Anda di halaman 1dari 5

Proses Peluruhan Zat Radioaktif

Proses peluruhan zat radioaktif sebenarnya adalah proses alami dari suatu zat radioaktif atau
radioisotop dalam rangka keseimbangan menuju kepada energi dasarnya (ground state energy).
Proses peluruhan zat radioaktif yang terjadi berkaitan erat dengan jenis radiasi nuklir dari suatu
radioisotop. Untuk itu, perlu diketahui beberapa jenis radiasi yang mengikuti terjadinya proses
peluruhan tersebut. Jenis radiasi yeng dimaksud sebenarnya ada 8 macam, namun yang akan
dijelaskan hanya yang dalam proses peluruhannya menghasilkan elektron atau yang dapat
menyebabkan ionisasi langsung saja, yaitu radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop yang
digunakan dalam baterai nuklir. Jenis radiasi tersebut adalah :
1. Radiasi Alpha ()
Radiasi ini pada umumnya terjadi pada elemen berat, yaitu atom yang nomor massanya besar
(mohon dilihat sistem periodik/tabel berkala) yang tenaga ikatnya rendah, yaitu tenaga ikat
antara elektron dan inti atomya rendah. Radiasi Alpha pada umumnya diikuti juga oleh peluruhan
radiasi Gamma. Atom yang mengalami peluruhan radiasi Alpha, nomor massanya akan
berkurang 4 dan nomor atomnya berkurang 2, sehingga radiasi Alpha disamakan dengan
pembentukan inti Helium yang bermuatan listrik 2 dan bermassa 4. Contoh peluruhan radiasi
Alpha adalah peluruhan Plutonium menjadi Uranium yang reaksinya sebagai berikut:
Pu239>2He4 + 92U235 (2He4 = radiasi Alpha)

94

2. Radiasi Beta Negatif (-)


Radiasi Beta Negatif disamakan dengan pemancaran elektron dari suatu inti atom. Bentuk radiasi
ini terjadi pada inti yang kelebihan elektron dan pada umumnya juga disertai juga dengan radiasi
Gamma. Pada radiasi Beta Negatif, nomor atom akan bertambah 1, sedangkan nomor massanya
tetap. Contoh peluruhan radiasi Beta Negatif adalah :
Ba140 >-1e0 + 57La140(-1e0 = elektron negatif)

56

3. Radiasi Beta Positif ( +)


Radiasi ini sama dengan pancaran positron (elektron positif) dari inti atom. Bentuk peluruhan ini
terjadi pada inti yang kelebihan proton. Pancaran positron dapat terjadi bila perbedaan energi
antara inti semula dengan inti hasil perubahan (reaksi inti) paling tidak sama dengan 1,02 MeV.
Radiasi Beta Positif akan selalu diikuti dengan peristiwa annihilasi atau peristiwa penggabungan,
karena begitu terbentuk zarah Beta (+) akan langsung bergabung dengan elektron (-) yang
banyak terdapat di alam ini dan menghasilkan radiasi Gamma yang lemah. Contoh radiasi Beta
Positif :
N13 > +1e0 + 6C13 (+1e0 = elektron positif / positron)

+1

e0 + -1e0 > 200(menghasilkan 2 foton Gamma)

Jenis radiasi lainnya (radiasi Gamma, radiasi Neutron dan lain sebagainya) tidak dibahas dalam
kaitannya dengan baterai nuklir, karena dalam peluruhannya tidak menghasilkan elektron atau
muatan listrik yang langsung dapat mengionisasi medium yang pada akhirnya dapat diubah
menjadi tenaga listrik arus searah. Selain dari itu, radiasi Gamma dan Neutron mempunyai daya
tembus yang sangat besar, sehingga menyulitkan untuk mengukungnya agar radiasi tidak
menembus dinding baterai nuklir. Kalaupun dinding baterai buklir dibuat tebal, akan berdampak
pada masalah biaya dan secara teknis akan kalah bersaing dengan sumber radiasi Beta (-) yang
banyak digunakan dalam baterai nuklirBerbagai macam model baterai nuklir yang sudah
dikembangkan sejauh ini adalah sebagai berikut:
1. Baterai Nuklir High Speed Electrons Battery
Baterai ini dinamakan juga dengan baterai nuklir Beta, sesuai dengan jenis radiasi yang
dipancarkan oleh radioisotop yang digunakan. Baterai nuklir ini bisa menghasilkan tegangan
sampai beberapa ribu volt. Tegangan yang tinggi ini dipengaruhi oleh kerapatan isolator yang
digunakan, sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat menimbulkan ionisasi udara di sekitar
terminal elektrodenya. Arus yang dihasilkan masih rendah dan perlu dinaikkan lagi dengan
memperhatikan masalah nuclear barrier transmission seperti yang diuraikan di atas. Radioisotop
yang digunakan dalam baterai ini adalah Strontium-90 (Sr90) yang mempunyai waktu paro 28
tahun, sehingga umur pakai baterai nuklir jenis ini bisa dua kali waktu paronya, yaitu 56 tahun.
Bagan baterai nuklir jenis ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Baterai nuklir High Speed Electrons Battery


2. Baterai Nuklir Contact Potential Difference Battery
Baterai nuklir ini sering disingkat dengan baterai CPD (Contact Difference Potential). Elektrode
yang digunakan adalah 2 jenis bahan logam yang mempunyai sifat work function yang sangat
berbeda. Work function suatu bahan adalah energi yang diperlukan untuk membebaskan elektron
keluar orbitnya. Bahan elektrode yang mempunyai sifat work function yang sangat jauh berbeda
adalah Seng (Zn) dan Karbon. Ruang diantara kedua elektrode, yaitu antara bahan logam yang

mempunyai sifat work function tinggi dan bahan logam yang mempunyai work function
rendah, diisi medium berbentuk gas, yaitu Tritium yang setiap saat dapat diionisasikan oleh
radioisotop menghasilkan elektron dan ion positif. Hasil ionisasi (elektron dan ion) akan menuju
ke masing-masing elektrodenya sesuai dengan muatan listrik yang dibawanya. Penyerahan
muatan listrik ke masing-masing elektrode akan menimbulkan arus listrik searah secara
berkesinambungan. Radioisotop yang digunakan sama dengan baterai nuklir pertama, yaitu
Strontium 90 (Sr90). Bagan baterai nuklir CPD dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Baterai Nuklir Contact Potential Difference Battery


3. Baterai Nuklir PN Junction
Baterai nuklir ini memanfaatkan sifat radioisotop yang dapat menimbulkan berondongan
elektron (avalanche) pada salah satu elemen diode semikonduktor yang dipasang di dalam wadah
baterai. Bahan semikonduktor yang dapat menghasilkan berondongan elektron akibat terkena
radiasi adalah Antimon. Sedangkan untuk elektrode positifnya digunakan Silikon. Berondongan
elektron yang terbentuk akan ditarik oleh elektrode positif dan pada saat penyerahan muatan
listrik akan timbul arus listrik searah seperti yang terjadi pada baterai nuklir CPD. Baterai nuklir
PN junction ini walaupun tegangannya rendah tapi arus yang dihasilkan jauh lebih besar dari
pada baterai nuklir lainnya. Sumber radioisotop yang digunakan adalah Prometium 147 (Pm147)
yang mempunyai waktu paro 2,5 tahun, sehingga umur pakai baterai nuklir jenis ini bisa
mencapai 5 tahun. Bagan baterai nuklir PN junction ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Baterai Nuklir PN Junction

4. Baterai Nuklir Termokopel


Baterai nuklir jenis ini memanfaatkan panas yang ditimbulkan oleh radioisotop yang
ditempatkan pada bagian dalam wadah yang dilengkapi dengan dua jenis logam yang bersifat
sebagai termokopel. Arus yang timbul dari adanya termokopel dapat menjadi tenaga baterai.
Bagan baterai nuklir jenis termokopel dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Baterai Nuklir Termokopel


5. Baterai Nuklir Secondary Emitter
Baterai nuklir jenis ini menggunakan radioisotop yang dapat menumbuk bahan target yang peka
terhadap radiasi, sehingga akan menimbulkan elektron sekunder akibat tumbukan tersebut.
Elektron sekunder ini akan dikumpulkan oleh elektrode yang tidak peka terhadap radiasi.
Perbedaan tegangan pada kedua elektrode tersebut akan menghasilkan arus listrik yang besarnya
proporsional dengan energi yang dibawa oleh elektron sekunder. Skema baterai nuklir jenis ini
dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Baterai Nuklir Secondary Emitter


6. Baterai Nuklir Photolistrik
Baterai nuklir fotolistrik ini memanfaatkan sifat bahan sintilator yang akan mengeluarkan pendar
cahaya (foton) bila terkena radiasi. Pendar cahaya (foton) yang timbul kemudian diubah menjadi
tenaga listrik oleh bahan semikonduktor yang peka terhadap foton cahaya. Foton cahaya dapat
juga diubah menjadi tenaga listrik oleh sel fotolistrik. Bahan sintilator yang digunakan dapat
berupa Posfor, Natrium Iodida yang diberi Thalium. Gambar 6 menunjukkan skema baterai
nuklir jenis fotolistrik yang dimaksud.

Gambar 6. Baterai Nuklir Photolistrik


7. Baterai Nuklir Photon Junction
Baterai nuklir ini menggunakan posfor radioaktif (P32) sebagai sumber radioisotopnya yang
diapit oleh bahan semikonduktor. Bahan semikonduktor diletakkan berhimpitan dengan
semiconductor surface layer agar dapat terjadi perpindahan electron hole akibat terkena
radiasi P32. Adanya perpindahan electron hole pada bahan semikonduktor ini akan menimbulkan
pulsa listrik yang besarnya sama dengan energi pendar cahaya yang terjadi. Tegangan baterai
nuklir ini relatif konstan. Gambar 7 menunjukkan skema baterai nuklir jenis photon junction.

Gambar 7. Baterai Nuklir Photon Junction

Anda mungkin juga menyukai