Wrap Up Skenario 1 Neoplasma
Wrap Up Skenario 1 Neoplasma
Seorang perempuan berumur 55 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik bedah
karena adanya benjolan di payudara sebelah kanan sudah setahun ini. Mula-mula sebesar biji
rambutan, kemudian sekarang sebesar bola tenis. Tidak terasa sakit, hanya kadang terasa
pegal. Pasien merasa berat badannya menurun drastis dalam empat bulan terakhir ini. Pada
keluarga terdapat riwayat penderita tumor ganas payudara, yaitu bibi pasien (adik kandung
dari ibu pasien). Bibi pasien meninggal karena penyakitnya ini. Pasien tidak mempunyai
anak. Sebulan ini timbul luka koreng berbau di kulit atas benjolan payudara. Pasien juga
merasa sesak sebulan terakhir yang bertambah dengan aktifitas tapi sesak tidak berkurang
dengan istirahat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, BB 40 kg, vital sign lain dalam
batas normal. Status lokalis pada payudara kanan didapatkan massa oval lebih kurang 8x7x7
cm3 di kwadran media ataa, keras, berbenjol, melekat ke dinding dada, peau de orange, ulkus
retraksi papilla mammae, dan nipple discharge. Teraba limfonodi aksilla 2 buah, ukuran 1
cm, saling melekat satu sama lain. Pada pemeriksaan rontgen thoraks didapatkan nodul.
Biopsi insisi memastikan pasien menderita kanker payudara (stadium terminal) kemudia
menjalani operasi simple mastectomy dilanjutkan kemoterapi dan radioterapi. Bagaimana
seharusnya pasien menghadapi penyakit berat dan terminal yang di deritanya dari sisi agama
islam.
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis Payudara
2. Memahami dan Menjelaskan Cancer Mammae
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiolodi dan Faktor Pencetus
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
2.6 Manifestasi Klinis
2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Komplikasi
2.10
Prognosis
2.11
Pencegahan
3. Memahami dan Menjelaskan Sikap Menghadapai Penyakit Berat dalam Islam
Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat,
yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Pria dan wanita memiliki payudara yang
memiliki sifat yang sama sampai saat pubertas. Pada saat pubertas terjadi perubahan pada
payudara wanita, dimana payudara wanita mengalami perkembangan dan berfungsi untuk
memproduksi susu sebagai nutrisi bagi bayi. Payudara terletak di dinding anterior dada dan
meluas dari sisi lateral sternum menuju garis mid-aksilaris di lateral. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram.
a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu
kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 1520 lobuspada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar
(duktus laktiferus).
b. Areola (bagian yang kehitaman di tengah)
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapatotot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c. Papilla (bagian yang menonjol di puncak payudara)
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam(inverted).
VASKULARISASI
2.2 Epidemiologi
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan
kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap
tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2
juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal
karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang
terkumpul Kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker
leher rahim. Diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena kanker payudara dan
70% dari penderita memeriksakan dirinya pada keadaan stadium lanjut.
Wanita kulit putih memiliki insiden kanker payudara lebih tinggi daripada
wanita kulit hitam setelah umur 35 tahun. Sebaliknya wanita kulit hitam memiliki
insiden lebih tinggi sebelum umur 35 tahun. Sedangkan pada kulit berwarna
cenderung lebih sedikit insidennya (ACS, 2005).
Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno
pada diet tinggi lemak. Intake lemak yang tinggi kemungkinan hanya berpengaruh
pada wanita premenopause
Iodine
Iodine dapat menurunkan sensitivitas reseptor estrogen, mengurangi pertumbuhan
sel tumor, dan menyebabkan apoptosis pada sel yang malignant.
f. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan
kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap
kekerapan kanker
ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah
migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan
ini.
g. Hormon
Peningkatan estrogen dan androgen darah yang persisten dapat meningkatkan
risiko ca mammae, namun peningkatkan progesteron dapat menurunkan risiko pada
wanita premenopause
h. Kehamilan dan menyusui
Umur saat melahirkan anak pertama (<24 tahun), memiliki anak (7%/anak), dan
menyusui (4,3%/tahun menyusui) dapat menurunkan risiko terkena ca mammae.
Hamil pertama saat umur 30 tahun mengalamin peningkatan risiko terkena ca
mammae dua kali lipat dibanding pada umur <25 tahun. Tidak mempunyai anak
meningkatkan risiko terkena ca mammae sebesar tiga kali lipat
i. Terapi pengganti hormon
Terapi estrogen + progesteron memiliki efek signifikan pada ca mammae dan
meningkatkan agresivitas serta prognosis yang lebih buruk, namun apabila terapi
jangka pendek dengan indikasi sindrom menopause, maka tidak ada pengaruh pada
risiko.
j. Perokok pasif
k. Radiasi
Wanita umur <30 tahun yang menerima radiasi ionisasi dosis tinggi berisiko
terkena ca mammae lebih tinggi dibanding normal. Eksposur dengan radiasi ionisasi
selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari
beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi
berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur
1
.
Non-invasif
a. Non invasive ductal carcinoma
b. Lobular karsinoma in situ
2
.
Invasif
a. Karsinoma invasif duktal
b. Karsinoma invasif duktal dengan
komponen intraduktal yang predominant
c. Karsinoma invasif lobular
d. Karsinoma mucinous
e. Karsinoma medullary
f. Karsinoma papillary
g. Karsinoma tubular
h. Karsinoma adenoid cystic
i. Karsinoma sekretori (juvenile)
j. Karsinoma apocrine
k. Karsinoma dengan metaplasia
i. Tipe squamous
ii. Tipe spindle-cell
iii. Tipe
cartilaginous
dan osseous
Tabel 2. Faktor
Pencetus
Cancer Mammae
2.4 Klasifikasi
iv. Mixed type
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
l. Lain-Lain
3
.
a. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal invasif merupakan kelompok terbesar (78%) dari seluruh tumor
ganas payudara. Secara mikroskopik tampak proliferasi anaplastik epitel duktus yang
dapat memenuhi dan menyumbat duktus. Karsinoma duktal noninvasif (karsinoma
duktal in situ atau karsinoma intraduktal) biasanya terjadi tanpa membentuk massa
karena tidak ada komponen scirrhous.
b. Karsinoma lobular (9%)
Separuh kasus karsinoma lobular ditemukan in situ tanpa tanda-tanda invasi lokal
sehingga sering dianggap premaligna dan disebut neoplasia lobular. Secara histologi
menunjukkan gambaran sel-sel anaplastik yang semuanya terletak di dalam lobuluslobulus.
c. Comedocarcinoma (5%)
Duktus yang diisi oleh tumor sel kecil dan debris sentral.
d. Karsinoma medular (4%)
Gambaran histologi menunjukkan stroma yang sedikit dan penuh berisi kelompok sel
yang belum berdifferensiasi, tidak teratur dan tidak jelas membentuk kelenjar atau
pertumbuhan kapiler. Terdapat banyak sebukan limfosit yang menjolok pada stroma di
dalam tumor.
e. Karsinoma koloid (3%)
Duktus dihambat oleh sel-sel karsinoma dan kista proksimal berkembang.
f. Karsinoma mukoid/musinus (3%)
Tumor ini tumbuh perlahan-lahan dan secara mikroskopik sel tumor yang
menghasilkan musin tersusun membentuk asinus pada beberapa tempat. Juga tampak
sel-sel cincin stempel (signet ring cells).
g. Karsinoma skirus (schirrous)
8
Pada pemeriksaan mikroskopik tumor terdiri dari stroma yang padat dengan
kelompok sel epitel yang terlepas atau membentuk kelenjar. Sel-sel berbentuk bulat
atau poligonal, hiperkromatik.
h. Karsinoma inflamasi (1%)
Karsinoma ini memiliki prognosis paling buruk. Sistem limfa dipenuhi oleh tumor
memicu perubahan payudara dan kulit yang mirip infeksi.
i. Penyakit Paget (1%)
Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran ekskresi utama yang menyebar ke
kulit puting susu dan areola, sehingga terjadi kelainan menyerupai ekzema yaitu
adanya krusta di daerah papil dan areola. Jika tidak ditemukan massa tumor di
bawahnya penyakit ini termasuk karsinoma insitu, tapi jika ada massa tumor termasuk
karsinoma duktal invasif. Kelainan ini ditemukan pada wanita berusia lebih tua dari
penderita kanker payudara umumnya dan bersifat unilateral. Tanda khas adalah
adanya penyebukan epidermis oleh sel ganas yang disebut sel paget.
Jenis-jenis tumor jinak payudara antara lain :
Fibroadenoma mammae
Kista mammae
Papilloma intraduktus
Kelainan fibrokistik
Tumor filoides
Adenosis sklerosis
Galaktokel
Mastitis
Ductus ektasia
Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):
Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam
keluar payudara
Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah
Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit
payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di
pada sistem TNM merupakan kategori untuk tumor primer, N kategori untuk nodul
regional ataupun yang bermetastase ke kelenjar limfe regional, dan M merupakan
kategori untuk metastase jauh. Masing-masing kategori TNM tersebut di
subkategorikan lagi untuk menggambarkan keadaan masing-masing kategori tersebut,
yaitu:
T = ukuran tumor primer
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam
T
TX
T0
Tis
Tis (DCIS)
Tis (LCIS
Tis (Paget)
T1
TI mic
T1a
T1b
T1c
T2
T3
T4
Keterangan
Tumor primer tidak dapat ditentukan.
Tidak terdapat tumor primer.
Karsinoma in situ.
Karsinoma duktal in situ.
Karsinoma lobular in situ.
Penyakit Paget pada puting tanpa adanya tumor.
Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau kurang.
Adanya mikroinvasi ukuran 0.1 cm atau kurang.
Tumor dengan ukuran lebih dari 0.1 sampai 0.5 cm.
Tumor dengan ukuran lebih dari 0.5 cm sampai 1 cm.
Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm.
Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 5 cm.
Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau
kulit.
Catatan:
Dinding dada adalah termasuk iga, otot interkostalis, dan serratus
T4a
T4b
T4c
T4d
Edema (termasuk peau dorange) atau ulserasi kulit payudara, atau nodul
10
STADIUM
0
I
IIA
T
N
M
Tis
N0
M0
T1
N0
M0
T0
N1
M0
T1
N1
M0
T2
N0
M0
IIB
T2
N1
M0
T3
N0
M0
Keterangan
T0 (telah diangkat
N2 sebelumnya).
M0
KgbIIIA
regional tidak dapat dinilai
T1
N2
M0
Tidak terdapat metastasis kgb.
T2 yang mobil.
N2
M0
Metastasis ke kgb aksila ipsilateral
T3 terfiksir, berkonglomerasi,
N1-N2
M0atau adanya
Metastasis ke kgb aksila ipsilateral
IIIB
T4
N0
M0
pembesaran kgb mamaria interna
ipsilateral
(secara
klinis)
yang
T4
N1
M0 jelas, tanpa
N2
M0
adanya Metastasis ke kgb aksila.T4
IIIC
Tiap T
N3
M0
Metastasis pada kgb aksila ipsilateral yang terfiksir atau berkonglomerasi atau
IV
Tiap T
Tiap N
M1
melekat ke struktur lain.
N
NX
N0
N1
N2
N2a
N2b
Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis dan tidak
N3
N3a
N3b
N3c
M metastasis
M
MX
M0
M1
Metastasis Jauh
Metastasis jauh belum dapat dinilai.
Tidak terdapat metastasis jauh.
Terdapat metastasis jauh.
Tabel 6. Klasifikasi Berdasarkan Metastasis
11
2.5 Patofisiologi
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi
bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat,
jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen,
lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan
jaringan dan individu.
Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang
bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung
kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel
ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan
ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain
bertambah.
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari :
Tahap Inisiasi
Terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas.
Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
12
karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen, bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan
Tahap Promosi
Suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan
beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen).
Tahap Progresi/ metastase
13
Nodul satelit kulit : ketika sel kanker didalam vasa limfatik subkutis masing
masing membentuk nodul metastasis,disekitar lesi primer dapat muncul banyak
nodul tersebar,secara klinis disebut tanda satelit.
Invasi,ulserasi kulit : ketika tumor menginvasi kulit,yerlihat tanda berwarna
kemerahan
atau
gelap.lokasi
dapat
berubah
menjadi
iskemik,ulserasi
menstruasi
Kenyal
Lunak
Kelainan Fibrokistik
14
Lipoma
Penarikan kulit/dinding dada lebih khas pada
Perubahan Kulit
Bercawak
Benjolan kelihatan
Kulit jeruk
Kemerahan
- Tukak
Kelainan Puting/Areola
Retraksi
Inversi Baru
Eksema
Keluarnya Cairan
-
Seperti susu
Jernih
Normal
Hijau
(Peri) menapouse
Pelebaran duktus
Kelainan fibrokistik
Karsinoma
Papiloma intraduktus
Hemoragik
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium meliputi :
Mammografi
18
4
Invasif
Computed
5
6
Sitolog
o Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran
20 atau lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area
i
yang dicurigai, lalu dismear di atas slide dan difiksasi segera dan
Aspiras
diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat,
i
prosedur ini sangat akurat.
o Tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan sebab
pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan
sekitarnya.
o Kelemahan : ketidakmampuan untuk menentukan secara akurat
reseptor esterogen dan progesteron pada specimen yag sangat kecil.
Core
Biopsi jarum menggunakan jarum bor yang besar sering
dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspirasi
Needle
jarun.
Biopsy
Lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor
(CNB)
esterogen dan progesteron serta bisa dilakukan untuk
memeriksa gambaran histopatologi.
Bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound.
Biopsi
a Biop
Mengangkat seluruh masa yang terlihat dan
Terbuk
biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat.
a
Biop
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan
biopsy eksisi biasanya dilakukan biopsy insisi
dengan hanya mengambil sedikit jaringan.
transducer.
Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan
biopsy secara standard. Aspirasi kista juga bisa
dilakukan dengan bantuan ultrasound
Setelah menekan daerah putting maka akan keluar
e
f
g
Nipple
Discharge
cairan. Cairan yang keluar bisa diusap pada gelas kaca
Smear (NDS)
difiksasi dan dilihat untuk dievaluasi secara sitologi.
Nipple Biopsy
Radiodiagnostik
Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi + atau klinis
Stadium II A
20
Stadium II B
Stadium III A
Stadium III B
Stadium III C
Stadium IV
21
Diagnosis banding
a
Fibroadenoma mammae (FAM), merupakan tumor jinak payudara yang biasa terdapat
pada usia muda (15-30 tahun), dengan konsistensi padat kenyal, batas tegas, tidak
biasanya bilateral/multipel.
Kistosarkoma filoides menyerupai FAM yang besar, berbentuk bulat lonjong, berbatas
dapat digerakkan.
Nekrosis lemak, berbatas tegas, keras, kadang disertai dengan penarikan kulit.
2.8 Penatalaksanaan
a Terapi Bedah
Mastektomi radikal
Reaksinya mencakup kulit berjarak minimal 3cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae,
Mastektomi segmental
Diseksi kelenjar limfe aksilar. Secara umum disebut dengan operasi konversi mammae.
Biasanya dibuat insisi dua terpisah di mammae normal dan aksila. Bartujuan mereseksi
sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor.
Untuk mendapatkan diagnosis histologi biasanya dilakukan biopsi sehingga tindakan ini
dapat dianggap sebagai tindakan pertama pada pembedahan mamma. Dengan sediaan beku,
hasil pemeriksaan histologi-patologi dapat diperoleh dalam waktu 15 menit. Bila
pemeriksaan menunjukkan tanda tumor jinak, maka operasi selesai, tetapi pada hasil yang
menunjukkan tumor ganas, operasi dapat dilanjutkan dengan tindakan bedah kuratif.
Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal, bedah radikal yang
diubah maupun bedah konservatif yang merupakan eksisi tumor luas. Bedah konservatif
selalu ditambah diseksi kelenjar aksila dan radio terapi pada (sisa) payudara tersebut. Tiga
tindakan tersebut merupakan satu paket terapi yang harus dilaksanakan serentak.
Secara singkat paket tindakan tersebut disebut Breast Conservating Surgery
(BCT/Breast Conservating Therapy) atau terapi dengan mempertahankan payudara yang
menurut Reinhard Hunig dkk dari University Hospital Basel tahun 1976 dapat dilakukan
pada kasus-kasus kanker payudara dengan:
Tumor primer tidak lebih dari 2 cm
N1bkkurang dari 2 cm
Belum ada metastasis jauh
Tidak ada tumor primer lainnya
Payudara kontralateral bebas kanker
Payudara
bersangkutan
belum
mendapat
pengobatan
sebelumnya
(kecuali
lumpektomi)
Tidak dilakukan pada payudara yang kecil karena hasil kosmetiknya tidak terlalu
menonjol.
Tumor primer tidak terlokasi di belakang puting
Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi
ke dinding dada, kulit mamma, atau infiltrasi dari kelenjar limfe ke struktur
sekitarnya. Tumor disebut mampu-angkat (operable) jika dengan tindak bedah radikal
seluruh tumor dengan penyebarannya dikelenjar limfe dapat dikeluarkan.
Akhir-akhir ini, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan
payudara. Syarat mutlak untuk operasi ini, tumor merupakan tumor kecil dan
tersedianya sarana radioterapi khusus untuk penyinaran yang diperlukan untuk
23
mencegah kambuhnya tumor di payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari
sarang tumor lain (karsinoma multisentrik).
Bedah radikal yang diperluas yaitu bedah Urban, terdiri dari bedah Halsted
dengan pengeluaran kelenjar limfe pada A. Mammaria interna, artinya operasi
diperluas dengan torakotomi. Bedah superradikal terdiri dari bedah Urban yang
diperluas dengan pengeluaran kelenjar limfe supraklavikula. Kedua operasi tadi
umumnya tidak dikerjakan karena kelebihannya tidak banyak. Bila ada penyebaran
limfe ke kelenjar mammaria interna atau ke kelenjar suprakavikula, biasanya sudah
ada penyebaran hematogen. Pada keadaan demikian, pembedahan berat yang
memerlukan mutilasi luas merupakan tindakan yang berlebihan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pada saat ini yang biasa dilakukan adalah bedah radikal
yang dimodifikasi (Patey).
Bila tersedia sarana penyinaran pasca bedah, dianjurkan terapi yang
mempertahankan payudara yaitu berupa lumpektomi luas, segmentektomi atau
kuadrantektomi dengan disseksi kelenjar aksila.
Lumpektomi
Quadrantektomi
Simple Masectomy
Kanker Payudara yang tak mampu-angkat
Modifed Radikal
T4 = Ukuran tumor sedemikian besar sehingga tidak dapat dilakukan bedah radikal
Fiksasi tumor ke dinding toraks (bukan ke M. Pektoralis) atau ke kulit
Oedema yang luas pada payudara
Karsinoma tipe inflamasi
Nodul satelit di kulit
N2-3 = Kelenjar aksila yang terfiksasi
Adanya pembesaran kelenjar parasternal
Oedema pada lengan karena bendungan kelenjar limfe
M1 = Metastasis ke kelenjar supraklavikuler
Metastasis jauh
b Kemoterapi
Kemoterapi pra-operasi
Terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat dilakukan kemoterapi intra-arterial.
24
c Radioterapi
Radioterapi murni kuratif
Radioterapi murni terhadap kanker mammae terutama digunakan untuk pasien dengan
pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae pasca operasi konservasi mammae.
Radioterapi paliatif
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi dan metastasis.
d Terapi Hormonal
Obat Antiesterogen
Tamoksifen. Merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah
berikatan dengan reseptor esterogen secara kompetitif. Efek samping trombosis vena
Radiasi eksterna dan kemoterapi maupun hormonal bila ada metastase ke KGB
axilla dapat diberikan sebagai terapi adjuvans.
Stadium IIIA
MRM sebagai terapi utama
Terapi adjuvans meliputi radiasi eksterna, kemoterapi dan terapi hormonal.
Stadium IIIb
Operable
o Simple mastektomi dan axillary toilet. Terapi adjuvans meliputi radiasi
eksterna, hormonal dan kemoterapi.
o Kemoterapi 3x kemudian MRM. Terapi adjuvans post op 3x dan bila perlu
dilakukan radiasi eksterna.
Inoperable
Radiasi eksterna pre operative, bila operabel mastektomi
Pleura
Paru
Hati
Tulang
Tengkorak
Vertebta
Iga
Tulang panjang
2.10
Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh variabel:
Ukuran karsinoma primer
Keterlibatan KGB dan jumlah KGB yang terkena metastasis
Derajat karsinoma
Tipe histologik karsinoma
Invasi limfovaskular
Ada tidak nya reseptor estrogen atau progesteron
Laju proliferasi kanker
Aneuploidi
Ekspresi berlebihan ERBB2
Tabel 14. Prognosis per stadium
Dikutip dari Current Medical Diagnosis and Treatment 2009
2.11
a.
Pencegahan
Pencegahan primer. Merupakan promosi kesehatan yang sehat. Yaitu
melalui upaya menghindarkan diri dari Faktor Risiko diatas serta melakukan pola
b.
hidup sehat. Termasuk juga dengan pemeriksaan payudara sendiei alias SADARI.
Pencegahan sekunder dilakukan pada wanita yang memiliki risiko
terkena kanker payudara. Yaitu dengan melakukan deteksi dini dengan via skrining
mammografi yang diklaim memiliki 90% akurat. Skrining berlaku untuk wanita
usia 40 tahun keatas, wanita yang harus rujuk skrining setiap tahun dan wanita
c.
normal yang harus rujuk skrining tiap 2 tahun sekali hingga usia 50 tahun.
Pencegahan tertier dilakukan pada wanita yang positif menderita
kanker payudara. Ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup serta mencegah
komplikasi penyakit. Bisa berupa operasi, kemoterapi sitostatika. Pada stadium
tertentu hanya berupa simptomatik dan pengobatan alternatif.
27
Artinya : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacammacam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat. (Q.S. Al Baqarah : 214)
Demikianlah Allah SWT akan menguji hamba-hamba-Nya dengan kebaikan dan
keburukan. Dia menguji manusia berupa kesehatan, agar mereka bersyukur dan
mengetahui keutamaan Allah SWT serta kebaikan-Nya kepada mereka. Kemudian Allah
SWT juga akan menguji manusia dengan keburukan seperti sakit dan miskin, agar mereka
bersabar dan memohon perlindungan serta berdo'a kepada-Nya.
Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT
kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Ketika seseorang sakit disana
terkandung pahala, ampunan dan akan mengingatkan orang sakit kepada Allah SWT.
Aisyah pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Tidak ada musibah
yang menimpa diri seorang muslim, kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya, sampaisampai sakitnya karena tertusuk duri sekalipun" (H.R. Buchari).
Allah mengajarkan kita cara bertobat sebagaimana tercantum dalam Alquran, "Ya
Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni
kami, niscaya, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Q.S. al A'raaf [7] :23).
28
Kesungguhan kita bertobat insya Allah menjadi bagian dari rezeki yang besar dari
Allah SWT. "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga..."
(Q.S. Ali Imran [3]:133).
Ciri-ciri tobat nasuha :
Menyesal.
Memohon ampun kepada Allah.
Gigih untuk tidak mengulangi.
Ciri tobat yang diterima :
Orang tersebut terlihat lebih bersih dan lebih terjaga dari perbuatan maksiat. Hal itu
terjadi karena dia lebih bisa menahan diri.
Orang yang tobatnya diterima, hatinya selalu lapang dan gembira.
Dia selalu bergaul dengan orang-orang saleh dan mencari lingkungan yang baik pula.
Mencari lingkungan yang baik adalah salah satu bagian yang akan membuat agama
kita terpelihara.
Kualitas amalnya semakin meningkat.
Dia senantiasa menjaga lidahnya. Ingatannya selalu kembali kepada Allah.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Albar ZA, et al. Protokol PERABOI. Edisi 1. Bandung: Perhimpunan Ahli Bedah
Onkologi Indonesia. 2004. hal. 11.
2. Brunicardi FC, et al. Schwartzs manual of surgery. 8th Edition. United States of America:
The McGraw-Hill Companies, Inc. 2006. p. 361; 360.
3. Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Edisi
6. Jakarta : EGC
4. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC
5. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1997. hal. 551
30