Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan
persaingan yang sangat ketat antar perusahaan, maka merupakan suatu keharusan
bagi suatu perusahaan untuk lebih meningkatkan efisiensi kegiatan produksinya.
Salah satu hal yang dapat mendukung efisiensi kegiatan produksi adalah dengan
mengatur tata letak dari mesin-mesin produksi yang dimiliki. Proses penangan
material, pemanfaatan ruang, jarak antar departemen, aliran proses produksi bisa
menjadi lebih efisien jika dilakukan perencanaan tata letak yang baik.
PT Gudang Garam Tbk. adalah salah satu pabrik rokok yang ada di
Indonesia. PT Gudang Garam Tbk. memiliki dua direktorat produksi, Direktorat
Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Direktorat Sigaret Kretek Mesin (SKM).
Perbedaan kedua direktorat tersebut adalah pada cara pembuatan rokok, rokok di
Direktorat SKT dibuat dengan tangan manusia, dan rokok di Direktorat SKM
dibuat dengan menggunakan mesin. Direktorat SKM memiliki empat urutan
departemen, Departemen Filter, Departemen Rokok, Departemen Packing,
Departemen Baller. Departemen Filter bertugas untuk memproduksi filter.
Tembakau dan cengkeh yang berasal dari silo akan diproses menjadi tobacco rod
di Departemen Rokok, selanjutnya untuk menjadi rokok, tobacco rod akan
digabung dengan filter yang diproduksi di Departemen Filter. Rokok-rokok yang
sudah jadi ini akan dikirim ke Departemen Packing untuk dikemas dalam pack-

pack rokok, lalu pack-pack rokok ini akan dibungkus lagi dengan outter (slof).
Outter-outter ini akan dikirim ke Departemen Baller untuk dikemas dalam bentuk
bal.
Perusahaan mengambil keputusan untuk memindahkan Departemen Filter
ke lokasi yang ada di Departemen Packing. Mesin-mesin packing yang tidak
terpakai akan dikirim ke gudang, sedangkan mesin-mesin packing yang masih
terpakai akan dipindahkan (digeser) supaya ada area kosong untuk Departemen
Filter yang baru. Namun selain mendapatkan area kosong untuk Departemen
Filter,

pemindahan

dan

penggudangan

mesin-mesin

packer

ini

juga

mengakibatkan area di sekitar jalur pengunjung menjadi kosong. Hal ini


bertentangan dengan kebijakan perusahaan tentang jalur pengunjung, bahwa area
di sekitar jalur pengunjung seharusnya ada mesin-mesin yang aktif berproduksi,
bukan area kosong. Departemen Filter yang baru akan dilengkapi dengan lima set
mesin baru dan tiga set mesin lama (tanpa buffer system dan alat ukur) yang sudah
ada saat ini. Pemindahan Departemen Filter memerlukan perencanaan pengaturan
tata letak mesin dan sarana pendukung supaya area yang disediakan mampu
menampung mesin-mesin tersebut, namun juga harus mempertimbangkan bahwa
tata letak yang baru ini tidak mengganggu aliran proses produksi di Departemen
Filter itu sendiri dan proses produksi perusahaan secara keseluruhan.
Pada kasus penelitian ini untuk melakukan perbaikan tata letak digunakan
metode Quadratic Assignment Problem (QAP). Prinsip kerja metode ini adalah
mencari minimum total jarak tempuh material handling dengan melakukan
pertukaran lokasi antar stasiun kerja. Metode ini dipilih karena dibandingkan

metode sejenis, model QAP menggunakan dasar pertimbangan kuantitatif (jarak)


dalam perancangan layout dan memerlukan waktu pencarian solusi yang relatif
lebih singkat.
Dalam jurnal yang berjudul Hybrid Algoritma Particle Swarm Optimization
(PSO) dan Simulated Annealing (SA) untuk Menyelesaikan Quadratic Assignment
Problem (QAP) membahas mengenai QAP yang berukuran n terdiri dari pencarian
alokasi terbaik dari n fasilitas ke n lokasi, dengan meminimalkan fungsi biaya dan
perpindahan antar fasilitas. Pertama kali, masalah ini dirumuskan dalam dan
berkembang pada berbagai aplikasi, contohnya : perencanaan pembangunan di
kampus, pengaturan departemen pada rumah sakit, perencanaan tata letak
(layout), dan lain sebagainya. Masalah ini telah diselesaikan dengan menggunakan
beberapa algoritma, antara lain Genetic Algorithm Simulated Annealing, Tabu
Search, dan Ant Colony Optimization Particle Swarm Optimization (PSO)
merupakan algoritma yang pertama kali diperkenalkan oleh Kennedy dan Ebehart
pada tahun 1995 memiliki kinerja yang baik dalam memecahkan beberapa
masalah optimasi. Algoritma Simulated Annealing (SA) juga merupakan salah
satu algoritma yang telah digunakan untuk menyelesaikan masalah QAP.
Publikasi tentang pendekatan algoritma ini pertama kali dilakukan oleh
Kirkpatrick, Gelatt, dan Vecchi, pada tahun 1983. Algoritma ini dianalogikan
dengan proses annealing (pendinginan) yaitu proses metalurgi pemanasan yang
penuh dan didinginkan secara perlahan-lahan hingga menjadi kristal. Algoritma
SA juga merupakan salah satu teknik metaheuristic yang paling terkenal dalam
menghindari perangkap minimum lokal.

1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas diketahui bahwa kecukupan area,
penempatan mesin produksi agar tidak mengganggu aliran produksi, dan
pemenuhan ketetapan perusahaan tentang jalur pengunjung adalah masalahmasalah yang harus dipertimbangkan saat membuat 4 tata letak lantai produksi
akibat pemindahan Departemen Filter dari lantai dua ke lantai satu.
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Menghitung tingkat performansi tata letak awal stasiun kerja di departemen
konstruksi ditinjau dari segi jarak material handling.
2 Membuat rancangan perbaikan tata letak stasiun kerja sehingga dapat
meminimalkan jarak material handling yang dihasilkan.
3 Mengetahui tingkat penghematan jarak material handling dari tata letak baru yang
diusulkan.
Dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
nyata bagi perusahaan antara lain sebagai berikut:
1

Memberikan masukan kepada perusahaan tentang rancangan tata letak stasiun


kerja yang dapat memperlancar aktivitas material handling.

Peningkatan utilisasi ruang dan fasilitas produksi.

Mengurangi total jarak material handling dibandingkan tata letak


sebelumnya.

Memberikan kemudahan penyeliaan dengan menghilangkan adanya stride


back.

1.4.

Batasan Masalah dan Asumsi


Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Metode yang digunakan adalah Quadratic assignment problem (QAP) dan


Multi Product Process Chart (MPPC)
2. Constraints yang menjadi perhatian dalam penelitian adalah stasiun kerja
untuk mengubah tata letak fasilitas.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tidak ada perubahan proses pada saat penelitian dilakukan.
2. Semua fasilitas, baik mesin maupun peralatan yang digunakan pada proses
produksi tidak mengalami kerusakan selama penelitian berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai