Anda di halaman 1dari 31

2.

1 Kasus (Masalah Utama)


Gangguan kognitif merupakan respon maladaptive yang ditandai oleh daya ingat
terganggu, disonentasi, inkoheren dan sukar bepikir logis.
2.2 Proses Terjadinya Masalah
2.2.1

Definisi
Gangguan kognitif merupakan gangguan kemampuan berpikir dan memberi rasional,
termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Stuart dan Sundeen,
1982).
Pada gangguan kognitif, diagnosa medis yang sering dihadapi adalah :

1. Delirium
Adalah fungsi kognitif yang kacau ditandai dengan Kesadaran, berkabut yang dimanifestasikan
oleh lama konsentrasi yang rendah, persepsi yang salah, gangguan piker (Stuart dan Sundeen,
1987).
2. Demensia
Adalah gangguan kognitif yang ditandai oleh hilangnya fungsi intelektual yang berat.
2.2.2
a.

Tanda dan Gejala


Delirium

Fluktuasi tingkat kesadaran

Dis orientasi proses pikir

Kerusakan penilaian dan pengambilan keputusan

Ilusi

Halusinasi penglihatan

Afek labil

Gelisah

Agitasi

b. Demensia
-

Dis orientasi kehilangan daya ingat

Penurunan konsentrasi

Kerusakan penilaian dan pengambilan keputusan

Perilaku social yang tidak sesuai

Afek labil

Gelisah

Agitasi

Menolak perubahan

c.

Gangguan Kognitif

Daya ingat terganggu

Dis orientasi

Koheren

Sukar berpikir logis

2.2.3
a.

Etiologi
Faktor Predisposisi
Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi susunan saraf pusat
(SSP). SSP memerlukan nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman nutrisi
mengakibatkan gangguan fungsi SSP. Faktor yang dapat menyebabkan adalah penyakit infeksi
sistematik, gangguan peredaran darah, keracunan zat (Beck, Rawlins dan Williams, 1984, hal
871). Banyak faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat menimbulkan gangguan kognitif,
seperti kekurangan vitamin, malnutrisi, gangguan jiwa fungsional.

b. Faktor Presipitasi
Setiap kejadian diotak dapat berakibat gangguan kognitif. Hipoksia dapat berupa
anemia Hipoksia, Hitoksik Hipoksia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia. Semua
Keadaan ini mengakibatkan distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme sering
mengganggu fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia. Racun, virus dan virus menyerang
otak mengakibatkan gangguan fungsi otak, misalnya sifilis. Perubahan struktur otak akibat
trauma atau tumor juga mengubah fungsi otak. Stimulus yang kurang atau berlebihan dapat
mengganggu fungsi kognitif. Misalnya ruang ICU dengan cahaya, bunyi yang konstan
merangsang dapat mencetuskan disorientasi, delusi dan halusinasi, namun belum ada penelitian
yang tepat.
2.2.4

Akibat

1. Menurun kemampuan konsentrasi terhadap stimulus (misalnya, pertanyaan harus diulang).

2. Proses pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan atau inkoheren.
3. Minimal 2 dari yang berikut :
-

Menurunkan tingkat kesadaran.

Gangguan persepsi, Ilusi, halusinasi.

Gangguan tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngatuk pada siang hari.

Meningkat atau Menurun aktivitas psikomotor.

Disorientasi, tempat, waktu, orang.

Gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru, misalnya nama beberapa benda setelah
lima menit.

2.3 Pohon Masalah

2.3.1
a.

Masalah Keperawatan
Gangguan kognitif berhubungan dengan penurunan proses pikir.
Ds

: Klien sering lupa dengan ucapannya sendiri.

Do

:-

gelisah

daya ingat terganggu

sukar berpikir

disorientasi

b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kognitif.


Ds

: gaya bicara pasien tersendat-sendat

Do

:-

penurunan konsentrasi

berpikir lambat

gaya bicara tersendat-sendat

2.4 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan kognitif berhubungan dengan penurunan proses pikir.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kognitif.
2.5 Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tujuan umum : klien dapat mengenal/berorientasi pada realitas.
2. Tujuan khusus : -

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Klien dapat mendiskusiakn topik yang di ingat

Klien daapt mengidentifikasi tempat, waktu, dan orang

Klien daapt mengontrol pola pikir

Klien dapat memenfaatkan obat dengan baik


2.6 Tindakan Keperawatan

saling percaya
Intervensi :
-

Beri salam atau panggil nama pasien.

Sebut nama perawat sambil berjabat tangan.

Jelaskan maksud hubungan interaksi.

Beri rasa nyaman dan sikap empati.

Lakuakn kontak singkat tapi sering.

2. Klien dapat mendiskusikan topik yang ingat


Intervensi :
-

Membina hubungan saling percaya.

Memberi umpan balik yang positif.

Menentramkan hati kita.

Memberi kesempatan kita untuk mengulangi tindakan yang telah dilakukan.

Tidak memaksakan keinginan kita kepada klien.

3. Klien dapat mengidentifikasikan waktu, tempat dan orang


Intervensi :
-

Membina hubungan saling percaya.

Orientasi fakta : siapa, dimana, apa yang terjadi.

Izinkan barang milik klien dibawa dan dipakai.

4. klien mampu mengontrol pola pikir.


Intervensi :
-

Lakukan kontak singkat tapi sering dengan klien.

Observasi klien.

Bantu klien dalam mengendalikan pola pikir klien.

5. klien dapat memanfaatkan obat dengan baik


Intervensi :
-

Diskusikan dengan klien dan anggota keluargatentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat.

Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.

Diskusikan akibat berhentinya obat tanpa konsultan.

Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 ( Lima ) Benar. ( Benar pakai, benar obat,
benar dosis, benarcara, benar waktu ).

APORAN PENDAHULUAN
ASMA
a.

b.
1.
2.

3.
c.
-

I. KONSEP DASAR
Pengertian
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitifitas cabang-cabang trakhea
bronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan.Keadaan ni bermanifestasi sebagai penyempitan
seluruh nafas secara periodik dan reversibel akaibat bronkhospasme ( Sylvia A,Price.1995)
Asma dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat pulih dan otot halus bronkhial
hiposekresi mukosa dan inflamasi mukosa serta edema. (Doengoes: 2000)
Klasifikasi
Asma dapat dikategorikan menjadi 3 :
asma Ekstrinsik / Alergik
Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewsa
Asma intrinsik/idiopatik
Sering tidak ditemukn faktor pencetus yang jelas serta timbul seteah usia 40 tahun dengan
serangan yang timbul setelah infeksi sinius hidung/pada percabangan trakeobronkhial, biasanya
dipicu oleh faktor-faktor yang nonspesifik seperti flu biasa,keletihan fisik/emosi.
Asma Campuran
Terdiri dari komponen-omponen asma intrinsik dan ekstrinsik, kebanyakan klien dengan
asma intrinsik akan berlanjut menjadi batuk campuran.
Etiologi
Faktor Pencetus Asma :
Infeksi saluran nafas
Pemajanan virus saluran nafas
Pemajanan terhadap alergen : debu, bulu binatang
Pemajanan terhadap iritan : asap rokok, minyak wangi, polusi udara dll.
Kegiatan fisik : Olah raga
Ekspresi emosional : Takut,marah, frustasi
Pengawet makanan, obat-obatan seperti aspirin dll.

d. Tanda dan gejala


- Sesak nafas
- Mengi

Batuk produktif / non produktif


Berkeringat
Pada asma klasik : awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada dan asma
alergik disertai pilek / bersin.
II. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

Aktivitas dan latihan


Tanda : Keletihan,gelisah,insomnia,kelemahan otot/kehilangan massa otot
Gejala : - Kelemahan,keletihan,malaise
- Ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
- Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
- Dispnea saat istirahat
Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pda ekstrimitas bawah
Tanda :
- Penurunan tekanan darah, penurunan frekuensi jantung
- Distensi vena jugularis
- Oedem dependen, tidak berhubungan dengan peyakit jantung
- Bunyi jantung redup
Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas,ketakutan,peka terhdap rangsang
Makanan dan Cairan
Gejala : Mual,muntah,ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit baik,ketidakmampuan untuk makan,oedem dependen
Hygiene
Gejala : penurunan kemampuan/peningkata kebutuhan bantuan melakukan kegiatan seharihari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan (+)
Pernafasan
Gejala :
- Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca
- Sulit nafas,rasa dada tertekan, tidak mampu bernafas
- Penggunaan O2 pada malam hari/terus menerus
Tanda : penggunaan otot bantu pernfasan,suara nafas, kesulitan bicara
Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi,sensitif terhadap zat,infeksi berulang
Sexualitas
Gejala : Penurunan libido
Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung
Tanda : Ketidak mampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan.

b. Pemeriksaan Diagnostik
1. X-rays thoraks
2. tes fungsi paru
3. Volume residu ( biasanya meningkat)
4. PEV/PCV
5. GDA
6. JDL
7. Sputum
8. EKG

c. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Jalan nafas tidak efektif b/d bronkhospase,peningkatan sekret, sekresi tertahan,
penurunan energi, kelemhan
Inervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas
R/ spasme bronkhus terjadi dengan obstruksi jala nafas,dimanifestasikan bunyi nafas adventiclus
b. Pantau frekuensi pernafasan
R/ Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat, dapat ditemukan pada proses infeksi akut
c. Catat adanya dispnea
R/ Disfungsi RR : Variabel yang tergantung pada tahap proses infeksi kronis
d. Berikan posisi yang nyaman : contoh meninggikan kepala
R/ Meninggikan kepala mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan grafitasi
e. Bantu latihan nafas abdomen / bibir
R/ Memberikan klien beberpa cara untuk mengontrol dispnea

f. Tingkatkan intake cairan sampai 3000 cc/hari sesuai indikasi


R/ Hidrasi membantu penurunan kekentalan sekret
g. Anjurkan klien untuk menghindari faktor pencetus
R/ menghindari terjadinya sesak nafas
2. Perubahan nutrisi krang dari kebutuhan tubuh b/d dispnea,kelemahan, efek samping
obat,produksi sputum
Intervensi
a. Kaji kebiasaan diri
R/ Distress respiratory, sering anoreksia karena dispnea
b. Auskultasi bising usus
R/ Penurunan bising usus menunjukkan penurunan mobilitas gaster
c. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan oral dengan sering
R/ Rasa tidak enak menyebabkan mual,muntah
d. Anjurkan untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ Meningkatkan masukan kaori total
3. resiko infeksi b/d inadekuatnya pertahanan utama, tak adekuatnya imunitas,prose
penyakit kronis
Intervensi :
a. Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif
R/ Peningkatan mobilitas dan pengeluaran untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru
b. Pantau TTV
R/ Megetahui adanya kelainan
c. Awasi warna, karakter, dan jumlah sputum

R/ Sekret berbau, kehijauan, memandakan infeksi paru


d. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat
R/ Malnutrisi dapat mempengaruhi kesan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi

Daftar Pustaka :
1. Carpenito, Lynda jual.2000.Diagnosa Keperawatan.Jakarta.EGC
2. Doengoes,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta.EGC
3. Hudak dan Gallo.1997.Keperawatan Klinis.Jakarta.EGC
4. Price,Sylvia A.1995.Patofisiologi. Jakarta. EGC
5. Soeparman.2001.Ilmu Penyakit dalam.jilid II.Jakarta. Balai FKUI

TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Tidak ada definisi asma yang diterima secara universal, asma merupakan penyakit paru
obstruktif, difusi dengan (1) hiperreaktifitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan dan (2)
tingginya tingkat reversibilitas proses obstruktif, yang dapat terjadi secara spontan atau sebagai
akibat pengobatan dikenal juga sebagai penyakit jalan nafas reaktif kimplek asma mungkin

mencakup bronchitis mengi, mengi akibat virus dan asma terkait atopik. (Waldo E. Nelson, MD
2000)
Asma adalah penyakit obstruktif dapat pulih dicirikan oleh peningkatan reaktifitas trakea
dan bronkus terhadap rangsangan, dimanifestasikan oleh mengi dan dispnea; penyempitan
karena kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa dan peningkatan sekresi. (Susan
Martin Tucker, 1998)
Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversible dan berbeda
dari obstruksi pernafasan lain seperti pada penyakit empisema maupun bronchitis kronis yang
bersifat ireversibel dan kontinyu. (Reeves, 1999)
Asma merupakan penyakit obstruksi pada jalan nafas yang bersifat reversible, dimana
terjadi penyempitan pada saluran pernafasan akibat adanya inflamasi dan hiperresponsif pada
bronki.
B. ETIOLOGI
Belum diketahui secara jelas, factor pencetus (menurut dr. Muhardi Muhiman, 1998) adalah :
1. Reaksi alergi (Reeves, 2000)
Terhadap debu, asap, produl, pembersih, bau, udara dingin, ispa dan stres.
2. Keturunan (Reeves, 2000)
Infeksi bakteri atau virus pada saluran pernafasan. Kondisi yang memperburuk keadaan klinis
pada penderita yang lama adalah :
Penghentian pemakaian obat-obatan bronkodilator secara menerus
Pemakaian bronkodilator yang tidak benar
Pemakaian sedative yang berlebihan
C. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas divus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau
lebih dari :

Kontraksi otototot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas.

Pembengkakan membran yang melapisi bronkhi.

Pengisian bronkhi dengan mukus yang kental

Otot otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak
dihasilkan dan alfeoli menjadi hiperinflamasi, dengan udara terperangkap didalam
jaringan paru.
Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun ang buruk terhadap lingkungan

mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sek mast dalam paru.
Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglanin
serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini, dalam
jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial di atur oleh impuls saraf
vagalmelalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung sarap pada
jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan polutan,
jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat.
D. TANDA DAN GEJALA
Cold dengan rhinorrhea disertai ; iritabilitas, batuk, takipnea, mengi
Distres respirasi pada waktu atau segera sesudah makan
Kelainan pada roentgenogram
Jalan nafas obstruktif pada usia awal (30 % < 1tahun dan 50-55 % < 2 tahun)
Kelenjar mukosa hyperplasia
Penyempitan jalan nafas
Kurang kelenturan statis paru-paru
Kerangka iga lentur
Kurang jumlah serabut otot
Kurang ventilasi kolateral

E. MANIFESTASI KLINIS
Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabkan timbulnya
episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khusunya pada malam hari
atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas
namun bervariasi, yang sebagian besar bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan
pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien terpajan factor pencetus yang
sangat beragam dan bersifat individual.
F. KLASIFIKASI ASMA
Menurut GINA (Global Inisiatif for Asma) diikuti Heru Sundaru, 2000.
1. Asma Intermitten
Gejala klinis : kambuhan < 1-2 x seminggu, gejala asma pada malam hari < 2 x sebulan,
eksaserbi dapat mengganggu aktivitas tidur.
2. Asma persisten ringan
Gejala klinis : kambuhan 1-2 x seminggu, tetapi < 1 x/hari, gejala asma malam hari > 2 x
sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur.
3. Asma persisten sedang
Setiap hari sesak nafas atau kambuh. Gejala asma malam hari > 1 x seminggu, eksaserbasi
mengganggu aktivitas dan tidur.
4. Asma persisten berat
Kambuhan sering, gejala sesak terus menerus atau continue. Gejala asma malam hari sering,
aktivitas fisik terbatas karena asma.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
Foto rontgen dada

Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya
meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
Analisa gas darah pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis respiratori
ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2 dan peningkatan
PaCO2 (asidosis respiratorik)
H. POTENSI KOMPLIKASI
Edema pulmoner
Gagal pernafasan
Status asmatikus
Pneumonia.
F. PENATALAKSAAN
Pasien denga asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi substansi
yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur,
pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, dan serbuk sari. Jika
serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus
dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan.
Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia, dan
atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering mengakibatkan
hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan
diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan kehilangan
cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi.

TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN

Tempat

: Ruang Sakinah, R.S At-Turots Al-islamy,Yogyakarta

Hari

: Rabu, 04 Agustus 2010

Waktu

: 08.00.
a. Biodata

1. Identitasa pasien
Nama

: Bpk. J

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 70 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pensiunan TNI AL

Pendidikan

: SMA Bhayangkara Yogyakarta

Alamat

: Pare 3, Sidoluhur, Godean, Sleman.

Suku

: Jawa

No. RM

: 34.862

Diagnosa medis

: Asma

Tanggal pengkajian

: 04-Agustus-2010

2. Penanggung jawab
Nama

: Ny. Murjinem

Jenis kelamin

: perempuan

Umur

: 65 tahun

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMP

Alamat

: Pare 3, Sidoluhur, Godean, Sleman.

Agama

: Islam.

Suku

: Jawa

Hubungan dengan pasien : Istri pasien


b. Riwayat kesehatan

luhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas.

wayat kesehatan sekarang


Pada tanggal 01 agustus 2010, pada hari senin pagi bapak JM datang ke rumah sakit atturots al-islamy dengan keluhan sesak nafas dari 2 hari yang lalu, sudah periksa ke puskesmas
tapi masih belum juga sembuh, kemudian Bpk. JM datang ke rumah sakit at-turots, dan
didaptkan hasil pemeriksaan sementara TD : 120/80 mmHg, R : 30X/mnt, S : 38 C, N : 84X/mnt,
terdapat sputum.
3. Riwayat kesehatan dahulu
yang pernah dialami : pasien pernah mengalami penyakit asma 2 bulan yang, kemudian pasien periksa ke

nogram.

puskesmas dan sembuh.


Riwayat alergi

: Debu

Imunisasi

: Campak dan polio

Obat-obatan

:-

4. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga klien ada juga yang menderita penyakit asma seperti klien yaitu nenek klien.

Keterangan :

Perempuan

Laki-laki

Penderita

wayat Kesehatan Lingkungan


Klien tinggal di lingkungan bersih dan sehat, yang mana tempat tinggal pasien masih di
lingkungan pedesaan yang jauh dari kebisingan dan keramaian, jadi kemungkinan pencemaran
asap pabrik maupun kendaraan bermotor masih sangat jarang ditemukan.
c. Pola Fungsi Kesehatan ( Gordon

Persepsi Terhadap Kesehatan


Klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya membeli obat diwarung
atau apotek. Jika pengobatan tersebut tidak berhasil baru berobat ke puskesmas atau ke dokter.

Pola Aktivitas Latihan


Aktivitas
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di

tempat tidur
Makan
Keterangan :

: mandiri

3 : dibantu orang lain dan alat

: dibantu sebagian

4 : tergantung / tak mampu

: perlu bantuan orang lain.

Pola Istirahat Tidur

Sebelum sakit : klien tidur kurang lebih 8 jam per hari dan tidak mengalami gangguan saat tidur. Klien tidak
pernah tidur siang.
Saat sakit

: Pola istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan sesak nafas pada malam hari dan
batuk batuk.

Pola Nutrisi Metabolik.

Sebelum sakit : Klien makan 3 x sehari dengan jenis makanan nasi, sayur, lauk, dan dengan komposisi
penuh. Klien minum 8 gelas per hari dan terkadang minum susu.

Saat sakit

: Pasien mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan dan merasa tidak
mampu dalam mengunyah makanan, Pasien mengatakan tidak nafsu makan

Pola Eliminasi.

Sebelum sakit : Eliminasi normal, BAK dan BAB tidak membutuhkan bantuan orang lain.

Selama sakit : BAB dan BAK klien normal, tidak mengalami diare dan tidak memerlukan bantuan orang lain
untuk eliminasi.

Pola Kognitif Perseptual.

Sebelum sakit : Status mental sadar, bicara normal dan pendengaran jelas. Penglihatan tidak mengalami
gangguan, respon terhadap cahaya baik.

Selama sakit

: pasien mengatakan status mental klien sadar, berbicara normal dan pendengaran jelas.
Penglihatan tidak mengalami gangguan, respon terhadap cahaya baik.

um Sakit :

Pola Konsep Diri.


Sebagai seorang kakek yang mempunyai 5 buah cucu dan sering bermain dengan cucu-cucunya
yang masih kecil setiap harinya

Sakit

Berkurang dan kegiatan, aktivitasnya terganggu.

Pola Koping.

Apabila klien memiliki masalah biasanya sering bercerita dan meminta pertimbangan kepada
keluarganya.

Pola Seksual Reproduksi.

Sebelum sakit : klien tidak pernah mengalami gangguan pada saat berhubungan intim dengan istrinya.
Setelah sakit : klien tidak pernah berhubungan intim dengan istrinya, karena sakit.

Pola Peran Hubungan.

Sebelum sakit : Klien sudah menikah, aktivitas sehari-hari klien bagus dan tidak mengalami gangguan.
Selama sakit : Klien sudah menikah, aktivitas klien masih dapat dikerjakan meskipun sering merasa terganggu
dengan penyakitnya.

Pola Nilai dan Kepercayaan.

Klien beragama islam, selama sakit aktivitas ibadah klien tidak mengalami gangguan.

d. Pemeriksaan Fisik.
1. Tanda Tanda Vital
Nadi

: 90x / menit. (rentang normal 60-90 x / menit)

Suhu

: 37 C. (rentang normal 36 C-37 C)

Tekanan darah

: 110 / 70 mmHg. (rentang normal 130-70 mmHg)

Pernafasan : 30 x / menit. (16-24x / menit)


2. Keadaan umum

Kesan umum

: Cukup

Wajah

: Eksperesi datar

Kesadaran

: Composmentis

Penafsiran umum

: 54 tahun.

Bentuk badan

: Ideal

Bicara

: Pelan & lemah

baring & bergerak : Pasien bisa berbaring dan bergerak secara aktif

Pakaian, kerapian, dan kebersihan badan : Serasi.


3. Kulit, Rambut, dan Kuku.

Inspeksi

Warna kulit

: sawo matang

Lesi

: tidak ada

Jumlah rambut

: agak jarang, sudah ubanan

Waran kuku

: putih kemerahan

Bentuk kuku

: susudt 160

Palpasi

Suhu

: 37 C.

Kelembapan

: Tidak ada

Tekstur

: Kasar

or

: elastisitas / mobilitas baik, apabila dicubit maka kurang dari 2 detik akan kembali ke warna semula
Edema

: tidak ada

4. Kepala
Inspeksi

Kesimetrisan wajah

: Simetris antara kanan & kiri

: Simetris (frontal menghadap kedepan & Pariental menghadapkebelakang)

Rambut

: Lurus, jumlah rambut agak jarang, sudah ubanan.

Kulit kepala

: tak ada lesi, tidak berketombe

Palpasi

Kulit kepala

: Tak ada nyeri tekan.

Deformitos

: Tak ditemukan kelainan pada tulang kepala.

5. Mata
Inspeksi

Tampak

: Cowong

Bentuk bola mata

: Bulat

Kelopak mata

: tidak menutupi pupil dan skelera

Konjungtiva

: anemis

Skelera

: Putih porcelain.

Kornea

: Hitam berkilau, transparan, dan halus.

Iris

: Warna coklat.

ra

: Hitam, teratur, mengecil apabila disinari cahaya dapat mengecil.

stra

: Hitam, teratur, mengecil apabila disinari cahaya dapat mengecil.

Lensa

:-

Gerakan

: Kedua mata bergerak sama pada satu arah tatapan.

Lapang pandang

: Luas.

Visus

:-

Palpasi

Tekanan bola mata

: tak ada nyeri tekan.

6. Telinga dan Hidung


Inspeksi

Bagian luar

: bersih, warna serasi seperti warna kulit tak ada lesi.

Bagian dalam

: bersih, tidak ada kotoran

Ingus

: tidak ada

Pendarahan

: tidak ada

Penyumbatan

: tidak ada

Palpasi

Septum

: tidak ada nyeri tekan

Sinus-sinus

: tidak ada nyeri tekan.

7. Mulut
Inspeksi

Bibir

: warna agak hitam, tidak sumbing, tak ada lesi.

Gigi

: warna putih, taka ada tumor pada gusi, gigi masih lengkap

Lidah

: simetris, tak ada lesi, warna merah muda.

Mucosa

: kering

Palpasi

Pipi

: tak ada nyeri,tak ada lesi.

Palatum

: tak ada pembengkakan dan fisura.

Dasar mulut

: tak ada pembengkakan.

Lidah

: tak ada lesi, tak ada nyeri tekan.

8. Leher.
Inspeksi

Bentuk leher

: simetris.

Warna kulit

: sama dengan warna kulit sekitarnya (sewo matang).

Edema

: tak ada.

Gerakan

: flexi dan ekstensi normal.

Palpasi

Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe

Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar tiroid.

Tidak ada nyeri tekan pada trakea.

9. Dada dan Paru-paru


Inspeksi

Bentuk

: normochest (anter-poster dengan transeversal 1:2).

Kulit

: serasi dengan warna kulit sekitarnya.

Payudara

: tak ada tumor.

Frekuensi dan Irama

: irama nafas abnormal, terlihat dispnea

Palpasi

Benjolan / masa tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi (bunyi)

Pengembangan dada

: Inspirasi dan Ekspirasi sama

Perkusi

: terdengar suara redup

Auskultasi

: wheezing, orthopnea,

10. Jantung
Inspeksi

: tak ada edeme, lesi

Palpasi

: tak ada nyeri tekan pada costa 4,5 sinistra.

Perkusi

: terdengar bunyi redup

Auskultasi

: S1 & S2 terdengar normal (lup,dup).

11. Abdomen
Inspeksi

Bentuk

: simetris

Distensi

: kelenturan perut normal

Kontur Permukaan

: keriput

Penonjolan

Auskultasi

: tak ada

Peristaltik usus

: 20x / permenit

Bising arteri

: tak ada

Bising vena`

: tak ada

Palpasi

:tak ada nyeri tekan

Perkusi

:terdengar bunyi tympani.

12. Anus dan Rectum.


Inspeksi

: tidak ada edema, tidak ada kemerahan (hemoroid).

Palapasi

: tidak ada nyeri tekan.

13. Alat kelamin.


Inspeksi

: tak ada lesi.

Palpasi

: tak ada nyeri tekan.

14. Ektremitas.

kekuatan otot

otot 4

Tak ditemukan adanya edema perifer.


Ujung jari baik kaki maupun tangan masih lengkap.
15. Pemeriksaan penunjang
Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
Foto rontgen dada
Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya
meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST).
Analisa gas darah pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis respiratori
ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2 dan peningkatan
PaCO2 (asidosis respiratorik)
16. Program terapi
(Berdasarkan resep yang jelas terbaca)

Dexametason :
Untuk mencegah reaksi alergi, menurunkan berat dan frekwensi spasme jalan nafas.

Dextrometofan :
Untuk menekan batuk menetap agar hemat energi dn pasien dapat istirahat

Meal planning dan istirahat cukup

Megurangi beban stress, pasien diusahakan rileks.

17. Penatalaksanaan.
Pasien denga asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi substansi
yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur,
pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, dan serbuk sari. Jika
serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus
dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan.
Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia, dan
atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering mengakibatkan
hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan
diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan kehilangan
cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Data Fokus

Data Subyektif :

Pasien merneluh sesak nafas

Pasien mengatakan agak susah berbicara karena jalan nafasnya agak terhambat.

Pola istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan sesak nafas pada malam hari dan
batuk batuk.

Pasien mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan dan merasa
tidak mampu dalam mengunyah makanan.

Pasien mengatakan tidak nafsu makan.

Pasien mengatakan agak susah bernafas.

Data Obyektif.

Wheezing.

2.

Orthopneu.

Terdapat sputum.

Tidur hanya 4 jam.

Mata cowong.

Mucosa kering.

Konjungtiva anemis

Dispnea.

Warna kulit pucat.

Frekuensi nafas lebih dari 30x / menit.

Irama nafas abnormal.

Pasien sering terlihat memegangi dadanya.


Analisa Data
Dx
1

Tgl
Sympton
Problem
01.08.1 Ds :
Bersihan Jalan
0
Pasien merneluh sesak Nafas Tidak Efektif
nafas

Pasien mengatakan agak


susah bernafas.

Pasien mengatakan agak


susah

berbicara

karena

jalan

nafasnya

agak

terhambat.
Do :
Wheezing.
Orthopneu.
Terdapat sputum.

Etiologi
Asma

01.08.1 Ds :
Nutrisi Kurang
0
Pasien mengatakan mudah Dari Kebutuhan
merasa kenyang sesaat Tubuh
setelah mengunyah maka

Tidak mampu
dalam memasu
kkan
makanan.

nan dan merasa tidak ma


mpu

dalam

mengunyah

makanan.
Pasien mengatakan tidak
nafsu makan.

Do :
Mucosa kering
3

Konjungtiva pucat.
01.08.1 Ds :
Gangguan Pola
0
Pola istirahat tidur sering Tidur
terganggu

karena

Napas pendek

sering

merasakan sesak nafas pada


malam hari dan batuk
batuk.
Do :
Tidur hanya 4 jam / hari
Mata agak cowong.
4

Konjungtiva anemis
01.08.1 Ds :
Nyeri Akut
0
Pasien megneluh sesak
nafas

Pasien mengatakan agak


susah bernafas.

Do :

Pasien

sering

terlihat

meme gangi dadanya.

Agen Cidera
Biologis

3.

Prioritas Masalah
1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan asma.

2.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tidak mampu dalam memasu kkan,
mencerna mengabsorsi ma kanan.

3.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi

4.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan napas pendek.

RENCANA INTERENSI
No

Tgl

.
Dx
1

Tujuan (NOC)

Tindakan (NIC)

Rasional

01.

Setelah dilakukan Askep

Melatih batuk efektis

Dengan melatih batuk

08.

selama 3x24 jam jalan nafas

Vibrasi

efektif dan vibrasi

10

menjadi efektif degan kriteria

Berikan air hangat

dapat menghilangkan

Anjurkan banyak

sekresi lendir

minum air

Dengan pemberian

tidak ada sekresi lender


Respirasi 18-20 x/menit

air hangat anjurkan

Tidak ada retraksi otot bantu

banyak minum secret

bantu dada

menjadi encer berupa


derajat spasme
bronkus terjadi dengan
obstruksi nafas dan
dapat
dimanifestasikan
adanya bunyi nafas

01.

Setelah dilkukan askep

Kaji kebiasaan diet,

Pasien distress

08.

selama 3x24 kebutuhan

evaluasi BB dan

pernafasan sering

10

nutrisi terpenuhi dan kriteria

ukuran tubuh

muntah karena

BB naik

Berikan makan porsi

produksi spuntum dan

Nafsu makan naik

keciltapi sering

obat

Timbang BB

Meningkatkan

Konsultasi

masukan kalori,

denganahl gizi / tim

menurunkan

medis yang lain

kelemahan. Untuk

Berikan oral care

menentukan

secara teratur

kebutuhan kalori di
dasarkan pada
kebutuhan individu
Rasa tak enak mau
mencegah nafsu
makan dan membuat
mual dan muntah
denganpeningkatan

01.

Asuhan keperawatan selama

Berikan tindakan

kesulitan nafas
Menghilangkan

08.

3x24 jam nyeri akan hilang

nyaman (perubahan

ketidaknyamanan

10

dengan criteria hasil :

posisi, latihan nafas)

Mengontrol

- Nyeri pasien terkontrol

Menekan dada

ketidaknyamanan

- Aktivitas pasien meningkat,

selama batuk

dada sementara

-Pasien bisa istirahat

Meningkatkan
keefektifan paya batuk

01.

Setelah dilakukan tindakan

Jelaskan pentingnya

Tirah baring

08.

asuhan keperawatan selama 3 istirahat da perlunya

diperlukan unuk

10

x24 jam, tidur menjadi

keseimbangan

menurunkan

nyaman dengan kriteria :

aktivitas dan istirahat

kebutuhan metaolik,

Kelelahan dan kelemahan

Bantu pasien

meghemat energi

menurun

memilih posisi

Pasein mungkin

Aktivitas meningkat

nyaman untuk

nyaman dengan kepala

Tidur menjadi nyaman

istirahat / tidur

tinggi / menunduk ke

Bantu aktivitas

depan meja atau

perawatan diri yang

bantal, mungkin

diperlukan

nyaman tidur di kursi

Bantu posisi tidur

Meminimalkan

semi fowler (1/2

kelelahan dan

duduk)

membantu
keseimbangan suplay
kebutuhan O2
Posisi semi fowler
akan mempermudah
pernafasan. Orang
yang distress berat
akan mencari posisi
yang paling nyaman
untuk dapat bernafas

D. IMPLEMENTASI
No.D
x
1

Tgl

Tindakan

Respon

01-

Melatih batuk efektif

bisa megeluarkan secret

08-

Vibrasi

(sering dan berwarn putih dan

2010

Berikan air hangat dan anjurkan

agak encer)

banyak minum. Auskultasi bunyi nafas. pasien bisa bernafas normal 20


Pertahankan keadaan lingkungan

x/menit

minimum
2

02-

Kaji kebiasaan diet, evaluasi BB dan

nafsu makan meningkat 4x1

08-

ukuran tubuh

(setengah porsi habis)

2010

Berikan makan porsi kecil tapi sering


Timbang BB
Konsultasi dengan ahli gzi/tim medis
yang lain
Berikan oral care

03-

Berikan tindakan nyaman (perubahan

saat batuk, dada tidak begitu

08-

posisi, latihan nafas)

nyeri, pasien nyaman

2010

Menekan dada selama nafas

denganposisi semi fowler

berlangsung
4

04082006

jelaskan pentinya istirahat dan

tidur nyaman,jarang

perlunya keseimbangan antara aktivitas

terbangun

dan istirahat
Bantu memilih posisi nyaman untuk
tidur atau istirahat
-

Bantu aktivitas perawatan diri yang


diperlukan

E. EVALUASI
Tgl
040810

NO.Dx
Catatan Perkembangan
1 S : Saya merasa lea dan bisa bernafas (setelah diberi air
hangat)
Sering mengeluarkan secret (setelah vibrasi dan latihan
batuk efektif)
O : Pasien bernafas 22 x/menit
Sekret warna putih agak encer
A : Tujuan tercapai sebagian
2

P : Lanjutkan perawatan melebarkan jalan nafas


S : Saya ingin makan terus tapi tidak habis
O : Makan 4 x 1 (setengah porsi)
A : Tujaun tercapai sebagian
P : Pantau menu pasien dan lanjutkan pengobatan

S : Saya merasa nyeri dada


O : Tangan diletakkan di atas dada, pasien terlihat
mengernyitkan dahi dan mengaduh
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Kaji ulang tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan

Paraf

lanjutkan pengobatan
4

S : Saya nyaman dnegan posisi tidur semi fowler


O : Wajah tampak segar, nafas normal
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien

DAFTAR PUSTAKA
Suratno . 2007.penyakit asma . (www. Info-sehat.Com).31 Desember 2007.
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian fisik keperawatan, EGC, jakarta,
Santosa Budi, 2005-2006, panduan diagnosa keperawatan nanda, Prima medika

Anda mungkin juga menyukai