Laporan Pendahuluan Asma
Laporan Pendahuluan Asma
Definisi
Gangguan kognitif merupakan gangguan kemampuan berpikir dan memberi rasional,
termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Stuart dan Sundeen,
1982).
Pada gangguan kognitif, diagnosa medis yang sering dihadapi adalah :
1. Delirium
Adalah fungsi kognitif yang kacau ditandai dengan Kesadaran, berkabut yang dimanifestasikan
oleh lama konsentrasi yang rendah, persepsi yang salah, gangguan piker (Stuart dan Sundeen,
1987).
2. Demensia
Adalah gangguan kognitif yang ditandai oleh hilangnya fungsi intelektual yang berat.
2.2.2
a.
Ilusi
Halusinasi penglihatan
Afek labil
Gelisah
Agitasi
b. Demensia
-
Penurunan konsentrasi
Afek labil
Gelisah
Agitasi
Menolak perubahan
c.
Gangguan Kognitif
Dis orientasi
Koheren
2.2.3
a.
Etiologi
Faktor Predisposisi
Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi susunan saraf pusat
(SSP). SSP memerlukan nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman nutrisi
mengakibatkan gangguan fungsi SSP. Faktor yang dapat menyebabkan adalah penyakit infeksi
sistematik, gangguan peredaran darah, keracunan zat (Beck, Rawlins dan Williams, 1984, hal
871). Banyak faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat menimbulkan gangguan kognitif,
seperti kekurangan vitamin, malnutrisi, gangguan jiwa fungsional.
b. Faktor Presipitasi
Setiap kejadian diotak dapat berakibat gangguan kognitif. Hipoksia dapat berupa
anemia Hipoksia, Hitoksik Hipoksia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia. Semua
Keadaan ini mengakibatkan distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme sering
mengganggu fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia. Racun, virus dan virus menyerang
otak mengakibatkan gangguan fungsi otak, misalnya sifilis. Perubahan struktur otak akibat
trauma atau tumor juga mengubah fungsi otak. Stimulus yang kurang atau berlebihan dapat
mengganggu fungsi kognitif. Misalnya ruang ICU dengan cahaya, bunyi yang konstan
merangsang dapat mencetuskan disorientasi, delusi dan halusinasi, namun belum ada penelitian
yang tepat.
2.2.4
Akibat
2. Proses pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan atau inkoheren.
3. Minimal 2 dari yang berikut :
-
Gangguan tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngatuk pada siang hari.
Gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru, misalnya nama beberapa benda setelah
lima menit.
2.3.1
a.
Masalah Keperawatan
Gangguan kognitif berhubungan dengan penurunan proses pikir.
Ds
Do
:-
gelisah
sukar berpikir
disorientasi
Do
:-
penurunan konsentrasi
berpikir lambat
saling percaya
Intervensi :
-
Observasi klien.
Diskusikan dengan klien dan anggota keluargatentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat.
Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 ( Lima ) Benar. ( Benar pakai, benar obat,
benar dosis, benarcara, benar waktu ).
APORAN PENDAHULUAN
ASMA
a.
b.
1.
2.
3.
c.
-
I. KONSEP DASAR
Pengertian
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitifitas cabang-cabang trakhea
bronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan.Keadaan ni bermanifestasi sebagai penyempitan
seluruh nafas secara periodik dan reversibel akaibat bronkhospasme ( Sylvia A,Price.1995)
Asma dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat pulih dan otot halus bronkhial
hiposekresi mukosa dan inflamasi mukosa serta edema. (Doengoes: 2000)
Klasifikasi
Asma dapat dikategorikan menjadi 3 :
asma Ekstrinsik / Alergik
Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewsa
Asma intrinsik/idiopatik
Sering tidak ditemukn faktor pencetus yang jelas serta timbul seteah usia 40 tahun dengan
serangan yang timbul setelah infeksi sinius hidung/pada percabangan trakeobronkhial, biasanya
dipicu oleh faktor-faktor yang nonspesifik seperti flu biasa,keletihan fisik/emosi.
Asma Campuran
Terdiri dari komponen-omponen asma intrinsik dan ekstrinsik, kebanyakan klien dengan
asma intrinsik akan berlanjut menjadi batuk campuran.
Etiologi
Faktor Pencetus Asma :
Infeksi saluran nafas
Pemajanan virus saluran nafas
Pemajanan terhadap alergen : debu, bulu binatang
Pemajanan terhadap iritan : asap rokok, minyak wangi, polusi udara dll.
Kegiatan fisik : Olah raga
Ekspresi emosional : Takut,marah, frustasi
Pengawet makanan, obat-obatan seperti aspirin dll.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1. X-rays thoraks
2. tes fungsi paru
3. Volume residu ( biasanya meningkat)
4. PEV/PCV
5. GDA
6. JDL
7. Sputum
8. EKG
Daftar Pustaka :
1. Carpenito, Lynda jual.2000.Diagnosa Keperawatan.Jakarta.EGC
2. Doengoes,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta.EGC
3. Hudak dan Gallo.1997.Keperawatan Klinis.Jakarta.EGC
4. Price,Sylvia A.1995.Patofisiologi. Jakarta. EGC
5. Soeparman.2001.Ilmu Penyakit dalam.jilid II.Jakarta. Balai FKUI
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Tidak ada definisi asma yang diterima secara universal, asma merupakan penyakit paru
obstruktif, difusi dengan (1) hiperreaktifitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan dan (2)
tingginya tingkat reversibilitas proses obstruktif, yang dapat terjadi secara spontan atau sebagai
akibat pengobatan dikenal juga sebagai penyakit jalan nafas reaktif kimplek asma mungkin
mencakup bronchitis mengi, mengi akibat virus dan asma terkait atopik. (Waldo E. Nelson, MD
2000)
Asma adalah penyakit obstruktif dapat pulih dicirikan oleh peningkatan reaktifitas trakea
dan bronkus terhadap rangsangan, dimanifestasikan oleh mengi dan dispnea; penyempitan
karena kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa dan peningkatan sekresi. (Susan
Martin Tucker, 1998)
Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversible dan berbeda
dari obstruksi pernafasan lain seperti pada penyakit empisema maupun bronchitis kronis yang
bersifat ireversibel dan kontinyu. (Reeves, 1999)
Asma merupakan penyakit obstruksi pada jalan nafas yang bersifat reversible, dimana
terjadi penyempitan pada saluran pernafasan akibat adanya inflamasi dan hiperresponsif pada
bronki.
B. ETIOLOGI
Belum diketahui secara jelas, factor pencetus (menurut dr. Muhardi Muhiman, 1998) adalah :
1. Reaksi alergi (Reeves, 2000)
Terhadap debu, asap, produl, pembersih, bau, udara dingin, ispa dan stres.
2. Keturunan (Reeves, 2000)
Infeksi bakteri atau virus pada saluran pernafasan. Kondisi yang memperburuk keadaan klinis
pada penderita yang lama adalah :
Penghentian pemakaian obat-obatan bronkodilator secara menerus
Pemakaian bronkodilator yang tidak benar
Pemakaian sedative yang berlebihan
C. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas divus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau
lebih dari :
Otot otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak
dihasilkan dan alfeoli menjadi hiperinflamasi, dengan udara terperangkap didalam
jaringan paru.
Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun ang buruk terhadap lingkungan
mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sek mast dalam paru.
Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglanin
serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini, dalam
jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial di atur oleh impuls saraf
vagalmelalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung sarap pada
jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan polutan,
jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat.
D. TANDA DAN GEJALA
Cold dengan rhinorrhea disertai ; iritabilitas, batuk, takipnea, mengi
Distres respirasi pada waktu atau segera sesudah makan
Kelainan pada roentgenogram
Jalan nafas obstruktif pada usia awal (30 % < 1tahun dan 50-55 % < 2 tahun)
Kelenjar mukosa hyperplasia
Penyempitan jalan nafas
Kurang kelenturan statis paru-paru
Kerangka iga lentur
Kurang jumlah serabut otot
Kurang ventilasi kolateral
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabkan timbulnya
episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khusunya pada malam hari
atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas
namun bervariasi, yang sebagian besar bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan
pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien terpajan factor pencetus yang
sangat beragam dan bersifat individual.
F. KLASIFIKASI ASMA
Menurut GINA (Global Inisiatif for Asma) diikuti Heru Sundaru, 2000.
1. Asma Intermitten
Gejala klinis : kambuhan < 1-2 x seminggu, gejala asma pada malam hari < 2 x sebulan,
eksaserbi dapat mengganggu aktivitas tidur.
2. Asma persisten ringan
Gejala klinis : kambuhan 1-2 x seminggu, tetapi < 1 x/hari, gejala asma malam hari > 2 x
sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur.
3. Asma persisten sedang
Setiap hari sesak nafas atau kambuh. Gejala asma malam hari > 1 x seminggu, eksaserbasi
mengganggu aktivitas dan tidur.
4. Asma persisten berat
Kambuhan sering, gejala sesak terus menerus atau continue. Gejala asma malam hari sering,
aktivitas fisik terbatas karena asma.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
Foto rontgen dada
Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya
meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
Analisa gas darah pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis respiratori
ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2 dan peningkatan
PaCO2 (asidosis respiratorik)
H. POTENSI KOMPLIKASI
Edema pulmoner
Gagal pernafasan
Status asmatikus
Pneumonia.
F. PENATALAKSAAN
Pasien denga asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi substansi
yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur,
pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, dan serbuk sari. Jika
serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus
dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan.
Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia, dan
atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering mengakibatkan
hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan
diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan kehilangan
cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi.
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tempat
Hari
Waktu
: 08.00.
a. Biodata
1. Identitasa pasien
Nama
: Bpk. J
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 70 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan TNI AL
Pendidikan
Alamat
Suku
: Jawa
No. RM
: 34.862
Diagnosa medis
: Asma
Tanggal pengkajian
: 04-Agustus-2010
2. Penanggung jawab
Nama
: Ny. Murjinem
Jenis kelamin
: perempuan
Umur
: 65 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: SMP
Alamat
Agama
: Islam.
Suku
: Jawa
luhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas.
nogram.
: Debu
Imunisasi
Obat-obatan
:-
Keterangan :
Perempuan
Laki-laki
Penderita
tempat tidur
Makan
Keterangan :
: mandiri
: dibantu sebagian
Sebelum sakit : klien tidur kurang lebih 8 jam per hari dan tidak mengalami gangguan saat tidur. Klien tidak
pernah tidur siang.
Saat sakit
: Pola istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan sesak nafas pada malam hari dan
batuk batuk.
Sebelum sakit : Klien makan 3 x sehari dengan jenis makanan nasi, sayur, lauk, dan dengan komposisi
penuh. Klien minum 8 gelas per hari dan terkadang minum susu.
Saat sakit
: Pasien mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan dan merasa tidak
mampu dalam mengunyah makanan, Pasien mengatakan tidak nafsu makan
Pola Eliminasi.
Sebelum sakit : Eliminasi normal, BAK dan BAB tidak membutuhkan bantuan orang lain.
Selama sakit : BAB dan BAK klien normal, tidak mengalami diare dan tidak memerlukan bantuan orang lain
untuk eliminasi.
Sebelum sakit : Status mental sadar, bicara normal dan pendengaran jelas. Penglihatan tidak mengalami
gangguan, respon terhadap cahaya baik.
Selama sakit
: pasien mengatakan status mental klien sadar, berbicara normal dan pendengaran jelas.
Penglihatan tidak mengalami gangguan, respon terhadap cahaya baik.
um Sakit :
Sakit
Pola Koping.
Apabila klien memiliki masalah biasanya sering bercerita dan meminta pertimbangan kepada
keluarganya.
Sebelum sakit : klien tidak pernah mengalami gangguan pada saat berhubungan intim dengan istrinya.
Setelah sakit : klien tidak pernah berhubungan intim dengan istrinya, karena sakit.
Sebelum sakit : Klien sudah menikah, aktivitas sehari-hari klien bagus dan tidak mengalami gangguan.
Selama sakit : Klien sudah menikah, aktivitas klien masih dapat dikerjakan meskipun sering merasa terganggu
dengan penyakitnya.
Klien beragama islam, selama sakit aktivitas ibadah klien tidak mengalami gangguan.
d. Pemeriksaan Fisik.
1. Tanda Tanda Vital
Nadi
Suhu
Tekanan darah
Kesan umum
: Cukup
Wajah
: Eksperesi datar
Kesadaran
: Composmentis
Penafsiran umum
: 54 tahun.
Bentuk badan
: Ideal
Bicara
baring & bergerak : Pasien bisa berbaring dan bergerak secara aktif
Inspeksi
Warna kulit
: sawo matang
Lesi
: tidak ada
Jumlah rambut
Waran kuku
: putih kemerahan
Bentuk kuku
: susudt 160
Palpasi
Suhu
: 37 C.
Kelembapan
: Tidak ada
Tekstur
: Kasar
or
: elastisitas / mobilitas baik, apabila dicubit maka kurang dari 2 detik akan kembali ke warna semula
Edema
: tidak ada
4. Kepala
Inspeksi
Kesimetrisan wajah
Rambut
Kulit kepala
Palpasi
Kulit kepala
Deformitos
5. Mata
Inspeksi
Tampak
: Cowong
: Bulat
Kelopak mata
Konjungtiva
: anemis
Skelera
: Putih porcelain.
Kornea
Iris
: Warna coklat.
ra
stra
Lensa
:-
Gerakan
Lapang pandang
: Luas.
Visus
:-
Palpasi
Bagian luar
Bagian dalam
Ingus
: tidak ada
Pendarahan
: tidak ada
Penyumbatan
: tidak ada
Palpasi
Septum
Sinus-sinus
7. Mulut
Inspeksi
Bibir
Gigi
: warna putih, taka ada tumor pada gusi, gigi masih lengkap
Lidah
Mucosa
: kering
Palpasi
Pipi
Palatum
Dasar mulut
Lidah
8. Leher.
Inspeksi
Bentuk leher
: simetris.
Warna kulit
Edema
: tak ada.
Gerakan
Palpasi
Bentuk
Kulit
Payudara
Palpasi
Benjolan / masa tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi (bunyi)
Pengembangan dada
Perkusi
Auskultasi
: wheezing, orthopnea,
10. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
11. Abdomen
Inspeksi
Bentuk
: simetris
Distensi
Kontur Permukaan
: keriput
Penonjolan
Auskultasi
: tak ada
Peristaltik usus
: 20x / permenit
Bising arteri
: tak ada
Bising vena`
: tak ada
Palpasi
Perkusi
Palapasi
Palpasi
14. Ektremitas.
kekuatan otot
otot 4
Dexametason :
Untuk mencegah reaksi alergi, menurunkan berat dan frekwensi spasme jalan nafas.
Dextrometofan :
Untuk menekan batuk menetap agar hemat energi dn pasien dapat istirahat
17. Penatalaksanaan.
Pasien denga asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi substansi
yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur,
pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, dan serbuk sari. Jika
serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus
dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan.
Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia, dan
atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering mengakibatkan
hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan
diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan kehilangan
cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Data Fokus
Data Subyektif :
Pasien mengatakan agak susah berbicara karena jalan nafasnya agak terhambat.
Pola istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan sesak nafas pada malam hari dan
batuk batuk.
Pasien mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan dan merasa
tidak mampu dalam mengunyah makanan.
Data Obyektif.
Wheezing.
2.
Orthopneu.
Terdapat sputum.
Mata cowong.
Mucosa kering.
Konjungtiva anemis
Dispnea.
Tgl
Sympton
Problem
01.08.1 Ds :
Bersihan Jalan
0
Pasien merneluh sesak Nafas Tidak Efektif
nafas
berbicara
karena
jalan
nafasnya
agak
terhambat.
Do :
Wheezing.
Orthopneu.
Terdapat sputum.
Etiologi
Asma
01.08.1 Ds :
Nutrisi Kurang
0
Pasien mengatakan mudah Dari Kebutuhan
merasa kenyang sesaat Tubuh
setelah mengunyah maka
Tidak mampu
dalam memasu
kkan
makanan.
dalam
mengunyah
makanan.
Pasien mengatakan tidak
nafsu makan.
Do :
Mucosa kering
3
Konjungtiva pucat.
01.08.1 Ds :
Gangguan Pola
0
Pola istirahat tidur sering Tidur
terganggu
karena
Napas pendek
sering
Konjungtiva anemis
01.08.1 Ds :
Nyeri Akut
0
Pasien megneluh sesak
nafas
Do :
Pasien
sering
terlihat
Agen Cidera
Biologis
3.
Prioritas Masalah
1.
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tidak mampu dalam memasu kkan,
mencerna mengabsorsi ma kanan.
3.
4.
RENCANA INTERENSI
No
Tgl
.
Dx
1
Tujuan (NOC)
Tindakan (NIC)
Rasional
01.
08.
Vibrasi
10
dapat menghilangkan
Anjurkan banyak
sekresi lendir
minum air
Dengan pemberian
bantu dada
01.
Pasien distress
08.
evaluasi BB dan
pernafasan sering
10
ukuran tubuh
muntah karena
BB naik
keciltapi sering
obat
Timbang BB
Meningkatkan
Konsultasi
masukan kalori,
menurunkan
kelemahan. Untuk
menentukan
secara teratur
kebutuhan kalori di
dasarkan pada
kebutuhan individu
Rasa tak enak mau
mencegah nafsu
makan dan membuat
mual dan muntah
denganpeningkatan
01.
Berikan tindakan
kesulitan nafas
Menghilangkan
08.
nyaman (perubahan
ketidaknyamanan
10
Mengontrol
Menekan dada
ketidaknyamanan
selama batuk
dada sementara
Meningkatkan
keefektifan paya batuk
01.
Jelaskan pentingnya
Tirah baring
08.
diperlukan unuk
10
keseimbangan
menurunkan
kebutuhan metaolik,
Bantu pasien
meghemat energi
menurun
memilih posisi
Pasein mungkin
Aktivitas meningkat
nyaman untuk
istirahat / tidur
tinggi / menunduk ke
Bantu aktivitas
bantal, mungkin
diperlukan
Meminimalkan
kelelahan dan
duduk)
membantu
keseimbangan suplay
kebutuhan O2
Posisi semi fowler
akan mempermudah
pernafasan. Orang
yang distress berat
akan mencari posisi
yang paling nyaman
untuk dapat bernafas
D. IMPLEMENTASI
No.D
x
1
Tgl
Tindakan
Respon
01-
08-
Vibrasi
2010
agak encer)
x/menit
minimum
2
02-
08-
ukuran tubuh
2010
03-
08-
2010
berlangsung
4
04082006
tidur nyaman,jarang
terbangun
dan istirahat
Bantu memilih posisi nyaman untuk
tidur atau istirahat
-
E. EVALUASI
Tgl
040810
NO.Dx
Catatan Perkembangan
1 S : Saya merasa lea dan bisa bernafas (setelah diberi air
hangat)
Sering mengeluarkan secret (setelah vibrasi dan latihan
batuk efektif)
O : Pasien bernafas 22 x/menit
Sekret warna putih agak encer
A : Tujuan tercapai sebagian
2
Paraf
lanjutkan pengobatan
4
DAFTAR PUSTAKA
Suratno . 2007.penyakit asma . (www. Info-sehat.Com).31 Desember 2007.
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian fisik keperawatan, EGC, jakarta,
Santosa Budi, 2005-2006, panduan diagnosa keperawatan nanda, Prima medika