Etiologi Karies Dan Pencegahannya PDF
Etiologi Karies Dan Pencegahannya PDF
desidui
memegang
peranan
yang
sangat
penting
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangan oklusi. Selain itu banyak pula orang tua yang tidak mengetahui bahwa
diantara gigi-gigi yang erupsi pada masa anak-anak tersebut merupakan gigi tetap yang
tidak pernah akan diganti oleh gigi yang lain. Kerusakan atau kehilangan gigi desidui yang
terlalu awal akan mengakibatkan kelainan oklusi gigi tetap. Mempertahankan gigi desidui
sampai saatnya tanggal dan digntikan oleh gigi tetap merupakan salah sam tindakan
pencegahan maloklusi, yang merupakan bagian dan preventive dentistry.
Fungsi gigi desidui.
Meskipun bersifat sementara gigi desidui memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu:
1. fungsi mastikasi
2. fungsi phonetic
3. fungsi estetik
4. penerus rangsang pertumbuhan
5. pembimbing erupsi gigi permanen
6. space maintainer
Gigi desidui sangat rentan terhadap karies. Morphologi gigi desidui sangat mendukung untuk
terjadinya karies, terutama pada saat pertumbuhan rahang terjadi, yang menyebabkan
spacing diantara gigi-geligi yang mengakibatkan banyak sisa makanan yang tertahan di
dalamnya apabila pembersihannya kurang saksama.
Etiologi karies
Seperti halnya penyakit-penyakit lain, karies gigi merupakan penyakit multifaktor, artinva
proses karies terjadi karena adanya interaksi beberapa faktor, yaitu faktor host, agent,
substrat dan waktu. Untuk terjadinya karies diperlukan persyaratan yaitu adanya gigi yang
mudah terpengaruh, adanya agent atau bakteri yang acidogenik, adanya substrat yang
kariogenik dan interaksinya dalam waktu yang cukup.
Gigi sangat mudah terpengaruh oleh asam hasil produksi bakteri mulut apabila dalam
pertumbuhan dan perkembangannya kurang mineral seperti calsium dan fluor.
Di dalam mulut terutama dalam plak gigi terdapat bermacam-macam bakteri mulut, namun
yang mampu menghasilakan asam yang berpotensi melarutkan email adalah jenis
Streptacoccus.
Substrat atau sisa makanan yang kariogenik adalah yang berupa gula seperti glukosa dan
fruktosa. Karbohidrat yang menjadi sumber ebergi bagi tubuh manusia merupakan sumber
glukosa bagi bakteri mulut, sehingga setiap kali orang makan maka dengan sendirinya juga
mensuplai makanan bagi bakteri tersebut.
Interaksi antara faktor host, agent dan substrat akan menghasilkan asam dalam waktul -3
menit. Asam yang dihasilkan akan menurunkan pH plak dan saliva menjadi sangat rendah
atau disebut pH kritis 5 - 4.5. Kondisi ini akan bertahan sampai dinetralkan oleh saliva
dengan alirannya dan kemampuan buffernya dalam waktu 10- 30 menit.
Penggunaan bahan semen ionomer kaca sedikit berbeda, sebab semen ionomer kaca dapat
beradhesi dengan email, sehingga tidak memerlukan etsa asam. Namun dengan etsa asam
hasilnya akan lebih baik, karena permukaan email aan terbuka dan adhesinya akan lebih
baik. Semen ionomer kaca memiliki kelebihan dibanding resin yaitu dapat melepaskan yang
dikandungnya meskipun semakin lama semakin sedikit, tetapi juga memiliki kelemahan yaitu
mudah abrasi dan larut dalam saliva, sehingga hanya dianjurkan sebagai sealing sementara.
Fissure sealing sebaiknya dilaksanakan segera setelah gigi molar atau premolar tersebut
erupsi dengan menggunakan semen ionomer kaca dan setelah erupsi sempurna diganti
dengan resin.
Perlindungan yang menyeluruh terhadap karies dapat diusahakan dengan fluoridasi sejak
intra uterin, post natal, periode gigi desidui, periode gigi bercampur maupun periode gigi
tetap. Fissure sealing disertai multiple fluoride therapy yaitu topikal aplikasi fluor, menggosok
gigi dengan pasta yang mengandung fluor, kumur dengan obat kumur yang mengandung
fluor, dapat menjadi pilihan utama.
KARIES GIGI
Kalau ada pertanyaan mengapa ada Dokter Gigi, maka jawabnya adalah karena ada
penyakit gigi atau ada orang yang sakit gigi. Kapan sakit gigi dikenal manusia, atau sejak
kapankah manusia menderita sakit gigi? Kalau melihat teori etiologi karies yang moderen
bisa dinyatakan bahwa sejak jaman dahulupun sakit gigi sudah ada, karena factor-faktor
yang terkandung di dalam teori karies yang saat ini diakui kebenaranya sejak jaman
dahulupun faktor-faktor tersebut sudah ada. Marilah kita coba melihatnya
Sejak jaman para Nabi gandum sudah dikenal bahkan dipakai sebagai makanan utama.
Memang tidak pernah terdengar saat itu ada orang sakit gigi, yang ada hanya kerasukan
setan. Penyakit gigi yang mungkin sudah dikenal adalah karies, tetapi itupun tidak ada di
dalam kitab para Nabi. Sejak kapan atau tahun berapa secara pasti orang berteori tentang
penyakit pada gigipun tidak diketahui secara pasti.
Pada awalnya gigi berlobang disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui. Pada tahun 700
sebelum Masehi di Assyria berkembang suatu cerita bahwa penyebab gigi berlobang adalah
cacing yang minum darah dan menggerogoti akar gigi dalam tulang rahang. Rasa sakit yang
ditimbulkan adalah berdenyut yang disebut sebagai gnawing pain.
Di Yunani oleh bangsa Greek dikembangkan pula teori bahwa di dalam tubuh manusia
terdapat empat cairan, yaitu darah, lendir, empedu hitam dan empedu kuning. Badan orang
akan sehat apabila keempat cairan itu dalam keadaan seimbang. Bila mengalami perubahan
keseimbangan maka orang yang bersangkutan menderita sakit, termasuk sakit gigi.
Filosof terkenal seperti Hippocrates dan Aristoteles juga menyumbangkan teorinya tentang
karies gigi yang sampai saat ini boleh dikata sebagai dasar dari teori karies.
Hippocrates menyatakan bahwa karies gigi disebabkan oleh faktor lokal, yaitu adanya
stagnasi sisa makanan ditambah dengan faktor sistemik.
Aristoteles menyatakan bahwa karies gigi disebabkan oleh makanan yang lunak dan manis
yang menempel pada gigi mengalami pembusukan dan akan merusak gigi.
Kemudian berkembang pula teori yang menyatakan bahwa karies itu disebabkan oleh gigi itu
sendiri, teori ini disebut sebagai teori vital. Teori inipun nantinya akan terlihat hubungannya
dengan teori yang baru.
Tuan Parmly dalam tulisannya pada tahun 1819 mengatakan bahwa karies gigi dimulai dari
email yang ditempeli makanan yang membusuk dan memiliki kemampuan. untuk melarutkan
gigi dan menimbulkan penyakit. Disini kelihatan bahwa teori Aristoteles dikembangkan yaitu
dari makanan yang menempel pada gigi dan kemudian membusuk punya kemampuan
melarutkan gigi.
Tuan Parmly dalam tulisannya pada tahun (1843) mengemukakan teori yang berhubungan
dengan pembusukan sisa makanan. Ia menyatakan bahwa gigi diselimuti oleh membran dan
Universitas Gadjah Mada
di dalam membran itu terdapat parasit yang membusukkan sisa makan yang menempel
pada gigi. Teori tuan Erdl ini dikenal sebagai teori parasiter atau teori septik.
Tuan Ficianus meneliti jaringan karies gigi dan mendapatkan bahwa di dalamnya ada
mikroorganisme filamentous sebagai denticole.
Ilmuan selanjutnya adalah Miller (1890 ) yang berteori bahwa karies gigi disebabkan oleh
proses chemical dan faktor parasit. Teori ini menggabung dua teori sebelurnnya dan disebut
teori Chemoparasitic.
Dalam penelitiannya Miller mencoba
1. Gula, roti dan saliva dieramkan 37o Celcius ternyata mampu melarutkan mahkota gigi,
atau terjadi dekalsifikasi.
2. Ia juga menemukan bahwa ada kira-kira 30 species bakteri mulut dapat menghasilkan
asam yang cukup untuk terjadinya karies.
3. Dibuktikan pula bahwa karbohidrat bila ditambah saliva akan terbentuk asam laktat.
4. Di dalam karies terdapat bermacam mikroorganisme, ada yang berbentuk filamen, bacil
panjang, bacil pendek dan mikrokokus. Selanjutnya dikatakan bahwa satu jenis
mikroorganisme saja tidak dapat menyebabkan karies. Untuk terjadinya kanies harus ada
persyaratannya yaitu setiap mikroorganisme harus mampu membentuk asam dan
mencerna protein.
Dari beberapa teori tersebut di atas dapat diklasifikasi menjadi dua yaitu teori exogenous
yang berpendapat bahwa faktor luar sebagai penyebab terjadinya karies dan teori
endogenous yang menyatakan bahwa faktor dalam gigi sendiri sebagai penyebab karies.
Teori karies yang terbaru disebut teori multifaktor. Teori ini berdasar atas adanya faktorfaktor yang saling berinteraksi dan hasilnya adalah karies. Faktor-faktor yang dimaksud
adalah host yaitu gigi dan saliva, agent yaitu mikroorganisme mulut, substrat yaitu sisa
makanan yang berupa karbohidrat dan time yaitu waktu lamanya interaksi.
Host yaitu gigi dan saliva, apanya yang berpengaruh terhadap proses karies?
Gigi
stagnasi sisa makanan yang lunak dan manis akan membusuk dan merusakkan gigi,
substrat disini yang paling kaniogenik adalah gula, termasuk di dalamnya adalah karbohidrat
dan glukose.
Faktor waktu dimasukan dalam teori ini karena untuk terjadinya proses pembusukan sisa
makan oleh mikroorganisme dibutuhkan waktu yang cukup.
Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk terjadinya proses karies tersebut? Ada teori
yang menyatakan bahwa proses demineralisasi gigi akan terjadi bila pH lingkungan
mencapai 5-4.5. Dalam keadaan biasa pH plak tidak pernah pada titik normal yaitu 7,
biasanya selalu sedikit di bawahnya dan mi sering disebut normal. Disaat seseorang makan.
bateri dalam plak juga mendapatkan makanan yang berupa partikel-partikel karbohidrat yang
menempel pada gigi. Selesai makan apabila sisa makanan tidak segera dibersihkan akan
difermentasi oleh bakteri dan hasilnya adalah asam. Asam ini akan menurunkan pH plak dan
saliva. Waktu yang diperlukan oleh bakteri untuk metabolisme karbohidra ini antara 1-3
menit. Derajat keasaman plak ini nanti akan kembali normal karena buffer saliva dalam
waktu 10-30 menit. Dalam waktu yang sependek ini demineralisasi email sudah terjadi.
Keadaan seperti ini akan diperparah apabila seseorang makan makanan kecil diantara jam
makannya. Sisa-sisa makanan yang dimakan diantara jam makan akan membuat pH plak
dan saliva terus menerus dalam keadaan rendah. Anak-anak yang minum susu botol secara
tidak beraturan artinya minum susu terus menerus dan dot selalu ada di dalam mulut
merupakan contoh yang banyak terjadi. Botol susu yang selalu di dalam mulut saat si anak
tidur memperparah karies anak-anak. Mengapa demikian? Karena disaat tidur kelenjar saliva
akan berhenti memproduksi saliva, akibatnya alirannya sangat kecil sehingga sisa gula
dalam susu botol selalu menggenagi gigi. Proses fermentasi dan pelaruutan email akan
beijalan terus karena saliva tidak membersihkannya.
Meskiun interaksi antara ketiga fakfor yaitu host, agent dan bakteri terjadi dalam waktu yang
cukup, namun belum tentu karies gigi akan terjadi, karena untuk terjadinya kariespun juga
ada persyaratannya yaitu:
1. harus ada host yang mudah terpengaruh.
2. harus ada flora mulut yang kariogenik.
3. harus ada substrat yang cocok.
4. harus berinteraksi cukup lama.
Host yang mudah terpengaruh atau gigi yang mudah terpengaruh adalah gigi dengan email
yang rentan terhadap asam. Gigi yang sangat mudah larut karena asam adalah gigi-gigi
dengan kandungan mineral fluor yang rendah. TeIah diketahui bahwa mineral fluor sangat
vital dalam pembentukan gigi, kekurangan fluor menyebabkan gigi mudah keropos
kelebihanpun gigi mengalami kelainan yaitu fluorosis.
Flora mulut tidak semuanya kariogenik artinya bisa menimbulkan karies. Untuk terjadinya
karies dibutuhkan asam yang cukup banyak yang diproduksi oleh mikroorganisme,
mikroorganisme pengliasil asam disebut bersifat acidogen.
Substrat yang cocok adalah substrat yang bermanfaat bagi mikroorganisme, yang terutama
adalah karbohidrat terutama sukrosa. Sisa makan di dalam mulut seringkali banyak tetapi
tidak difermetasikan oleh mikroorganisrnekarena tidak mengandung karbohidrat..
Waktu yang cukup lama memberikan kesempatan mikroorganisme mulut memfermentasikan
sisa karbohidrat dan menghasilkan asam yang cukup untuk melarutkan email. Pembersihan
sisa makanan segera setelah makan selesai merupakan hambatan bagi mikroorganisme
untuk mendapatkan sumber energinya.
Berdasarkan teori multifaktor ini maka usaha pencegahan karies gigi berorientasi kepada
empat tersebut., yaitu:
1. Terhadap host atau giginya diusahakan dengan meningkatkan ketahanannya terhadap
asam. Tindakan yang biasa dilakukan adalah dengan fluoridasi. Fluoridasi ini bisa
dilakukan pre natal dan post natal baik sebelum giginya erupsi maupun setelah giginya
erupsi.
2. Terhadap mikroorganismenya usaha yang dilakukan adalah dengan mengurangi
koloninya sehingga kemampuanya berkurang. Usaha menghilangkan mikroorganisme
mulut boleh dikata tindakan yang sia-sia, sebab mikroorganisme mulut selalu ada di
dalam mulut manusia. Mengapa?
3. Mengubah substrat dan yang kariogenik menjadi yang tidak kariogenik, jadi diusahakan
agar pola makan dirubah. Diet karbohidrat dapat diusahakan, atau paling tidak
mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat.
4. Mengurangi Iamanya interaksi antara substrat, gigi dan mikroorganisme dapat dilakukan
dengan membersihkan ggi dari sisa makanan sehabis makan, baik dengan sikat gigi
maupun dengan dentak floss. Juga dapat dilakukan dengan mengatur waktu makan.
Pada kenyataannya seringkali didapatkan bahwa ada seseorang yang bebas karies
meskipun makanan yang dimakannya sama dengan orang lain, hal ini bisa terjadi karena
sebeharnya reaksi kimia pada proses karies berjalan bolak-balik
Ca10(PO4)6(OH)2 + H
Setelah
terjadi
demineralisasi
Ca + PO4 + H2O
karena
asam,
permukaan
akan
mengalami
remineralisasi dengan masuknya mineral yang ada di dalam saliva, karena proses kekanan
dan kekiri sama maka karies tidak terjadi. Bila keseimbangan tidak ada maka karies akan
terjadi.
DENTAL PLAQUE
Dengan ditemukannya teori etiologi karies yang baru, teori multifaktor, maka usaha
pencegahan terjadinya karies semakin gencar diteliti. Untuk terjadinya karies memang
dibutuhkan adanya gigi yang mudah terpengaruh, ada sisa makanan yang kariogenik, ada
mikroorganisme yang acidogenik dan ada cukup waktu untuk berinteraksi diantara ketiga
faktor tersebut. Untuk faktor host yaitu yang berhubungan dengan giginya sendiri, telah
diupayakan dengan memperkuat gigi terhadap serangan asam, yaitu dengan fluoridasi. Diet
karbohidrat dianjurkan agar sisa makanan yang berupa karbohidrat bisa diminimalkan.
Menggosok
gigi
segera
sehabis
makan
merupakan
tindakan
yang
tepat
untuk
Plak adalah suatu bangunan tambahan berupa anyaman tak teratur yang menyerupai gel
melekat pada permukaan gigi atau permukaan tumpatan (Dawes dkk., 1963)
Plak adalah suatu deposit granuler yang tidak mempunyai bentuk, lunak dan menempel
pada permukaan gigi, tumpatan dan kalkulus. (Glickman, 1972)
Plak adalah suatu deposit bakteri yang lunak dan tidak mengalami kalsifikasi, yang tertimbun
pada permukaan gigi dan obyek lain yang keras seperti tumpatan, gigi tiruan dan kalkulus.
(Manson, 1975)
Plak adalah suatu masa lunak dan porus, yang sebagian besar terdiri atas sel-sel bakteri
yang terdapat di dalam matriks karbohidrat, protein yang dapat ditembus oleh cairan seperti
saliva, cairan dan celah gusi dan cairan makanan. (Baer, 1977)
Ada sementara penulis yang menyatakan bahwa apapun yang melekat dipermukaan gigi
dianggap sebagai plak, tetapi ada pula yang memberikan nama lain seperti :
Materia alba adalah suatu masa putih kekuningan terutama terdiri atas bakteri, sel-sel epithel
lepas, sel-sel leukosit dan partikel-partikel sisa makanan yang tidak melekat erat pada
permukaan gigi, dan tidak menunjukan suatu struktur tertentu.
Universitas Gadjah Mada
Food debris adalah sisa-sisa makanan yang tertinggal di dalam mulut pada permukaan gigi
dan diantara gigi-gigi serta gusi, setelah orang makan.
Plak gigi dinyatakan melekat erat pada gigi karena dengan kumur dan semprot air plak tidak
akan lepas dan permukaan gigi.
sendiri.
Jadi
disini
mikroorganisme
akan
berkembang
dan
membentuk koloni yang semakin lama semakin tebal. Nama bacterial plaque kiranya cocok
karena isi utama dan plak adalah bakteri atau mikroorganisme.
Menurut Van der Hoeven ( 1978 ) mikroorganisme ternyata mampu menempelkan diri pada
gigi tanpa bantuan aquired pellicle. Pendapat ini boleh saja ada namun bila diingat bahwa
gigi-geligi selalu tergenang saliva maka boleh dikatakan bahwa seluruh permukaan gigi
selalu diliputi oleh aquired pellicle. Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti apakah
aquired pellicle terjadi dengan sangat cepat, artinya begitu gigi tergenang saliva lalu
terbentuklah aquired pellicle. Dengan demikian pendapat tuan Van der Hoeven bisa diterima,
Universitas Gadjah Mada
dengan asumsi setelah gigi dipoles mikroorganisme langsung menempel tanpa bantuan
aquired pellicle.
Menurut Glickman ( 1972) acuired pellicle itu tidak berstruktur, tidak mengalami mineralisasi,
berasal dan saliva, bebas bakteri, mengandung glikoprotein , peptida dan lemak.
Aquiredpellicle mi melekat pada email karena afinitas hidroksi apatit email terhadap
glikoprotein sangat tinggi.
Aquired pellicle menurut Manson (1975 ) dinyatakan sebagai suatu lapsan tipis protein
saliva, tidak berbentuk, bebas bakteri, lunak, tidak berwama, transparan dan melekat dengan
erat pada permukaan gigi.
Pengendapan protein saliva pada email gigi dapat terjadi karena:
1. daya tarik menarik antara kalsium hidroksi apatit dari email dengan gugus karbonil dari
saliva.
2. akibat aktivitas bakteri yang menghasilkan enzym atau asam.
3. Kombinasi antara keduanya di atas.
binding
site
yang
menyatakan
bahwa
email,
pelikel,
bakteri
dan produk
ekstraselulernya memiliki site yang spesifik. Dalam hal ini adhesi dan kohesi pegang
peranan penting dalam pembentukan plak.
10
permukaan gingiva yang tidak beraturan dan menebal sehingga sulit terjadi self cleansing,
bahkan tindakan mekanis untuk membersihkannyapun sulit dilakukan.
3. Struktur permukaan Gigi
Permukaan gigi bias kasar, berbercak atau halus tergantung pada pertumbuhannya. Pada
saat pembentukan gigi terutama saat terbentuknya email bila terjadi gangguan pada
pencerjnaan akan berpengaruh pada intake makanan sehingga menimbulkan kerusakan
atau cacat pada email. Contohnya adalah hypoplasi email.
4. Friksi makanan dan jaringan sekitarnya
Disaat makanan dikunyah, timbul gesekan antara gigi dengan makanan. Makanan yang
kasar mempunyai kemampuan mengikis plak yang ada, disamping itu tekanan
pengunyahan akan memacu keluarnya saliva dan kelenjar parotis yang terletak di antara
otot masseter. Aliran saliva ini akan membantu membersihkan permukaan gigi dan sisa
makanan maupun plak yang terlepas akibat pengunyahan. Makanan yang halus lembut
dan lunak tidak membutuhkan tenaga untuk menghaluskannya sehingga otot masseter
tidak perlu bersusah payah menarik rahang bawah untuk menghancurkan makanan
saehingga saliva yang keluar dari parotistum menjadi sedikit. Makanan yang halus lembut
dan lunak cenderung banyak menempel pada permukaan gigi bersama dengan plak yang
ada juga disana. Apabila makanan ini terdiri dari gula, terutama sukrosa maka
pertumbuhan plak akan menjadi pesat.
Jaringan disekitar gigi disaat berfungsi akan menggirig makanan ke arah dataran oklusal
gigi molar. Aktifitas ini akan menimbulkan gesekan makanan pada gigi dan mampu
melepaskan plak dari permukaan gigi.
5. Tindakan kebersihan
Menggosok gigi dan pemakaian dental floss sangat membantu dalam melepaskan plak
yang menempel pada gigi dan daerah interproksimal atau sela-sela gigi. Daerah sela-sela
gigi tidak terjangkau oleh bulu sikat gigi maka pemeliharaan kebersihannya dengan dental
floss, yang dilakukan selama penggosokan gigi dilakukan. Menggosok gigi dengan
metoda yang tidak benar juga tidak akan mendapatkan hasil yang optimal maka beberapa
peneliti telah menetapkan beberapa cara penggosokan gigi yang bermanfaat pula untuk
memelihara gingiva. Cara menggogok gigi yang sering dilakukan adalah secara vertikal
dan horisontal. Biasanya orang akan menggunakan secara kombinasi dan keduanya.
11
6. Saliva
Saliva diyakini sebagai unsur utama pembentuk plak, sebab glikoprotein saliva
merupakan awal penempelan mikroorganisme pada gigi. Glikoprotein saliva ini menjadi
bagian utama dan aquired pellicle. Saliva sebenarnya juga merupakan benteng pertama
dan tubuh untuk menanggulangi invasi penyakit, yaitu dengan alirannya, buffemya,
antibodinya dan dengan viscositasnya.
12
10. Waktu
Pertumbuhan plak memerlukan waktu. Ada pendapat bahwa plak akan terbentuk hanya
beberapa menit setelah permukaan gigi dibersihkan. Satu bulan apabila seseorang tidak
membersihkan giginya ,maka plak sudah sangat masak dan mampu menimbulkan
radang pada tepi gusi atau gingivitis. Semakin tua umur plak semakin banyak produk
toksin yang terbentuk yang akan mengiritasi jaringan didekatnya.
Kalkulus
Kalkulus merupakan masa yang lunak yang menempel pada gigi dan telah mengalami
mneralisasi. Ada beberapa macam kalkulus, yaitu yang tersusun atas bahan-bahan dari
saliva, dari darah dan dari unsur lain sehingga kalkulus memiliki warna yang berbeda-beda.
Kalkulus sering juga disebut sebagai karang gigi, juga tartar.
Menurut Glickman dan Smulow (1974) kalkulus adalah masa lunak yang melekat erat pada
permukaan gigi dan mengalami mineralisasi sehingga menjadi keras.
Menurut Coolidge dan Hine (1958 ) kalkulus gigi merupakan endapan lunak, amorf atau
endapan yang berbentuk kristal yng terdapat pada gigi dan alat yang dipakai dalam mulut.
Berdasarkan letaknya, Glickman dan Smulow (1974 ) membedakan kalkulus menjadi
kalkulus supra gingiva dan kalkulus subgingiva.
Secara umum kalkulus memiliki komposisi sebagai berikut:
Wilkins dan McCullough (1964 ) menyatakan bahwa bahan yang ada didalam kalkulus
adalah bahan organis, anorganis dan air. Bahan organis dari air banyaknya sekitar 10-50%.
Kalkulus yang telah sempuma kalsifikasinya mengandung 75-80% unsur anorganis dan 2025% unsur organis dan air.
Bahan organis yang ada yaitu Kalsium phosphat dalam jumlah yang banyak dan magnesium
phosphat dan kalsium karbonat dalam jumlah yang sedikit.
Unsur organisnya adalah mikroorganisme, mucin saliva, sel-sel epithel yang mengalami
deskuamasi.
Usaha yang dilakukan untuk menanggulangi plak
Setelah diketahui bahwa penyebab penyakit jaringan periodontal dan karies gigi adalah
mikroorganisme yang ada di dalam plak maka berbagai usaha telah dicoba untuk
menghilangkan plak atau bakteri mulut. Tindakan yang dilaksanakan adalah mencegah
terbentuknya plak dan menghancurkan plak yang telah ada. Dua cara yang banyak dipakai
adalah tindakan mekanis dan khemis atau menggunakan bahan kimia.
dan
Tindakan mekanis bertujuan untuk menghancurkan plak yang telah ada yaitu dengan sikat
gigi dan dental floss. Penggunaan bahan kimia dimaksudkan untuk menghancurkan plak
Universitas Gadjah Mada
13
yang telah ada dan juga untuk mencegah pertumbuhan bakteri sehingga plak tidak
terbentuk.
Loe dkk (1965) mencoba menggunakan obat kumur yang mengandung 0.25% tetracycline
yang digunakan 3 x sehari.
Jenkins dkk (1968 ) mencoba menggunakan vancomycin 0.25% sebagai obat kumur. Kedua
usaha ini tidak mendapatkan hasil yang memadai bahkan ada efek samping yang merugikan
yaitu terjadi hypersensitivitas, anaphylaksis dan muncul strain bakteri baru yang resisten
terhadap antibiotika. Yang terakhir ini yang sangat membahayakan manusia.
Meskipun sudah ada hasil yang kurang baik namun para peneliti masih berusahadengan
beberapa penelitiannya.
Lobene dkk (1969 ) menggunakan erythromicin dan dilaporkan bisa mereduksi plak sampai
35%, tetapi ada efek sampingnya juga yaitu diarhea, nusea dan muntah.
Volpe dkk (1969) menggunakan obat kumur yang mengandung anti mikrobial, ternyata tidak
begitu berhasil karena reduksi hanya terjadi pada bakteri gram positif saja dan tidak
bermakna.
Mikkelsen dkk (1970) mencoba enzym untuk menghancurkan plak. Dasar pemikirannya
adalah adanya unsur dextran dan levan di dalam matrik dasar plak. Dengan dihancurkannya
matriks dasarnya maka plak akan hancur. Enzym dextranase dikembangkan dan dicobakan
namun hasilnya kurang memuaskan karena ternyata dextran memiliki tipe yang bermacammacam, mempunyai rantai yang sangat panjang dan memiliki cabang yang banyak.
Loe dkk (1976 ) mencoba menggunakan chiorhexidine sebagai obat kumur dan digunakan
setiap han. Hasdilnya barn dapat tenlihat setelah 2 tahun pemakaian yaitu terjadi reduksi
plak. Efek samping yang timbul adalah diskolonisasi gigi, yaitu gigi menjadi cokiat dan Iidah
juga berwama cokiat serta daya pengecapnya menurun.
Usaha dengan antibiotika masih menarikmuntuk ditakukan. Penelitian yang dilakukan oleh
Lisgarten dkk (1979) pada anjing dengan bahan tetracyclin Hcl yang diberikan 2x sehari pagi
dan sore @200 mgr., mendapatkan adanya kenaikan reaksl inflainasi gingiva dan jumlah
spyrochaeta dan bakteni motilnya meningkat.
Rozanis dkk (1979) mencoba menggunakan spyramycin 500 mgt. dx sehari. Hasilnya
ternyata hanya efektif untuk bakteri gram positif saja.
Fissure Sealling
Karies gigi merupakan penyakit masyarakat, karena hampir semua orang menderita karies.
terjadinya karies berkembang sejak sebelum Masehi kemudian berlanjut dengan teori yang
terbaru yaitu teori multifaktorial. Dalam dunia kedokteran maupum kedokteran gigi dikenal
preventif, kuratifdan rehabilitatif.
14
Dalam dunia kedokteran gigi tindakan pencegahan karies dilaksanakan dengan mengacu
pada faktor penyebab terjadinya karies, yaitu host, substrat, mikroorganisme dan waktu.
interaksi keempat faktor mi dapat dicegah maka proses karies tidak akan terjadi, Akan
karena keempat faktor tersthut selalu akan terdapat di dalam rongga mulut maka ahan
terjadinya interaksi mengalami kesulitan. Untuk terjadinya karies sendiri sebenarnya masih
ada persyaratannya yaitu: harus ada gigi yang mudah terpengaruh, harus ada substrat yang
kariogenik, ada mikroorganisme yang acidogenik, dan ada waktu yang cukup untuk
terjadinya interaksi. Dengan adanya persyaratan ini maka diupayakan pencegahan
terjadinya karies dengan memperhatikan keempat faktor tersebut. Dan urutan terakhir dapat
dilihat bahwa membersihkan gigi sehabis makan merupakan alternatif yang utama, sebab
substrat segera dihilangkan sebelum fermentasi terjadi. Usaha ini kebayakan tidak dapat
seratus persen berhasil dengan adanya kenyataan bahwa sangat repot apabila kita harus
selalu membawa sikat gigi kemana kita pergi, lebih-lebih dalam menghadiri suatu perjamuan
makan. Disamping itu prosedur penyikatan gigi tidak selalu mungkin membersihkan gigi
secara tuntas.
Pengurangan atau menghilangkan mikroorganisme dalam mulut merupakan tindakan yang
sangat sulit dilaksanakan, karena setiap saat rongga mulut kita selalu ditempati oleh
mikroorganisme mulut, karena rongga mulut merupakan media yang ideal bagi
mikroorganisme. Usaha menghilangkan mikroorgarnsme mulut sudah banyak dilakukan ,
diantaranya dengan menggunakan antibiotika , balk yang ditelan maupun yang dicampurkan
dalam pasta gigi. Obat kumur yang mengandung antiseptik juga sudah diperkenalkan,
namun semua itu hasilnya kurang memuaskan, sebagal contoh adalah penggunaan
chloorhexidine yang memiliki efek samping yaitu pengecapan berkurang dan gigi mengalami
diskolorisasi yaitu berwarna coklat.
tidak
mendapatkan
bahan
mineral
yang
diperlukan
dan
makanan
yang
dikonsumsinya, kalau pada anak bayi ya ASI ibunya kurang berkualitas setelah anak-anak
ya nutrisinya yang kurang baik. Disamping itu juga adanya tempat-tempat predisposisi untuk
Universitas Gadjah Mada
15
terjadinya karies, yaitu adanya tempat tempat yang tidak terjangkau oleh bulu sikat gigi
apabila penggosokan gigi dilakukan. Tempat-tempat tersebut adalah sela-sela gigi dan fisura
dipermukaan okiusal gigi molar dan premolar. Daerah sela-sela gigi dapat dibersihkan
dengan menggunakan dental floss yang dipergunakan disaat penyikatan gigi. Namun
didataran okiusal gigi molar dan premolar meskipun telah digosok berulang kali toh tetap
terserang karies.
Klasifikasi fisura.
Berdasarkan dalam dan dangkalnya, fisura dapat dibedakan menjadi empat kategori,
yaitu fisura dangkal, sedang, dalam dan sangat dalam. Dan penelitian tuan Bossert (1927)
didapatkan kemungkinan terjadinya karies pada fisura tersebut sebagai berikut:
Universitas Gadjah Mada
16
17
gigi setelah dietsa. Dalam evaluasinya ternyata setelah satu tahun 71,2% baik dan dapat
mereduksi karies sampai 86.3 %. Penggunaan bahan inipun tidak berlanjut ada
kelemahannya yaitu mudah larut, sulit mengerjakannya, mudah abrasi dan tannya kurang
baik.
Pada tahun 1974 diketemukan bahan yang dinamakan semen ionomer kaca ( Glass
ionomer it). SIK ini mampu melekat erat pada email dan dentin karena daya adhesinya yang
kuat.
Akibat etsa asam pada permukaan email
Buonocore (1955 ) menggunakan asam phosphat 85 % untuk mengetsa permukaan
email selama 60 detik. Apa yang terjadi pada permukaan email tersebut?
Ternyata asam merubth permukaan email yang semula hem menjadi kasar. Ada dua
kejadian akibat etsa asam tersebut:
1. lapisan tipis pada permukaan email terkupas kira-kira 10 mili mikron, jadi lapisan plak,
pellicles surface dan sub surface terangkat dan permukaan gigi.
2. selanjutnya asam akan membuat permukaan email menjadi porus. Lobang-lobang yang
terjadi semakin daiani semakin sempit dan kedalamnya juga bervariasi. Berdasarkan mi
maka dapat dibedakan zone -zone yang terjadi akibat etsa asam sebagai berikut:
1. etched zone sedalam kira-kira 10 miii mikron
2. qualitative porous zone sedalarn kira-kira 20 miii mikron
3. quantitative porous zone sedalam kira-kira 20 miii mikron.
Dalam penelitan para ahli bahan yang terlarutkan akibat etsa asam ini adalah bahan
anorganik email namun dapat juga bahan organik juga menjadi rusak karenanya. Bahan
yang larut banyak adalah kalsium sehingga sering disebut dekalsifikasi. Bila dibandingkan
dengan karies reaksinya benar benar sama, hanya dalam proses karies rekasinya bolak
balik, saat itu juga mineral dalam saliva mengisi kekosongan bekas kalsium, atau terjadi isasi
sedang pada etsa asam reaksinya searah yaitu ke kanan, meskipun nanti bila ludah akan
terjadi reaksi balik.
Tentang pelarutan email ada beberapa tipe, yaitu:
1. Pola etsa tipe I yang ditandai dengan larutnya batang prisma tetapi bagian perifer
dan prisma utuh atau bagian tengah prisma lebih banyak larut daripada bagian
tepinya. Dengan akan terlihat permukaan email berlobang-lobang dengan tipe khas
menyerupai sarang dan diametemya kira-kira 3 mili mikron
2. Pola etsa tipe II yang ditandai dengan bagian perifer dani prisma hilang tetapi batang
prismanya utuh atau bagian tepi prisma Iebih banyak larut dani bagian tengahnya.
Dengan SEM terlihat ada bagian -bagian yang meruncing dengan bagian tepi yang
rendah.
Universitas Gadjah Mada
18
3. Pola eisa tipe ini ditandai dengan hilangnya bagian perifer maupun bagian batang
prisma yang rusak. atau bagian tengah dan bagian tepi rusak semua sehingga pola
prismanya tidak terlihat. Dalam SEM akan terlihat permukaan yang hancur tak
teratur.
Disamping ini masih ada penulis yang membuat kiasifikasi kelarutan email yaitu:
1. central etch type, yang ditandai dengan pelarutan bagian tengah dan prisma email.
2. pheripherial etch type, pelarutan terjadi dibagian tepi atau perifer dan prisma email
3. 3. less structured etch type, yaitu kekasaran permukaan email yang berbentuk granuler.
4. irregular etch type, ditandai dengan permukaan email terlihat seperti bentuk bintang atau
paku. Penyimpangan dan pola dasar ini sering terjadi misalnya celah sangat lebar,
bentukriya berlekuklekuk, atau berupa pit maupun kepundan; pola ini dinamakan pola
atipik.
Email gigi desidui agak berbeda strukturnya dengan gigi permanen, sehingga bila
dilakukan etsa asam akan memperlihatkan gambaranyqang tidak sama dengan gigi
permanen. Permukaan email gigi desidui tidak seporus permukaan gigi permanen meskipun
dietsa dalam waktu yang sama. Diketahui bahwa pada email gigi desidui temyata ada
bagian-bagian yang tidak mengandung prisma email (prismiess), yang sering dijumpai
adalah didaerah serfikal dan oklusal. Untuk mendapatkan hasil eisa yang baik pada gigi
desidui, ada yang menganjurkan agar sebelum dilakukan elsa asam terlebih dahulu
dilakukan pengasahan email dengan harapan di bawah permukaan tersebut didapatkan
prisma email yang akan menjadi porus karena etsa asam tadi.
Perkembangan bahan etsa.
Tuan Buonocore (1955) memakai bahan asam phosphat (H3P04) 85 % untuk
mendapatkan mikro space pada email, agar resin dapat melekat dengan baik. Selanjutnya ia
merekomendasikan konsentrasi 30-50% adalah konsentrasi yang ideal untuk etsa.
Tuan Gwinnet dan Buonocore (1965 ) menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi
asam tidak berpengaruh banyak pada permukaan email.
Tuan Silverstone (1975 ) dalam penelitiannya menemukan bahwa konsentrasi 30
0,4.40 % merupakan konsentrasi yang ideal untuk membentuk retensi. Selanjutnya tuan
Silverstone dkk ( 1975 ) menyatakan bahwa dengan etsa asam email yang terlarut adalah
prisma email. dapat inti prismanya, tepi prismanya atau keduanya
19
dan menempel pada pennukaan email. Dalam evaluasi, temyata Bis -GMA mampu bertahan
54-96% dalam 9-24 bulan dan mereduksi karies 29-100% dalam waktu 9-36 bulan. Setelah 5
tahun Bis-GMA yang tinggal hanya 60%.
SeIanjutnya dipergunakan pula bahan Alpha-cyanoaciylat yang mengandung fluor,
lithium aluminium silikat 50%. Harapan reduksi karies tertumpu pula pada kandungan
fluomya, ternyata pada evalusinya bahan ini mampu mereduksi karies 92% dalam 6 bulan
dan 86% dalam 12 bulan. Bahan resin yang dipergunakan untuk fissure sealing adalah resin
yang tidak diberi bahan pengisi (unfilled), sehingga bahan tersebut diharapkan dapat
meresap ke dalam microspace, tetapi ada kelemahannya yaitu bahan resin yang unfilled ini
mudah pecah (getas).
Berapa lamakah bahan sealant bisa tahan di dalam mulut? Beberapa peneliti telah
mencoba mengevaluasi pekeij&m fisurre sealing. Tuan Buonocore mendapatkan bahwa
fisurre sealant mampu bertahan selama 4 tahun, sedangkan Horowitz menyatakan bisa
bertahan sampai 5 tahun. Apa yang teijadi kalau bahan sealant telah habis atau hilang dan
permukaan gigi, apakah akan tei:jadi kries?. Dan evaluasi Horowitz temyata dan sejumlah
gigi yang telah dilakukan fissure sealing yang terserang kanies hanya 7%, namun bila
dibandingkan dengan yang tidak dilakukan fissure sealing 41% nya mengalami karies. Dan
sini Horowitz menyimpulkan bahwa fissure sealing mereduksi kanies. Tuan Charbenau
menyatakan bahwa untuk gigi rahang atas tidak perlu dilakukan fissure sealing sebab pada
gigi-gigi molar atasjarang terjadi pit dan fissure karies.
Tahun 1963 tuan Bowen mengembangkan bahan Bis-GMA tersebut dengan
mencampurkan methylmethacrylate 1 bagian sebagai bahan dasarnya, sedang sebagai
aktivatornya adalah benzoil methyl ether ditambah phtalate ester sebagai pengencer. Bahan
lain yang sering dipergunakan untuk aktivator adalah benzoil peroxide 1-2%., atau dapat
pula menggunakan sinar ultra violet. Sinar ultra violet berasal dan lampu mercury dengan
panjang gelombang< 3400 A* (Angstrum). Karena sinar mi mampu menjadi stimulant
timbulnya cancer maka perlu dipakai filter untuk menghilangkan sifat karsinogeniknya.
Bahan yang terbaru sebagai bahan fissure sealant adalah Semen lonomer Kaca
yang mampu melekat erat pada email tanpa proses etsa.( Mengapa demikian?) Dalam
penelitian ternyata aplikasi SIK ini bila didahului dengan etsa asam retensinya akan lebih
baik. Kelebihan lain dan SIK adalah mampu melepaskan fluor yang dilcandungnya.
Pelepasan fluor sangat besar pada han dan minggu pertama, dan semakin han semakin
menyusut dan pada bulan kedua menjadi sangat kecil. SIK ini dapat ditambah muatan
fluomya dengan topikal aplikasi bahan fluorida. Kelemahan bahan ini adalah tidak tahan
tekanan gigitan, mudah abrasi dan larut dalam saliva. Anjuran penggnaannya adalah untuk
gigi molar yang barn saja erupsi, dan setelah erupsi sempurna bahan selanjutnya diganti
dengan resin yang memiliki ketahanan yang lebih baik.
Universitas Gadjah Mada
20
21
setelah diaduk segera aplikasikan secara merata dan tipis dengan menggunakan kwas.
Perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan yang self cure selama polimerisasi tidak boleh
Kontaminasi ludah maupun gesekan dan instrumen yang digunakan operator, sebab
gangguan ini akan mempengaruhi kualitas bahan sealant. Setelah mengeras baru dilakukan
kontrol usinya dengan menggunakan kertas artikulasi, bercak biru yang tertera digrinda
dengan alpine bor diamond. Jangan sampai terjadi traumatik oklusi sebab bahan sealant mi
sangat getas a tekanan gigitan dapat memecahkannya sampai lepas dan permukaan gigi.
Jadi jangan ap bahwa semakin tebal akan semakin tahan lama.
Bahan yang light cure lebih menguntungkan karena bahan ini mempunyai
kesempatan meresap dalam mikropit secara baik, dan operator memiliki kesempatan untuk
meratakan secara sehingga semua fisura tertutupi oleh bahan sealant. Setelah benar-benar
merata, baru an penyinaran. Waktu penyinaran kira-kira 20 detik. Setelah penyinaran
dilakukan kontrol oklusi seperti diatas.
Fissure sealing dinyatakan berhasil apabila bisa tahan lama dan dapat mereduksi
karies dengan nyata. Berikut ini adalah evalusi retensi Nuva seal yang diaplikasikan pada
anak-anak didaerah yang mengalami fluoridasi dan yang tidak.
Persentase retensi keseluruhan ( bulan)
Daerah fluoridasi
6 bln
12 bln
18 bln
24 bln
30 bln
48 bln
Ya
66
49
--
--
--
--
Ya
39
16
--
--
--
Ya
--
83
--
65
--
--
Tidak
--
--
51
--
39
--
Tidak
--
32
--
17
--
Tidak
--
--
--
84
--
66
Dari tabel di atas dapat diiihat bahwa kondisi gigi anak-anak yang tinggal didaerah
yang tidak mendapat program fluoridasi ternyata dapat dilekati bahan sealant dengan baik ini
berarti emailnya mudah dietsa dan bisa menghasilkan microspace yang ideal, hal ini juga
berarti bahwa emailnya sangat rentan terhadap asam.
Retensi Penuh
Retensi Sebagian
Hilang
91.1
7.2
1.7
12
86.2
10.3
3.5
24
80
15.3
4.7
dalam bulan
22
Dari data di atas ini dapat dilihat bahwa bahan selant ini mampu bertahan cukup baik
di dalam mulut. Sealant yang hlang sarna sekali temyata hanya dalam jumlah yang kecil.
Dalam 24 bulan yang hilang hanya 4.7%
Meskipun telah dilakukan aplikasi sealant tetapi karies oklusal masih mungkin terjadi,
berikut ini yang didapat dari penelitian di atas.
Karies oklusal.
Lamanya sejak aplikasi
Gigi
dalam bulan
(n)
kelompok tes
kelompok kontrol.
170
5 (2.9%)
49 (28.8)
Karies
Dari hasil tersebut diatas diyakini bahwa perawatan fissure sealing ternyata sangat
dianjurkan untuk mencegah terjadinya karies di dataran oklusal gigi molar maupun premolar
pada anak-anak, mesiupun mereka tinggal di daerah yang telah rnendapat program
fluoridasi. Dari kontrol ternyata masih sangat tinggi kemungkinan terserang karies
sedangkan pada kontrol jauh lebih sedikit
23