Anda di halaman 1dari 16

1

I.
I.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim yang membentang luas di

khatulistiwa dari 940 sampai 1410 Bujur Timur dan 60 Lintang Utara sampai 110
Lintang Selatan dengan karakteristik negara kepulauan sekitar 17.508 pulau dan
panjang garis pantai sekitar 81.000 km (Dahuri, 2004).
Selain sebagai negara kepulauan yang luas dan garis pantai yang sangat
panjang, Indonesia juga memiliki ribuan pelabuhan sebagai tempat penyeberangan
antar pulau dalam hal transportasi umum, pariwisata hingga jalur perdagangan
ekspor impor. Dalam segi pengamanan pelayaran diperlukan pengetahuan apakah
kondisi suatu perairan layak untuk diseberangi ataukah tidak. Salah satu faktor
utama dalam penyeberangan antar pulau atau antar negara melewati jalur laut
yang perlu di perhatikan adalah kondisi tinggi gelombang (Cruz, 2008).
Gelombang laut merupakan faktor penting di dalam pelayaran. Gelombang
laut bisa dibangkitkan oleh angin (gelombang angin), gaya tarik menarik
matahari, dan bulan (pasang surut), letusan gunung berapi, atau gempa di laut
(tsunami), dan sebagainya. Menurut Nur dan Juliawan (2011) perbedaan tinggi
rendahnya gelombang dipengaruhi oleh faktor musim angin dimana angin yang
besar cenderung berpotensi menghasilkan gelombang besar, yang dapat
mengganggu keselamatan pelayaran
Dilihat di lapangan, tidak jarang terlihat energi gelombang menimbulkan
kerusakan yang mengubah morfologi pantai, merubah garis pantai, menimbulkan
abrasi (erosi) dan akrasi (penumpukan sedimen pada pantai). Tinggi gelombang
air laut merupakan parameter yang sangat penting dalam perencanaan bangunan
pantai seperti pelabuhan, restoran tepi pantai dan bangunan tepi pantai lainnya,
maka sebelumnya kita harus mengetahui level yang aman untuk membangun
bangunan tersebut, supaya tidak terjadi kerugian secara materil maupun secara
moril (Julita, 2006).
Dalam beberapa masalah yang ditemui dilapangan akibat hempasan
gelombang yang menggerus bibir pantai menyebabkan kerugian bagi sebagian
pihak dimana beberapa tempat beralih fungsi akibat pembangunan yang tidak

memperhatikan dan menganalisa efek dari fenomena lingkungan yang disebabkan


oleh alam. Di Bengkulu misalnya tempat wisata Tapak Paderi yang merupakan
daerah wisata sejarah dimana terdapat bangunan bersejarah benteng Malbrough
dan pelabuhan lama kini dinamakan Pelabuhan Marina yang sekarang berfungsi
sebagai kolam wisata pantai di Kota Bengkulu mengalami perubahan pada tepi
pantai yang dipengaruhi oleh hempasan gelombang laut (Pariwono, 1989)
Gelombang laut merupakan faktor penting di dalam perencanaan
bangunan pantai. Data angin yang digunakan untuk pendugaan gelombang adalah
data di permukaan laut pada lokasi pembangkit. Data tersebut dapat diperoleh dari
pengukuran langsung di darat di dekat lokasi kajian yang di ukur dangan
anemometer, dan biasanya dinyatakan dalam knot. Dengan pencatatan angin jamjaman tersebut dapat diketahui angin dengan kecepatan tertentu dan durasinya,
kecepatan angin maksimum, arah angin dan dapat pula dihitung kecepatan angin
erata harian (Triatmodjo, 1999).
I.2.

Tujuan Penelitian

1. Menentukan tinggi gelombang berdasarkan data angin dengan perangkat


lunak windwave
2. Mampu memprediksi tinggi gelombang
I.3.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai profil tinggi gelombang


2. Mampu mengoperasikan perangkat lunak windwave

II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Gelombang
Triadmodjo (1999) dalam Julita (2006) Gelombang di laut dapat
dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada gaya pembangkitnya.
Gelombang tersebut adalah gelombang angin (gelombang yang dibangkitkan oleh
tiupan angin), gelombang pasang surut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh
gaya tarik benda-benda langit terutama gaya tarik matahari dan bulan terhadap
bumi), gelombang tsunami (gelombang yang terjadi akibat letusan gunung berapi
atau gempa didasar laut), gelombang kecil (misalkan gelombang yang
dibangkitkan oleh kapal yang bergerak), dan sebagainya
Peramalan data gelombang di laut dalam (tinggi dan periode gelombang),
dapat didasarkan pada faktor tegangan angin/wind stress factor (UA) dan panjang
fetch (F), selanjutnya dilakukan peramalan gelombang di laut dalam dengan
menggunakan grafik peramalan gelombang. Dari grafik peramalan gelombang,
apabila panjang fetch (F), factor tegangan angin (UA), dan durasi diketahui, maka
tinggi dan periode gelombang signifikan (Hs) dapat dihitung (Triatmodjo, 1999).
Untuk mengetahui karakteristik gelombang suatu perairan diperlukan data
gelombang dalam kurun waktu yang panjang, namun terbatasnya data gelombang
menjadikan kendala dalam memahami karakteristik gelombang tersebut. Untuk
keperluan perencanaan bangunan pantai mutlak diperlukan juga data gelombang,
sedangkan data gelombang yang ada di Indonesia saat ini sangat minim dan
umumnya sulit diperoleh. Apabila terdapat data gelombang biasanya hanya pada
beberapa hari, bulan, atau paling lama satu tahun, sehingga belum memadai
bilamana data tersebut digunakan untuk analisis gelombang ekstrim. Hal ini
sesuai dengan Yuwono dan Kodoatie (2004) bahwa pencatatan tinggi gelombang
pada kasus-kasus tertentu diperlukan, terutama untuk mengetahui keadaan iklim
gelombang pada saat musim barat atau musim timur
Saputro dan Nawawi (2010) mengemukakan gelombang yang terjadi di
lautan dapat dibangkitkan atau diakibatkan oleh berbagai gaya. Beberapa jenis
gaya pembangkit gelombang antara lain angin, gaya gravitasi benda-benda langit,
letusan gunung berapi, gempa bumi, dsb (Nur dan Juliawan, 2011). Semakin lama

dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk.
Tinggi dan periode gelombang yang dibangkitkan dipengaruhi oleh kecepatan
angin (U), lama hembusan angin (D), fetch (F) dan arah angin.
Prinsip

terjadinya

pembangkitan

gelombang

oleh

angin

adalah

perpindahan energi dari angin ke air lewat permukaan air. Untuk mengatasi
keterbatasan data gelombang di atas, biasanya perencana melakukan peramalan
gelombang dengan menggunakan data angin, karena data angin relatif tersedia dan
mudah diperoleh. Data angin dapat diperoleh dari data yang tersedia di bandar
udara terdekat atau Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Untuk keperluan peramalan gelombang diperlukan data angin yang berupa arah
angin, kecepatan angin pada arah tersebut (U), lama hembus angin (td) dan
panjang fetch (F) (Yuwono dan Kodoatie, 2004).
Menurut Wyrtki (1961) dalam Julita (2006) menjelaskan dalam defraksi
gelombang perubahan bentuk pada gelombang akibat adanya perubahan
kedalaman laut. Di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut,
akan tetapi di laut transisi dan laut dangkal, dasar laut mempengaruhi bentuk
gelombang Proses refraksi gelombang lebih komplek karena mengalami
perubahan tinggi dan arah gelombang bersamaan yang disebabkan perubahan dan
perbedaan kedalaman dasar laut. Perubahan dasar laut menyebabkan perubahan
kecepatan rambat gelombang sehingga mengakibatkan berubahnya tinggi
gelombang dan arah perambatan gelombang.
II.2.

Jenis-jenis Gelombang
Ditinjau dari penyebabnya terdapat tiga jenis gelombang yang menjadi

bagian penting dalam pelayanan informasi Meteorologi Maritim, antara lain :


1) Tsunami
Gelombang ini adalah gelombang panjang sebagai akibat gempa bumi
tektonik atau letusan gunung api di dasar laut. Tsunami merupakan gelombang
yang sangat besar dan dapat dapat merambat sampai jauh.
2) Gelombang Tidal ( Pasang-Surut)
Merupakan gelombang akibat gaya tarik benda-benda langit. Benda-benda
langit yang besar pengaruhnya terhadap permukaan laut adalah Matahari dan

Bulan. Bulan merupakan benda langit yang jaraknya paling dekat dengan bumi,
sehingga bulan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap permukaan laut.
Gelombang Tidal mudah diprediksi karena terjadi secara periodik mengikuti
periodesitas peredaran benda langit penyebabnya.
3) Gelombang Angin (Windwave)
Merupakan gelombang yang di sebabkan oleh tiupan angin di permukaan
laut. Gelombang ini mempunyai periode yang bervariasi hingga lebih dari 300
detik. Sementara itu, gelombang panjang dari gelombang angin biasanya
disebabkan oleh adanya sistem pusaran yang kuat (badai).
Ditinjau dari keseringan keberadaannya, gelombang angin merupakan
gelombang yang paling dominan dalam pelayanan meteorologi maritim (Guide to
marine Meterological Services, WMO-No. 471). Istilah gelombang umumnya
digunakan untuk menyebut gelombang yang diakibatkan oleh angin. Dalam studi
ini, yang dimaksud dengan gelombang adalah gelombang angin.
II.3.

Deformasi Gelombang
Gelombang merambat dari laut dalam ke laut dangkal. Selama penjalaran

tersebut, gelombang mengalami perubahan-perubahan atau disebut deformasi


gelombang. Deformasi gelombang bisa disebabkan karena variasi kedalaman di
perairan dangkal atau karena terdapatnya penghalang/rintangan seperti struktur di
perairan.
2.3.1. Gelombang Laut Dalam Ekivalen
Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan konsep
gelombang laut dalam ekivalen yaitu tinggi gelombang di laut dalam jika tidak
mengalami refraksi. Tinggi gelombang laut dalam ekivalen diberikan dalam
persamaan:
H0 = KKr Ho ( Triatmodjo, 1999)
Dimana :
H0 = Tinggi gelombang laut dalam ekivalen
Ho = Tinggi gelombang laut dalam
K = Koefisien difraksi

Kr = Koefisien refraksi
2.3.2. Waveshoaling dan Refraksi
Akibat dari pendangkalan ( waveshoaling ) dan refraksi ( berbeloknya
gelombang akibat perubahan kedalaman ) persamaan gelombang laut dapat
menjadi:

(Triatmodjo, 1999)
Dimana:
Ks

= Koefisien Pendangkalan (Ks bisa didapat langsung dari tabel fungsi d/L
untuk pertambahan nilai d/Lo)

Kr

= Koefisien refraksi

0 = Sudut antara garis puncak gelombang dengan dasar dimana gelombang


melintas
= Sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang melintasi kontur
dasar berikutnya

Gambar 1 refraksi gelombang


2.3.3. Difraksi Gelombang
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti pemecah
gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut akan membelok disekitar ujung

rintangan dan masuk di daerah terlindung dibelakangnya, fenomena ini yang


disebut difraksi gelombang.
Hitungan difraksi gelombang ini adalah:
HA = K Hp
K = f ( , , r/L )

(Triatmodjo, 1999)

Dimana :
HA = Tinggi gelombang di titik A
K = Perbandingan antara tinggi gelombang di titik yang terletak di daerah
terlindung dan tinggi gelombang datang
r

= Jarak suatu titik terhadap suatu rintangan

= Sudut antara arah perjalanan gelombang dan rintangan


= Sudut antara rintangan dan garis yang menghubungkan titik tersebut dengan
ujung rintangan

Gambar 2 difraksi gelombang


2.3.4. Gelombang Pecah
Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami
perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Gelombang
pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan
panjang gelombang. Dilaut dalam kemiringan gelombang maksimum di mana
gelombang mulai tidak stabil diberikan oleh bentuk berikut

Jika kedalaman gelombang pecah (db) dan tinggi gelombang pecah Hb, maka
rumus untuk menentukan tinggi dan kedalaman gelombang pecah adalah

Parameter Hb/Ho disebut dengan indek tinggi gelombang pecah. Pada grafik 1.3
menunjukan hubungan antara Hb/Ho dan Hb/Lo untuk berbagai kemiringan dasar
laut. Sedang grafik 1.4 menunjukan hubungan antara db/Hb dan Hb/gT 2 untuk
berbagai kemiringan dasar. Grafik 1.4 ditulis dalam rumus sebagai berikut:

Dimana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m dan diberikan oleh


persamaan berikut:
(Triatmodjo, 1999)

Gambar 3 Penentuan Tinggi gelombang Pecah ( Hb )

Gambar 4 Penentuan Kedalaman Gelombang Pecah ( db )


Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya. Gelombang pecah
dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu, Spilling biasanya terjadi apabila
gelombang dengan kemiringan kecil menuju ke pantai yang datar (kemiringan
kecil). Plunging Apabila kemiringan gelombang dan dasar bertambah, gelombang
akan pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak
gelombang akan terjun ke depan. Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan
yang sangat besar seperti yang terjadi pada pantai berkarang (Triatmodjo, 1999).
Analisis tansformasi gelombang sering dilakukan dengan konsep
gelombang laut dalam ekivalen. Pemakaian gelombang ini bertujuan untuk
menetapkan tinggi gelombang yang mengalami refraksi, difraksi, dan transformasi
lainnya, sehingga perkiraan transformasi dan deformasi gelombang dapat
dilakukan dengan lebih mudah. Konsep tinggi gelombang laut dalam ekivalen ini
digunakan dalam analisis gelombang pecah, kenaikan (runup) gelombang,
II.4.

Angin
Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara

tersebut

bergerak

dari

daerah

tekanan

tinggi

ke

daerah

bertekanan

rendahn(Prawirowardoyo, 1996). Dalam informasi cuaca kelautan, untuk


men\atakan arah angin umumnya digunakan arah kompas, misalnya: Utara, Timur,
Barat Daya dll, tidak dengan menggunakan derajat arah. Kecepatan angin

10

dinyatakan dalam satuan knot atau km/jam, sedangkan kekuatannya dinyatakan


dengan skala Beaufort (Soerjadi, 2008). Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika mengklasifikasikan angin berdasarkan kecepatannya dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 2.3 Klasifikasi Kecepatan Angin

Gelombang, seperti yang telah dikemukakan, merupakan respon


permukaan laut terhadap angin yang bertiup. Variasi spasial dan temporal ukuran
gelombang tergantung pada kecepatan, fetch dan durasi atau lamannya tiupan
angin. Berkaitan dengan hal tersebut maka di dalam mengkaji daerah rawan
gelombang tinggi diperlukan pemahaman tentang sistem angin yang berperan
dalam pembentukan gelombang. Di wilayah Indonesia ada dua sistem yang
mempunyai peran penting dalam pembentukan gelombang tinggi, yaitu monsun
dan gangguan gropis, tetapi angin dari sistem monsun berperan penting dalam
pembentukan pola variasi spasial dan temporal musiman dan atau bulanan
sepanjang tahun lebih dominan di bandingkan gangguan tropis.
II.5.

Faktor Penentu Pertumbuhan Gelombang Angin


Ketika angin bertiup di permukaan laut, tidak hanya satu gelombang yang

terbentuk tetapi banyak gelombang dengan tinggi dan periode yang berbeda-beda.
Variasi tinggi dan periode gelombang yang terbentuk tergantung pada :
a. Kecepatan angin
Semakin besar kecepatan angin maka semakin banyak variasi periode dan
ukuran gelombang yang terbentuk, sehingga secara keseluruhan ukuran
gelombang akan semakin besar. Sebagaimana kecepatan angin yang meningkat,
maka tidak hanya energi gelombang yang meningkat tetapi ketinggian serta
periode gelombang pun akan meningkat pula sebagaimana dapat dilihat

11

berdasarkan gambar di atas. Selain itu, periode dari energi maksimum akan
bergeser kepada periode gelombang yang lebih panjang. Sehingga semakin besar
energi gelombang, maka periode gelombang juga akan meningkat (Suratno,2008)
b. Fetch
Fetch adalah jarak di permukaan laut dimana angin bertiup secara
seragam(kecepatan dan arahnya sama atau hampir sama). Fetch diukur mulai dari
awal angin bertiup secara seragam hingga ke lokasi dimana gelombang tersebut
diamati. Fetch dapat dibatasi oleh pantai, perubahan arah angin dan atau
perubahan kecepatan angin. Pengaruh fetch serupa dengan pengaruh kecepatan
angin yaitu makin panjang fetch maka makin tinggi pula gelombang yang
ditimbulkan
c. Durasi ( lama angin bertiup)
Semakin lama panjang durasi angin yang bertiup, maka semakin banyak
variasi periode dan ukuran gelombang yang terbentuk. Sehingga mengakibatkan
ukuran gelombang semakin besar. Ketiga faktor di atas bekerja bersama-sama
menentukan variasi periode dan ukuran gelombang. Sementara itu, faktor lain
yang mempengaruhi pertumbuhan gelombang adalah kedalaman laut . Untuk
kecepatan angin dengan durasi yang sama, gelombang yang tumbuh di perairan
dangkal mempunyai ukuran yang lebih kecil dan periode yang lebih pendek
daripada gelombang yang tumbuh di laut dalam (Shore Protection Manual,
1984). Namun dalam Windwaves-05, faktor kedalaman laut tidak diperhitungkan.
II.6.

Model Windwaves-05
Windwaves-05 merupakan perangkat lunak yang dibuat untuk keperluan

pelayanan cuaca kelautan guna keselamatan berbagai kegiatan kelautan baik di


laut lepas maupun lepas pantai. Windwaves-05 tidak hanya menghasilkan
prakiraan, tetapi juga analisis dari data yang telah lalu. Hasil prakiraan dapat
diatur mulai interval 6 jam hingga 168 jam (7 hari), dengan interval waktu 15
prakiraan yang dapat dipilih 1, 3, 6, atau 12 jam. Selain itu untuk keperluan
analisa mingguan maupun bulanan bisa didapatkan nilai rata-rata dan frekuensi
Angin 10 meter maupun nilai rata-rata dan frekuensi tinggi gelombang.

12

II.6.1. Input dan Output Model Windwaves-05


Masukan atau input dari Windwaves-05 adalah angin 10 meter yang
datanya berasal dari GFS (Global Forecasting System) dari US, National Weather
Service dengan daerah domain: 60N - 60S, 0 - 180E. Sementara daerah domain
yang digunakan untuk prediksi cuaca kelautan wilayah Indonesia adalah 60 150E, 25N - 25S. Sedangkan luaran (output) dari model Windwaves-05 adalah
(Suratno, 2008):
a. Angin 10 m (terinterpolasi);
b. Arah, periode dan tinggi gelombang;
c. Arus permukaan akibat angin;
d. Ekman pumping;
e. Vortisitas tegangan angin.
2.6.2. Asumsi dalam model Windwaves-05
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model Windwaves-05 adalah
(Suratno, 2008):

Efek lokal (seperti: angin darat, angin laut) tidak diperhitungkan.

Global model hanya menghasilkan angin yang berkaitan dengan cuaca


skala besar, seperti Monsun.

Interaksi dengan dasar laut tidak diperhitungkan sehingga tidak dapat


memprediksi efek pendangkalan (meningkatnya tinggi gelombang).

Model ini tidak memperhitungkan efek refraksi dan defraksi oleh dasar
laut dan pantai.

Batas laut terbuka (tidak ada transfer energi dari / dan keluar domain).

Batas benua (energi diserap sempurna)


Syarat batas menyebabkan Windwaves-05 tidak memperhitungkan

gelombang yang datang dari luar domain. Namun idealnya dalam Windwaves-05
domain yang digunakan seluas-luasnya sehingga dapat meliput seluruh daerah
pembentukan gelombang dan resolusi setinggi mungkin agar dapat meliput selat
sempit karena dengan resolusi yang tinggi maka gambar yang dihasilkan akan
semakin baik

13

I.

METODOLOGI

I.1. Waktu dan Tempat


Kerja Praktek (KP) ini dilaksanakan pada 1 Juni sampai 30 Juni 2014
di Kantor Stasiun Meteorologi Maritim Panjang Bandar Lampung 35241. Berikut
adalah rencana pelaksanaan kerja praktek
No

Kegiatan

Bulan
4

1
2
3
4

Penulisan proposal
Pelaksanaan kerja praktek
Analisis data
Penyusunan laporan

14

Ujian kerja praktek

I.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan kerja praktek ini
adalah :
No
1
2

Nama
Komputer
Perangkat lunak ArcVIEW

Fungsi
Digunakan dalam menolah data
Untuk membuat peta dasar

Perangkat lunak Windwave

pembuatan sebaran tinggi gelombang


Untuk
membuat
sebaran
tinggi

gelombang
Data Angin 10 meter model Input pengolahan data

dalam

GFS (Global Forcast System)

I.3. Cara Kerja


Input data arah dan kacepatan angin

Membuat sebaran tinggi gelombang dengan Perangkat lunak Windwave

Membuat peta dasar sebaran tinggi gelombang dengan Perangkat lunak


ArcVIEW
Hasil data tinggi gelombang, arah dan kecepatannya dalam pemodelan peta
sebaraan tinggi gelombang

I.3.1.

Data

15

Data arah dan kecepatan angin 10 meter model GFS (Global Forcast
System) didapat dari maritim.bmkg.gp.id/grib/
I.3.2.

Tinggi Gelombang

Tinggi

gelombang

dihitung

menggunakan

pemodelan

gelombang

Windwave yang hanya menghitung tinggi gelombang yang diakibatkan oleh angin,
dengan parameter model berdasarkan data prakiraan angin per-hari, lokasi data
angin, resolusi dan interval waktu
I.3.3.

Rataan Tinggi Gelobang

Menentukan rataan tinggi gelombang dengan cara menjumlahkan tinggi


delombang setiap interval waktu dibagi dengan jumlah data yang digunakan.
I.3.4.

Peta Gelombang

Output hasil tinggi gelombang dari Windwave digunakan untuk pembuatan


model peta sebaran tinggi gelombang dengan menggunakan Acrview
DAFTAR PUSTAKA
Cruz J. 2008. Ocean Wave Energy : Current Status and Future Perspectives.
German : Springer-Verlag Berlin Heidelberg 427 pp
Dahuri R. 2004., Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Dronkers JJ. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. Amsterdam :
North Holland Publishing Company
Julita R. 2006. Menuntukan Profil Tingi Gelombang di Teluk Bayur (skripsi)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB : IPB : Bogor.
http://repositori.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/5082/CO8dra.pdf?
sequence=1. [2 april 2014]
Nur I. dan Juliawan R. 2011. Perencanaan Bangunan Pelindung Pantai
Semarang Bagian Timur. Semarang : Universitas Diponegoro
Pariwono JI. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut Dalam Pasang Surut, Jakarta :
P3O-LIPI

16

Dewi R. 2012. Pendugaan Tinggi Gelombang Berdasarkan Kecepatan Angin.


Bengkulu : Fakultas Teknik UNIB
Saputro MS. dan Nawawi M. 2010. Analisis Abrasi Pantai Semarang Bagian
Barat. Semarang : Universitas Diponegoro
Stewart RH. 2000. Introduction Fo Physical Oceanography. Departement
Oceanography. Texan A M Univ
Supangat S. 1994. Pengantar oseanografi, Waves, Tides and Shallow-water
Processes. England : Open University England
Triatmodjo B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta : Fakultas teknik Universitas
Gajah Mada
Triatmodjo B. 1999. Pelabuhan. Yogyakarta : Fakultas teknik Universitas Gajah
Mada
Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asian Water.
California : The University of California
Yuwono N & Kodoatie RJ. 2004. Pengembangan Reklamasi Pantai dan
Perencanaan Bangunan Pengamannya. Jakarta: Direktorat Bina Teknik,
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Departeman Pekerjaan Umum

Anda mungkin juga menyukai