TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pemindahan
Tanah Mekanis (PTM) dan Alat Berat dengan tepat waktu, dengan materi alat
berat Stone Crusher.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bapak
Kusumo Drajat selaku dosen pembimbing mata kuliah Alat Berat, Orang Tua, dan
semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara moril dan materi
dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan mamberi
pengetahuan lebih tentang Alat Berat khususnya Stone Crusher. Meskipun
makalah ini telah selesai, penulis sungguh menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan penulis dalam
pembuatan makalah selanjutnya di masa yang akan datang.
Depok, Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------
ii
DAFTAR GAMBAR------------------------------------------------------------
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.----------------------------------------------------------------------Latar
Belakang ---------------------------------------------------------1
1.2.----------------------------------------------------------------------Tujuan
----------------------------------------------------------------------1
1.3.----------------------------------------------------------------------Metodolo
gi Penulisan ------------------------------------------------------1
1.4.----------------------------------------------------------------------Sistemati
ka Penulisan-------------------------------------------------------
21
21
23
24
25
26
2.5.----------------------------------------------------------------------Kriteria
Pengaturan Stone Crusher -------------------------------------26
2.6.----------------------------------------------------------------------Kombinas
i Stone Crusher --------------------------------------------------29
2.7.----------------------------------------------------------------------Keselama
tan dan Keselamatan Kerja ------------------------------------31
2.8.----------------------------------------------------------------------Definisi
Keselamatan dan Keselamatan Kerja-------------------------31
2.9.----------------------------------------------------------------------Tujuan
Keselamatan dan Keselamatan Kerja-------------------------31
2.10.---------------------------------------------------------------------Manfaat
Keselamatan dan Keselamatan Kerja-------------------------31
2.11.---------------------------------------------------------------------Keselama
tan dan Keselamatan Kerja Alat Berat -----------------------2.11.1.
Syarat Pengoperasian Alat Berat -----------------2.11.2.
Pemeriksaan dan Pengujian Alat Berat------------
32
32
33
39
BAB IV KESIMPULAN
4.1.----------------------------------------------------------------------Kesimpul
an ----------------------------------------------------------------40
4.2.----------------------------------------------------------------------Saran
----------------------------------------------------------------------40
DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------
41
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipikal skema unit produksi agregat---------------------------
11
12
14
14
16
19
30
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Effisiensi-------------------------------------------------------Tabel 2.2 Faktor Deck------------------------------------------------------------Tabel 2.3 Faktor Ukuran Agregat-----------------------------------------------Table 2.4 Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam)------------------------------------Tabel 2.5 Kapasitas Jaw crusher Type Singel Toggle------------------------Tabel 2.6.Kapasitas Jaw crusher Type Granulator(7)------------------------Tabel 2.7 Kapasitas Gyratory crusher (ton/jam)------------------------------Tabel 2.8 Kapasitas Cone Crusher (7)------------------------------------------Tabel 2.9.kapasitas hammmermill crusher (ton/jam)-------------------------Tabel 2.10 Kapasitas roll crusher (ton/jam)-----------------------------------Tabel 2.11 job efficiency---------------------------------------------------------Tabel 2.12 ratio of reduction----------------------------------------------------Tabel 2.13 Grid Chart Out Put Crusher-----------------------------------------
19
20
20
22
23
23
24
24
25
26
27
27
28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada suatu pekerjaan jalan, pembuatan konstruksi beton pada rock fill dan
dalam
proyek
konstruksi sangatlah
luas. Salah
satunya
adalah
sebagai bahan dasar pembuat beton dan campuran aspal. Selain itu juga digunakan
dalam pembuatan jalan, seperti pada dasar jalan atau pada permukaan perkerasan
jalan.
Agregat yang diambil dari alam dapat berupa pasir, kerikil atau
batuan.Kadang batuan dari alam berukuran besar sehingga perlu dilakukan
pengolahanterhadap batuan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan.Guna mendapatkan kerikil atau batuan pecah yang sesuai ukuran yang
diharapkan maka diperlukan suatiu alat untuk memotong material. Alat pemecah
batuan yang digunakan adalah crusher. Crusher berfungsi untuk memecahkan
batuan alam menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan yang dibutuhkan.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas besar mata kuliah Pemindahan Tanah Mekanis dan
Alat Berat (PTM & AB).
2. Untuk mengetahui fungsi dan cara kerja dari stone crusher.
3. Dapat menghitung produktivitas dan biaya prdoduksi dari stone crusher.
1.3.Metodologi Penulisan
Metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah Studi
Literatur. Penulisan berdasarkaan dari berbagai macam literatus dari buku alat berat
serta dari internet.
1.4.Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini digunakan sitematika penulisan sebagai
berikut ini :
BAB I :PENDAHULUAN
1
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1.
Umum
Efesiensi dan efektivitas produksi agregat untuk campuran beraspal
ditentukan oleh pengaturan dan pengawasan yang dilakukan pada unit stone
crusher. Sebelum masuk ke unit stone crusher bahan baku batuan harus sudah
memenuhi persyaratan kekerasan dan keawetan. Demikian juga setelah keluar dari
unit produksi, harus memenuhi persyaratan sifat fisik yang ditentukan dalam
spesifikasi. Jika bahan baku batuan tersebut mengandung tanah atau kotoran
organik lainnya, maka harus dilakukan penanganan khusus terlebih dahulu untuk
menghilangkan
kotorannya.
Sering
dijumpai
bahan
baku
batuan
yang
mengandung lempung masuk ke unit pemecah batu. Akibatnya kotoran dan tanah
lempung tersebut bersatu dengan agregat hasil pemecahan. Secara visual fraksi
abu batu akan terlihat menggumpal dan jika dimasukkan ke air akan terlihat kotor
(air menjadi keruh). Dengan mengacu pada spesifikasi mengenai batas kandungan
lempung maka agregat hasil produksi tersebut harus ditolak bila dipakai sebagai
agregat untuk campuran beraspal. Pemakaian agregat yang kotor akan memberi
pengaruh yang negatif pada kinerja campuran beraspal nantinya, salah satunya
adalah campuran beraspal mudah mengalami retak akibat dari rendahnya ikatan
antar agregat dengan aspal. Untuk membersihkan bahan baku batuan tersebut
dapat digunakan beberapa cara, antara lain dengan pemisahan (scalping),
pengerikan (scrubbing) atau dengan pencucian (dewatering).
Pemisahan (scalping) dilakukan untuk memisahkan batuan yang kecil dan
besar.Hal ini dilakukan untuk efesiensi alat dan dapat mengurangi masuknya
lempung ke unit pemecah batu. Dengan penggunaan scalping, kapasitas produksi
alat pemecah batu dapat ditingkatkan sampai dengan 15 %. Pengerikan
(scrubbing) dilakukan dalam suatu alat pencuci yang prinsip kerjanya adalah
melepaskan kotoran dan lempung yang menempel pada pasir dan kerikil dengan
cara menyemprotkan air dan mengaduk-aduk. Setelah terlepas kemudian
dilakukan penyaringan untuk memisahkan lempung tersebut dari pasir dan kerikil.
Pencucian (cleaning) dilakukan dengan cara penyaringan basah. Saringan
digetarkan dengan frekuensi yang tinggi. Saringan terbuat dari bahan dengan
tahanan gesek yang rendah seperti dari bahan plastik atau karet, sehingga pasir
dan kerikil dapat bergerak lebih bebas.
Unit produksi agregat dapat diklasifikasikan
berdasarkan urutan
2.2.
meloncatnya batu keluar pada waktu dipecahkan, tentu saja hal ini juga
tergantung kepada kekerasan batu yang dipecahkan.
2.2.2. Cone Crusher
Mesin jenis konus ini sama dengan jenis gyratory di atas kecuali
mempunyai konus yang lebih pendek, bukaan yang lebih kecil, berputar lebih
cepat (dari 430 rpm sampai 580 rpm), dan menghasilkan agregat dengan
ukuran yang lebih seragam
primer. Untuk batu hasil ledakan, pemecah jenis konus berfungsi sebagai
pemecah lanjutan dan/atau pemecah akhir setelah pemecah primer.
Jenis pemecah batu konus yang standar dapat memecah batu dengan
rasio pemecahan 6 - 8 : 1, mengurangi ukuran material menjadi minimum
kurang dari 20 mm. Sementara jenis konus halus dapat mengurangi material
menjadi kurang dari 6 mm dengan rasio pemecahan 4 - 6 : 1.
2.2.3 Gyratory Crusher
Crusher ini masih jenis primary juga secondary. Bagian crusher
pemecah berbentuk conis, karenanya juga kadang-kadang disebut cone
crusher. Cone ini dipasang pada sumbu excentric yang berdiri tegak, sehingga
apabila cone ini berputar akan memberikan gerakan kisaran. Bagian crusher
yang lain berbentuk bowl merupakan crusher plate cekung yang berdiri
vertical. Ketika bekerja, cone berputar excentric (membuat kisaran) sehingga
celah antara cone dan bagian bowl akan melebar dan menyempit pada setiap
putaran, pelebaran dan penyempitan inilah yang dipakai untuk memecahkan
batu.
Kalau melihat cara pemecahan batunya, maka gyratory crusher
hamper sam dengan jaw crusher, perbedaannya terletak kepada cara
pemberian tekanan, untuk gyratory crusher tekanan diberikan dari arah
samping. Jika crusher ini akan dipergunakan sebagai secondary crusher maka
terlebih dahulu harus diadakan perubahan-perubahan seperlunya agar dapat
memberikan hasil seperti yang diharapkan. Hasil pemecahan crusher ini ratarata berbentuk kubus dan agak uniform, ini karena bentuk lengkung dari cone
dan bowl yang mempunyai permukaan cekung (concave). Setting dapat
dilakukan dengan penyetelan baut adjustment sedemikian rupa sehingga
hasil-hasil pemecahan batu mempunyai gradasi yang diharapkan.
Gambar 2.5 Gyratory Crusher
10
juga
mungkin
produksinya
sangat
kecil.
Suatu cara yang prinsipnya sama dengan cara pukulan tadi, tetapi secara
mekanis adalah dengan memakai impact crusher. Impact crusher juga bisa
dipakai dalam pemecahan tingkat pertama (primary crusher), disini ada dua
jenis yang dikenal yaitu :
1. Impact breaker
2. Hammer mill
Kedua jenis tadi prinsipnya sama, perbedaannya terletak pada jumlah
rotor dan ukurannya,, impact breaker satu atau dua buah rotor dan ukurannya
lebih besar dari hammer mill.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
11
Rotor yang dilengkapi oleh tiga buah row atau lebih yang ujung
ujungnya terbuat dari baja keras, berputar dengan kecepatan tinggi,
kedalaman feed opening dimasukkan batu, batu batu ini terpukul oleh row
yang berputar tadi dalam ruang pemecahan (crusher chamber), dinding dari
crusher chamber ini dibuat dari platplat baja. Dinding ini juga disebut
breaker plate. Batu btu yang terpukul oleh row tadi terbanting oleh breaker
plate, pecahan pecahan nya kembali dan dipukul oleh untuk kedua kalinya.
Proses ini berlangsung dengan dan hasil pemecahan keluar dari discharge
opening.
12
13
14
16
2.3.3. Saringan
Saringan adalah komponen pada peralatan pemecah batu yang
berfungsi untuk menyaring/memisahkan, membentuk gradasi, dan secara
tidak langsung mengontrol penyaluran material ke unit stone crusher dan
selanjutnya ke tempat penimbunan (stockpile). Tujuan utama penyaringan
adalah pemisahan , yaitu untuk memisahkan ukuran material yang lebih besar
(oversize) atau ukuran yang lebih kecil (undersize), atau untuk mendapatkan
ukuran agregat yang disyaratkan. Tipikal saringan diperlihatkan pada Gambar
II-9. Saringan pada unit pemecah batu yang portable biasanya terdiri atas 2
dek atau lembaran saringan. Dek paling atas berfungsi penerima awal atau
penerima yang pertama. Posisi dek atau lembaran saringan terpisah secara
paralel dengan jarak yang cukup sehingga tidak mengganggu pergerakan
material di atas dek. Material yang tertahan pada dek bagian atas akan
dipecah lagi oleh pemecah primer, material yang lolos dari dek pertama dan
yang tertahan pada dek bagian kedua akan dipecah oleh unit crusher
selanjutnya. Untuk material berlebih yang halus (abu batu) akan melalui
saringan paling bawah berukuran dek.
Pada umumnya saringan terbuat dari kawat baja yang dianyam
berbentuk bidang persegi empat. Terdapat tiga jenis saringan yang biasa
dipakai, yaitu :
Revolving screen
Ayakan ini terdiri atas sebuah silinder yang diperforasi. Silinder
dipasang aging miring dan dapat berputar dengan kecepatan rendah
pada sumbu memanjang silinder. Batu hasil diayak dengan
17
18
19
Faktor Effisiensi
1.00
1.25
1.50
1.75
2.00
Faktor Deck
Faktor ini adalah nilai yang diberikan untuk ayakan yang
berada pada deck tertentu, artinya produksi ayakan tersebut
sangat tergantung dengan kedudukan ayakan tersebut pada saat
pengayakan berlangsung. Nilai faktor deck akan semakin
mengecil jika ayakan tersebut berada pada deck yang paling
besar, pada Tabel 2.2 terlihat faktor deck untuk tiap ayakan
Tabel 2.2 Faktor Deck
Nomor Deck
1
2
3
4
Faktor Deck
1.00
0.90
0.75
0.60
20
Timbangan Jembatan
Jembatan timbang merupakan seperangkat alat untuk menimbang
kendaraan barang/truk yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat
dipindah-pindahkan yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan
beserta muatannya, digunakan untuk pengawasan jalan ataupun untuk
mengukur besarnya muatan pada industri, pelabuhan ataupun pertanian.
2.4. Kapasitas Stone Crusher.
Kapasitas stone crusher adalah banyaknya atau jumlah agregat yang dapat
diproduksi oleh setiap jenis stone crusher dalam setiap jam. Dengan demikian
besarnya kapastas itu akan mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
produksi agregat oleh stone crusher. Kapasitas ini akan berbeda-beda untuk tiap
jenis stone crusher, karena adanya perbedaan dari dimensi stone crusher itu
sendiri.
21
Dimana :
Q = Kapasitas crusher (ton/jam)
b = Lebar jaw (cm)
d = Ukuran rata-rata material hasil pemecahan
Kapasitas dari jaw crusher dirumuskan oleh Lewenson adalah sebagai
berikut :
Q=150 x n x b x s x d x x
Dimana :
Q = Kapasitas crusher (ton/jam)
n = Putaran poros penggerak (rpm)
b = lebar swing jaw (m)
s = amplitude swing jaw (m)
d = ukuran rata-rata material hasil pemecahan (m)
= konstanta (0,25 0,30)
22
(0,8 0,9)
Kapasitas dari jaw crusher untuk berbagai setting adalah sebagai
berikut :
Table 2.4 Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam)
Type
1
1
2
2
2
1
2
2
Setting (Inch)
Size (Inch)
10 x 20
10 x 36
15 x 30
18 x 36
30 x 42
42 x 48
42 x 48
48 x 60
1
10
18
1.5
17
30
33
42
2
24
43
43
61
2.5
33
60
53
77
125
4
50
90
62
93
150
125
200
10
250
430
380
300
515
420
480
680
510
570
855
580
660
Keterangan :
1. Jaw crusher tipe overhead
2. Jaw crusher tipe blake
- size 10x20 (lebar feed opening = 10, lebar jaw = 20)
Hubungan antara tabel II-1 dengan rumus kapasitas giesking adalah
bahwa setting pada tabel II-1 dan bukaan pada rumus giesking, berbanding
lurus dengan kapasitas stone crusher.
23
Bukaan
(mm)
500x300
570x300
670x400
800x600
900x700
1000x800
1170x1000
1300x1100
1500x1300
Setting
min/max
(mm)
30 70
40 90
50 100
70 140
90 170
90 200
100 - 240
120 - 280
140 -300
Kapasitas
Setting
(tph)
(mm)
16 - 19
23 - 27
45 - 53
90 - 110
115 - 135
170 - 215
260 - 320
400 - 500
540 - 700
50
60
70
100
120
140
170
200
240
Bukaan
(mm)
800x200
920x250
Setting
min/max
(mm)
20 - 80
30 80
Kapasitas
Setting
(tph)
(mm)
24 - 30
30 - 38
50
50
Dimana:
Q = kapasitas crusher (ton/jam)
c =factor crushing cone ( 7,0 . 10-5 1,0 . 10-4 )
24
Kecepatan
Pengumpan
Poros
(inch)
8 x 35
13 x 44
16 x 60
30 x 98
(rpm)
450
375
350
325
Setting (Inch)
1.5
31
2
41
2.5
47
85
3
133
130
210
310
390
10
900
1100
1530
63
42 x 143
60 x 196
300
250
500
Q=6.8 x D x d x n x
Q = kapasitas crusher (ton/jam)
D =diameter dasar cone
d =ukuran rata-rata material hasil pemecahan
n =Stroke number,rpm
25
2'
3'
4' 1/4
5' 12
7'
Capacities
side min
setting
(mm)
56 - 71
78 - 93
100 - 111
130 - 144
157 - 176
182 - 204
216 - 237
131 - 150
205 - 224
229 - 253
242 - 270
196 - 208
219 - 241
251 - 276
343 - 268
254 - 279
292 - 342
343 - 378
425 - 460
Tph
16
19
22
85
105
140
150
100
150
200
215
215
270
280
420
330
450
680
780
d (mm)
12.5
20
25
25
32
40
40
25
40
50
50
40
50
50
80
38
45
65
75
tph
33
54
63
180
225
270
300
225
280
320
370
345
410
580
610
680
1000
1250
1250
d (mm)
40
64
65
65
80
100
100
80
100
100
125
100
100
125
125
80
100
125
125
Hubungan antara tabel II-5 dan rumus kapasitas cone crusher adalah
bahwa setting pada tabel dan ukuran rata-rata material hasil pemecahan
(d),berbanding lurus dengan kapasitas.
2.4.4. Kapasitas Hammmermill Crusher
Kapasitas Hammmermill Crusher (3)adalah sebagai berikut:
Q=40 x D x L
Q=kapasitas crusher ,m3/jam
D=diameter rotor ,m
L=panjang terpakai rotor,m
Kapasitas hammer mill crusher untuk berbagai setting adalah sebagai
berikut:
26
Kecepatan
Pengumpan
Poros
(inch)
6.25 x 9
12 x 15
15 x 37
(rpm)
1800
1500
900
Setting (Inch)
1/8
2.5
9
27
3/16
3.5
13
27
1/4
5
17
37
3/
1/
8
8
23
60
2
10
29
71
1
36
90
1.25
39
105
Dimana:
Q = kapasitas crusher (ton/jam)
L =panjang roll,(m)
D =diameter roll,(m)
n =Kecepatan rotasi roll,rpm
d =Celah diantara roll,(m)
27
Maksimu
Crusher
m feed
(Inch)
factor
Setting (inch)
0.25
r/s
0.52
0.75
1.52
2.52
(3.7
16 x 16
0.68
15
)
(3.7
30
40
55
80
110
140
24 x 16
1.02
15
)
(3.7
30
40
55
80
110
140
30 x 18
1.27
61
)
(3.7
33
45
66
95
130
155
40 x 24
1.70
42
)
(3.7
45
65
90
135
175
220
54 x 24
2.30
30
54
80
120
175
220
280
Keterangan :
Hubungan antara tabel 2.7 dan rumus kapasitas roll crusher adalah
bahwa diameter (D) dan panjang roll pada tabel, berbanding lurus dengan
kapasitas roll crusher.
2.5.
Dimana:
P:Produksi per jam (ton/jam)
Q:Kapasitas stone crusher (ton/jam)
E:job efficiency
Untuk job effeiciency ini dapat dilihat pada tabel II-8.
28
Excellent
0.38
0.78
0.82
0.63
0.52
Maintenance of machine
Rather
Good
Normal
poor
0.81
0.65
0.69
0.61
0.51
0.76
0.71
0.65
0.57
0.47
0.7
0.6
0.6
0.52
0.42
Poor
0.63
0.6
0.54
0.45
0.32
29
Dari tabel dapat dilihat ,bahwa pada setting 1 ,maka hasil crusher yang
bergradasi lebih kecil atau sama dengan 5/8 adalah sebesar 35%,sedang
jika diberi setting 2 maka yang bergradasi di bawah 5/8 adalah sebesar
32% lolos (passing),atau sisanya (retained) lebih kurang 68% untuk diatas
ukuran 5/8 .Dari sini dapat diperoleh keterangan bahwa jika suatu jenis
30
crusher pada setting 2 mempunyai kapasitas 43 ton per jam dan gradasi
yang diperlukan %/8,maka pada setting 2 ini memerlukan secondary
crusher dengan kapasitas minimal 68% 43 ton/jam=29 ton/jam.
2.6. Kombinasi Stone Crusher
Dari beberapa jenis stone crusher yang ada perlu dikombinasikan antara
satu jenis dengan yang lain.Hal ini tentunya untuk mendapatkan agregat dengan
ukuran yang diinginkan atau gradasi yang minimal mendekati gradasi yang
minimal mendekati gradasi yang diinginkan.Kombinasi yang umum adalah jenis
primary crusher dengan jenis secondary crusher .Contohnya antara lain sebagai
berikut:
- Jaw crusher + cone crusher + screen
- Jaw Crusher +roll crusher +screen
- Impact crusher + roll crusher + screen
Pada gambar II 10 dapat dilihat salah satu proses pemecahan batu
dengan kombinasi stone crusher
31
33
34
BAB III
ANALISA PRODUKTIVITAS
3.1.
Tertahan (Inchi)
2
1.25
0.75
Persentase (%)
100
30-36
20-25
42-50
Penyelesaian :
Dengan bukaan jaw crusher sebesar 2.5 maka reduksi batuan akan menjadi
6.25 : 1 (memenuhi syarat). Dari tabel 2.4 diketahui bahwa jaw crusher
dengan ukuran 30 x 42 in mampu memproduksi sebanyak 125 ton/jam.
Maka distribusi batuan menjadi
Ukuran (In)
> 2"
2" - 1.25"
1.25" - 0.75"
0.75" - 0"
(%)
(%)
Total
Lolos
Tertahan
Produksi
Ayakan
Ayakan
Per Jam
100 - 69
69 - 38
38 - 13
13 - 0
Total
31
23
15
31
125
Jumlah
Produksi
Tiap Ukuran
Ton Per Jam
38.75
28.75
18.75
38.75
125
Untuk menghitung jumlah produksi tiap ukuran ton per jam menggunakan
rumus :
Q=
Tertahan ayakan
x Total Produksi per jam
100
Ukuran terbesar batuan yang akan memasuki roll crusher adalah 16. Jika
diambil bukaan crusher adalah 2 maka dengan menggunakan rumus
didapat jari-jari roll adalah :
A=0.085 R+ S
16 =0.085 R+2
R=
16 -2
=164.7 165
0.085
Q m=
38.75
=45.6ton/ jam
0.85
Dengan demikian ukuran roll crusher yang dipilih akan sangat mudah
beroperasi karena kapasitasnya yang jauh lebih besar dari pada batuan yang
masuk. Distribusi dari batuan itu pada rol crusher adalah
v
Ukuran (In)
2" - 1.25"
1.25" - 0.75"
0.75" - 0"
(%)
(%)
Total
Lolos
Tertahan
Produksi
Ayakan
Ayakan
Per Jam
29
20
36
45.6
85 - 56
56 - 36
36 - 0
Total
Jumlah
Produksi
Tiap Ukuran
Ton Per Jam
13.22
9.12
16.42
38.76
Ukuran
batuan (In)
2" - 1.25"
1.25" - 0.75"
0.75" - 0"
Hasil dari
Hasil dari
jaw crusher
Roll Crusher
(ton/jam)
(ton/jam)
28.75
18.75
38.75
Total
13.224
9.12
16.416
Jumlah
berdasarka
n ukuran
(ton/jam)
41.97
27.87
55.17
125.00
Persentasi
Sesuai
Ukuran
33.58%
22.29%
44.13%
100.00%
Dengan menggunakan data di atas jika suatu proyek membutuhkan batu pecah
sebanyak 100.000 ton, Jika dari data di atas diketahui BP & O Alat adalah Rp
1.300.000 / jam. Maka hitung :
-
PENYELESAIAN
Durasi=
Kebutuhan
Produksi per jam
Durasi=
100.000
125
Durasi=800 jam
asumsi untuk stone crusher bekerja selama 24 jam , maka durasinya adalah
800
=33 hari
24
Biaya
Rp1.132 .560.000
Biaya Penawaran=Pajak 15 +Total Biaya Pelaksanaan
3.2.
HSP=
Q
C D E G
A=
120
3.32 1.25 1 0.8
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Setelah dijelaskan mengenai alat pemecah batu (stone crusher), maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Crusher adalah alat pemecah batu untuk menghasilkan ukuran / gradasi
sesuai dengan kebutuhan.
2. Pada pekerajaan crushing ini, biasanya diperlukan beberapa kali
pengerjaan pemecahan, tahap-tahap pekerjaan itu beserta jenis crusher
yang dipergunakan antara lain:
Pemecahan tahap pertama oleh jenis primary crusher
Pemecahan tahap kedua oleh jenis secondary crusher
Pemecahan tahap ketiga oleh jenis tertiary crusher
3. Untuk mendapatkan gradasi yang sesuai dengan kebutuhan, crusher
dibantu oleh alat bantu yaitu feeder, penyalur, saringan, dan timbangan
jembatan.
4. Produksi batu pecah sangat tergantung dari alat crusher yang digunakan
serta setting bukaan alat.
4.2. Saran
1. Pemilihan tipe dan jenis alat crusher harus sesuai dengan tujuan
pemakaian agar alat yang digunakan lebih efektif dan efisien sehingga
tidak menimbulkan kerugian.
2. Penggunaan APD lengkap pada saat mengoperasikan alat harus di
patuhi, agar menimalkan tingkat kecelakaan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Alber 20. http://www.scribd.com/doc/174396494/Alber-20. (Diakses tanggal 15
Desember 2015)
Asiyanto.Manajemen Alat Berat untuk Konstruksi.Jakarta : PT. Pradnya Paramita,
2008.
Crusher (Alat Pemecah).
http://teknikkimiakita.blogspot.com/2012/06/crusher-alat-pemecah.html
(diakses tanggal 15 Desember 2015)
Fatena, Rostiyati, M.Sc, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2002.
Girsang, Berlin. Pengaturan Teknis Operasional Stone Crusher Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Agregat Di Sekitar Medan. Medan : USU. 2011
Nursin, Afrizal. Alat Berat. Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan
Politeknik, 1995.