12 (dua
belas) indikator kinerja utama (IKU). Sebagaimana telah dijelaskan di bab
sebelumnya bahwa pada sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen
Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Kementerian Perindustrian masih mengacu pada
Renstra 2010-2014. Hal ini dikarenakan dokumen Renstra 2015-2019 tersusun di
22

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

triwulan III tahun 2015. Data capaian kinerja yang disajikan dalam laporan kinerja
tahun 2015 ini dimungkinkan adanya perbedaan penyajian angka capaian dan
data

kinerja

pada

tahun-tahun

sebelumnya

karena

memang

terjadi

pembaharuan data berdasarkan data pembaharuan dari sumber yang


berkompeten seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan unit kerja Pusat Data dan
Informasi (Pusdatin).
a. Nilai Tambah Industri
Nilai tambah industri dimaksud adalah nilai tambah dari hasil produksi
yang merupakan selisih antara nilai output dengan nilai input. Sasaran strategis ini
diukur melalui indikator kinerja utama:
1). Laju pertumbuhan industri dengan target tahun 2015 sebesar 6,00 persen.
2). Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional dengan target pada
tahun 2015 sebesar 20,80 persen.
Laju pertumbuhan industri, diukur melalui penghitungan pertumbuhan nilai
tambah dihitung dengan melihat tingkat pertumbuhan sektor industri non migas
sesuai data dari BPS. Bila ditemukan ada nilai tambah yang menggabungkan
industri dari direktorat yang berbeda, lakukan kesepakatan untuk membagi nilai
tambah tersebut (gunakan sampai 5 digit nilai ISIC).
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional, diukur melalui penghitungan
besaran persentase kontribusi industri pengolahan non-migas terhadap PDB
Nasional (diperoleh dari nilai ISIC number kepala 3) agregasi dari 3 unit sektoral.
Tabel. 3.1.
Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri
Sasaran Strategis
Tingginya
Nilai Tambah
Industri

IKU
Laju pertumbuhan industri
non-migas
Kontribusi industri pengolahan
non-migas terhadap PDB
nasional

2015

Satuan

Target

Realisasi

Capaian

6,0

5,04

84

Persen

20,80

18,18

87,40

Persen

23

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tabel. 3.2 .
Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri
Sasaran
Strategis

Tingginya
Nilai
Tambah
Industri

IKU

2011

2012

2013

2014

2015

Satuan

Laju pertumbuhan
industri

111,97

94,81

85,43

82,50

84

Persen

Kontribusi industri
manufaktur terhadap
PDB nasional

89,44

104,25

98,33

84,81

87,40

Persen

Tabel. 3.3.
Realisasi IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri
Sasaran
Strategis

Tingginya
Nilai
Tambah
Industri

IKU

2011

2012

2013

2014

2015

Satuan

Laju pertumbuhan
industri

6,74

6,40

6,10

5,61

5,04

Persen

Kontribusi industri
manufaktur terhadap
PDB nasional

20,92

20,85

20,76

17,87

18,18

Persen

Pencapaian target indikator laju pertumbuhan industri dari tahun 2011


sampai dengan tahun 2014 terus mengalami penurunan. Capaian pada tahun
2011 sebesar 111,97 persen mengalami penurunan sampai tahun 2014 menjadi
82,50 persen. Namun pada tahun 2015, pencapaian target mengalami
peningkatan menjadi sebesar 84 persen. Begitu juga dengan angka realisasi
pertumbuhan industri, yang berangsur-angsur turun dari sebesar 6,74 persen pada
tahun 2011, menjadi sebesar 6,40 persen pada tahun 2012 dan kembali turun
pertumbuhannya hanya sebesar 6,10 persen pada tahun 2013 sampai dengan
tahun 2014 turun lagi hanya tumbuh sebesar 5,61 persen. Pada tahun 2015,
realisasi pertumbuhan industri ini juga mengalami penurunan kembali sebesar 5,04
persen.
Pada indikator kinerja utama kontribusi industri manufaktur terhadap PDB
nasional sampai dengan tahun 2015 memiliki kontribusi sebesar 18,18 persen.
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kontribusi industri manufaktur
24

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

terhadap PDB nasional mengalami peningkatan setelah pada tahun lalu hanya
mencapai 17,87 persen. Capaian kontribusi industri manufaktur terhadap PDB
nasional sempat mengalami penurunan pencapaian dari target yang telah
ditetapkan dari tahun 2012 sebesar 104,25 persen hingga 2014 mencapai 84,81
persen. Sedangkan pada tahun 2015, capaian indikator ini meningkat yaitu
sebesar 87,40 persen.
Nilai kontribusi industri pengolahan khususnya industri pengolahan
nonmigas yang selalu terbesar dibanding dengan lapangan usaha lain ini
menjadi

bukti

pentingnya

peranan

sektor

industri

sebagai

penggerak

perekonomian nasional. Hal ini sekaligus menjadi pendorong bagi Kementerian


Perindustrian untuk selalu fokus dan berkinerja secara maksimal dan terbaik.
Tabel. 3.4.
Peran Sektor Industri Terhadap PDB Nasional (Persen)
(tahun dasar 2010)

No

Lapangan Usaha

2011

2012

2013

2014*

2015**

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

13.51

13.37

13.39

13.34

13,52

Pertambangan dan Penggalian

11.81

11.61

10.95

9.87

7,62

Industri Pengolahan

21.76

21.45

20.98

21.01

20,84

a. Industri Migas

3.63

3.46

3.26

3.11

2,67

b. Industri Non Migas

18.13

17.99

17.72

17.89

18,18

1.17

1.11

1.04

1.08

1,14

Pengadaan Listrik dan Gas


Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang

0.08

0.08

0.08

0.07

0,07

Konstruksi

9.09

9.35

9.51

9.86

10,34

13.61

13.21

13.27

13.44

13,29

Perdagangan Besar dan Eceran;


Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan

3.53

3.63

3.87

4.42

5,02

Penyediaan Akomodasi dan Makan


Minum

2.86

2.93

3.04

3.04

2,96

10

Informasi dan Komunikasi

3.60

3.61

3.58

3.50

3,53

11

Jasa Keuangan dan Asuransi

3.46

3.72

3.87

3.87

4,03

12

Real Estate

2.79

2.76

2.77

2.79

2,86

13

Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan

1.46

1.48

1.52

1.57

1,65

3.89

3.95

3.90

3.83

3,91

2.97

3.14

3.25

3.24

3,37

14
15

25

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

No
18
17

Lapangan Usaha

2011

2012

2013

2014*

2015**

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial


Jasa lainnya

0.98

1.00

1.01

1.03

1,07

1.44

1.42

1.47

1.55

1,65

Total PDB

100

100

100

100

100

Sumber: BPS diolah Kemenperin; * Data Sementara; ** Data sangat sementara

Lapangan usaha yang menjadi kontributor terbesar setelah industri


pengolahan pada tahun 2015 adalah sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan sebesar 13,52 persen, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi
mobil dan sepeda motor sebesar 13,29 persen, sektor konstruksi sebesar
10,34 persen dan sektor pertambangan dan penggalian yang menyumbang
sebesar 7,62 persen.
Secara umum terjadi pertumbuhan di beberapa sektor lapangan usaha,
namun berdasarkan analisa per sektor akan terlihat beberapa lapangan usaha
mengalami perlambatan. Perlambatan beberapa lapangan usaha ini dapat
disebabkan karena beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:
1). Turunnya nilai mata uang rupiah kepada USD
Melemahnya rupiah mengakibatkan beberapa sektor menjadi sulit untuk
kompetitif

khususnya

yang

tergantung

pada

produk-produk

impor.

Keuntungan yang harusnya diterima oleh para eksportir pun tidak dapat
meningkatkan neraca transaksi berjalan akibat industri manufaktur yang
belum efisien dan berdaya saing.
2). Turunnya harga komoditas dunia
Melemahnya harga-harga komoditas dunia sebagai akibat melemahnya
permintaan di China dan Negara-negara utama Eropa mengakibatkan
industri yang mengandalkan harga komoditas mengalami pelemahan
permintaan.

26

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

3). Pemberlakuan UU Minerba


Pada 11 Januari 2014, presiden SBY menandatangani Peraturan Pemerintah
Nomor 1 tahun 2014. Peraturan itu merupakan tindak lanjut dan peraturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu
Bara. Dimana undang-undang tersebut mewajibkan semua perusahaan
tambang membangun smelter dan dilarang untuk mengekspor bahan
mentah. Hal ini bertujuan untuk menaikkan nilai tambah berupa nilai ekonomi
dan menciptakan lapangan pekerjaan. Akibat dari kebijakan tersebut,
sehingga terjadi perlambatan pada sektor industri migas sebesar 1,76 persen.
Penjelasan mengenai peranan cabang-cabang industri terhadap laju
pertumbuhan dan kontribusinya terhadap PDB nasional lebih lanjut dijelaskan
dalam Kinerja Makro Industri Non Migas.
b. Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Penguasaan pasar di dalam negeri yang dimaksudkan adalah untuk
meningkatkan penjualan produk dalam negeri dibanding dengan seluruh
pangsa pasar. Sedangkan penguasaan pasar di luar negeri dimaksudkan untuk
meningkatkan nilai ekspor produk industri sehingga dapat meningkatkan
rasio/perbandingan nilai ekspor industri terhadap nilai ekspor keseluruhan.
Sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama:
1). Kontribusi ekspor produk industri terhadap ekspor nasional dengan target
pada tahun 2015 sebesar 65 persen.
2). Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar
dalam negeri dengan target pada tahun 2015 sebesar 38 persen.
Kontribusi ekspor produk industri terhadap ekspor nasional, diukur melalui
penghitungan perbandingan nilai ekspor total produk industri terhadap nilai total
ekspor nasional setiap tahunnya (data dari BPS).

27

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam
negeri, diukur melalui penghitungan nilai perbandingan pangsa produk industri
nasional di dalam negeri.

Tabel. 3.5.
Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari
Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Sasaran Strategis

Tingginya
Penguasaan
Pasar Dalam
dan Luar Negeri

2015

IKU
Kontribusi ekspor produk industri
terhadap ekspor nasional

Target

Realisasi

Capaian

65

70,98

109,2

Meningkatnya pangsa pasar


ekspor produk industri nasional
Pangsa pasar produk industri
nasional terhadap total
permintaan di pasar dalam negeri

38

46,00

Satuan

Persen
Persen

121,08

Persen

Ket: (-) Indikator pada tahun tersebut tidak digunakan lagi.

Tabel. 3.6.
Capaian IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Sasaran
Strategis

Tingginya
Penguasaan
Pasar Dalam
dan Luar
Negeri

IKU

2012

2013

2014

2015

Satuan

96,78

100,73

109,18

Persen

Meningkatnya pangsa
pasar ekspor produk
industri nasional

43,53

Persen

Pangsa pasar produk


industri nasional terhadap
total permintaan di pasar
dalam negeri

121,91

140,11

149,92

121,08

Persen

Kontribusi ekspor produk


industri terhadap ekspor
nasional

Ket: (-) Indikator pada tahun tersebut tidak digunakan lagi

28

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tabel. 3.7.
Realisasi IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Negeri
Sasaran
Strategis

Tingginya
Penguasaan
Pasar Dalam
dan Luar
Negeri

IKU

2012

2013

2014

2015

Satuan

Kontribusi ekspor produk


industri terhadap ekspor
nasional

61,21

61,94

66,48

70,97

Persen

Meningkatnya pangsa
pasar ekspor produk
industri nasional

6,53

Persen

Pangsa pasar produk


industri nasional terhadap
total permintaan di pasar
dalam negeri

42,67

50,44

55,47

46,00

Persen

Ket: (-) Indikator pada tahun tersebut tidak digunakan lagi.

Untuk indikator kinerja utama meningkatnya pangsa pasar ekspor


produk industri nasional tidak digunakan sebagai IKU pada tahun 2013 sampai
tahun 2015. IKU ini diperbaiki dengan menggunakan IKU kontribusi ekspor produk
industri terhadap ekspor nasional.
Pada tahun 2013 pencapaian target indikator kinerja utama kontribusi
ekspor produk industri terhadap ekspor nasional tidak tercapai yaitu hanya
sebesar 96,78 persen, namun pada tahun 2014 terjadi peningkatan capaian
menjadi 100,73 persen dan meningkat lagi di tahun 2015 dengan capaian
sebesar 109,2 persen. Jika dilihat dari sisi ketercapaian target dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2015 memang indikator ini tidak bergerak konsisten, namun
dari sisi realisasi kontribusi produk ekspor industri terhadap ekspor nasional
mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015.
Nilai ekspor produk industri non migas pada tahun 2015 mencapai
USD 131,7 Miliar yang memberikan kontribusi sebesar 87,65 persen dari total ekspor
nasional. Nilai ekspor tersebut mengalami penurunan sebesar 9,77 persen
dibandingkan dengan nilai ekspor produk industri non migas pada periode yang
sama tahun 2014 yang mencapai USD 145,96 Miliar. Pada periode tahun 2015,
industri pengolahan kelapa/kelapa sawit memiliki kontribusi tertinggi sebesar
29

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

19,45 persen atau sebesar USD 20,7 Miliar. Sedangkan industri pengolahan
tembaga, timah, dll. menjadi industri dengan kontribusi terendah, yaitu 3,39 persen
atau dengan nilai sebesar USD 3,6 Miliar.
Bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, komoditi peng. Emas,
perak, logam mulia, perhiasan, dll. menjadi komoditi dengan perubahan tertinggi
atau sekitar 28,60 persen dengan nilai sebesar USD 4,72 Miliar setelah pada tahun
lalu hanya USD 3,67 Miliar. Berbanding terbalik dengan komoditi kimia dasar
dengan

perubahan

terendah

atau

mengalami

penurunan

sebanyak

27,22 persen, dengan nilai sebesar USD 4,15 Miliar setelah pada tahun sebelumnya
mencapai USD 5,70 Miliar.
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kinerja ekspor
terutama dalam era perdagangan bebas, maka industri perlu terus dipacu antara
lain melalui promosi kemampuan produk dalam negeri kepada para calon buyer
dan investor baik dalam maupun luar negeri, baik melalui pameran dalam negeri
maupun keikutsertaan dalam pameran internasional. Pada Industri Kimia, Tekstil
dan Aneka, kegiatan pameran diprioritaskan untuk komoditas unggulan ekspor,
yaitu industri tekstil, garmen, barang kulit, dan alas kaki. Beberapa pameran
tersebut berhasil mengundang stakeholder penting di komoditasnya seperti pada
Gelar Sepatu Kulit dan Fashion 2015 dan Pameran Industri Kosmetik dan Jamu.
Selain itu dalam memenuhi arahan Presiden Indonesia diadakannya Pameran
Dalam Rangka Memperingati 70 Tahun Indonesia Merdeka yang menampilkan
produk kosmetik, bahan galian non logam, alas kaki dan tekstil, peetrokimia dan
pupuk, serta ban dan produk karet.
Tabel. 3.8.
Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas
Menurut Cabang-Cabang Industri Tahun Dasar 2010
2014

2015

%
Peran
2015

KELOMPOK KOMODITI

Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit

20.660,4

23.711,6

20.746,1

-12,51

19,45

Besi Baja, Mesin-mesin dan


Otomotif

14.684,4

15.813,5

14.443,2

-8,67

13,54

30

2013

%
Perub

NO.

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tekstil

12.661,7

12.720,3

12.262,6

-3,60

11,50

Elektronika

8.520,1

8.066,9

6.903,7

-14,42

6,47

Pengolahan Karet

9.724,1

7.497,5

6.171,4

-17,69

5,79

Kimia Dasar

5.083,5

5.703,4

4.150,7

-27,22

3,89

Makanan dan Minuman

5.379,8

5.554,4

5.597,0

0,77

5,25

Pulp dan Kertas

5.644,0

5.498,6

5.332,6

-3,02

5,00

Pengolahan Kayu

4.727,7

5.202,3

5.186,6

-0,30

4,86

10

Pengolahan Tembaga, Timah dll.

4.843,5

4.886,4

3.619,3

-25,93

3,39

3.933,1

4.090,3

4.615,4

12,84

4,33

2.031,2

3.671,8

4.721,7

28,60

4,43

12 Besar Hasil Industri

97.893,5

102.416,9

93.750,4

-8,46

87,92

Industri Lainnya

15.136,4

14.913,0

12.886,5

-13,59

12,08

113.029,9

117.330,0

106.636,8

-9,11

100,00

11
12

Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas


Kaki
Peng. Emas, Perak, Logam Mulia,
Perhiasan dll.

INDUSTRI PENGOLAHAN

Peran

komoditi

yang

tertinggi

adalah

komoditi

pengolahan

kelapa/kelapa sawit. Potensi pengembangan industri pengolahan kelapa sawit


di Indonesia cukup besar. Hal ini didukung dengan luas perkebunan kelapa sawit
sampai dengan tahun 2015 sekitar 10,6 Juta ha; dengan komposisi kepemilikan
sebagai berikut: (i). Perkebunan Rakyat: 4,6 Juta ha (42 persen), (ii). Perkebunan
Besar Swasta: 5,3 Juta ha (51 persen), dan (iii). Perkebunan Negara: 0,7 Juta ha (7
persen). Untuk dapat mengurangi ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm
oil/CPO) Pemerintah terus mendorong agar hilirisasi minyak sawit dilakukan, salah
satunya dengan memberikan rangsangan seperti insentif fiskal industri sawit yang
menghasilkan produk turunan CPO. Produk hilir minyak sawit nasional yang dapat
dihasilkan, antara lain:
a) Oleochemical/ Nonpangan a.l. fatty acid, fatty alcohol, sabun, kosmetik, dsb
dengan kapasitas produksi mencapai 1,5 Juta ton/tahun; dan
b) Bioenergy a.l. biodiesel (FAME), Green Diesel, Biojet fuel, bioethanol, Biomass
dengan kapasitas produksi mencapai 7,2 Juta Ton.
Dalam rangka pengembangan industri oleokimia, kemurgi dan minyak
atsiri, telah dilaksanakan Third Senior Official Meeting (3rd SOM) pembentukan
31

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

CPOPC (Council of Palm Oil Producing Countries). sebagai tindak lanjut acara
tersebut khususnya dalam rangka percepatan pembangunan POIZ (Palm Oil
Industrial Zone), Kementerian Perindustrian sesuai tugas dan fungsi, akan
melakukan:
a) Tim Indonesia dan Malaysia akan menentukan calon lokus POIZ di masingmasing Negara sebagai Global Palm Oil Hub untuk pengembangan industri
hilir minyak sawit.
b) Tim Indonesia dan Malaysia akan mengadakan studi pemasaran (market
study) dan penentuan jenis industry potensial di masing- masing Global Palm
Oil Hub. Masing- masing pihak akan melakukan pertukaran informasi dan
akan dibahas bersama pada pertemuan TWG GEZ.
c) Pihak Indonesia, bekerja sama dengan konsultan kelas internasional BCG
(Boston Consulting Group), akan melakukan kajian penentuan Lokus POIZ
berdasarkan pemetaan potensi bahan baku, ketersediaan lahan untuk
ekspansi, fasilitas pelabuhan laut dalam, dan potensi lainnya. Berdasarkan
revieu sementara, Indonesia mengusulkan Kawasan Industri Dumai Riau
sebagai Global Palm Oil Hub.
d) Kementerian Perindustrian akan melakukan kajian peta lokasi, kunjungan ke
lokasi, dan benchmarking di kawasan industri Dumai Riau sebagai calon Lokus
POIZ terkait dengan ketersediaan lahan, fasilitas/ insentif dalam kerangka
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan urgensi pembentukan regulasi khusus
untuk mempercepat pembangunan POIZ.
c.

Meningkatnya Produktivitas SDM Industri


Produktivitas SDM industri sebagai faktor penunjang industri nasional untuk

mendukung tercapainya tujuan industri. Sasaran strategis ini diukur melalui


indikator kinerja utama tingkat produktivitas SDM industri dengan target pada
tahun 2015 sebesar Rp. 250.000.000,00 per tenaga kerja.

32

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tingkat produktivitas SDM industri, diukur melalui penghitungan pembagian antara


Nilai output dibagi jumlah Tenaga Kerja di sektor Industri yang bersangkutan
Tabel. 3.9.
Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri
2015
Sasaran Strategis

IKU

Target

Realisasi

Capaian

Ribu Rupiah/Tenaga Kerja


Meningkatnya
Produktivitas SDM
Industri

Tingkat produktivitas SDM


industri

250.000

Persen

318.116

127,25

Sumber: data olah Kemenperin

Tabel. 3.10.
Capaian IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri
Sasaran
Strategis

IKU

2011

2012

2013

2014

2015

Satuan

Meningkatnya
Produktivitas
SDM Industri

Tingkat
produktivitas
SDM industri

87,98

93,60

106,62

119,54

127,25

Persen

Sumber: BPS, diolah Kemenperin


Ket: - Data produktivitas tenaga kerja terkini sampai dengan tahun 2013.
- Untuk realisasi tahun 2014 dan 2015, data diolah oleh Kemenperin.

Tabel. 3.11.
Realisasi IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri
Sasaran
Strategis
Meningkatnya
Produktivitas
SDM Industri

IKU
Tingkat
produktivitas
SDM industri

2011

2012

2013

2014

2015

Satuan

219.941

234.010

266.540

298.861

318.116

Ribu
Rupiah/TK

Nilai produktifitas tenaga kerja pada tahun 2011 s.d 2013 didapatkan dari
data BPS. Sedangkan untuk tahun 2014 dan 2015 nilai produktifitas didapatkan
dengan perhitungan seperti diatas. Dan penghitungan angka produktivitas
33

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

tenaga kerja ini berbeda dengan angka yang dilaporkan dalam laporan kinerja
tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya pembaharuan data dari BPS, dari
angka sangat sementara menjadi angka yang lebih mendekati riil.
Dilihat dari aspek pencapaian target, dari tahun 2013 capaian indikator
melampaui target yang telah ditetapkan sebesar 250.000 ribu rupiah/tenaga
kerja. Dari target sebesar Rp. 250.000.000,00 per tenaga kerja, yang terjadi pada
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 adalah peningkatan produktivitasnya
mencapai lebih dari Rp. 100.000.000,- per tenaga kerja.
Menurut data APO Productivity Databook 2015, tingkat produktivitas
tenaga kerja Indonesia berdasarkan PDB per pekerja menempati peringkat ke
empat ASEAN dengan nilai produktivitas sebesar USD 21,9 Ribu atau setara
dengan 302.220 ribu rupiah/tenaga kerja dengan kurs I USD = 13.800,-. Dengan
pendekatan rumus perhitungan diatas, capaian tingkat produktivitas SDM
industry tahun 2015 adalah sebesar 318.116 ribu rupiah/tenaga kerja. Hasil
tersebut tidak berbeda secara signifikan dengan data yang dikeluarkan oleh
APO. Adapun langkah langkah yang perlu dilaksanakan untuk meningkatkan
produktivitas SDM industri adalah:
1.

Penyusunan RSKKNI SDM Industri

2.

Bantuan Mesin/Peralatan guna mendukung pengembangan kemampuan


SDM Industri dengan mendukung pelatihan ini dan meningkatkan
produktivitas industri melalui percepatan produksi.

3.

Peningkatan kemampuan soft skill SDM industri

4.

Pembangunan Center of Excellence Industri sebagai pusat pengembangan


industri

d. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri


Inovasi dimaksud adalah kreativitas untuk menciptakan produk baru
sebagai hasil penelitian dan pengembangan teknologi terapan, dan penelitian

34

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

dari berbagai sektor lainnya. Sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja
utama:
1). Hasil penelitian dan pengembangan yang siap diterapkan dengan target
sebesar 35 penelitian.
2). Hasil penelitian dan pengembangan yang telah diterapkan dengan target
10 penelitian.
Hasil penelitian dan pengembangan yang siap diterapkan, diukur melalui
penghitungan jumlah hasil penelitian dan pengembangan (khusus yang
dikerjakan oleh Balai Besar dan Baristand Industri).
Hasil penelitian dan pengembangan yang telah diterapkan, diukur melalui
penghitungan jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah diterapkan
dan

dimanfaatkan

industri

atau

IKM

dan

telah

masuk

dalam

skala

pabrik/manufaktur.
Pada TA. 2015 telah dihasilkan 200 (dua ratus) hasil litbang dan bila
dijumlahkan selama tahun 2011 sampai tahun 2015 terdapat 1.068 (seribu enam
puluh delapan) penelitian yang dilaksanakan oleh Balai Besar dan Baristand
Industri atau 86,99% dari target yang ditetapkan. Dari seluruh penelitian tersebut
terdapat hasil litbang yang siap diterapkan dan telah diterapkan dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
300
250
200
150
100
50
0

2011

2012

2013

2014

2015

Target

168

194

250

256

200

Realisasi

186

200

182

161

200

Target

Realisasi

Gambar 3.1
Hasil litbang 2011-2015

35

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Hasil penelitian dan pengembangan yang siap diterapkan, diukur melalui


penghitungan jumlah hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh
Balai Besar dan Baristand Industri. Kriteria hasil penelitian dan pengembangan
yang siap diterapkan adalah merupakan hasil litbang dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir (tahun 2011 sampai dengan tahun 2015) yang telah dilakukan pilot
project atau telah dihitung tekno meternya, atau telah memiliki mitra
usaha/industri untuk menerapkan hasil litbang tersebut. Hasil litbang yang siap
diterapkan pada tahun 2015 sebanyak 62 (enam puluh dua) penelitian.
Tabel. 3.12.
Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU dari
Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
Sasaran Strategis
Tingginya
kemampuan
Inovasi dan
penguasaan
teknologi Industri

2015

IKU

Satuan

Target

Realisasi

Capaian

Hasil penelitian dan


pengembangan yang
siap diterapkan

35

62

177,14

Penelitian

Hasil penelitian dan


pengembangan yang
telah diterapkan

10

35

350

Penelitian

Tabel. 3.13.
Capaian IKU Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
Sasaran
Strategis
Tingginya
kemampuan
Inovasi dan
penguasaan
teknologi
Industri

36

IKU

2011

2012

2013

2014

2015

Satuan

Hasil penelitian
dan
pengembangan
yang siap
diterapkan

74,40

103,09

110,34

206,67

177,14

Persen

Hasil penelitian
dan
pengembangan
yang telah
diterapkan

38,00

103,13

95,56

370,00

350

Persen

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tabel. 3.14.
Realisasi IKU Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
Sasaran
Strategis
Tingginya
kemampuan
Inovasi dan
penguasaan
teknologi
Industri

IKU

2011

2012

2013

2014

2015

Satuan

Hasil penelitian dan


pengembangan yang
siap diterapkan

186

200

96

62

62

Penelitian

Hasil penelitian dan


pengembangan yang
telah diterapkan

25

33

42

45

35

Penelitian

120
100

96

87

80

62

62

60
40

35

30

20
0
2013

2014
Target

2015

Capaian

Gambar 3.2.
Perkembangan Jumlah Hasil Penelitian dan Pengembangan yang Siap Diterapkan
Tahun 2013 2015

Untuk tahun 2015 jumlah hasil litbang yang siap diterapkan realisasinya
sama dengan TA. 2014, dan cenderung menurun bila dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya karena berkurangnya alokasi anggaran dan diperketatnya kriteria
dalam rangka peningkatan kualitas hasil litbang. Hal ini menyebabkan
pengembangan hasil litbang untuk sampai pada tahap siap diterapkan
cenderung terhambat. Untuk itu perlu pengembangan Sumber Daya (anggaran,
SDM, dan infrastruktur) untuk mendukung terwujudnya hasil linbang yabg
berkualitas.
37

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Hasil penelitian dan pengembangan yang telah diterapkan, diukur


melalui penghitungan hasil litbang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2011
s/d 2015) yang telah diterapkan pada dunia usaha/industri dan telah masuk
dalam skala pabrik/manufaktur. Hasil litbang tersebut telah digunakan untuk
berproduksi oleh industri dan sudah ada bukti kerja sama/MoU.

60
50

50
45

40
32
30

45

42

35

33

25

20
10

10

10

0
2011

2012

2013
Target

2014

2015

Realisasi

Gambar 3.3.
Perkembangan Jumlah Hasil penelitian dan pengembangan yang telah diterapkan
Tahun 2011 2015

Pada tahun 2015 sebanyak 35 (tiga puluh lima) hasil litbang telah
diimplementasikan pada industri. Realisasi tersebut telah melampaui target, namun
jumlahnya menurun bila dibandingkan dengan realisasi TA. 2014.
Pemanfaatan litbang oleh sektor industri sangat bergantung pada kualitas
hasil litbang dan pemasaran/publikasi hasil litbang oleh Balai Besar dan Baristand
Industri pada dunia industri. Selain itu, penelitian dan pengembangan perlu didorong
untuk lebih aplikatif sampai dengan skala industri agar dapat memenuhi kebutuhan
teknologi dunia usaha/industri.

38

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan inovasi


dan penguasaan teknologi industri adalah:
1.

Perlu peningkatan

sumber daya litbang (SDM, sarana, dan prasarana

litbang) dari kualitas dan kuantitas;


2.

Peneliti perlu didorong dan difasilitasi untuk mengikuti pelatihan di bidang


teknologi yang sesuai dengan kebutuhan peningkatkan kompetensi SDM;

3.

Mayoritas pelaku industri masih tergantung teknologi dari luar negeri;

4.

Masih terdapat peneliti/perekayasa maupun pelaku industri yang belum


memahami pentingnya HKI dan cara mendaftarkan HKI.

5.

Keterbatasan akses terhadap sumber-sumber informasi, teknologi, dan


pelayanan litbang teknologi;

6.

Rendahnya kerja sama atau kolaborasi litbang antar lembaga litbang


pemerintah, Perguruan Tinggi, dan Industri.
Langkah

langkah yang

telah dilakukan

dalam meningkatkan

kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri antara lain :


1.

Mempertajam fokus litbang lindustri yang berorientasi pada pemetaan


kebutuhan usaha dan penyusunan rencana litbangyasa akanmengacu
pada Industri Prioritas yang ditetapkan dalam RIPIN.

2.

Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas litbang industri dengan memperkuat


SDM, kelembagaan intermediasi, dan sarana litbang;

3.

Memperkuat kompetensi inti dan bersama Balai;

4.

Meningkatkan komersialisasi hasil litbang teknologi;

5.

Meningkatkan networking (jejaring) dengan lembaga/institusi dalam dan luar


negeri serta pelaku industri;

e.

Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri


Struktur industri dimaksud adalah perimbangan antara industri hulu dan

industri antara serta bagaimana kemampuan kandungan lokal digunakan dalam


produksi. Sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama:
39

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

1). Jumlah investasi baru di industri hulu dan antara dengan target pada tahun
2015 sebesar 900 proyek.
2). Produk industri dengan TKDN > 40 persen dengan target pada tahun 2015
sebanyak 500 produk.
Jumlah investasi baru di industri hulu dan antara, diukur melalui penghitungan
jumlah proyek yang dikerjakan di masing-masing sektor untuk mengisi (invest)
pada industri -industri sebelum industri hilir.
Produk industri dengan TKDN > 40 persen, diukur melalui penghitungan jumlah
produk dengan nilai TKDN lebih dari 40 persen.
Tabel. 3.15.
Target dan Realisasi Tahun 2015 IKU
dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Sasaran
Strategis
Kuat,
Lengkap dan
Dalamnya
Struktur
Industri

40

IKU

2015

Satuan

Target

Realisasi

Capaian

Jumlah investasi baru di


industri hulu dan antara

900

9709

1078,78

Proyek

Produk industri dengan


TKDN > 40 persen

500

1718

343,6

Produk

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tabel. 3.16.
Capaian IKU dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Sasaran
Strategis

Kuat,
Lengkap
dan
Dalamnya
Struktur
Industri

IKU

2011

2012

2013

2014

2015

Satuan

Jumlah investasi baru


di industri hulu dan
antara

397,13

472,59

1078,78

Persen

Produk industri
dengan TKDN > 40
persen

201,40

142,00

343,6

Persen

Tumbuhnya Industri
Dasar Hulu (Logam
dan Kimia)

384,12

142,50

Persen

Tumbuhnya Industri
Komponen
automotive,
elektronika dan
permesinan

109,38

96,66

Persen

Ket: (-) Indikator pada tahun tersebut tidak digunakan lagi.

Tabel. 3.17.
Realisasi IKU dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Sasaran
Strategis
Kuat,
Lengkap
dan
Dalamnya
Struktur
Industri

IKU

2011

2012

2013

2014

2015

Satuan

Jumlah investasi
baru di industri hulu
dan antara

2.349

2.428

4.552

4.017

9707

Proyek

Produk industri
dengan TKDN > 40
persen

719

710

1718

Produk

Ket: (-) Indikator pada tahun tersebut tidak digunakan lagi.

Untuk 2 indikator tumbuhnya industri dasar hulu (logam dan kimia) dan
indikator

tumbuhnya

industri

komponen

automotive,

elektronika

dan

permesinan sudah tidak digunakan sebagai indikator pengukuran karena telah

41

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

diperbaiki dengan 2 indikator yaitu indikator jumlah investasi baru di industri hulu
dan antara dan indikator produk industri dengan TKDN > 40 persen.
Pada indikator jumlah investasi baru di industri hulu dan antara,
pencapaian sangat jauh melampaui targetnya yaitu sebesar 1078,78 persen.
Begitupula dalam pencapaian indikator produk industri dengan TKDN > 40
persen juga sangat melampaui target yaitu sebesar 343,6 persen.
Dari target jumlah investasi baru di industri hulu dan antara sebesar 900
proyek, yang dapat terealisasi sepanjang tahun 2015 adalah sebanyak 9707
proyek. Hasil realisasi tersebut merupakan jumlah proyek PMA dan proyek PMDN
pada tahun 2015 yaitu terdiri atas 7184 Proyek PMA dan 2525 Proyek PMDN.
Sedangkan pada indikator produk industri dengan TKDN > 40 persen dengan
target 500 produk, yang dapat terealisasi adalah sebanyak 1718 produk. Hasil
realisasi ini merupakan jumlah dari produk yang TKDN > 40 persen dan yang
disertifikasi baik oleh Kementerian Perindustrian maupun oleh pihak swasta.
Investasi PMDN di tahun 2015 mencapai 2525 proyek dengan nilai
investasi mencapai Rp 89,04 Triliun atau tumbuh sebesar 50,84 persen bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp. 59,03 Triliun. Bila dilihat dari
nilai investasi, industri makanan merupakan industri dengan nilai investasi tertinggi,
sebesar Rp 24,53 Triliun, disusul oleh industri kimia dan farmasi sebesar Rp 20,71
Triliun dan industri mineral non logam sebesar Rp 20,50 Triliun. Bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain
merupakan industri dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 118,49 persen, disusul
oleh industri kayu sebesar 102,58 persen, dan industri tekstil sebesar 87,71 persen.
Sedangkan investasi PMA di tahun 2015 mencapai 7184 proyek dengan
nilai investasi sebesar US$ 11,76 Miliar atau menurun sebesar 9,65 persen bila
dibandingan dengan tahun sebelumnya dengan capaian nilai investasi sebesar
US$ 13,01 Miliar dan 3.075 proyek. Bila dilihat dari total investasi, industri logam,
mesin, dan elektronik merupakan industri dengan capaian tertinggi yaitu sebesar
US$

3,09
42

Miliar,

disusul

oleh

industri

kimia

dan

farmasi

sebesar

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

US$ 1,95 Miliar, dan industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain sebesar
US$ 1,75 Miliar. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, industri mineral non
logam menjadi industri dengan pertumbuhantertinggi, yaitu sebesar 42,09 persen,
disusul kemudian industri karet dan plastik sebesar 27,68 persen, dan industri
logam, mesin, dan elektronik sebesar 25,10 persen.
Sedangkan untuk IKU produktifitas dengan TKDN > 40 persen, sampai
dengan tahun 2015 melampaui target yang diharapkan. Dari target 500 produk
terealisasi 1.718 produk dengan TKDN > 40 persen. Produk yang dihasilkan
merupakan produk industri yang telah diverifikasi TKDN-nya oleh Kementerian
Perindustrian. Hasil verifikasi ini kemudian akan ditetapkan secara formal oleh
Kementerian Perindustrian. Capaian ini salah satunya didukung oleh programprogram yang mendorong industri dan masyarakat melalui program P3DN. Kedua
indikator ini baru ditetapkan pada tahun 20132014 menggantikan indikator
tumbuhnya industri logam dasar, besi dan baja; dan tumbuhnya industri alat
angkut, mesin, dan peralatannya.
Dari Sektor industri kimia, tekstil dan aneka, agenda peningkatan TKDN
pada tahun 2015, yakni Produk Industri yang tersertifikasi pada Tingkat Komponen
Dalam Negeri sebanyak 683 sertifikat dimana sebanyak 350 sertifikat dibiayai oleh
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka. Sementara itu 333 sertifikat
lainnya merupakan hasil realisasi pengajuan perusahaan yang mandiri kepada
Surveyor Independen yang telah ditunjuk dan realisasi anggaran dari Pagu DIPA
Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka.
Agenda lain untuk mendukung peningkatan penggunaan produk dalam
negeri dalam pengadaan barang/jasa pemerintah ialah kegiatan Business
Matching yang mempertemukan antara sisi supply (industri dan asosiasi) dengan
sisi demand (Kementerian/Lembaga yang memiliki belanja barang/modal
terbesar pada struktur APBN) yaitu Kementerian ESDM, Perhubungan, Pekerjaan
Umum, BUMN, Pendidikan, Kesehatan, Pertahanan, dan Pertanian). Selain itu,
suatu peraturan mengenai pengadaan barang/jasa dari produk dalam negeri
43

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

yang ditelah dibuat, perlu diawasi agar penerapannya optimal, maka dilakukan
MoU antara Kementerian Perindustrian dengan BPKP tentang Pengawasan
Pelaksanaan P3DN Nomor 346/M-IND/7/2015 dan Nomor MoU-4/K/D1/2015,
tanggal 9 Juli 2015 di Istana Wakil Presiden.
Pencitraan merupakan salah satu kunci penting dalam membentuk opini
publik. Menyadari hal tersebut, Ditjen IKTA juga menganggarkan kegiatan
Pencitraan P3DN melalui media televisi dan radio. Kegiatan ini menghasilkan
output berupa Sosialisasi dan Promosi di media cetak dan elektronik seperti
pembuatan iklan di televisi dan papan iklan.
Pada kegiatan ini tidak terdapat kendala berarti, hanya untuk tindak
lanjut di tahun berikutnya perlu adanya peningkatan komunikasi dengan seluruh
industri khususnya peserta business matching agar hasil yang didapatkan lebih
baik dari tahun ini.
f.

Tersebarnya Pembangunan Industri


Perbandingan penyebaran industri di Jawa dan di luar Jawa. Sasaran

strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama:


1). Rasio PDB industri luar Jawa terhadap PDB industri Jawa dengan target pada
tahun 2015 sebesar 27,73 : 72,27.
2). Perbandingan jumlah IKM di Pulau Jawa dan luar Jawa dengan target pada
tahun 2015 sebesar 62 : 38.
Rasio PDB industri luar Jawa terhadap PDB industri Jawa, diukur melalui
penghitungan perbandingan jumlah PDRB industri seluruh provinsi di luar Jawa
dibandingkan dengan di Jawa setiap tahunnya
Perbandingan jumlah IKM di Pulau Jawa dan luar Jawa, diukur melalui
penghitungan perbandingan jumlah industri kecil dan menengah yang ada di
Pulau Jawa dibandingkan dengan di luar Pulau Jawa setiap tahunnya. Industri
kecil dan menengah dibagi berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai investasi.
44

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Besarannya ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dalam draf peraturan yang


sedang disusun sebagai berikut:

Industri kecil: tenaga kerja 1-19 orang; nilai investasi s.d Rp 500 Juta

Industri menengah: tenaga kerja 20-99 orang; nilai investasi Rp 500 Juta s.d
Rp 10 Miliar
Tabel. 3.18.
Target dan Realisasi Tahun 2015 dari Tersebarnya Pembangunan Industri
Sasaran
Strategis
Tersebarnya
Pembangunan
Industri

2015

IKU
Rasio PDB industri luar
Jawa terhadap PDB
industri Jawa
Perbandingan jumlah IKM
di Pulau Jawa dan luar
Jawa

Ket:

Satuan

Target

Realisasi

Capaian

27,73: 72,27

28,97 : 71,03

104,47

Rasio

68 : 32

61,2 : 38,8*

121,25*

Rasio

- Pada IKU Rasio PDB industri luar Jawa terhadap PDB industri Jawa, data terkini baru sampai dengan
tahun 2014
- (*) data sementara

Tabel. 3.19.
Realisasi IKU dari Tersebarnya Pembangunan Industri
Sasaran
Strategis
Tersebarnya
pembangunan
Industri

IKU

2011

2012

2013

2014

2015

Rasio PDB
industri luar
Jawa
terhadap PDB
industri Jawa
(rasio)

22,83 : 77,17

23,13 : 76,87

27,36 : 72,64

27,36 : 72,64

28,97 : 71,03

Perbandingan
jumlah IKM di
Pulau Jawa
dan luar Jawa
(rasio)

65,04 : 34,96

64,34 : 35,66

62,39 : 37,61

62,27 : 37,73

61,2 : 38,8

Sumber: BPS, diolah Kemenperin

Pencapaian target sasaran strategis ini tercapai untuk indikator Rasio


PDRB industri di luar Pulau Jawa terhadap PDRB industri di Jawa maupun realisasi
45

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

perbandingan jumlah IKM di Pulau Jawa dan Luar Jawa. Dari target di tahun 2015
sebesar 27,73 persen, PDB industri di luar Pulau Jawa meningkat dari sebesar 27,36
persen pada tahun 2014 menjadi 28,97 persen pada tahun 2015. Sedangkan
jumlah IKM di luar pulau Jawa dari sebesar 37,73 persen pada tahun 2014 naik
menjadi 38,8 persen di tahun 2015 dari target rasio jumlah IKM di Jawa dan luar
Jawa sebesar 68 : 32.
Tabel 3.20.
Kontribusi sektor Industri Manufaktur di Jawa dan Luar Jawa (Dalam Persen)
Wilayah

Jawa
Luar Jawa
Nasional

2011

2012

2013

2014

2015

73,41

73,07

72,78

72,64

71,03

26,59

26,93

27,22

27,36

28,97

100,00

100,00

100,00

100,00

100

Sumber : BPS, diolah Kemenperin

Dalam

tahun

terakhir

menunjukkan

adanya

kecenderungan

meningkatnya peranan sektor industri manufaktur di luar Pulau Jawa. Kondisi yang
diharapkan adalah secara perlahan-lahan kontribusi sektor industri manufaktur di
luar Pulau Jawa meningkat sehingga dalam jangka panjang yaitu pada tahun
2025 kontribusinya menjadi sekitar 40 persen.
Tercapainya target untuk IKU Rasio PDB industri luar jawa terhadap PDB
industri jawa disebabkan pertumbuhan sektor industri manufaktur di luar Pulau
Jawa sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
seperti pembangunan infrastruktur yang memadai, energi gas dan listrik dan
ketersediaan tenaga kerja yang kompeten sehingga menyebabkan investasiinvestasi baru khususnya di sektor industri manufaktur tumbuh secara bertahap
dan beralih lokasi ke luar Pulau Jawa.

46

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tabel. 3.21.
Rasio Jumlah IKM di Pulau Jawa dan Luar Jawa Tahun 2010-2015
Persentase IKM

2010

2011

2012

2013

2014

2015*)

Pulau Jawa

63,45%

65,04%

64,35%

62,39%

62,27%

61,21%

Luar Pulau Jawa

36,55%

34,96%

35,65%

37,61%

37,73%

38,79%

Jumlah Unit
Usaha

2010

2011

2012

2013

2014

LP
(%)

2015*)

Pulau Jawa

1,75 Juta

1,95 Juta

2,08 Juta

2,14 Juta

2,19 Juta

5,81

2,28 Juta

1 Juta

1,05 Juta

1,15 Juta

1,29 Juta

1,32 Juta

7,16

1,45 Juta

2,75 Juta

3 Juta

3,23 Juta

3,43 Juta

3,52 Juta

6,31

3,73 Juta

Luar Pulau Jawa


Total

Sumber : BPS 2014, diolah Ditjen IKM


Ket: (*) Data sementara

Sejalan dengan peningkatan kontribusi PDB industri di luar Jawa, jumlah


unit usaha IKM di luar Jawa dibandingkan dengan di Jawa juga meningkat dalam
kurun

waktu

lima

tahun

terakhir.

Dari

target

yang

ditetapkan

yakni

32 persen pada tahun 2015, berhasil tercapai hingga 38,8 persen.


Berdasarkan data BPS tahun 2014, pada tahun 2011 jumlah IKM di luar
Jawa sebesar 1,05 juta unit usaha atau 35 persen dari total unit usaha. Angka ini
meningkat hingga 1,32 juta di tahun 2014 atau 37,7 persen dari total unit usaha.
Dengan laju pertumbuhan 7,16 persen, jumlah ini diproyeksikan naik menjadi 1,45
juta unit usaha di tahun 2015, atau 38,8 persen dari total unit usaha IKM nasional.
Meskipun sebarannya sudah mencapai target dan terjadi peningkatan
secara konsisten setiap tahunnya, akselerasi pertumbuhan IKM di luar Jawa harus
ditingkatkan kembali agar sebaran IKM lebih seimbang dan tidak terpusat di
Jawa. Adapun upaya yang telah dilakukan untuk menambah jumlah IKM di luar
Jawa adalah melalui program kewirausahaan IKM yakni penumbuhan wirausaha
baru, serta penguatan kemampuan IKM agar menjadi wirausaha yang mandiri
dan profesional.
47

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Program kewirausahaan ini dilakukan melalui dua pendekatan, yakni by


design dan fast track. Pendekatan by design dilakukan melalui serangkaian
kegiatan rekruitmen, pelatihan, magang, dan pemberian modal usaha, yang
ditujukan kepada mahasiswa perguruan tinggi atau lulusan SMK. Sedangkan
pendekatan fast track dilakukan melalui serangkaian kegiatan rekruitmen,
pelatihan, dampingan tenaga ahli, dan pemberian modal usaha, yang ditujukan
kepada masyarakat umum atau karyawan IKM
Tantangan dalam program ini adalah kemampuan bertahan hidup para
wirausaha baru setelah mendapat bimbingan dari pemerintah. Karena itu,
pemerintah memberikan fasilitas lanjutan seperti akses untuk pemasaran dan
pengembangan produk agar memenuhi standar dan berdaya saing tinggi.
g. Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB Industri
Sasaran ini adalah sasaran yang menunjukkan peran industri kecil dan
menengah terhadap PDB selalu meningkat. Sasaran strategis ini akan dicapai
melalui indikator kinerja utama kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri dengan
target pada tahun 2015 sebesar 35 persen.
Kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri, diukur melalui penghitungan
perbandingan PDB IKM terhadap PDB industri total secara nasional.
Tabel. 3.22.
Target dan Realisasi Tahun 2015 dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah
terhadap PDB Industri
Sasaran Strategis
Meningkatnya
Peran Industri Kecil
dan Menengah
terhadap PDB

IKU
Kontribusi PDB IKM
terhadap PDB Industri
Penyebaran IKM Jawa
dan luar Jawa

Sumber: BPS, diolah Kemenperin


Ket: (*) Data sementara

48

2015
Target

Realisasi

Capaian

35

34,82*

99,48

Sejak tahun 2013 menjadi IKU


sasaran strategis Tersebarnya
pembangunan industri

Satuan
Persen
Rasio

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tabel. 3.23.
Capaian IKU dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB
Industri
Sasaran Strategis
Meningkatnya
Peran Industri Kecil
dan Menengah
terhadap PDB

IKU
Kontribusi PDB
IKM terhadap
PDB Industri

2011

2012

2013

2014

2015*

Satuan

100,30

100,30

103,88

101,65

99,48

Persen

Sumber: BPS, diolah Kemenperin


Ket: (*) Data sementara

Tabel. 3.24.
Realisasi IKU dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB Industri
Sasaran Strategis

IKU

2011

2012

2013

2014

2015*

Satuan

Meningkatnya
Peran Industri Kecil
dan Menengah
terhadap PDB

Kontribusi PDB IKM


terhadap PDB
Industri

33,65

33,97

34,28

34,56

34,82

Persen

Sumber: BPS, diolah Kemenperin (Tahun 2011-2014 menurut harga konstan tahun 2000)
Ket: (*) Menurut harga konstan tahun 2010

Saat ini Produk Domestik Bruto (PDB) industri sebagian besar masih
merupakan sumbangan dari industri besar. Sedangkan industri kecil dan
menengah yang jumlahnya sangat banyak masih belum mampu memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap PDB industri. Untuk itu, sasaran strategis yang
akan dicapai Ditjen IKM adalah dengan meningkatkan peran industri kecil dan
menengah terhadap PDB. Ukuran ketercapaian sasaran staregis ini (IKU) diukur
melalui meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri.
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan tahun 2011
dan 2012, indikator ini mengalami peningkatan pada tahun 2013, dan kembali
menurun di tahun 2014.

49

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Berdasarkan data BPS dengan harga konstan tahun 2000, realisasi


kontribusi PDB IKM sebesar 33,65 persen pada tahun 2011, menjadi sebesar
33,97 persen pada tahun 2012 dan meningkat lagi menjadi 34,28 persen pada
tahun 2013. Begitu juga pada tahun 2014, meningkat lagi menjadi 34,56 persen.
Untuk tahun 2015, realisasi pada indikator ini tidak dapat disajikan karena ada
perubahan harga dasar pada penghitungan PDB nasional, dari harga tahun 2000
menjadi 2010. Namun, apabila masih menggunakan harga dasar tahun 2000,
diperkirakan pada tahun 2015 PDB IKM mampu menyumbang 34,82 persen
terhadap PDB industri dengan nilai Rp 232 Triliun, atau hampir mencapai target 35
persen yang ditetapkan.

Tabel. 3.25.
Kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri Tahun 2011-2015
Indikator

2011

2012

2013

2014

2015*

PDB IKM (Rp triliun)

193,8

203,4

212,9

222,5

232,0

PDB Industri (Rp triliun)

576

598,6

621,2

643,8

666,4

% Kontribusi PDB IKM

33,65

33,97

34,28

34,56

34,82

Sumber: BPS, diolah Kemenperin (Menurut harga konstan tahun 2000)


Ket: (*) Angka proyeksi

Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri mengindikasikan


adanya peningkatan daya saing pada produk-produk IKM. Hal ini sejalan dengan
program pemberdayaan dan pengembangan IKM yang menjadi salah satu
prioritas Kemenperin melalui kegiatan pelatihan, bimbingan teknis dan nonteknis,
serta promosi di dalam dan luar negeri.
Terlepas dari capaian target di atas, masih terdapat permasalahan yang
kerap dialami IKM terkait peningkatan daya saing, di antaranya adalah
kapabilitas SDM yang rendah atau stagnan, sulitnya menembus akses
permodalan, dan penerapan teknologi modern belum dipandang perlu (masih
50

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

mengandalkan metode tradisional). Solusi atas kendala tersebut salah satunya


adalah

melalui

program

restrukturisasi

mesin/peralatan

IKM

dan

pendampingan/bimbingan teknis kepada IKM agar memiliki sertifikat produk


maupun kompetensi tenaga kerja.
2.

Kinerja Makro Industri Pengolahan Non Migas

a. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015


Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2015, sesuai PDB atas dasar
harga konstan 2010 tumbuh sebesar 4,79 persen melambat dibanding tahun 2013
yang tumbuh sebesar 5,02 persen atau terendah sejak tahun 2010. Bila diukur
berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 11.540,8 Triliun dan PDB
perkapita mencapai Rp 45,2 Juta atau US$ 3.377,1. Perlambatan pertumbuhan
hampir pada semua lapangan usaha, meskipun ada beberapa lapangan usaha
yang mengalami peningkatan dari tahun lalu namun tidak terlalu signifikan. Data
selengkapnya tersaji pada tabel berikut:
Tabel. 3.26.
Pertumbuhan PDB Berdasar Lapangan Usaha 2012-2015 Tahun Dasar 2010
(persen)

No

Lapangan Usaha

2012

2013

2014*

2015**

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

4,59

4,20

4,18

4,02

Pertambangan dan Penggalian

3,02

1,74

0,55

-5,08

Industri Pengolahan

5,62

4,49

4,63

4,25

a. Industri Migas

-2,40

-1,70

-2,11

-1,76

6,98

5,45

5,61

5,04

10,06

5,23

5,57

1,21

3,34

4,06

3,05

7,17

Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor

6,56

6,11

6,97

6,65

5,40

4,71

4,84

2,47

Transportasi dan Pergudangan

7,11

8,38

8,00

6,68

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

6,64

6,80

5,91

4,36

12,28

10,39

10,02

10,06

9,54

9,09

4,93

8,53

b. Industri Non Migas


4
5
6
7

Pengadaan Listrik dan Gas


Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang

10

Informasi dan Komunikasi

11

Jasa Keuangan dan Asuransi

51

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

12

Real Estate

7,41

6,54

5,00

4,82

13

Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib

7,44

7,91

9,81

7,69

2,13

2,38

2,49

4,75

15

Jasa Pendidikan

8,22

8,20

6,29

7,45

16

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

7,97

7,83

8,01

7,10

17

Jasa lainnya

5,76

6,41

8,92

8,08

6,03

5,58

5,02

4,79

14

PRODUK DOMESTIK BRUTO


Sumber: BPS diolah Kemenperin *angka sementara **angka sangat sementara

Kelompok industri informasi dan komunikasi menjadi kelompok industri


dengan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 10,06 persen dikarenakan
penggunaan 4G LTE yang terus meningkat, disusul kemudian kelompok industri
jasa keuangan dan asuransi sebesar 8,53 persen dikarenakan ada peningkatan
pendapatan jasa keuangan, dan kelompok industri jasa perusahaan sebesar 7,69
persen. Industri pertambangan dan penggalian menjadi industri dengan
pertumbuhan negatif yaitu sebesar -5,08 persen, disusul oleh industri migas
sebesar -1,76 persen. Bila dilihat dari kontribusi terhadap PDB nasional, industri
pengolahan menjadi kelompok industri dengan kontribusi tertinggi yaitu sebesar
20,84 persen, dimana didalamnya terdapat industri migas sebesar 2,67 persen
dan industri non migas sebesar 18,18 persen, disusul oleh industri pertanian,
kehutanan, dan perikanan sebesar 13,52 persen, dan industri perdagangan besar
dan

eceran;

reparasi

mobil

dan

sepeda

motor

sebesar

13,29 persen.
b. Perkembangan Sektor Industri Non Migas Tahun 2015
Perkembangan

pertumbuhan

industri

non

migas

menunjukkan

penurunan dibanding tahun sebelumnya. Dimana industri pengolahan non migas


pada tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun 2013 namun pada tahun
2015 terjadi perlambatan yaitu tumbuh sebesar 5,04 persen dibanding tahun 2014
yang tumbuh sebesar 5,61 persen.

52

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tabel. 3.27.

Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas


Menurut Cabang-Cabang Industri Tahun Dasar 2010
No

(persen)

Lapangan Usaha

2012

2013

Industri Makanan dan Minuman

10,33

4,07

9,49

7,54

Industri Pengolahan Tembakau

8,82

-0,27

8,33

6,43

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

6,04

6,58

1,56

-4,79

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

-5,43

5,23

5,62

3,98

-0,80

6,19

6,12

-1,84

-2,89

-0,53

3,58

-0,11

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus


dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan
Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas;
Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

12,78

5,10

4,04

7,36

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

7,56

-1,86

1,16

5,05

Industri Barang Galian bukan Logam

7,91

3,34

2,41

6,18

10

-1,57

11,63

6,01

6,48

11

Industri Logam Dasar


Industri Barang Logam; Komputer, Barang
Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik

11,64

9,22

2,94

7,83

12

Industri Mesin dan Perlengkapan

-1,39

-5,00

8,67

7,49

13

Industri Alat Angkutan

4,26

14,95

4,01

2,33

14

Industri Furnitur

-2,15

3,64

3,60

5,00

15

Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi


dan Pemasangan Mesin dan Peralatan

-0,38

-0,70

7,65

4,89

Industri Non Migas

6,98

5,45

5,61

5,04

PRODUK DOMESTIK BRUTO

6,03

5,58

5,02

4,79

Sumber: BPS diolah Kemenperin

*angka sementara

2014*

2015**

**angka sangat sementara

Pertumbuhan industri non migas di tahun 2015, didorong oleh beberapa


lapangan usaha. Industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik; dan
peralatan listrik merupakan industri dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar
7,83 persen, disusul kemudian industri makanan dan minuman sebesar
7,54 persen, dan industri mesin dan perlengkapan sebesar 7,49 persen.
Pada tahun 2015, hampir semua sektor industri mengalami pertumbuhan,
hanya tiga sektor industri yang mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sektor
industri tekstil dan pakaian jadi menurun sebesar 4,79 persen; sektor industri kayu,
barang dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan dan
53

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

sejenisnya menurun sebesar 1,84 persen; serta Industri Kertas dan Barang dari
Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman menurun sebesar 0,11
persen. Sedangkan industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik;
dan peralatan listrik menjadi sektor industri dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu
sebesar 7,83 persen, disusul oleh industri makanan dan minuman sebesar 7,54
persen; Industri mesin dan perlengkapan sebesar 7,49 persen; Industri kimia,
farmasi dan obat tradisional sebesar 8,52 persen; dan industri logam dasar sebesar
6,48 persen.
Bila dibandingkan dengan tahun 2014, sektor industri tekstril dan pakaian jadi
mengalami penurunan pertumbuhan dari 1,56 persen menjadi -4,79 persen di
tahun 2015. Hal ini dikarenakan sektor industri ini memiliki buyer dan supplier dari
luar negeri terlihat dari jumlah ekspor yang tinggi, maka ketika terjadi pelemahan
ekonomi global sangat terasa dampaknya di sektor ini.
Sektor industri lain yang mengalami penurunan yang cukup signifikan juga
dialami oleh industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari
bambu, rotan dan sejenisnya. Hal ini yang disebabkan oleh infrastruktur dan biaya
logistik yang tidak kompetitif. Akibatnya, biaya pengiriman barang antarpulau
lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya ekspor. Selain itu, pangsa pasar
produk jadi industri pengolahan kayu dan rotan dalam negeri sangat kecil dan
pengusaha mengandalkan pasar ekspor. Sebanyak 98,8 persen produk jadi
olahan kayu dan rotan Indonesia diekspor, 90 persen di antaranya diserap Eropa
dan Amerika. Industri olahan kayu dan rotan dalam negeri tertekan oleh
meningkatnya persaingan dari negara-negara pesaing utama yaitu Cina dan
Vietnam yang dapat memproduksi barang jadi pengolahan kayu dan rotan
berkualitas tinggi dengan harga murah. Penetrasi Vietnam ke pasar Amerika terus
meningkat hingga US$ 1,3 miliar pada 2015 dari US$ 13 juta pada 2006. Dalam 10
tahun, pasar ekspor industri pengolahan kayu dan rotan indonesia ke Amerika
tumbuh nol persen. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menyatakan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), terutama asing terus menekan industri
54

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

produksi kertas dalam negeri. Tekanan LSM asing itu dilakukan melalui kampanye
negatif ke berbagai negara tujuan ekspor pada 2015. Industri pulp dan kertas
Indonesia diserang kampanye negatif yang dilakukan LSM asing seperti
Greenpeace, World Wildlife Fund, Greenomics, Rainforest Action Network,
Mongabay dan sejumlah LSM dalam negeri. Adapun alasan LSM tersebut ialah
kerusakan hutan atau deforestasi yang berakibat terjadinya spesies langka baik
flora maupun fauna yang berujung pada permintaan untuk memboikot kertas
yang diproduksi Indonesia. Para penggiat lingkungan itu selalu aktif meributkan
masalah praktek pembalakan liar yang hinga kini masih terjadi, kemudian
terjadinya lahan terlantar yang masih banyak serta terakhir kebakaran hutan dan
lahan yang masih sulit dikendalikan.
Upaya yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro
mengatasi berbagai permasalahan yang ada adalah melalui program dan
kebijakan serta pelaksanaan kegiatan yang mendorong peningkatan daya saing
industri agro, yaitu:
1. Memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang industri hilir
agro melalui promosi investasi dan usulan pemberian insentif untuk investasi di
bidang industri agro tertentu maupun di daerah tertentu serta disinsentif
(seperti BK kakao dan CPO serta larangan ekspor bahan baku rotan).
2. Mengurangi beban biaya energi, logistik dan distribusi dengan berpartisipasi
aktif mengusulkan perbaikan infrastruktur (pelabuhan dan jalan) dan efisiensi
pelayanan (jasa pelabuhan, transportasi).
3. Meningkatkan penerapan sertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) pada
industri pengolahan kayu dan rotan, industri pengolahan kertas dan industri
furniture serta pemberlakuan SNI Wajib Industri Agro.
4. Meningkatkan promosi investasi dan kerjasama industri agro melalui Pameran
dan Buyers Night di beberapa negara tujuan ekspor industri agro yaitu Jerman,
Shanghai, Hongkong dan Amerika Serikat.
5. Mendorong pemberlakuan regulasi Permendag No.64/2012 tentang hasil
hutan dan pertanian dari voluntari menjadi mandatori untuk produk kertas
55

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

agar direvisi karena dikhawatirkan menganggu kinerja industri agro secara


keseluruhan.
6. Melakukan kampanye atas negative campaign terhadap komoditi industri
agro melalui penyusunan Buku Putih dan sosialisasi di media cetak dan media
elektronika.
Kelompok industri mesin dan perlengkapan di tahun 2015 tumbuh sebesar
7,49 persen, tetapi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya industri ini
mengalami penurunan, setelah pada tahun 2014 mencapai 8,67 persen.
Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) ikut berperan serta dalam membina
kelompok industri mesin dan perlengkapan, dimana selama tahun 2015 sektor
industri permesinan dan alat mesin pertanian terus bertumbuh dalam hal
kemampuan produksi, disain produk, kualitas produk dan diversifikasi produk.
Secara umum, pertumbuhan sektor industri permesinan dan alat mesin pertanian
terjadi sebagai implementasi kebijakan fasilitas investasi yang disediakan oleh
Pemerintah. Industri mesin/peralatan dalam negeri juga bertumbuh seiring
dengan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur seperti Proyek Infrastruktur
Ketenagalistrikan, Proyek Revitalisasi Industri Alat Pertahanan, Program Revitalisasi
Mesin/Peralatan Pabrik Gula, Program Diversifikasi BBM ke BBG, Program
Pembangunan Rumah Murah, Proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan dan
Jembatan, dsb. Beberapa industri mesin/peralatan yang terlibat pada proyekproyek tersebut antara lain adalah PT. Barata Indonesia, PT. Boma Bisma Indra, PT.
Basuki Pratama Engineering, PT. ZUG Industry Indonesia, PT. Super Andalas Steel,
PT. Alstom Indonesia, dll.
Bila dilihat dari kontribusi terhadap PDB industri, industri non migas
memberikan kontribusi sebesar 18,18 persen dengan industri makanan dan
minuman menjadi sektor industri dengan kontribusi tertinggi, yaitu sebesar 5,61
persen, disusul oleh industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik;

56

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

dan peralatan listrik sebesar 1,96 persen, dan industri kimia, farmasi dan obat
tradisional sebesar 1,81 persen.
Tabel. 3.28.

Peran Tiap Cabang Industri terhadap PDB Sektor Industri


Tahun 2015 Atas Tahun Dasar 2010
No

Lapangan Usaha

2012

2013

(persen)

2014*

2015**

Industri Makanan dan Minuman

5,31

5,14

5,32

5,61

Industri Pengolahan Tembakau

0,92

0,86

0,91

0,94

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

1,35

1,36

1,32

1,21

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

0,25

0,26

0,27

0,27

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus


dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan
dan Sejenisnya

0,70

0,70

0,72

0,67

Industri Kertas dan Barang dari Kertas;


Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman

0,86

0,78

0,80

0,76

Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

1,67

1,65

1,70

1,81

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

0,89

0,80

0,76

0,74

Industri Barang Galian bukan Logam

0,73

0,73

0,73

0,72

10

Industri Logam Dasar

0,75

0,78

0,78

0,78

11

Industri Barang Logam; Komputer, Barang


Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik

1,89

1,95

1,87

1,96

12

Industri Mesin dan Perlengkapan

0,29

0,27

0,31

0,32

13

Industri Alat Angkutan

1,93

2,02

1,96

1,91

14

Industri Furnitur

0,26

0,26

0,27

0,27

15

Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi


dan Pemasangan Mesin dan Peralatan

0,19

0,17

0,18

0,18

Industri Non Migas

17,99

17,72

17.90

18,18

Industri Pengolahan

21,45

20,98

21.01

20.84

Sumber: BPS diolah Kemenperin

*angka sementara

**angka sangat sementara

57

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

c. Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Non Migas Tahun 2015


Ekspor industri pengolahan non migas tahun 2015, mengalami penurunan
sebesar 9,11 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dimana pada
tahun 2015, ekspor industri pengolahan non migas hanya sebesar USD 106,6 Miliar.
Dimana beberapa komoditi mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, diantaranya adalah: Industri kimia dasar menjadi industri
dengan penurunan tertinggi sebesar 27,22 persen, berturut-turut disusul oleh
industri pengolahan tembaga, timah, dll sebesar 25,93 persen; Industri
pengolahan karet sebesar 17,69 persen; industri elektronika sebesar 14,42 persen;
dan

industri

pengolahan

kelapa/kelapa

sawit

sebesar

12,51

persen.

Perkembangan ekspor industri non migas periode tahun 2013-2015 tersaji pada
tabel berikut.
Tabel. 3.29.
Perkembangan Ekspor Industri Non Migas Tahun 2013 - 2015
No
1
2

KELOMPOK KOMODITI
Pengolahan Kelapa/Kelapa
Sawit
Besi Baja, Mesin-mesin dan
Otomotif

2012

2013

2014

2015

(USD. Juta)

%
Perub

23.397,0

20.660,4

23.711,6

20.746,1

-12,51

15.029,6

14.684,4

15.813,5

14.443,2

-8,67

12.446,5

12.661,7

12.720,3

12.262,6

-3,60

9.444,1

8.520,1

8.066,9

6.903,7

-14,42

10.818,6

9.724,1

7.497,5

6.171,4

-17,69

Tekstil

Elektronika

Pengolahan Karet

Kimia Dasar

4.870,5

5.083,5

5.703,4

4.150,7

-27,22

Makanan dan Minuman

4.652,9

5.379,8

5.554,4

5.597,0

0,77

Pulp dan Kertas

5.518,0

5.644,0

5.498,6

5.332,6

-3,02

Pengolahan Kayu

4.539,9

4.727,7

5.202,3

5.186,6

-0,30

5.049,5

4.843,5

4.886,4

3.619,3

-25,93

3.561,7

3.933,1

4.090,3

4.615,4

12,84

2,186.0

2.031,2

3.671,8

4.721,7

28,60

101.514,2

101.514,2

102.416,9

93.750,4

-8,46

13.712,1

15.136,4

14.913,0

12.886,5

-13,59

116.125,1

113.029,9

117.330,0

106.636,8

-9,11

10
11
12

Pengolahan Tembaga, Timah


dll.
Kulit, Barang Kulit dan
Sepatu/Alas Kaki
Peng. Emas, Perak, Logam
Mulia, Perhiasan dll.
12 Besar Hasil Industri
Industri Lainnya
INDUSTRI PENGOLAHAN

Sumber: BPS, diolah Kemenperin

58

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan periode


Januari-Desember 2015 turun 9,11 persen dibanding periode yang sama tahun
2014. Pada periode tahun 2015, komoditi industri pengolahan kelapa/kelapa
sawit merupakan industri dengan kontribusi tertinggi atau sebesar 19,45 persen.
Meningkatnya komoditas pengolahan kelapa/kelapa sawit, salah satunya
didorong oleh negara India, negara Uni Eropa dan China yang merupakan
pengimpor terbesar minyak sawit dari Indonesia. Sepanjang tahun 2015, volume
ekspor minyak sawit Indonesia ke India menjadi 5,8 juta ton atau naik 15 persen
dibandingkan tahun lalu yaitu 5,1 juta ton. Sementara ekspor ke negara-negara
Uni Eropa mencapai 4,23 juta ton, dan ini menunjukkan kenaikan sekitar
2,6 persen dibandingkan dengan volume ekspor tahun lalu. China secara
mengejutkan mencatatkan kenaikan permintaan minyak sawit sepanjang tahun
2015 sebesar 64 persen atau dari 2,43 juta ton tahun 2014 meningkat menjadi 3,99
juta ton pada tahun 2015. Peningkatan permintaan minyak sawit yang cukup
signifikan sepanjang tahun 2015 dibukukan oleh Amerika Serikat sebesar 59 persen
atau mencapai 758,55 ribu ton dibandingkan tahun lalu hanya 477,23 ribu ton. Hal
ini diikuti oleh Pakistan yang membukukan kenaikan 32 persen atau dari 1,66 juta
ton di 2014 meningkat menjadi 2,19 juta ton di 2015. Pada periode November
2015, terjadi penurunan ekspor minyak sawit ke beberapa negara, diantaranya
seperti India dan Amerika Serikat. Penurunan ekspor ke India, turun sebesar 24,5
persen

menjadi

506,39

ribu

ton

pada

November

2015

dari

679,38 ribu ton pada Oktober 2015. Anjloknya ekspor minyak sawit ke India akibat
adanya pelarangan penumpukan minyak nabati di dalam negeri. Selain itu, India
menaikkan tarif impor, khususnya untuk butter oil yang sebelumnya 30 persen
menjadi 40 persen. Ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat (AS) pada
November 2015 juga turun 30 persen menjadi 82,19 ribu ton. Penurunan
permintaan karena melimpahnya stok kedelai di dalam negeri, juga karena isu
sustainable palm oil sourcing. Dalam hal ini, kebakaran lahan menjadi salah satu
alasan bahwa minyak sawit Indonesia tidak sustainable. Selain itu, perubahan
59

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

regulasi pemberian insentif atas biodiesel di AS disinyalir menjadi salah satu


penyebab turunnya ekspor ke AS.
Peningkatan pangsa pasar produk industri terhadap permintaan dalam
negeri ini antara lain didukung oleh beberapa faktor berikut, yaitu:
1). Kuatnya konsumsi rumah tangga.
2). Fasilitasi dan koordinasi dengan instansi terkait (sektor on farm) untuk
peningkatan produktifitas dan efisiensi on farm.
3). Adanya kebijakan-kebijakan penguatan daya saing produk industri dalam
negeri serta kebijakan perdagangan untuk menjaga kestabilan harga,
kelancaran arus barang serta menciptakan iklim usaha yang sehat.
4). Pembatasan ekspor produk primer.
5). Sosialisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)
promosi baik domestik maupun internasional.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia di tahun 2015, terbesar
berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 25,69 Miliar atau sebesar 17,10 persen,
diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar US$ 18,34 Miliar (12,20 persen), dan Jawa
Timur sebesar US$ 16,57 Miliar (11,03 persen).
Tabel. 3.30.
Perkembangan Impor Industri Non Migas Tahun 2012 - 2015
No

URAIAN

2012

2013

2014

2015

(USD. Juta)

Perubahan
%

Besi Baja, Mesin-mesin dan


Otomotif

62.624,6

54.637,1

48.550,6

40.954,2

-15,65

Kimia Dasar

16.077,1

16.387,9

16.568,8

13.848,5

-16,42

Elektronika

16.702,5

16.564,5

15.453,6

13.848,3

-10,39

Tekstil

6.805,5

7.116,2

7.154,3

6.879,6

-3.84

Makanan dan Minuman

6.158,4

5.801,3

5.755,1

5.033,2

-12,54

Alat-alat Listrik

4.190,6

4.124,3

3.735,4

3.603,0

-3.54

Makanan Ternak

2.799,7

3.044,5

3.276,2

2.737,6

-16.44

Pulp dan Kertas

3.019,9

3.200,6

3.247,9

2.696,8

-16.97

Barang-barang Kimia lainnya

2.753,6

2.945,7

2.906,8

2.653,1

-8.73

60

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

10

Plastik

2.185,3

2.376,9

2.347,8

2.148,9

-8.47

11

Pengolahan Tembaga,Timah
dll

2.377,4

2.141,1

2.206,8

1.998,4

-9.44

12

Pupuk

2.918,4

1.941,6

1.924,4

2.114,5

9.88

128.400,8

120.281,6

113.127,7

98.516,8

-12,92

139.734,1

131.400,7

123.826,4

108.951,0

-12,01

Total 12 Besar Industri


Total Industri
Sumber: BPS diolah Kemenperin

Impor produk industri tahun 2015 sebesar US$ 108,95 Miliar. Perkembangan
impor selama tahun 2015 ini turun sebesar 12,01 persen dibandingkan periode
yang sama tahun 2014 sebesar USD 123,82 Miliar. Neraca ekspor-impor hasil
industri

non

migas

pada

Januari-Desember

2015

adalah

USD -2,31 Miliar (neraca defisit). Bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2014, neraca tersebut mengalami defisit sebesar USD -6,49 Mmiliar atau
mengalami penurunan sebesar 64,4 persen.
Tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar JanuariDesember
2015 adalah Tiongkok dengan nilai USD 29,22 Miliar (24,73 persen), Jepang USD
13,23 MilIar (11,20 persen), dan Singapura USD 8,97 miliar (7,60 persen). Impor
nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 22,05 persen, sementara dari Uni
Eropa 9,50 persen. Nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku/penolong,
dan barang modal selama JanuariDesember 2015 mengalami penurunan
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 14,16
persen; 21,35 persen; dan 15,56 persen.
Hasil capaian realisasi investasi tahun 2015 sebesar Rp 545,4 Triliun
meningkat 17,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Capaian realisasi investasi tersebut melampui target tahun 2015 sebesar
Rp 519,5 Triliun (105 persen). Komposisi realisasi investasi terdiri dari PMDN
meningkat 15,0 persen sebesar Rp 179,5 Triliun, sementara PMA juga meningkat
19,2 persen sebesar Rp 365,9 Triliun. Sepanjang Januari Desember 2015, investasi
PMDN

dan

PMA

dapat

menyerap

tenaga

kerja

sebanyak

61

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

1.435.711 orang, atau naik sebesar 0,3 persen dibandingkan tahun 2014, yang
dapat menyerap sebanyak 1.430.846 orang.
Bila dilihat dari sebaran Jawa dan luar pulau Jawa, realisasi investasi di
pulau Jawa sebesar Rp 296,7 Triliun (54,4 persen) dan realisasi investasi di luar Pulau
Jawa sebesar Rp 248,7 Triliun (45,6 persen). Apabila dibandingkan di tahun 2014
sebesar Rp 199,8 Triliun terjadi peningkatan realisasi investasi di luar Pulau Jawa
sebesar 24,5 persen. Untuk realisasi investasi di luar Pulau Jawa, wilayah
Kalimantan mencatatkan kontribusi terbesar sebesar Rp 93,0 Triliun (17,1 persen),
terdiri dari PMDN sebesar Rp 20,0 Triliun dan PMA sebesar US$ 5,8 Miliar. Kemudian
diikuti oleh wilayah Sumatera dengan realisasi investasi sebesar Rp 84,4 Triliun (15,5
persen) serta wilayah Sulawesi dengan realisasi investasi sebesar Rp 33,2 Triliun (6,1
persen). Selanjutnya wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi investasi
sebesar Rp 18,7 Triliun (3,4 persen) dan wilayah Maluku dan Papua dengan
realisasi investasi sebesar Rp 19,4 Triliun (3,5 persen).
Tabel. 3.31.
Investasi PMDN Tahun 2012 - 2015
No

Sektor Sekunder

Industri Makanan

Industri Tekstil

Ind. Barang Dari


Kulit & Alas Kaki

2012

2013
I

2015
I

222

11,166.7

434

15,080.9

320

19,596.4

879

24,533.99

25,20

51

4,450.9

101

2,445.9

98

1,451.5

185

2,724.51

87,71

76.7

10

80.1

11

103.1

13

5.40

-94,76

Industri Kayu

15

57.0

18

390.7

21

585.1

70

1,185.33

102,58

Ind. Kertas dan


Percetakan

64

7,561.0

112

6,849.4

57

4,093.7

127

6,529.47

59,50

Ind. Kimia dan


Farmasi

94

5,069.5

153

8,886.5

142

13,314

320

20,712.45

55,57

Ind. Karet dan


Plastik

110

2,855.0

145

2,905.2

169

2,117.5

284

3,695.88

74,54

Ind. Mineral Non


Logam

37

10,730.7

66

4,624.5

101

11,923.1

181

20,501.70

71,95

Ind. Logam,
Mesin &
Elektronik

81

7,225.7

131

7,567.5

160

5,292.6

326

7,938.39

49,99

10

Ind. Instru.
Kedokteran,
Presisi & Optik &
Jam

12

210.1

62

(Rp. Miliar)

2014

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

11

Ind. Kendaraan
Bermotor & Alat
Transportasi Lain

21

664.4

31

2,068.5

28

490.1

93

1,070.81

118,49

12

Industri Lainnya

10

31.5

12

61.8

16

68,1

43

147.36

116,30

714

49,888.9

1,225

51,171.1

942

59,034.7

2525

89.045,29

50,84

Jumlah
Sumber: BPS diolah Kemenperin

Jumlah proyek Investasi PMDN Indonesia pada tahun 2015 mengalami


peningkatan sebesar 50,84 persen dibandingkan dengan tahun 2014, hal ini tentu
menunjukkan

perkembangan

positif

mengenai

investasi

dalam

negeri.

Peningkatan terbesar pada industri kendaraan bermotor & alat transportasi lain,
yang mengalami peningkatan sebesar 118,49 persen, industri lainnya sebesar
116,30 persen, industri kayu sebesar 102,58 persen, industri tekstil sebesar 87,71
persen. Walaupun mengalami peningkatan jumlah proyek, namun tidak semua
sektor Industri di atas mengalami peningkatan nilai investasi, seperti pada industri
barang dari kulit & alas kaki yang mengalami penurunan nilai investasi sebesar
94,76 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel. 3.32.

Investasi PMA 2012 - 2015


2012

2013

No

Sektor Sekunder

Industri Makanan

347

1,782.9

797

2,117.7

640

Industri Tekstil

149

473.1

241

750.7

368

Ind. Barang Dari


Kulit & Alas Kaki

73

158.9

91

96.2

Industri Kayu

38

76.3

59

Ind. Kertas dan


Percetakan

57

1,306.6

Ind. Kimia dan


Farmasi

230

Ind. Karet dan


Plastik

Ind. Mineral Non


Logam

Ind. Logam,
Mesin &
Elektronik

10

Ind. Instru.
Kedokteran,
Presisi & Optik &
Jam

(USD. Juta)

2014
I

2015
I

3,139.6

1306

1,521.18

-51,55

422.53

670

433.43

2,59

137

210.69

243

161.58

-23,30

39.5

61

63.7

118

47.11

-25,99

103

1,168.9

87

706.5

210

706.93

0,06

2,769.8

430

3,142.3

578

2,323.4

856

1,955.75

-15,82

147

660.3

231

472.2

345

543.9

567

694.47

27,68

48

145.8

138

874.1

167

916.9

277

1,302.81

42,09

364

2,452.6

679

3,327.1

986

2,471.9

1781

3,092.49

25,10

3.4

12

26.1

11

7.2

13

6.87

-5,12

63

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

11

Ind. Kendaraan
Bermotor & Alat
Transportasi Lain

163

1,840.0

342

3,732.2

295

2,061.3

758

1,757.26

-14,75

12

Industri Lainnya

94

100.2

199

111.7

168

151.8

385

83.21

-45,17

1.714

11.770

3.322

15.858,8

3.075

13.019,3

7.184

11.763,09

-9,65

Jumlah

Sumber: BPS, diolah Kemenperin

Hasil yang berbeda pada investasi PMA, dimana terjadi penurunan


sebesar 9,65 persen pada tahun 2015 dibanding dengan tahun 2014. Penurunan
investasi terbesar terjadi pada industri makanan disusul dengan industri lainnya.
Lebih lanjut meski terjadi penurunan pada beberapa sektor namun tahun 2015
juga menunjukkan peningkatan investasi pada beberapa sektor yaitu pada
sektor industri mineral non logam, industri karet & plastik, dan industri logam, mesin
& elektronik.
3.

Kinerja Program Prioritas Nasional Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015 2019,

Kementerian Perindustrian memiliki arah kebijakan fokus pengembangan industri


nasional sebagai berikut:
a. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar pulau Jawa
Kebijakan pengembangan perwilayahan industri diarahkan untuk lebih
menyebarkan pembangunan industri di luar Pulau Jawa. Adapun program
Kementerian Perindustrian sesuai dengan RPJMN tahun 2015 2019 adalah
fasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri yang meliputi 1) Batu Licin,
Kalimantan Selatan; 2) Ketapang, Kalimantan Barat; 3) Landak, Kalimantan Barat;
4)

Kuala

Tanjung,

Sumatera

Utara;

5)

Sei

Mangke,

Sumatera

Utara;

6) Tanggamus, Lampung; 7) Jorong, Tanah Laut, Kalimantan Selatan; 8) Teluk


Bintuni, Papua barat; 9) Buli Halmahera timur, Malulu Utara; 10) Bitung, Sulawesi
Utara; 11) Palu, Sulawesi Tengah; 12) Morowali, Sulawesi Tengah; 13) Konawe,
Sulawesi Tenggara; 14) Bantaeng, Sulawesi Selatan; serta membangun 22 Sentra

64

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) selama 5 (lima) tahun. dengan strategi
meliputi :
1.

Fasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri (KI) prioritas.

2.

Membangun 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang terdiri dari
11 di Kawasan Timur Indonesia dan 11 di Kawasan Barat Indonesia, dan

3.

Berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam membangun


infrastruktur utama, infrastruktur pendukung tumbuhnya industri, dan sarana
pendukung kualitas kehidupan bagi pekerja.

Adapun pencapaian selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:


1.

Fasilitasi Pembangunan Kawasan Industri


a. Fasilitasi pembangunan Infrastruktur Fisik dalam Kawasan Industri:

Kawasan Industri Bitung meliputi Pembangunan jalan poros (realisasi


fisik s/d TW IV 2015 sebesar 36,76 persen) dan Pembangunan Kantor
administrator KEK, Pagar Sayap Kanan Kiri, Pos Jaga, Pintu Gerbang
dan Lampu Jalan (realisasi fisik s/d TW IV 2015 sebesar 90 persen);

Kawasan Industri Palu meliputi Pembangunan jalan poros (realisasi


fisik s/d TW IV 2015 sebesar 93,01 persen) dan Pembangunan
Komplek manajemen perkantoran pengelola kawasan baru
(realisasi fisik s/d TW IV 2015 sebesar 80,64 persen);

Peresmian Kawasan Industri Morowali, smelter nikel PT. Sulawesi


Mining Investment serta fasilitasi pembangunan Gedung Pusat
Inovasi Logam (realisasi fisik s/d TW IV 2015 sebesar 80,19 persen) dan
peralatannya, pembangunan Gedung politeknik industri (realisasi
fisik s/d TW IV 2015 sebesar 60,38 persen), dan Rusunawa untuk
Pekerja;

Fasilitasi Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei: meliputi


pembangunan

tangki

timbun

(tank

farm)

telah

mencapai

95,41 persen, pembangunan dry port telah mencapai 95,77 persen,

65

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

pembangunan jalan poros telah mencapai 95,16 persen, dan


pembangunan jalan kereta api telah mencapai 86,51 persen.

b. Fasilitasi penyusunan dokumen Perencanaan berupa :

Perencanaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di


13 (tiga belas) Kawasan Industri, yaitu Kawasan Industri Sei Mangkei,
Kuala Tanjung, Tanggamus, Jorong, Ketapang, Landak/Mandor,
Batulicin, Palu, Bantaeng, Bitung, Morowali, Konawe, dan Teluk
Bintuni;

Perencanaan penyusunan Detail Engineering Design (DED) di


12 (dua belas) Kawasan Industri, yaitu Kawasan Industri Sei Mangkei,
Kuala Tanjung, Tanggamus, Ketapang, Landak/Mandor, Batulicin,
Palu,

Bantaeng,

Bitung,

Morowali,

Halmahera

Timur,

dan

Banyuwangi;

Perencanaan pengembangan kawasan industri di Kupang dan


Pomala.

2.

Pembangunan Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM)


a. Fasilitasi penyusunan Pola Pengembangan Sentra IKM di 16 Kab/Kota,
yaitu: Kab. Murung Raya, Kota Tarakan, Kab. Bangka Tengah, Kab.
Seruyan, Kab. Majalengka, Kab. Bangkalan, Kab. Purbalingga, Kota
Pekalongan, Kota Surakarta, Kab. Jepara, Kota Sorong, Kab. Mamuju,
Kab. Konawe, Kab Sumbawa, Kota Tual, dan Kab. Kupang;
b. Telah

dilakukan

Penyusunan

Perencanaan

Konstruksi

(DED)

Pembangunan Sentra IKM di 3 Kab/Kota, yaitu: Kab. Seruyan, Kota


Tarakan, dan Kab. Murung Raya.
Adapun hasil pencapaian fasilitasi pembangunan kawasan industri
dan Sentra IKM terangkum dalam tabel berikut ini:

66

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.33
Capaian Fokus Pengembangan Perwilayahan Industri
Program/
Kegiatan

Pengembangan
Fasilitasi Industri

Selain
Kementerian

Sasaran

Indikator

Terbangunnya
14 Kawasan
Industri dan 22
Sentra IKM di
luar Jawa

Terfasilitasinya
pengembangan
14 Kawasan
Industri di luar
Jawa
Terfasilitasinya
pengembangan
total sebanyak
22 Sentra IKM di
wilayah
Sumatera,
Kalimantan,
Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku
dan Papua
dalam 5 tahun
(SIKIM)

memfasilitasi
Perindustrian

pembangunan
juga

Satuan

Target

Realisasi

Capaian

Kawasan

14

16

114%

Sentra

16

267%

infrastruktur

melaksanakan

kawasan

program

industri,

peningkatan

kemampuan soft skill sumber daya manusia lokal untuk mendukung kebutuhan
kompetensi industri dengan kegiatan sebagai berikut:

Kawasan Industri Bantaeng : Sebanyak 200 orang yang terdiri dari 100 orang
bidang mekanikal dan 100 orang bidang elektronikal, dengan lama pelatihan
1 (satu) bulan.

Kawasan Industri Konawe : Sebanyak 200 orang yang terdiri dari 100 orang
bidang mekanikal dan 100 orang bidang elektronikal dengan lama pelatihan
1 (satu) bulan.

b. Penumbuhan Populasi Industri


Sesuai dengan Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015 2019, arah
kebijakan pembangunan industri nasional yaitu penumbuhan populasi industri paling
tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50% tumbuh di
luar Jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha. dengan strategi
antara lain meliputi :
67

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

1.

Mendorong investasi untuk industri pengolah sumber daya alam; industri


penghasil barang konsumsi kebutuhan dalam negeri; industri penghasil bahan
baku, bahan setengah jadi, komponen, dan sub-assembly (pendalaman
struktur),

2.

Memanfaatkan kesempatan dalam jaringan produksi global, dan

3.

Pembinaan industri kecil dan menengah (IKM)

Adapun beberapa pencapaian tahun 2015 terkait dengan fokus


penumbuhan populasi industri dijabarkan dalam tabel 3.34 berikut ini
Tabel. 3.34.
Capaian Fokus Penumbuhan Populasi Industri
Program/
Kegiatan

Sasaran
Meningkatnya
Populasi
Industri
Sedang dan
Besar

Revitalisasi
dan
Penumbuhan
Industri

Hilirisasi hasil
tambang ke
produk dan
jasa industri

Terfasilitasinya
pembangunan
Wirausaha
baru

Indikator

Fasilitasi Pembangunan Bufferstock


Bahan Baku Kapas di Jawa Barat
dan Bufferstock Kulit di Jawa Timur

Lokasi

0%

Terfasilitasinya Revitalisasi Industri


Pupuk

Dokumen

100%

Pengembangan National Branding


Produk Alas Kaki Dan Pakaian Jadi

Dokumen

100%

Dokumen

100%

Dokumen

100%

Industri
Yang
Terfasilitasi

100%

wirausaha

2225

3800

170%

Fasilitasi penyusunan FS Semen


Kupang III dan industri ban, keramik,
dan kaca
Fasilitasi penyusunan FS
Pembangunan Pabrik Bahan Baku
Obat berbasis Migas,
Pembangunan Pilot Plant Propylene
berbasis CPO, Pembangunan Pilot
Plant Polymer Enhanced Oil
Recovery
Terfasilitasinya Pembangunan
Industri: 1. Smelter Baja di Batu Licin
(Kalsel) dan Medan (Sumatera
Utara) 2. Alumina Refinery di
Menpawah dan Ketapang (Kalbar)
3. Smelter Tembaga di Gresik
(Jatim), Sangata (Smelter) 4.
Smelter Nickel di Morowali (Sulteng),
Pomalaa (Sultra), Sangata (Smelter)
Jumlah wirausaha baru IKM yang
tumbuh

Ket.: T: Target; R: Realisasi; C: Capaian

68

SATUAN

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Secara terperinci hasil-hasil mengenai fokus penumbuhan populasi industri


yang dicapai selama kurun waktu 2015 adalah sebagai berikut:
a. Fasilitasi Pembangunan Bufferstock Bahan Baku Kapas Dan Material Center
Kulit (Industri Alas Kaki)
Perkembangan proyek fasilitasi pembangunan bufferstock bahan baku
kapas dan material center kulit (industri alas kaki) telah mencapai 40 persen.
Adapun pencapaiannya sebagai berikut :
-

Fasilitasi Kajian Manajemen dan MOU dalam rangka pendirian Logistic


Base For Cotton
Dalam perdagangan kapas (cotton) secara internasional, komoditi kapas
merupakan future commodity dan diperdagangkan secara future
dengan penyerahan kemudian. Meskipun Indonesia merupakan pembeli
potensial, namun posisi tawarnya masih kurang kuat, sehingga sering
terjadi dispute baik dalam hal pemahaman terhadap kontrak maupun
aspek teknis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kebersamaan para
spinners dalam bernegosiasi dan belum tersedianya panduan standar
kontrak supply kapas.
Untuk itu diperlukan terbangunnya kebersamaan industri pemintalan
(spinners) Nasional, sehingga diperlukan suatu lembaga yang akan
berfungsi sebagai Logistic Base suplai kapas dalam negeri yang nantinya
akan

mewakili

industri

pemintalan

dalam

perdagangan

kapas

internasional serta menjadi pusat distribusi kapas ke industri pemintalan


dalam negeri.
Revisi PP 32 Tahun 2009, baru keluar pada akhir Desember 2015 dengan
PP 85 Tahun 2015 Tentang Pusat Logistik Berikat, sehingga Dasar Hukum
Pelaksanaan Pendirian Pusat Logistik Berikat untuk Kapas/Bufferstock
Bahan Baku Kapas belum dapat direaliasikan pada TA 2015. Selain itu
juga pada TA 2015 sedang dilaksanakan kegiatan Kajian Manajemen
Bufferstock Bahan Baku.
69

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Fasilitasi Kajian Manajemen dan MOU pendirian Material Center Kulit


Untuk Industri Alas Kaki
Dalam rangka pelaksanaan pengembangan keterkaitan industri alas kaki
dan melihat permasalahan dalam pengadaan bahan baku maka
diperlukan adanya Buffer Stock Kulit untuk mempermudah pelaku usaha
untuk mendapatkan bahan secara efisien sehingga dapat meningkatkan
daya saing di pasar global. Pada tahun 2016 akan dilaksanakan Kajian
Manajemen dan MOU serta telah dilakukan Koordinasi Fasilitasi
Bufferstock Bahan Baku Kulit (Material Center) dengan Calon Lokasi
Material Center yaitu Pasar Turi Surabaya dan di Bandung serta dengan
Asosiasi Terkait yaitu APRISINDO, APAI, APKI, Dinas dan Pengurus Pasar Turi.
Namun demikian, Belum terjadi kesepakatan harga terkait rencana sewa
lahan untuk Material Center Kulit dan Alas Kaki serta masih harus
menunggu Kajian Manajemen Bufferstock Bahan Baku Kulit (Material
Center) diselesaikan.

b. Pengembangan National Branding Produk Alas Kaki Dan Pakaian Jadi


Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka penguatan merek Indonesia
mengingat selama ini industri alas kaki dan pakaian jadi Indonesia hanya
menikmati keuntungan dari margin produksi saja, sedangkan margin
keuntungan dari penggunaan merek dinikmati oleh buyer/pemegang merek.
Dengan

margin

keuntungan

industri

dalam

negeri

yang

hanya

1-3 persn dari harga jual produk, maka nilai tambah yang diperoleh industri
dalam negeri tergolong sangat kecil dan menyebabkan elastisitas industri
terhadap perubahan biaya upah, biaya energi, biaya bahan baku maupun
faktor produksi yang lain menjadi sangat rendah. Kegiatan National branding
juga dilakukan dengan memfasilitasi pameran di Bandara Internasional
didalam negeri.

70

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Kegiatan ini merupakan pengalihan dari kegiatan penyusunan FS dan


DED industri technical textile dan kegiatan ini sedang dalam proses
penyelesaian.
Telah dilaksanakan beberapa kegiatan dalam rangka Penyusunan
Roadmap Pengembangan Merk Nasional/National Branding Produk Alas Kaki
dan Garmen Nasional yaitu Forum koordinasi perencanaan penyusunan
roadmap pengembangan merek nasional, FGD Explorasi Brand Identification
dan Brand Image di Jakarta, Bimbingan Teknis Pemasaran di Surabaya,
kegiatan Pengembangan Desain dan Merk/Label di Surabaya. Sedangkan
pelaksanaan Desain Outlet dan Sewa Outlet Bandara Internasional tidak
dapat direalisasikan karena tidak tersedianya lahan di Terminal Internasinal
Bandara Soekarno Hatta, Ngurah Rai dan Juanda.
c.

Fasilitasi Penyusunan FS Industri Ban, Keramik Dan Kaca Serta Fs Semen


Kupang III
Telah dilakukan Feasibility Study/FS Pembangunan Pabrik Pengolahan
Bahan Galian Non Logam (Keramik dan Kaca), Pembangunan Pabrik Ban,
Pembangunan Pabrik Semen Kupang III.

d. Revitalisasi Industri Pupuk


Revitalisasi Industri Pupuk merupakan program prioritas nasional sesuai
Inpres No. 2 Tahun 2010 dan dilakukan secara bertahap sejalan dengan
ketersediaan alokasi gas bumi dari Kementerian ESDM. Program revitalisasi
industri pupuk yang dimaksudkan untuk mengganti pabrik pupuk yang sudah
tua dengan pabrik berteknologi maju yang lebih hemat tingkat konsumsi
bahan baku maupun energinya serta ramah lingkungan. Hasil yang
diharapkan adalah Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pupuk dalam
negeri. Guna mewujudkan hal ini, beberapa langkah telah diambil
diantaranya dengan melakukan fasilitasi pembangunan revitalisasi 5 pabrik
pupuk. Program revitalisasi meliputi penggantian 4 pabrik urea berusia tua
yaitu: 2 pabrik PUSRI yaitu pabrik PUSRI II (menjadi IIB), dan (III & IV menjadi IIIB),
satu pabrik pupuk Kaltim yaitu pabrik Kaltim 1 (menjadi Kaltim V) dan satu
71

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

pabrik pupuk Kujang yaitu Kujang IA (menjadi IC), serta pembangunan satu
pabrik urea baru PT. Petrokimia Gresik (Amonia Urea II). Berikut perkembangan
dari program revitalisasi industri pupuk:
1.

Pembangunan Pabrik Kaltim-5


-

Target progres proyek Kaltim-5 pada triwulan IV adalah Pabrik


beroperasi normal. Realisasi sampai dengan Desember 2015,
perkembangan proyek mencapai 100 persen.

Produksi Amoniak sudah mencapai diatas 2500 ton/hari dan produksi


tertinggi sebesar 2737 ton/hari.

Produksi Urea Granul sudah mencapai diatas 3500 ton/hari dan


produksi tertinggi sebesar 3621 ton/hari.

Performance test telah berhasil dilaksanakan selama 15 hari mulai


tanggal 5 Oktober 2015 sampai dengan 19 Oktober 2015. Pabrik telah
beroperasi normal.

Serah terima Pabrik dari Kontraktor ke PKT dilakukan tanggal 9


November 2015.

2.

Pembangunan Pabrik Pusri IIB


-

Progres pembangunan pabrik Pusri IIB pada triwulan IV yang


mencapai 98,2 persen dengan target sebesar 97 persen.

Target proses Commisioning direncanakan pada Februari 2016 dan


target operasional pada Maret 2016

3.

Pembangunan Pabrik Ammoniak-Urea II PT. Petrokimia Gresik


-

Progres pembangunan pabrik pada tahap Engineering, Procurement


& Construction sampai 28 Desember 2015 telah mencapai 29,36
persen.

Sebagai catatan, ada potensi keterlambatan gas mengalir (Mei


2018) sehingga dapat mengganggu pengoperasian pabrik. Antisipasi
yang perlu dilakukan yaitu berkoordinasi dengan SKK Migas dan
Ditjen Migas ESDM untuk dapat menyediakan alokasi gas dari sumber
lain.

72

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

4.

Pembangunan Pabrik Kujang 1C PT. Pupuk Kujang


-

Akhir tahun 2015 masih menunggu penandatanganan HoA sebagai


proses tindak lanjut dari pembahasan antara Direksi PKC dan Direktur
Jenderal Minyak dan Gas.

PKC sedang menyusun Dokumen Perencanaan Pengadaan Lahan


untuk Kujang 1C sebagai salah satu syarat pengajuan surat
permohonan penetapan lokasi dari Asisten Perekonomian dan
Pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Menteri

Perindustrian

pembangunan

Kujang

telah
1C

mengirimkan
no

surat

567/M-IND/12/2015

dukungan
tanggal

17 Desember 2015 kepada Gubernur Jawa Timur.


-

Dalam

mendukung

proses

persiapan

lahan,

Bappeda

telah

mengirimkan surat kesesuaian tata ruang ke PKC pada tanggal


21 Desember 2015.
5.

Dalam rangka Pengamanan Pasokan Bahan Baku untuk Industri Pupuk


telah ada Nota Kesepahaman terkait dengan perpanjangan PJBG
antara PKC dengan Pertamina EP untuk periode pasokan 2017-2022,
Menteri Perindustrian telah menyampaikan surat kepada Menteri ESDM
perihal usulan harga gas bumi sebagai bahan baku dan energi bagi
industri, dan SKK Migas sudah menginstruksikan pengaliran gas dari
wilayah kerja offshore North West Jawa.

e.

Fasilitasi pembangunan pabrik bahan baku obat


1.

Telah dilakukan Feasibility Study/FS Pembangunan Pabrik Bahan Baku


Obat (Paracetamol kapasitas 10.000 ton/th, amoxicilin kapasitas
750 ton/th, garam farmasi 6.000 ton/th, Dextrose for infusion 6.000 ton/th,
Vitamin C kapasitas 3.000 ton/th, Sefalosporin kapasitas 150 ton/th) dan
Fasilitasi Pembangunan Pilot Plant EOR kapasitas 20 ton/hari.

2.

Telah dilakukan tahap awal/persiapan pengembangan industri obat


kanker berbasis kurkumin melalui terapi Boron Neutron Capture Cancer
Therapy (BNCT) pada tahun 2015.
73

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

f.

Fasilitasi pembangunan industri smelter


Beberapa kegiatan yang berkaitan dengan fasilitasi pembangunan
industri smelter adalah:
1.

Pembentukan Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian


Indonesia.

2.

Penyusunan kajian Fasilitasi Percepatan Pembangunan Industri Smelter


(Energi, Jalan, Pelabuhan, Bahan Baku, Insentif dan Perizinan).

3.

Industri yang difasilitasi adalah PT. Sulawesi Mining Investment, PT. Titan
Mineral Utama, PT. Well Harvest Wining Alumina Refinery, PT. Batutua
Tembaga Raya.

g. Jumlah Wirausaha Baru IKM yang Tumbuh


Dalam RPJMN 2015 2019, sasaran untuk Indikator dan target ini adalah
hilirisasi hasil tambang ke produk dan jasa lainnya. Namun dalam rangka
menyesuaikan dokumen RIPIN 2015-2035 dan Renstra Ditjen IKM 2015-2019,
maka sasaran tersebut telah diubah seperti tertera dalam tabel di atas.
Pada tahun 2015, Direktorat Jenderal IKM melatih sebanyak 15.213 calon
wirausaha industri kecil. Calon wirausaha tersebut akan masuk dalam kategori
wirausaha setelah memperoleh izin usaha atau memiliki surat keterangan dari
Dinas Perindustrian terkait bahwa yang bersangkutan sedang memproses
perizinan. Dengan asumsi keberhasilan sebesar 25 persen dari jumlah yang
dilatih, maka jumlah wirausaha baru IKM yang tumbuh pada tahun 2015
adalah sebanyak 3800 wirausaha. Asumsi 25 persen ini diperoleh berdasarkan
hasil evaluasi penumbuhan wirausaha baru melalui program beasiswa
Tenaga Penyuluh Lapangan IKM (TPL IKM) yakni dari 1.056 lulusan TPL IKM,
sebanyak 274 orang telah memulai usaha selepas masa kontrak.
c.

Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing


Peningkatan produktivitas dan daya saing dilaksanakan melalui fasilitasi
dan insentif yang diutamakan pada industri: (1) strategis; (2) maritim; dan
(3) padat tenaga kerja. Kebijakan fiskal terhadap impor bahan baku,

74

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

komponen, barang setengah jadi diharmonisasikan sesuai dengan rantai


pertambahan nilai berikutnya di dalam negeri. Produktivitas dilakukan melalui
pembaharuan/revitalisasi permesinan, peningkatan dan pembaharuan
keterampilan tenaga kerja, inovasi dan penguasaan teknologi serta
pengembangan produk.
Tabel. 3.35.
Capaian Fokus Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing
Program/
Kegiatan
Revitalisasi
dan
Penumbuhan
Industri

Sasaran

Revitalisasi
Industri
Penguatan
struktur industri
melalui
keterkaitan
antara industri
hulu (dasar),
industri
intermediate
dan industri hilir
(light)

Penumbuhan
Industri

Meningkatnya
daya saing
Industri

Penyebaran
dan
Penumbuhan
Industri Kecil
dan
Menengah

Meningkatnya
Fasilitas
Pengembangan
produk IKM
Terfasilitasinya
IKM yang
Mengikuti
Restrukturisasi
Mesin Peralatan

Indikator
Revitalisasi
Perusahaan Industri
Tekstil dan Aneka
Terevitalisasinya
industri galangan
kapal di 9 lokasi
(Pembangunan/Ren
ovasi, Bantuan Alat,
Peningkatan SDM
bersertifikasi)
Terbentuknya 1
Mould and Dies
Center
(Pembangunan dan
Kelembagaan)
Terlaksananya
Pembangunan dan
Pengembangan 5
(lima) ICT Center
dalam bentuk
Incubator Business
Center (IBC), RICE
dan Technopark
Terbentuknya Pusat
Pengembangan
Teknologi Industri
Mesin Perkakas dan
Industri Alat
Kesehatan
(Pembangunan dan
Kelembagaan)
Jumlah IKM yang
mendapat fasilitasi
pengembangan
produk
Jumlah IKM yang
mengikuti
restrukturisasi mesin
peralatan

Satuan

Target

Realisasi

Capaian

Perusahaan

100

115

115

Lokasi

88,89

Unit

100

ICT Center

100

Pusat
Pengembangan

100

IKM

248

3998

1612

IKM

52

112

215

75

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Peningkatan
Kualitas SDM
Industri

Meningkatnya
Pendidikan dan
Skill Tenaga Kerja
Industri dalam
rangka
penyiapan
tenaga kerja
industri
kompeten
(pada bidang
prioritas MEA)

Pelatihan bagi calon


tenaga
kerja/tenaga kerja
dengan sistem
three-in-one untuk
level operator dan
supervisor
(Pelatihan, Sertifikasi,
dan Penempatan)
berbasis Spesialisasi
dan Kompetensi
pada bidang TPT,
Alas Kaki, Garam,
Logam dan Mesin,
Otomotif, Logistik,
Elektronika,
pengelasan,
Pengolahan karet,
Petrokimia, Plastik,
kakao, rumput laut,
CPO, semen, pupuk
dan animasi

Orang

15,000

17832

118,88

Secara terperinci hasil-hasil mengenai fokus peningkatan produktivitas dan


daya saing yang dicapai selama kurun waktu 2015 adalah sebagai berikut:
a. Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil dan Aneka
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mempertahankan keberadaan dan
mendukung pengembangan potensi industri TPT, industri alas kaki dan
penyamakan kulit nasional. Upaya peningkatan daya saing yang dilakukan
adalah dengan meluncurkan Program Revitalisasi Dan Penumbuhan Industri
Melalui Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Tekstil Dan Produk Tekstil yang
dimulai sejak tahun 2007 Serta Industri Alas Kaki dan Penyamakan Kulit sejak
Tahun 2009.
Upaya peningkatkan daya saing industri TPT, Alas Kaki dan Penyamakan
Kulit

Nasional

dilakukan

melalui

peningkatan

teknologi/peremajaan

mesin/peralatan, sehingga diharapkan tercapai peningkatkan teknologi,


efisiensi

dan

produktivitas

industri

tersebut

yang

pada

gilirannya

meningkatkan daya saing industri Nasional. Adapun rincian kegiatan yang


mendukung pelaksanaan Program Restrukturisasi ini adalah sebagai berikut :

Pada tahun 2015 Program ini didukung dengan pelaksanaan kegiatan


Sosisalisasi program restrukturisasi yang dimaksudkan untuk memberikan
informasi pelaksanaan program dan prosedur pemberian bantuan

76

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

beserta persyaratan yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti program ini.


Selain mengadakan Sosialisasi Direktorat Industri Tekstil dan Aneka juga
mengadakan kegiatan Workshop Pengisian Form-form bagi perusahaan
yang

belum

pernah

ikut

dalam

rangka

mempercepat

dan

memperdalam kemampuan perusahaan tersebut apabila berminat


mengikuti program restrukturisasi.

Pelaksanaan Program Restrukturisasi ini juga didukung 2 lembaga


independen yang ditunjuk untuk melakukan pengelolaan operasional
Program (LPOP) yang dalam hal ini ditangani oleh PT Sucofindo dan
Lembaga Penilai Independen yang ditangani oleh PT Surveyor Indonesia.

Sampai dengan tanggal 30 Juni 2015 jumlah industri TPT, alas kaki dan
penyamakan kulit yang telah mengajukan permohonan sebanyak
144

perusahaan

dengan

nilai

permohonan

bantuan

sebesar

Rp 155,12 Miliar dengan nilai investasi sebesar Rp 1,89 Triliun, dari


keseluruhan pemohon tersebut sebanyak 5 perusahaan mengundurkan
diri.

Realisasi

permohonan

bantuan

pada

tahun

ini

sebanyak

115 perusahaan dengan nilai bantuan Rp 99,96 Miliar dan nilai investasi
sebesar Rp 1,18 Triliun.

Gambar 3.4 Jumlah Perusahaan pemohon dan permohonan yang telah


direalisasikan s.d 31 Desember 2015

77

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Gambar 3.5 Nilai permohonan dan realisasi program s.d. 31 Desember 2015

b. Terevitalisasinya industri galangan kapal di 9 lokasi (Pembangunan/Renovasi,


Bantuan Alat, Peningkatan SDM bersertifikasi)
Sampai dengan akhir tahun 2015, industri galangan kapal yang telah
direviltalisasi berada pada daerah Lamongan, Surabaya, Semarang,
Pontianak, Banjarmasin, Makassar, dan Lampung. Program revitalisasi industri
galangan kapal dilaksanakan melalui peningkatan kemampuan SDM, yaitu:
1.

Sertifikasi SDM Pengelasan Kapal bekerjasama dengan BBLK Kemenaker


sejumlah 5 angkatan dengan jumlah 100 orang peserta.

2.

Peningkatan kemampuan SDM klaster melalui pelatihan dan sertifikasi


SDM pengelasan kapal sejumlah 20 orang

3.

Pelatihan welding operator untuk industri galangan kapal sejumlah 20


orang

4.

Pelatihan dan sertifikasi SDM pengelasan Non Ferro sejumlah 20 orang.

5.

Pelatihan SDM pengelasan bawah air sejumlah 20 orang

6.

Revitalisasi industri perkapalan melalui peningkatan SDM pengelasan


SMAW sejumlah 5 angkatan dengan peserta 100 orang

7.

Revitalisasi industri perkapalan melalui peningkatan SDM pengelasan


GMAW sejumlah 2 angkatan dengan peserta 40 orang

8.

Revitalisasi industri perkapalan melalui peningkatan SDM pengelasan


FCAW sejumlah 2 angkatan dengan peserta 40 orang

78

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

9.

Pelatihan manajemen galangan kapal sejumlah 2 angkatan dengan


peserta 40 orang

c. Terbentuknya 1 Mould and Dies Center (Pembangunan dan Kelembagaan)


Kegiatan Pembentukan Mould and Dies Center melibatkan 3 unit Eselon I
di lingkungan Kementerian Perindustrian yaitu unit Sekretariat Jenderal, unit
Direktorat Jenderal ILMATE dan unit BPPI dengan nilai sebesar Rp. 23 Miliar dan
berlokasi di Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Bandung Jl. Sangkuring No
12, Bandung. Tujuan pembangunan Mould and Dies Center adalah:
1.

Peningkatan SDM Industri Mould and Dies yang handal dan profesional

2.

Penguasaan teknologi pembuatan Mould and Dies, terutama untuk


metal dan plastik

3.

Pengurangan impor mould and dies di sektor manufaktur


Adapun kegiatan yang telah dilakukan selama tahun 2015 adalah

sebagai berikut:
1.

Fasilitasi mesin/peralatan mould and dies

2.

Penyusunan roadmap pengembangan mould dan dies center

3.

Pelatihan dan sertifikasi SDM Industri Mould and Dies sebanyak 120 orang.

d. Terlaksananya Pembangunan dan Pengembangan 5 (lima) ICT Center dalam


bentuk Incubator Business Center (IBC), RICE dan Technopark, yang terdiri
dari:
1.

Pembangunan Bandung Technopark kerjasama dengan Universitas


Telkom dengan nilai pembangunan 2 gedung BTP senilai Rp. 18 Miliar;

2.

Penguatan TohpaTI Center (Regional ICT Center of Excellence Bali)


kerjasama dengan Universitas Udayana dengan bantuan Renderfarm
senilai 1 Miliar;

3.

Penguatan Incubator Business Center (IBC) Semarang kerjasama Undip,


Unisula, Unes, Udinus, UKSW, Unsud, Unika melalui bantuan peralatan
produksi, multimedia, animasi dan games, recording streaming senilai
Rp. 3,5 Miliar;
79

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

4.

Pengembangan

Desain

Telepon

Seluler

Dalam

Negeri

dan

Pengembangan Animasi melalui pembentukan kelembagaan dan


fasilitasi Desain Ponsel di Poltek Negeri Batam dan Pelatihan Animasi
senilai Rp. 7 Miliar;
5.

Penguatan Regional ICT Center of Excellence Makasar bekerjasama


dengan Universitas Hasanudin melalui Pembentukan Kelembagaan dan
Fasilitasi Inkubator di Universitas Hasanudin senilai Rp. 200 Juta;

e. Terbentuknya Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas dan


Industri Alat Kesehatan (Pembangunan dan Kelembagaan)
Fasilitasi yang dilaksanakan selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1.

Lanjutan Pembangunan Gedung dengan nilai sebesar Rp. 12,79 Miliar

2.

Mekanikal dan Elektrikal, disain interior gedung dengan nilai sebesar


Rp. 4,55 Miliar

3.
f.

Fasilitasi mesin/peralatan dengan nilai sebesar Rp. 15 miliar

Jumlah IKM yang mendapat fasilitasi pengembangan produk


Pengembangan produk merupakan upaya yang dilakukan pemerintah
untuk

melakukan

pembinaan

terhadap

IKM

dalam

mendesain,

mengembangkan dan meluncurkan sebuah produk yang berdaya saing di


pasar dalam dan luar negeri melalui fasilitasi-fasilitasi baik terhadap SDM IKM
nya maupun pada produk yang dihasilkan. Fasilitasi diberikan dalam bentuk
bimbingan penerapan dan fasilitasi GMP/HACCP/SNI/MD, fasilitasi sertifikasi
SNI, SNI Wajib (mainan anak, pakaian bayi, logam, garam, dan sebagainya),
sertifikasi Halal dan atribut pangan, fasilitasi pendaftaran HKI (merek, hak
cipta, desain industri, paten, indikasi geografis), bantuan desain merek dan
kemasan, pelatihan dan bantuan sarana produksi, serta dampingan tenaga
ahli desain dan teknik produksi kepada 3.998 IKM. Komoditi yang dibina
meliputi makanan ringan, fesyen, tenun, minyak atsiri, alsintan, kerajinan,
gerabah, batu mulia, otomotif, kakao, kopi, perbengkelan, mainan anak,
pakaian bayi, logam, game dan animasi, garam beryodium, bambu dan
rotan.
80

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

g. Jumlah IKM yang mengikuti restrukturisasi mesin peralatan


Merupakan

program

untuk

membantu

IKM

dalam

melakukan

peremajaan/modernisasi mesin/peralatan dengan tujuan meningkatkan


kapasitas produksi, teknologi, daya saing, dan efisiensi. Program ini berupa
potongan harga pembelian mesin/peralatan dengan sistem reimburse. Nilai
keringanan potongan harga:
Industri Kecil (IK) = 35% - 45% dari harga pembelian
Industri Menengah (IM) = 25% - 35% dari harga pembelian
Besaran nilai potongan maksimal Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
dan minimal Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per perusahaan per
Tahun Anggaran
Pada tahun 2015 telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka
restrukturisasi mesin/peralatan kepada 112 IKM di 19 provinsi dengan nilai
bantuan Rp.12.143.791.000,-. Jenis industrinya meliputi industri makanan,
minuman, TPT, kimia dan barang kimia, mesin dan perlengkapan, logam dan
komponen, barang galian non logam, furniture dan kayu.
h. Peningkatan kualitas SDM industri
Fasilitasi yang dilaksanakan selama tahun 2015 adalah pelatihan bagi
calon tenaga kerja/tenaga kerja dengan sistem three-in-one untuk level
operator dan supervisor (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan) berbasis
Spesialisasi dan Kompetensi pada bidang TPT, Alas Kaki, Garam, Logam dan
Mesin, Otomotif, Logistik, Elektronika, pengelasan, Pengolahan karet,
Petrokimia, Plastik, kakao, rumput laut, CPO, semen, pupuk dan animasi
sebanyak 17832 orang.

81

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Peningkatan daya saing industri oleh Kementerian Perindustrian selain yang


termasuk dalam indikator diatas juga dilakukan melalui:

Telah

dilakukan

Pengembangan

pendidikan

vokasi

industri

berbasis

kompetensi menghasilkan tenaga kerja industri terampil kompeten siap kerja


sebanyak 1.270 orang dan tenaga kerja industri ahli kompeten siap kerja
sebanyak 2.268 orang.

Penyediaan Tempat Uji Kompetensi (TUK) sebanyak 10 TUK, 4 TUK sudah selesai
dan 6 TUK dalam proses BNSP. TUK adalah lokasi dilaksanakannya uji
kompetensi. Kriteria dari TUK ditentukan oleh standar yang digunakan sebagai
dasar uji kompetensi, di mana dapat berupa tempat kerja, atau tempat yang
dikondisikan sesuai dengan tempat kerja. TUK diverifikasi dan dilisensi oleh LSP
terkait.

Pembentukan 8 (delapan) Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yaitu 4 LSP untuk 6


LSP sedang dalam proses BNSP. LSP adalah lembaga yang melaksanakan
proses sertifikasi dan uji kompetensi. Dalam proses sertifikasi, LSP melibatkan
standar kompetensi tertentu, asesor kompetensi dan TUK yang sesuai dengan
standar tersebut. LSP diverifikasi dan diakreditasi oleh Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP). Penyusunan 27 Rancangan Standarisasi Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) telah selesai dan menunggu ditetapkan
oleh Kemenakertrans.

Pemberlakuan 5 Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib (kopi instan, kompor


gas 2 dan 3 tungku, selang termoplastik, kaca blok, dan biskuit).

Memfasilitasi 43 IKM dalam mendapatkan sertifikat SNI yang diberlakukan


secara wajib (pakaian bayi dan mainan anak-anak).

Menghasilkan 1 paten granted tentang reaktor gasifikasi (gasifier) untuk pellet


biomas emisi rendah dan sudah didaftarkan 7 hasil litbang industri untuk
mendapatkan paten .

Peningkatan fasilitas 159 unit sentra IKM (seperti fasilitas pengolahan limbah,
peralatan produksi).

82

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

4.

Kinerja Program Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian


Selain program prioritas nasional sebagaimana ditetapkan dalam RPJMN

Tahun 20152019, Kementerian Perindustrian juga melaksanakan program


pengembangan

industri

lainnya.

Capaian

program-program

tersebut

sebagaimana diuraikan berikut ini.


a. Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit
Program pengembangan industri yang mendukung klaster industri hilir
kelapa sawit, selama tahun 2015 telah terealisasi hasil-hasil sebagaimana
dijelaskan berikut ini.
1). Rapat fasilitasi dan koordinasi pengembangan industri hilir kelapa sawit di
Sumatra Utara dalam rangka pengembangan klaster hilir kelapa sawit di
Sumatera Utara, Riau Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat
dan Papua.
2). Melaksanakan promosi investasi di Batam, Kepulauan Riau dan pelaksanaan
business forum di Rotterdam, Belanda dalam rangka promosi Investasi produk
Hilir Kelapa Sawit (IHSK) untuk pengembangan Klaster Oleochemical di
Sumatera Utara, Riau Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat
dan Papua.
3). Melaksanaakan

pembahasan

rapat

teknis

terkait

penyelesaian

permasalahan dispute kepabean untuk industri hilir kelap sawit termasuk


penguatan

lembaga

pengujian

melalui

bantuan

mesin

peralatan

laboratorium untuk Balai Besar Industri Kimia dan Kemasan Jakarta yang
dianggarkan oleh Ditjen Industri Agro.
4). Melakukan rapat teknis RSKKNI terkait penyusunan rancangan standar
kompetensi SDM Industri Hilir Kelapa Sawit dan Bahan Bakar Nabati.
5). Terlaksananya bimbingan teknis bagi industri hilir kelapa sawit dan workshop
pembinaan teknis standarisasi hilir kelapa sawit dalam rangka pembinaan
teknis standardisasi dan teknologi industri hilir kelapa sawit dan bahan bakar
nabati.

83

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

6). Telah

melakukan

rapat

pembahasan

teknis,

penyampaian

laporan

sementara dan laporan akhir kajian penyusunan dokumen teknis lestari


berkelanjutan pada industri hilir kelapa sawit nasional.
b. Industri Furnitur
Industri furnitur merupakan program hilirisasi industri berbasis industri agro.
Pengembangan

industri

furnitur

yang

telah

dilaksanakan

Kementerian

Perindustrian telah menghasilkan beberapa capaian berikut.


1). Telah dilaksanakan Rapat Fasilitasi Pengembangan Klaster Industri Furniture di
Jawa Timur
2). Telah dilakukan pelaksanaan lomba desain furnitur, klinik desain furnitur di
Cirebon, dan klinik desain furnitur di Jepara.
3). Telah dilaksanakan pelatihan desain di Jawa Barat untuk 40 orang SDM
industri furnitur.
4). Telah dilaksanakan rapat pra konvensi RSKKNI di Semarang dan rapat
konvensi di Jawa tengah yang menghasilkan 20 (dua puluh) RSKKNI yang
telah diserahkan kepada Kementerian Ketenagakerjaan untuk disahkan
menjadi SKKNI dalam rengka menyusun suatu rancangan SKKNI industri
furnitur.
5). Telah diberikan pendampingan dalam rangka sertifikasi SVLK untuk 80
Perusahaan untuk memonitoring dan mengevaluasi industri furnitur dan
kerajinan kayu dan untuk memenuhi kewajiban mengaplikasikan penerapan
SVLK yang diwajibkan pada akhir tahun 2015
6). Telah diberikan bantuan sertifikasi untuk wilayah Jawa dan Bali sebanyak 80
perusahaan dengan hasil 75 perusahaan lolos untuk mendapatkan sertifikat
SVLK.
7). Telah dilakukan serah terima mesin dan peralatan pengembangan industri
Furniture di Sukabumi (Jawa Barat), Nganjuk (Jawa Timur), dan Jepara (Jawa
Tengah) serta telah diberikan pelatihan teknik produksi dan aplikasi mesin
84

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

dalam rangka terlaksananya bantuan mesin peralatan untuk meningkatkan


industri pengolahan kayu setiap daerah tersebut.
c. Industri Hilir Karet
Program pengembangan industri hilir karet yang telah dilaksanakan
Kementerian Perindustrian telah menghasilkan beberapa capaian berikut.
1). Pembangunan pabrik ban Hankook kapasitas 5,3 juta ban KBM roda 4 per
tahun dan ditargetkan menghasilkan hingga 16 juta ban per tahun sampai
tahun 2018 dengan nilai investasi USD. 1,1 Miliar di Jawa Barat.
2). Realisasi perluasan pabrik PT. Bridgestone Tyre Indonesia di Pondok Ungu
Bekasi untuk ban bias kapasitas produksi 144.000 ban/tahun dan investasi Rp.
600 Miliar telah beroperasi sejak tahun 2014.
3). Realisasi Pembangunan Pabrik Ban Sepeda motor Evoluzione Tyre yang
merupakan Joint Venture antara PT. Astra Otoparts Tbk. dengan Pirelli Spa di
Subang, Jawa Barat dengan kapasitas sebesar 2.000.000 ban sepeda motor
dengan nilai investasi awal sebesar US$ 130 Juta.
4). Tersusunnya kajian pengembangan industri karet terpadu di Sei Bamban yang
direncanakan akan terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus, Sei
Mangkei.
5). Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri karet dengan
30 (tiga puluh) stakeholders.
6). Pelatihan peningkatan konservasi energi industri karet remah di Pontianak
dan Palembang.
7). Peningkatan Teknologi Alat Pengolahan Karet (Crumb Rubber) untuk
Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan.
8). Fasilitasi pengembangan industri karet karet hilir untuk meningkatkan
kemampuan pembuatan kompon karet dan produksi vulkanisir ban melalui
bantuan mesin pengolahan barang karet di Sumatera Selatan, Jambi, dan
Kalimantan Barat.
85

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

d. Industri Hilir Kakao


Produksi rumput laut nasional mencapai 2,6 juta ton dimana Indonesia
menduduki peringkat ke 3 dunia. Dalam mewujudkan berkembangnya industri
diperlukan pendekatan penguatan dan pengembangan industri rumput laut
yaitu dengan melakukan peningkatan kemampuan industri lokal, pembinaan
SDM industri,

pemanfaatan

serta survey dan pemetaan SDA.

Mengingat

keterbatasan kemampuan daerah dalam pengembangan industri pengolahan


berbasis SDA daerah menjadi produk yang mempunyai nilai tambah yang lebih
tinggi, diperlukan pengembangan teknologi melalui pemberian bantuan
peralatan dan atau mesin serta kajian survey.
Sampai dengan tahun 2015, program pengembangan industri hilir kakao
yang

telah

dilaksanakan

Kementerian

Perindustrian

telah

menghasilkan

beberapa capaian berikut.


1). Dalam rangka fasilitasi dan koordinasi pengembangan industri pengolahan
kakao, telah dilaksanakan Rapat Teknis Penyusunan Kajian Revisi Bea Keluar
Biji Kakao, Rapat Koordinasi dan Rapat terkait persiapan Hari Kakao Indonesia
dan Rapat Koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka Hari Kakao
Indonesia 2015 di Yogyakarta, rapat koordinasi terkait rencama import back
cocoa powder.
2). Telah berpatisipasi dalam Sidang the 18th Meeting of the Nasional Focal for
ASEAN Cocoa Club (ACC) on Join ASEAN Cooperation in Agriculture and
Forest Product Promotion Sceme
3). Pelaksanaan Hari Kakao Indonesia 2015 di Yogyakarta, dan berpartisipasi
pada siding the 92 Regular Session of the Internasional Cocoa Council and
Other ICCO Meetings.
4). Telah dilaksanakan pelatihan peningkatan SDM industri pengolahan rumput
laut pada tahun 2015.

86

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

e. Industri Rumput Laut


Produksi rumput laut nasional mencapai 2,6 juta ton dimana Indonesia
menduduki peringkat ke 3 dunia. Dalam mewujudkan berkembangnya industri
diperlukan pendekatan penguatan dan pengembangan industri rumput laut
yaitu dengan melakukan peningkatan kemampuan industri lokal, pembinaan
SDM industri,

pemanfaatan

serta survey dan pemetaan SDA.

Mengingat

keterbatasan kemampuan daerah dalam pengembangan industri pengolahan


berbasis SDA daerah menjadi produk yang mempunyai nilai tambah yang lebih
tinggi, diperlukan pengembangan teknologi melalui pemberian bantuan
peralatan dan atau mesin serta kajian survey.
Sampai dengan tahun 2015, revitalisasi dan penumbuhan industri hasil
laut dilakukan melalui beberapa hal, antara lain:
1). Terkait pengembangan teknologi pengolahan rumput laut, pada tahun 2015
telah dilaksanakan penandatangan kontrak, penyampaian laporan tahap
awal, penyampaian laporan antara, FGD dan penyampaian laporan akhir.
2). Telah dilaksanakan pelatihan peningkatan SDM industri pengolahan rumput
laut pada tahun 2015.
f.

Industri Baja
Program pengembangan industri baja merupakan salah satu fokus

program hilirisasi industri berbasis migas dan bahan tambang mineral. Proyeksi
konsumsi baja (crude steel) pada tahun 2025 sebesar 70 kg perkapita, meningkat
hampir dua kali lipat dibandingkan konsumsi saat ini sebesar 36 kg perkapita.
Faktor penggerak cabang industri baja adalah sektor transportasi, konstruksi
bangunan, permesinan, infrastruktur, kemasan dan energi. Tahun 2013 produksi
crude steel dalam negeri sekitar 6,8 juta ton, sehingga dengan target konsumsi 70
kg perkapita kebutuhan baja kasar yang akan mencapai 20 juta ton, memerlukan
tambahan produksi sebesar 14 juta ton. Pada tahun 2015 terdapat tambahan
kapasitas sekitar 4 juta ton crude steel yang diperoleh dari PT. Krakatau Posco, PT.
87

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Indoferro dan PT. Meratus Jaya Iron & Steel. Target tambahan kapasitas produksi
berikutnya sebesar 10 juta ton. Sehingga sampai tahun 2025 akan memerlukan
bijih besi sebesar 250 juta ton dan pasir besi sebesar 110 juta ton. Untuk mencapai
target kebutuhan di tahun 2025 diperlukan tambahan energi sebesar 1.120 MW
dan investasi sebesar Rp. 140 Triliun.
Hasil-hasil yang telah dicapai selama tahun 2015 sebagaimana diuraikan
berikut ini:
1). Telah beroperasinya PT. Meratus Jaya Iron & Steel secara komersial. Pabrik ini
berlokasi di Batulicin, Provinsi Kalimantan Selatan yang mengolah Bijih Besi
menjadi Sponge Iron dengan kapasitas 315 ribu ton per tahun dengan nilai
investasi sebesar Rp. 1,17 Triliun.
2). Telah beroperasinya PT. Indoferro secara komersial yang berlokasi di Cilegon,
Provinsi Banten yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 500 ribu
ton/tahun dan Nickel Pig Iron dengan kapasitas 250 ribu ton/ tahun dengan
nilai investasi sebesar USD. 110 Juta.
3). Telah dilakukannya Ground Breaking PT. Batulicin Steel pada bulan Juli 2012
yang rencananya akan memproduksi baja dasar sebesar 3 juta ton/tahun
dengan nilai investasi sebesar USD. 1,5 Miliar termasuk Pembangunan
Pembangkit Listrik (Power Plant) dengan kapasitas 100 MW dengan rincian
Besi Beton sebesar 1 juta ton/tahun dan Ferro Nickel sebesar 600 ribu
ton/tahun pada tahap awal serta H-Beam Steel dan Pelat Baja sebesar 2 juta
ton/tahun pada tahap selanjutnya.
4). Telah beroperasinya PT. Krakatau-Posco Tahap 1 yang memproduksi slab baja
1,5 Juta Ton/Tahun dan plat baja 1,5 Juta Ton/Tahun dengan nilai investasi
USD. 3 Miliar.
5). Rencana pembangunan Pabrik Pengolahan Pasir Besi menjadi Pig Iron (Main
Concentrator

Plant

dan

Pig

Iron

Plant)

di

Kulon

Progo,

Provinsi

DI Yogjakarta yang akan dilakukan oleh PT. Jogja Magasa Iron dengan
kapasitas 1juta ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD. 1,2 Miliar.
88

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

6). Rencana investasi PT. Sebuku Lateritic Iron & Steel untuk pembangunan Pabrik
yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 3 juta ton per tahun di Sebuku,
Provinsi

Kalimantan

Selatan

dengan

nilai

investasi

sebesar

USD. 1 Miliar.
7). Telah beroperasinya PT. Delta Prima Steel untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Sponge Iron dengan kapasitas 100ribu ton per tahun di Tanah
Laut, Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,2 Miliar.
8). Rencana investasi dan perluasan 8 (delapan) perusahaan penghasil pig iron,
cold rolled coil & hot dipped galvanized, dan lain-lain dengan nilai investasi
sekitar Rp. 52,44 Triliun.
9). Rencana investasi pabrik penghasil cold rolled coil & hot dipped galvanized
dengan kapasitas sebesar 480.000/tahun yang merupakan joint venture
antara PT. Krakatau Steel dengan Nippon Steel Sumikin di Banten dengan nilai
investasi sebesar USD. 300 Juta
10). Rencana investasi pabrik penghasil besi beton & batang kawat baja dengan
kapasitas sebesar 500.000/tahun yang merupakan joint venture antara PT.
Gunung Gahapi Sakti dengan Nanjing Iron & Steel Company di Sumatera
Utara dengan nilai investasi sebesar USD. 200 Juta.
11). Rencana investasi pabrik penghasil cold rolled coil & hot dipped galvanized
untuk industri otomotif dengan kapasitas sebesar 300.000 ton/tahun dari
PT. JFE Steel Galvanizing di Karawang dengan nilai investasi sebesar
USD. 325 Juta.
12). Rencana investasi pabrik penghasil bar and section dengan kapasitas
sebesar

500.000

ton/tahun

yang

merupakan

joint

venture

antara

PT. Krakatau Steel dengan Osaka Steel di Banten dengan nilai investasi
sebesar USD. 200 Juta.
g. Industri Aluminium
Fokus program hilirisasi industri berbasis migas dan bahan tambang
mineral selanjutnya adalah industri aluminium. Proyeksi konsumsi alumina pada
89

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

tahun 2025 sebesar 10 kg perkapita, sedangkan saat ini sebesar 2,9 kg perkapita.
Tahun 2013 produksi aluminium dalam negeri sekitar 250 ribu ton, sehingga
dibutuhkan tambahan produksi sebesar 3,1 juta ton untuk memenuhi kebutuhan
di tahun 2025. Sampai tahun 2025 diperlukan bauksit sebesar 74,4 juta ton,
ketersediaan energi sebesar 11.200 MW dan investasi sebesar Rp. 24 Triliun.
Hasil-hasil yang telah dicapai sampai tahun 2015 sebagaimana diuraikan
berikut.
1). Rencana pembangunan Smelter Grade Alumina (SGA) di Mempawah,
Provinsi Kalimantan Barat yang akan dilakukan oleh PT. Antam dengan
kapasitas 1,2 juta ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD. 1 Milyar yang
ditargetkan beroperasi pada Kuartal 1 Tahun 2016.
2). Telah

beroperasinya

PT.

Indonesia

Chemical

Alumina

kapasitas

300 ribu ton CGA/tahun dan investasi USD. 500 juta di Kalimantan Barat.
3). Pembangunan PT. Well Harvest Mining dengan kapasitas 2 Juta ton
alumina/tahun dan total investasi USD 1,1 Miliar di Ketapang, Kalimantan
Barat.
4). Telah diambilalihnya PT. Indonesia Asahan Aluminium kapasitas 225 ribu ton
aluminium ingot/tahun dan investasi USD. 920 Juta di Sumatera Utara oleh
Pemerintah Indonesia.
5). Pembangunan industri aluminium di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara
oleh PT. Inalum (Persero)dengan kapasitas aluminium ingot 250 kilo ton/ tahun,
kapasitas slab/sheet 50 kilo ton/ tahun, kapasitas billet 30 kilo ton/ tahun,
kapasitas wire rod 50 kilo ton/ tahun, dan kapasitas aluminium alloy
90 kilo ton/ tahun serta total investasi USD. 91 Juta.
h. Industri Tembaga dan Nikel
Fokus lain program hilirisasi industri berbasis migas dan bahan tambang
mineral selanjutnya adalah industri tembaga dan nikel. Proyeksi konsumsi
tembaga pada tahun 2025 sebesar 5 kg perkapita, sedangkan saat ini sebesar
90

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

2,2 kg perkapita. Tahun 2013 produksi aluminium dalam negeri sekitar 280 ribu ton,
sehingga dibutuhkan tambahan produksi sebesar 1,4 juta ton untuk memenuhi
kebutuhan di tahun 2025. Sampai tahun 2025 diperlukan bauksit sebesar 202 juta
ton, ketersediaan energi sebesar 2.900 MW dan investasi sebesar Rp. 110 Triliun.
Fokus utama dari roadmap industri nikel adalah meningkatkan nilai
tambah melalui pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel (jangka pendek, 2014)
dan mengolah ferronikel menjadi stainless steel (jangka panjang, 2020) sehingga
sampai tahun 2025 diperlukan bijih nikel sebesar 274 Juta Ton dan investasi sebesar
Rp. 60 Triliun.
Hasil-hasil yang telah dicapai sampai tahun 2015 adalah sebagaimana
diuraikan berikut ini.
1). Pembangunan industri nikel di Morowali, Sulawesi Tenggara oleh PT. Sulawesi
Mining Investment dengan kapasitas ferronickel 300 ribu ton dan power plant
130 MW serta total investasi USD 569 Juta.
2). Pembangunan industri nikel di Halmahera Timur oleh PT. Ferro Nickel
Halmahera Timur dengan kapaitas ferronickel 270 ribu ton dan kapasitas
stainless steel 600 ribu ton serta total investasi CAPEX USD 16 Triliun.
3). Rencana investasi PT. Weda Bay Nickel untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Nickel dengan kapasitas 65 ribu ton per tahun dan Cobalt
dengan kapasitas 3,5 ribu ton per tahun di Maros, Provinsi Sulawesi Selatan
dengan nilai investasi sebesar USD. 700 Juta.
4). Rencana investasi 8 (delapan) perusahaan yang memproduksi feronikel,
nickel matte, dan nickel pig iron dengan nilai investasi sekitar 123 Triliun.
5). Telah beroperasinya PT. Vale Indonesia untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Nickel Matte dengan kapasitas 120.000 ton per tahun di
Sulawesi Selatan dengan nilai investasi sebesar USD. 2 Miliar.
6). Pembangunan industri nikel di Morowali, Sulawesi Tenggara oleh PT. Sulawesi
Mining Investment dengan kapasitas ferronickel 300 ribu ton dan power plant
130 MW serta total investasi USD 569 Juta.
91

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

i.

Industri Semen
Industri semen merupakan prioritas revitalisasi dan penumbuhan industri

bahan bangunan dan konstruksi. Hasil-hasil yang telah dicapai sampai tahun 2015
adalah sebagaimana diuraikan berikut ini.
1). Adanya penambahan 5 (lima) pabrik baru semen, seperti PT. Semen Bosowa
dengan kapasitas produksi sebanyak 3 juta ton per tahun, PT Semen Holcim
Indonesia Tbk (SMCB) dengan kapasitas produksi sekitar 1,7 juta ton per tahun,
Semen Merah Putih 3 juta ton per tahun, Semen Jawa 1,7 juta ton per tahun,
dan Anhui Conch Cement sebanyak 1,7 juta ton per tahun.
2). Unit pengantongan semen di Sorong, Papua Barat oleh PT. Semen Gresik yang
direncanakan mulai beroperasi pada awal tahun 2013.
3). Realisasi pembangunan oleh PT. Semen Gresik Group dan PT. Semen Bosowa.
4). Unit pabrik baru PT. Semen Gresik di Tuban, Jawa Timur (Tuban IV) dengan
kapasitas 2,5 juta ton per tahun, telah beroperasi pada pertengahan tahun
2012.
5). Unit pabrik baru di Maros, Sulawesi Selatan dengan peningkatan kapasitas
menjadi 2,5 juta ton per tahun. Pembangunan dimulai bulan November 2012,
direncanakan selesai tahun 2014.
6). Realisasi pembangunan pabrik oleh investor baru, saat ini sedang proses
pembebasan lahan, yaitu State Development and Investment Cooperation
(SDIC) di Manokwari, Papua Barat dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan
Anhui Conch Cement Co., Ltd. di Tanjung, Kalimantan Selatan dengan
kapasitas 2,5 juta ton per tahun.
7). Pembangunan Unit pabrik baru PT. Semen Tonasa di Pangkep, Sulawesi
Selatan (Tonasa V) dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun telah diresmikan
pada tanggal 19 Februari 2014.
8). Realisasi pembangunan pabrik baru oleh PT. Holcim Indonesia di Tuban, Jawa
Timur, dengan kapasitas 1,7 juta ton per tahundan telah diresmikan tanggal
17 Juni 2014.
92

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

9). Realisasi pembangunan Unit penggilingan semen di Banyuwangi, Jawa Timur


dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun. Pembangunan dimulai bulan Mei
2012, dan direncanakan selesai pada Triwulan I tahun 2015.
10). Realisasi pembangunan pabrik baru PT. JUI SHIN Indonesia di Karawang Jawa
Barat, dengan kapasitas produksi 2,5 juta ton per tahun dan saat ini sudah
berproduksi mulai tahun 2014.
j.

Industri Garam
Industri garam menjadi salah satu industri yang menjadi fokus program

pengembangan industri dari Kementerian Perindustrian. Hasil-hasil yang telah


dicapai sampai tahun 2015 adalah sebagaimana diuraikan berikut ini.
1). Peningkatan produktivitas lahan pegaraman melalui program intensifikasi
lahan pegaraman termasuk pemasangan geomembran pada petak
kristalisasi di Madura. Sampai saat ini produktivitas telah meningkat dari 60
ton/ha menjadi 70 ton/ha dan diprediksi akan terus meningkat.
2). Perluasan lahan pegaraman melalui program ekstensifikasi lahan pegaraman
di daerah-daerah yang berpotensi yaitu di Madura-Sampang 2.000 ha, NTBBima 500 ha, NTT-Flores 2.000 ha, dan Kupang 6.000 ha.
3). Intensifikasi

Lahan

Pegaraman

di

Madura-Sumenep

dalam

tahap

penandatanganan kontrak dan Peningkatan Kualitas Lahan Pegaraman


melalui Intensifikasi Lahan Pegaraman di NTT.
4). Telah tersusunnya rencana aksi industri pengembangan industri garam
beryodium.
k. Industri Tekstil, Produk Tekstil, dan Alas Kaki
Program

pengembangan

industri

Kementerian

Perindustrian

juga

mencakup industri tekstil, produk tekstil dan alas kaki. Hasil-hasil yang telah
dicapai industri ini sampai tahun 2015 adalah sebagaimana diuraikan berikut ini :
1). Telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi
permesinan industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit sebanyak 115
93

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

perusahaan dengan nilai bantuan sekitar Rp.99,96 Miliar yang mendorong


investasi sebesar Rp.1,19 Triliun.
2). Sebanyak 15 perusahaan Industri TPT, Alas Kaki dan Penyamakan Kulit tidak
dapat direalisasikan bantuannta karena anggaran yang tidak mencukupi
dengan perkiraan nilai bantuan sebesar Rp. 17,43 Miliar dan nilai investasi Rp
175,3 Miliar.
3). Telah dilatih tenaga kerja siap pakai di industri tekstil, alas kaki dan barang
jadi kulit sebanyak 650 orang di Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta,
Sumatera Barat dan Jawa Barat.
4). Perluasan investasi dan pembangunan pabrik baru Indorama Synthetic
dengan total nilai investasi US$ 400 juta untuk memproduksi PET Resin 88 Ribu
Ton/Tahun, benang filamen polyester 389,6 Ribu Ton/Tahun, dan 500 Ribu
Ton/Tahun PTA (bahan baku serat polyester dan botol plastik).
5). Investasi dan pendirian pabrik Sritex yaitu PT Rayon Utama Makmur senilai Rp.
5,9 Triliun di Solo untuk memproduksi serat rayon 80 Ribu Ton/Tahun, benang
700 Ribu Bales of Yarn, dan apparel 16 Juta pcs/tahun.
6). Pemberlakuan SNI Wajib telah dilaksanakan untuk produk sepatu pengaman
dan Korek api gas pada tahun 2013, serta Mainan anak dan Pakaian bayi
pada tahun 2014 dan telah disiapkan infrastruktur pendukung serta regulasi
terkait pemberlakuan SNI wajib untuk handuk dan pakaian jadi.
7). Fasilitasi Bantuan Mesin dan Peralatan untuk Balai Besar Kerajinan dan Batik
Yogyakarta berupa Mesin penunjang Uji Lab.
8). Penyusunan Roadmap Industri Tekstil dan Alas Kaki Tahun 2015 2020
terkendala oleh permintaan dari pihak otoritas pengalokasi anggaran untuk
terlebih dahulu melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program Restrukturisasi
terlebih dahulu sehingga waktu yang tersedia sudah tidak mencukupi.

94

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

l.

Industri Permesinan
Salah satu fokus program pengembangan logam, mesin, alat transportasi,

dan elektronika adalah industri permesinan. Hasil-hasil yang telah dicapai sampai
tahun 2015 adalah sebagaimana diuraikan berikut.
1). Pembangunan gedung Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin
Perkakas dan Alat Kesehatan.
2). Promosi kemampuan industri permesinan dan alat mesin pertanian (termasuk
komponen) dalam rangka pengembangan akses pasar dalam negeri dan
luar negeri.
3). Penyusunan RSNI Konverter Kit dalam rangka mendukung Program Konversi
BBM ke BBG dan penyusunan RSNI Alat Mesin Pertanian;
4). Dalam rangka AEC 2015 telah diterbitkan SNI Wajib untuk regulator tekanan
tinggi setelah dinotifikasi ke WTO dan telah disusun SKKNI bidang industri
permesinan dan alat mesin pertanian sebanyak 3 (tiga) naskah.
5). Pengembangan kelembagaan (Alsintan Center) di daerahdaerah potensial
pertanian di Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan
Sulawesi Selatan. Pada provinsi Sumatera Barat dan Kalimantan Timur,
Alsintan Center telah berdiri sedangkan pada provinsi Kalimantan Timur dan
Sulawesi Selatan masih dalam proses penentuan lokasi.
6). Peningkatan kompetensi SDM industri permesinan dan Alsintan dibidang
pengelasan, pengecoran, metal working dan Alsintan sebanyak 320 orang.
m. Industri Perkapalan
Program

penumbuhan

industri

unggulan

berbasis

IPTEK

yang

dilaksanakan Kementerian Perindustrian mencakup 2 (dua) industri prioritas, yaitu


industri perkapalan dan industri elektronika dan telematika. Hasil-hasil yang telah
oleh dicapai industri perkapalan sampai tahun 2015 adalah sebagaimana
diuraikan berikut.

95

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

1). Peningkatan kapasitas SDM melalui diklat dan sertifikasi pengelasan kapal,
pengelasan bawah air, pelatihan coating, pengelasan non-ferro, Pelatihan
manajemen galangan kapal serta pelaksanaan sertifikasi SDM juru las kapal
sesuai amanat MoU Antara Dirjen IUBTT dengan Dirjen Binalantas sebanyak
400 orang.
2). Telah diterbitkannya PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 69 Tahun 2015 tentang
Impor dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena
Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu Yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan
Nilai (PPN). Yang didalamnya termasuk PPN tidak dipungut untuk industri
perkapalan.
n. Industri Elektronika dan Telematika
Industri prioritas kedua pada program penumbuhan industri unggulan
berbasis IPTEK yang dilaksanakan Kementerian Perindustrian industri elektronika
dan telematika. Hasil-hasil yang telah oleh dicapai industri perkapalan sampai
tahun 2015 adalah sebagaimana diuraikan berikut.
1). Masuknya investasi baru dibidang industri elektronika dan telematika
sebanyak 34 Perusahaan (PMA dan PMDN) dengan nilai investasi sebesar US$
215.415.984,- untuk PMA dan RP. 110.320.200.000,- untuk PMDN.
2). Selama Tahun 2015 terealisasi sebesar 4 usulan SNI dengan total produk yang
diatur sebanyak 24 Jenis Produk, yaitu
a) SNI IEC 60335-2-14-2011 Peralatan listrik rumah tangga dan peralatan
serupa keselamatan - Bagian 2 -14 : Persyaratan khusus untuk peralatan
dapur dengan mengusulkan 6 Jenis produk yang diberlakukan secara
wajib
b) SNI IEC 60335-2-15-2011 Peralatan listrik rumah tangga dan sejenisnya
Keselamatan Bagian 2-15: Persyaratan khusus untuk peralatan pemanas
cairan dengan mengusulkan 6 jenis produk

96

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

c) SNI IEC 60335-2-29-2012 Peralatan listrik rumah tangga dan sejenisnya


Keselamatan Bagian 2-29: Persyaratan khusus untuk pengisi baterai
dengan mengusulkan 1 jenis produk.
d) SNI 04-6253-2003 Peralatan audio, video dan elektronika sejenis Persyaratan keselamatan dengan mengusulkan 11 Jenis Produk.
3). Dalam rangka pengembangan industri telematika khususnya industri konten
(software, animasi, games) telah dikembangkan dan diperkuat pusat-pusat
pengembangan industri konten (Technopark) dibeberapa daerah potensial
antara lain Tohpati Center Bali, IBC Semarang, Pusat Pengembangan Desain
Ponsel

Batam,

RICE

Makassar,

dan

Bandung

Technopark.

Pusat

pengembangan tersebut diharapkan akan menumbuhkan wirausahawirausaha baru dan start up company di bidang software, animasi dan
games.
4). Pengendalian importasi mobile phone yang bertujuan untuk melindungi
konsumen dari produk mobile phone yang tidak sesuai standar.
o. Industri Alat Transportasi Darat
Salah satu industri yang masuk dalam program pengembangan industri
unggulan berbasis teknologi tinggi adalah industri alat transportasi darat. Hasilhasil yang telah oleh dicapai industri ini sampai tahun 2015 adalah sebagaimana
diuraikan berikut.
1). Produksi KBM Roda-2 hingga November 2015 mencapai 7,2 Juta unit, dengan
penjualan mencapai 6,5 Juta Unit. Terjadi penurunan produksi bila
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014 yaitu sebesar 7,3
juta unit. Demikian pula dengan penjualan menurun dari 7,3 juta unit pada
tahun 2014 (s.d November) menjadi 6,5 juta unit pada tahun 2015 (s.d
November). Meskipun demikian terjadi peningkatan Ekspor KBM R-2 dari 36
ribu unit pada tahun 2014 (s.d November) menjadi 216 ribu unit pada tahun
2015 untuk periode yang sama.
97

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

2). Sampai dengan bulan November 2015, produksi KBM Roda-4 mencapai 1,02
juta unit. Sedangkan ekspor KBM R-4 sampai dengan November 2015 ialah
sebesar 195 ribu unit Completely Build Up (CBU) dan 100 ribu set Completely
knocked Down (CKD). Dibandingkan dengan periode yang sama November
2014, maka terjadi peningkatan ekspor CBU sebesar 5 persen dan penurunan
impor sebesar 18 persen dari 93 ribu pada November 2014 menjadi 77 ribu
pada November 2015.
3). Total ada 14 proyek penanaman modal (investasi) pada tahun 2015 ini
dengan nilai investasi mencapai US$ 1.647.727.000. Proyek investasi pada
tahun 2015 antara lain adalah:
PT. Hino Motor Sales Indonesia (Karoseri kendaraan bermotor roda empat
atau lebih berupa ban truck, bodi bus)
PT. Sumiden Serasi Wire Products (Industri suku cadang dan aksesoris
kendaraan bermotor roda empat atau lebih)
PT. NPR Manufacturing Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris
kendaraan bermotor roda empat atau lebih)
PT. Pusaka Bersatu (Reparasi mobil)
PT. FCC Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor
roda empat atau lebih)
PT. Mugai Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan
bermotor roda empat atau lebih)
PT. Delphi EEA Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan
bermotor roda empat atau lebih)
PT. Tjokro Nippon Engineering (Industri komponen dan perlengkapan
sepeda motor roda dua dan tiga)
PT. SGMW Motor Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat)
PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors (Industri kendaraan bermotor roda
empat)
PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat)
PT. Denso Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat)
98

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

PT. Automotive Fasteners Aoyama Indonesia


PT. Suzuki Indomobil Motor Plant (Industri kendaraan bermotor).
4). Pada Program Pengembangan Kendaraan Angkutan Pedesaan (KAP), pada
tahun 2014 sudah terbentuk desain platform dan prototipe kendaaraan
angkutan umum murah yang penggunaannya ditujukan untuk wilayah
pedesaan (pick-up yang bisa di-customized menjadi kendaraan multiguna di
pedesaan). Pada tahun 2015 dilakukan uji durability pada prototipe
kendaraan yang telah dibuat serta dilakukan koordinasi dengan pihak terkait
mengenai strategi pemasaran dan purna jual produk.
5). Dalam rangka meningkatkan daya saing industri kendaraan bermotor dan
sepeda dalam negeri, telah diberikan fasilitas Bea Masuk Ditanggung
Pemerintah (BMDTP) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
249/PMK.011/2014 tanggal 24 Desember 2014. Melalui fasilitas BMDTP ini dapat
menurunkan biaya produksi berupa bahan baku komponen kendaraan
bermotor dan sepeda sehingga produk dalam negeri tersebut dapat
bersaing dengan produk luar negeri. Anggaran yang telah dimanfaatkan
(terealisasi) sebesar 99,63 persen dari total anggaran BMDTP tahun 2015 (28
perusahaan).
6). Pada tahun 2015 telah dilakukan penyusunan RSKKNI Perbaikan dan
Perawatan Mobil di Bidang Kelistrikan serta dua kali rapat teknis mengenai
RSKKNI tersebut.
7). Pada tahun 2015, telah diterbitkan SNI speedometer serta telah dilakukan
rapat konsensus penyusunan SNI Spion kategori M & N. Selain itu telah tersusun
rancangan awal SNI (RASNI) sepeda anak.
8). Telah diterbitkan 3 (tiga) Peraturan Menteri Perindustrian mengenai Industri
Kendaraan Bermotor yang mengatur impor kendaraan bermotor dalam
bentuk CKD (Completely Knocked Down) dan IKD (Incompletely Knocked
Down), yaitu:
a. Permenperin Nomor 34/M-IND/PER/3/2015 tentang Industri Kendaraan
Bermotor Roda Empat Atau Lebih dan Industri Sepeda Motor.
99

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

b. Permenperin Nomor 61/M-IND/PER/8/2015 tentang Perubahan Atas


Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 34/M-IND/PER/3/2015 tentang
Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau Lebih dan Sepeda Motor.
c. Permenperin Nomor 73/M-IND/PER/9/2015 tentang Perubahan Kedua
Atas

Peraturan

Menteri

Perindustrian

Nomor

34/M-IND/PER/3/2015

tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih dan Industri
Sepeda Motor.
p. Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah merupakan salah satu
fokus Kementerian Perindustrian karena IKM memberikan kontribusi yang besar
terhadap pembentukan PDB industri pengolahan bukan migas. Hasil-hasil yang
telah oleh dicapai industri ini sampai tahun 2015 adalah sebagaimana diuraikan
berikut.
1). Capaian program prioritas sebagaimana telah dijelaskan pada poin 3 (Kinerja
Program Prioritas Nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019):
a. Pembangunan

dan pengembangan

wirausaha

industri

kecil

dan

menengah dilakukan melalui pelatihan kewirausahaan kepada TPL,


mahasiswa/alumni PT, masyarakat umum, pelatihan teknis produksi
kepada KUB, magang ke sentra industri atau industri besar, dampingan
tenaga ahli, fasilitasi start up, dan fasilitasi pameran. Pada tahun 2015, telah
dibina sebanyak 15.213 calon wirausaha industri baru.
b. Fasilitasi pengembangan produk dalam bentuk bimbingan penerapan
dan fasilitasi GMP/HACCP/SNI/MD, fasilitasi sertifikasi SNI, SNI Wajib (mainan
anak, pakaian bayi, logam, garam, dan sebagainya), sertifikasi Halal dan
atribut pangan, fasilitasi pendaftaran HKI (merek, hak cipta, desain industri,
paten, indikasi geografis), bantuan desain merek dan kemasan, pelatihan
dan bantuan sarana produksi, serta dampingan tenaga ahli desain dan
teknik produksi kepada 3.998 IKM.
100

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

c. Pemberian bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi


mesin/peralatan kepada 112 IKM di 19 provinsi dengan nilai bantuan
Rp. 12.143.791.000,-. Jenis industrinya meliputi industri makanan, minuman,
TPT, kimia dan barang kimia, mesin dan perlengkapan, logam dan
komponen, barang galian non logam, furniture dan kayu.
2). Capaian

program

lainnya

sebaimana

tercantum

dalam

DIPA

program/kegiatan penumbuhan dan pengembangan IKM tahun 2015:


a. Fasilitasi kepada 11 UPT dan 11 Rumah Kemasan dalam bentuk bantuan
mesin/peralatan/sarana produksi, pelatihan dan magang bagi operator
UPT, dan sosialisasi Rumah Kemasan.
b. Pembinaan sentra IKM dalam bentuk pelatihan SDM IKM, fasilitasi
mesin/peralatan produksi, bimbingan teknis produk, magang ke industri
besar, serta fasilitasi kelembangaan sentra di 408 sentra. Komoditi yang
dibina

meliputi

sentra

pangan,

makanan

ringan,

alas

kaki,

konveksi/pakaian jadi, furniture, kapal rakyat, pande besi, kerajinan, rotan,


bambu, keramik hias, tenun, mainan anak, batako, akar wangi, batik,
logam, gerabah, perbengkelan.
c. Fasilitasi partisipasi 1.232 IKM dalam pameran dalam dan luar negeri untuk
mempromosikan produk-produk IKM nasional, meliputi pameran Indonesia
Fashion Week, Adiwastra Nusantara, International Jewelry Fair, Hongkong
Fashion Week, Pameran Whos Next Paris, serta pameran lainnya di Eropa,
Asia, Amerika, dan Australia.
d. Penganugerahan penghargaan One Village One Product (OVOP) kepada
109 IKM, terdiri atas 6 kategori yaitu Makanan Ringan; Minuman Sari Buah
dan Sirup Buah; Tenun; Batik; Anyaman; dan Gerabah/Keramik Hias.
e. Fasilitasi pelatihan alas kaki (jahit upper, grading, desain, manajemen,
teknologi acuan alas kaki, dsb) kepada 340 IKM alas kaki oleh Balai
Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Sidoarjo, serta
penyiapan infrastruktur program pengembangan branding nasional untuk
IKM alas kaki dengan tagline Indonesia Shoe Power.

101

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

Pencapaian kinerja sebagaimana yang diuraikan sebelumnya juga


didukung oleh pencapaian kinerja Kementerian Perindustrian lainnya yang terkait
dengan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
a. Fasilitasi Penanganan Kerjasama Industri Internasional
Kebijakan fasilitasi penanganan kerjasama industri internasional telah
berhasil mencapai beberapa hal berikut:
1). Dalam rangka pening katan daya saing industri telah disusun Rekomendasi
untuk mengurangi produk impor Sepatu Kulit Pengaman Boot PVC dan Tas
Kantor Kulit mengenai penetapan standar teknis (SNI) sepatu pengaman
boot PVC dan Tas Kulit yang perlu diberlakukan secara wajib dan inspeksi
teknis;
2). Memfasilitasi

pelaku

usaha

industri

dalam

rangka

pengamanan,

penyelamatan dan pengembangan industri menghadapi persaingan global.


Jumlah pelaku usaha yang difasilitasi dengan memanfaatkan SIKI (Sistem
Informasi Ketahanan Industri) adalah: PT Krakatau Steel Indonesia (Persero)
Tbk, ; PT. Garam; PT. Industri Kapal (Persero); PT. Biofarma; PT. Pupuk Indonesia
Holding

Company;

PT.

Industri

Kereta

Api

(Persero)

(PT.

INKA);

PT. Dok Perkapalan Surabaya (Persero); Behn Meyer Agricare, PT; Wirontono
Baru, PT; Yakult Indonesia Persada, PT; Samadijaya, CV; ABC, PT; Pupuk
Indonesia, PT; DAHANA, PT; Katari Rikasindo, PT; Alam Semesta Jaya, PT
3). Dalam rangka koordinasi fasilitasi implementasi kerjasama teknik luar negeri
telah dilakukan fasilitasi persiapan dan pelaksanaan proyek kerjasama teknik
LN di bidang 1) Developing Electronic Testing laboratories and LED Industry in
Indonesia; 2) The Project on small and Medium Industry (SMI) Development
based on Improved Service Delivery in Indonesia (SMIDeP); 3) Project on
Enchancement of Metalworking Capacity for Supporting Industries of
Construction

Machinery

in

Indonesia;

4)

Indonesia-Korea

Technical

Cooperation in Machine Tools (Machine Tools Technical Centre in Indonesia;


5 Korea Indonesia Rooth centre (KIRC).
102

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

4). Dalam rangka menumbuhkan industri nasional telah dilaksanakan tiga


kegiatan promosi investasi yaitu : i) Pada The 19th China International Fair and
Trade (CIFIT) Di Xiamen, China pada tanggal 8-11 september 2015 dengan
menyertakan 8 (delapan) perusahaan pemenang award green industry
berkolaborasi dengan BKPM; ii) Promosi investasi pada Indonesia Investment
Opportunity & Regulations Update dan Networking Luncheon di Sydney,
Australia pada tanggal 9-14 November 2015 bekerjasama dengan BKPM dan
iii) Penjajagan kerja sama investasi dengan Nigeria untuk pembentukan
kawasan

industri

khusus

(special

zone)

pada

tanggal

13 15 Desember 2015 di Abuja, Nigeria.


5). Dalam rangka fasilitasi impelmentasi kerjasama teknik luar negeri juga telah
dilaksanakan 3 (tiga) program capacity building dalam kerangka kerjasama
selatan-selatan sekaligus untuk pemenuhan komitmen Pemerintah Indonesia
kepada Timor Leste dan Negara-negara pasifik yaitu : i) Capacity Building di
bidang plat welder for Timor leste dengan menyertakan 10 (sepuluh) peserta
yang dilaksanakan pada 4-14 Agustus 2015; ii) Capacity building di bidang
Cassava processing yang bagi 6 (enam) peserta dari Negara-negara selatanselatan antara lain Timor Leste, Papua Nuegini, dan Srilangka yang
dilaksanakan pada 20-29 April 2015; iii) Capacity Building di bidang kerajinan
yaitu Coconut Shell bagi 10 peserta yakni Timor Leste, Myanmar, Laos dan
Papua Nuegini yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 5 September
2015
6). Dalam rangka tindak lanjut pelaksanaan kerjasama Korea Indonesia
Technology Centre telah dilakukan fasilitasi diseminasi (seminar dan
pelatihan) penerapan technologi di bidang Casting bekerjasama dengan
KITECH Korea, Universitas Indonesia dan KITC dengan menyertakan 40 peserta
dari industri terkait pada tanggal 28-29 Oktober 2015 di Medan.
7). Dalam upaya Pemanfaatan pemanfaatan Rantai Suplai Global (RSG)
menfokuskan pada upaya pemanfaatan suplay chain di Eropa untuk bidang
103

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

food ingredients dan engineering product. Saat ini terdapat 22 pelaku industri
(IKM) yang terseleksi dan telah memasuki tahapan market entry dalam
bentuk pameran di Eropa. Tahun 2016 akan dilakukan program perluasan
dalam penjajakan RSG yang bekerja sama dengan Swiss Global Enterprice
SIPPO/SECO Swiss;
8). Telah ditandatangani Technical Arrangement Kerjasama RI dan Italia
implementasi sektor kulit, alas kaki, dan tekstil, tanggal 7 September 2015 di
Milan, Italia;
9). Telah dilaksanakan Indonesia Investmen Promotion Forum Food & Beverage
di New York, USA tanggal 1 Juli 2015;
10). Telah diselenggarakan Forum Bisnis Indonesia-Italia pada tanggal 7
September 2015 di WEM, Milan Italia;
11). Telah dilakukan pembuatan dan penayangan Vidio wall tentang industri
makanan dan minuman di Paviliun Indonesia dalam rangka partisipasi
Kemenperin pada World Expo Milano, Milan Italia;
12). Telah dilakukan promosi produk Teknologi Industri sebanyak 4 perusahaan
(The 6 th Internasional Industrial Trade Fair (Innoprom) tanggal 8-11 Juli 2015 di
Ekaterinburg, Rusia;
13). Telah dilakukan promosi produk tekstil sebanyak 7 perusahaan (Sourcing at
Magic, Las Vegas, USA tanggal 16-19 Agustus 2015 di Las Vegas, USA;
14). Telah dilakukan promosi produk industri makanan dan minuman sebanyak
8 perusahaan pada (SIAL Middle East 2015) tanggal 7-9 Desember 2015;
15). Telah dilakukan promosi produk industri makanan dan minuman sebanyak
6 perusahaan pada MIHAS 2015 yang diselenggarakan pada tanggal
1-4 April 2015 di Malaysia;
16). Telah dilakukan promosi produk industri bangunan sebanyak 7 perusahaan
(Timor Leste Build Expo) 2015 pada tanggal 5-7 Mei 2015;
104

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

17). Telah dilakukan promosi produk industri makanan dan minuman sebanyak
5

perusahaan

(Taiwan

International

Halal

Expo)

pada

tanggal

24-27 Juni 2015.


18). Tersusunnya

Rancangan

Peraturan

Pemerintah

Pengamanan

dan

Penyelamatan. Saat ini masih dalam proses pembahasan internal terkait


pengamanan akibat persaingan persaingan global masih dalam proses
pembahasan dengan Kementerian Perdagangan, yang direncanakan akan
disatukan pada Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2011 tentang
Tindakan Anti Dumping, Tindakan Imbalan dan Tindakan Pengamanan
Perdagangan;
19). Tersusunnya Rancangan Peraturan Pemerintah Kerjasama Internasional
Bidang Industri, saat ini masih dalam proses harmonisasi denganKementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Kementerian terkait.
20). Telah dibentuk Steering Comeettee (Tim koordinasi) kerjasama IndonesiaUNIDO

guna

memperlancar

koordinasi

dan

peningkatan

kerjasama

Indonesia-UNIDO
21). Telah ditandatangani MoU between The Ministry of Industry of the Republic
of Indonesia

and the Ministry of of Industry and the Ministry of Economic

Development of Italian Republic on Cooperation in the Field of the


Development of Industrial Sectors. Dan sedang menyusun 4 bidang technical
arrangement (tekstil, permesinan, kulit, others keramik)
22). MoU between The Ministry of Industry of the Republic of Indonesia and the
Ministry of

of Industry and Commerce of

the Lao People,s Democratic

Republic on Technical Cooperation in Industrial Sector, dengan Laos belum


ditandatangai, capacity building bidang garmen sudah diberikan. Beasiswa
(2 di ATK, 1 di STTT). Untuk Mozambique masa berlaku akan habis dan sedang
dipertimbangkan untuk dilanjutkan atau diterminasi. Sedangkan dengan

105

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

China

(Agreement

tentang

pendirian

kawasan

industri

sudah

ditandatangani, untuk implementasi perlu disusun technical arrangement


23). Menghadiri Sidang Komite Technical barrier to Trade (TBT-WTO) dalam rangka
Partisipasi Aktif dalam fora kerjasama Industri Internasional ke Jenewa, Swiss
pada tanggal 14-20 Juni 2015. Selain mengikuti sidang reguler, Delegasi RI
juga telah mengadakan pertemuan bilateral untuk membahas kasus
hambatan teknis yang dialami produk Indonesia kebeberapa negara atau
anggota WTO yang ingin meminta klarifikasi teknis mengenai kebijakan
negara Indonesia Negara yang melakukan pertemuan bilateral tersebut a.l.
AS, UE, RRT, Kanada, Meksiko dan Australia.
b. Fasilitasi Pemanfaatan Tax Holiday
Kebijakan fasilitasi pemanfaatan tax holiday telah berhasil mencapai
beberapa hal berikut:
1). Pada TA. 2015 telah diusulkan kepada Menkeu permohonan fasilitas Tax
Holiday untuk 2 (dua) perusahaan industri, yaitu :
a) PT.

Sulawesi

Mining

Investment,

dengan

nilai

investasi

sebesar

Rp. 6,4 Triliun


- Menperin sudah menyampaikan usulan kepada Menkeu melalui surat
No. 255/M-IND/05/2015 pada tanggal 12 Mei 2015
- Diputuskan tidak mendapatkan fasilitas tax holiday dan dapat
mengusulkan fasilitas tax allowance.
b) PT.

Sateri

Viscose

International,

dengan

nilai

investasi

sebesar

Rp. 14,57 Triliun


- Menperin sudah menyampaikan usulan kepada Menkeu melalui surat
No. 387/M-IND/08/2015 pada tanggal 14 Agustus 2015
- Diberikan fasilitas Tax Holiday selama 6 tahun saat dimulainya
berproduksi secara komersial dengan diterbitkannya KMK.

106

Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015


Akuntabilitas Kinerja

2). Sampai dengan tahun 2015, telah dimanfaatan Tax Holiday oleh 3 (tiga)
perusahaan dengan nilai investasi Rp. 5,35 Triliun, dengan rincian sebagai
berikut:
a). PT. Unilever Oleochemical Indonesia (PT. UOI), dengan nilai investasi Rp.
1,15 Triliun. Diberikan fasilitas Tax Holiday berupa Pembebasan PPh Badan
selama
50

(lima)

persen

tahun

selama

dan

(dua)

Pengurangan
tahun

dengan

PPh

Badan

sebesar

diterbitkannya

KMK

No. 463/KMK.011/2012;
b). PT. Petrokimia Butadiene Indonesia (PT. PBI), dengan nilai investasi
Rp. 1,4 Triliun. Diberikan fasilitas Tax Holiday berupa Pembebasan PPh
Badan selama 5 (lima) tahun dan Pengurangan PPh Badan sebesar 50
persen

selama

(dua)

tahun

dengan

diterbitkannya

KMK

No. 462/KMK.011/2012;
c). PT. Energi Sejahtera Mas (PT. ESM), dengan nilai investasi Rp. 2,8 Triliun.
Diberikan fasilitas Tax Holiday berupa Pembebasan PPh Badan selama
7 (tujuh) tahun dan Pengurangan PPh Badan sebesar 50 persen selama 2
(dua) tahun dengan diterbitkannya KMK No. 271/KMK.011/2014.
3). Sampai dengan tahun 2015, telah diusulkan kepada Menteri Keuangan
tentang pemberian Fasilitas Tax Holiday untuk 6 (enam) perusahaan dengan
total nilai investasi sebesar Rp. 60,2 triliun, dengan rincian sebagai berikut:
a). PT. Indorama Polychem Indonesia (PT. IPCI), dengan nilai investasi
Rp. 2,5 Triliun.
b). PT. Ogan Komering Ilir Pulp & Paper Mills (PT. OKI), dengan nilai investasi
Rp. 29 Triliun.
c). PT. Caterpillar Indonesia Batam (PT. CIB), dengan nilai investasi
Rp. 1,4 Triliun.
d). PT. Feni Haltim (PT. FHT), dengan nilai investasi Rp. 16 Triliun.
e). PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT. WHW), dengan nilai investasi
Rp. 6,7 Triliun.
107

PENGUKURAN KINERJA
Kementerian

: Perindustrian

Tahun Anggaran

: 2015

Kode
SS

Sasaran Strategis
(SS)

Kode
IKU

Indikator Kinerja Utama

(IKU)
4

Target

Realisasi

Satuan

Realisasi

Satuan

PERSPEKTIF STAKEHOLDERS

S1

S2

Meningkatnya Produktivitas
SDM Industri

S4

Tingginya kemampuan inovasi


dan penguasaan teknologi
Industri

S6

S7

Laju pertumbuhan industri non-migas

6,00

5,04

Persen

84

Persen

S1.2

Kontribusi industri pengolahan non-migas terhadap PDB


nasional

20,8

18,18

Persen

87,4

Persen

S2.1

Kontribusi ekspor produk industri terhadap ekspor nasional

65

70,98

Persen

109,2

Persen

S2.2

Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total


permintaan di pasar dalam negeri

38

46

Persen

121,08

Persen

S3.1

Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri

250.000

318.116

Ribu Rupiah/
Tenaga Kerja

127,25

Persen

S4.1

Jumlah hasil litbang yang siap diterapkan

35

62

Hasil litbang

177,14

Persen

S4.2

Jumlah hasil litbang yang telah diimplementasikan

10

35

Hasil litbang

350

Persen

S5.1

Jumlah investasi di industri hulu dan antara

900

9709

Proyek

1078,78

Persen

S5.2

Tingkat kandungan lokal

500

1718

Produk

343,6

Persen

S6.1

Rasio PDB industri Luar Jawa terhadap PDB industri Jawa

27,73: 72,27

28,97 : 71,03

Rasio

104,47

Persen

S6.2

Perbandingan jumlah IKM di luar Pulau Jawa dan Jawa

32:68

38,8 : 61,2

Rasio

121,25

Persen

S7.1

Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri

35

34,82

Persen

99,48

Persen

Tingginya penguasaan pasar


dalam dan luar negeri

S3

S5

S1.1
Tingginya nilai tambah industri

Kuat, lengkap dan dalamnya


struktur industri

Tersebarnya pembangunan
industri

Meningkatnya peran industri


kecil dan menengah terhadap
PDB

Anda mungkin juga menyukai