Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH SEORANG

PEREMPUAN USIA 43 TAHUN DENGAN


TINEA CORPORIS ET CRURIS DAN VERTIGO

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Dalam Menempuh


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :
Nilam Permata (030.10.206)
Prita Rosdiana (030.10.222)
R. Ifan Arief Fahrurozi (030.10.226)

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 10 AGUSTUS 2015 17 OKTOBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kulit di Indonesia sangat meningkat tajam yang dikarenakan
oleh iklim di Indonesia itu sendiri yang beriklim tropis, sehingga
penyebarannya juga sangat meningkat tajam. Penyakit infeksi jamur di kulit
mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia, oleh karena negara kita beriklim
tropis dan kelembabannya tinggi angka insidensi dermatofitosis pada tahun
1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia
sangat bervariasi, dimulai dari prosentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya)
hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus
dermatomikosis.
Tricophyton rubrum merupakan infeksi yang paling umum diseluruh
dunia dan sekitar 47 % menyebabkan tinea korporis. Tricophyton tonsuran
merupakan dermatofit yang lebih umum menyebabkan tinea kapitis, dan
orang dengan infeksi tinea kapitis antropofilik akan berkembang menjadi
tinea korporis. Walaupun prevalensi tinea korporis dapat disebabkan oleh
peningkatan

Tricophyton

tonsuran,

Microsporum

canis

merupakan

organisme ketiga sekitar 14 % menyebabkan tinea korporis. Penyakit ini


banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan
banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban
kulit yang lebih tinggi. Oleh karena itu diperlukan dilakukan suatu
penerapan pelayanan dokter keluarga berbasis evidence based medicine pada
pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, serta
penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka penyelesaian masalah pasien
dengan pendekatan pasien centre dan family approach.
B. Masalah
Seorang perempuan berusia 43 tahun dengan tinea corporis et cruris.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Sebagai bentuk aplikasi dalam menilai masalah kesehatan secara holistik.
2. Tujuan khusus
a. Identifikasi penyakit yang diderita pasien.
b. Mengetahui

dan

mengidentifikasi

faktor

pemicu

masalah/penyakit tersebut.
c. Memberikan edukasi mengenai penyakit, faktor pemicu dan cara
mengatasinya.
d. Memantau status kesehatan pasien.
e. Mengevaluasi hasil pengobatan yang telah diberikan terhadap
penyakit pasien.
f. Memberikan masukan mengenai peran pasien, keluarga dan
lingkungan dalam menanggulangi penyakit pada pasien dan
keluarga pasien.
D. Manfaat Kegiatan
1. Manfaat bagi Penulis

Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan


masyarakat.

Melatih kemampuan analisis dan pemecahan masalah/penyakit


dengan peran keluarga serta lingkungannya.

2. Manfaat bagi Puskesmas

Membantu puskesmas kelurahan Pondok Labu dalam mengontrol


dan evaluasi hasil pengobatan terhadap penyakit yang diderita
pasien.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Membantu sebuah keluarga dalam memahami penyakitnya.

Membantu sebuah keluarga dalam mengidentifikasi faktor


pemicu pada dirinya dan lingkungan.

Pasien dan keluarga dapat memahami dan berperilaku hidup


sehat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINEA CORPORIS ET CRURIS
a. Definisi
Tinea korporis adalah penyakit dermatofit pada kulit glabrosa,
selain kulit kepala, wajah, kaki, telapak tangan dan kaki, janggut dan
lipatan paha.(1,2,3) Manifestasinya akibat infiltrasi dan proliferasinya pada
stratum korneum dan tidak berkembang pada jaringan yang hidup.(1,4)
Metabolisme dari jamur dipercaya menyebabkan efek toksik dan respon
alergi. Tinea korporis umumnya tersebar pada seluruh masyarakat tapi
lebih banyak di daerah tropis. (1)
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur dan paling sering
terjadi pada iklim yang panas (tropis dan subtropis).(5,6) Ada beberapa
macam variasi klinis dengan lesi yang bervariasi dalam ukuran derajat
inflamasi dan kedalamannya. Variasi ini akibat perbedaan imunitas
hospes dan spesies dari jamur.(5)
b. Etiologi
Tinea korporis dapat disebabkan oleh berbagai spesies dermatofit
seperti Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Variasi
penyebabnya dapat ditemukan berdasarkan spesies yang terdapat di
daerah tertentu.(1,6) Namun demikian yang lebih umum menyebabkan
tinea korporis adalah T.rubrum, T.mentagrophytes, dan M.canis.(1)
c. Epidemiologi
Tinea korporis

merupakan infeksi yang umumnya sering

dijumpai didaerah yang panas, Tricophyton rubrum merupakan infeksi


yang paling umum diseluruh dunia dan sekitar 47 % menyebabkan tinea
korporis. Tricophyton tonsuran merupakan dermatofit yang lebih umum
menyebabkan tinea kapitis, dan orang dengan infeksi tinea kapitis
antropofilik

akan berkembang menjadi

tinea korporis. Walaupun

prevalensi tinea korporis dapat disebabkan oleh peningkatan Tricophyton

tonsuran, Microsporum canis merupakan organisme ketiga sekitar 14 %


menyebabkan tinea korporis.(7)
Tinea korporis mungkin ditransmisikan secara langsung dari
infeksi manusia atau hewan melalui autoinokulasi dari reservoir, seperti
kolonisasi T.rubrum di kaki. Anak-anak lebih sering kontak pada zoofilik
patogen seperti M.canis pada kucing atau anjing. Pakaian ketat dan cuaca
panas dihubungkan dengan banyaknya frekuensi dan beratnya erupsi. (2)
Infeksi dermatofit tidak menyebabkan mortalitas yang signifikan
tetapi mereka bisa berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Tinea
korporis prevalensinya sama antara pria dan wanita. Tinea korporis
mengenai semua orang dari semua tingkatan usia tapi prevalensinya
lebih tinggi pada preadolescen. Tinea korporis yang berasal dari binatang
umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak.(7,8) Secara geografi lebih
sering pada daerah tropis daripada subtropis.(8)
Berdasarkan

habitatnya

dermatofit

digolongkan

sebagai

antropofilik (manusia), zoofilik (hewan), dan geofilik (tanah). Dermatofit


yang antropofilik paling sering sebagai sumber infeksi tinea, tetapi
sumber yang zoofilik di identifikasi (jika mungkin) untuk mencegah
reinfeksi manusia.(9)
d. Manifestasi Klinis
Tinea korporis bisa mengenai bagian tubuh manapun meskipun
lebih sering terjadi pada bagian yang terpapar. Keluhan berupa rasa gatal.
Pada kasus yang tipikal didapatkan lesi bula yang berbatas tegas, pada
tepi lesi tampak tanda radang lebih aktif dan bagian tengah cenderung
menyembuh. Lesi yang berdekatan dapat membentuk pola gyrate atau
polisiklik. Derajat inflamasi bervariasi, dengan morfologi dari eritema
sampai pustula, bergantung pada spesies penyebab dan status imun
pasien. Pada penyebab zoofilik umumnya didapatkan tanda inflamasi
akut. Pada keadaan imunosupresif, lesi sering menjadi lebih luas.(6)
Tinea korporis dapat bermanifestasi sebagai gambaran tipikal,
dimulai sebagai lesi eritematosa, plak yang bersisik yang memburuk dan

membesar, selanjutnya bagian tengah dari lesi akan menjadi bentuk yang
anular akan mengalami resolusi, dan bentuk lesi menjadi anular.(1,5,7,10,11)
berupa skuama, krusta, vesikel, dan papul sering berkembang, khususnya
pada bagian tepinya. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat
garukan. Lesi pada umumnya merupakan bercak terpisah satu dengan
yang lainnya.(10)
Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang akut biasanya
tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan
bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut
tinea korporis et kruris.(12)
Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton
concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata mulai dengan
bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar.
Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar.
Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah,
sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris. (7)
Tinea korporis lebih sering ditemukan sebagai asimptomatik atau
gatal ringan. Secara obyektif tipikal lesinya mulai sebagai makula
eritematosa atau papul yang menjalar dan berkembang menjadi anular,
dan lesi berbatas tegas, skuama atau vesikel, tepi yang berkembang dan
healing center. Tinea korporis lebih sering pada permukaan tubuh yang
terbuka antara lain wajah, lengan dan bahu.(13)
e. Diagnosis
Diagnosis

ditetapkan

berdasarkan

gambaran

klinis

dan

lokalisasinya atau pemeriksaan sediaan langsung kerokan lesi dengan


larutan KOH 20%, untuk melihat elemen jamur dermatofit. Biakan jamur
diperlukan untuk identifikasi spesies jamur penyebab yang lebih
akurat.(10)
Diagnosis pasti digunakan melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan mikroskop untuk mengidentifikasi adanya hifa dan spora
untuk mengetahui infeksi dermatofit. Infeksi dapat dikonfirmasi atau

beberapa dari keadaan ini diidentifikasi dari hasil positif kerokan oleh
kultur jamur. (14)
Dalam patogenesisnya, jamur patogen akan menyebabkan
kelainan pada kulit sehingga atas dasar kelainan kulit inilah kita dapat
membangun diagnosis. Akan tetapi kadang temuan efloresensi tidak khas
atau tidak jelas, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang. Sehingga
diagnosis menjadi lebih tepat. (14)
Pemeriksaan mikroskopik langsung terhadap bahan pemeriksaan
merupakan pemeriksaan yang cukup cepat, berguna dan efektif untuk
mendiagnosis

infeksi

jamur.(6)

Pemeriksaan

KOH

merupakan

pemeriksaan tunggal yang paling penting untuk mendiagnosis infeksi


dermatofit secara langsung dibawah mikroskop dimana terlihat hifa
diantara material keratin.(5) Gambaran effloresensinya sebagai berikut (6)
Tabel 1. Gambaran Efloresensi
Penyakit jamur
Tinea kapitis
Pitiriasis versikolor
Bukan Penyakit jamur
Eritasma
Obat tetrasiklin

Floresensi
Hijau, biru kehijauan Kuning
keemasan
Effloresensi
Merah bata kuning

f. Diagnosis Banding
Bergantung variasi gambaran klinis, tinea korporis kadang sulit
dibedakan dengan beberapa kelainan kulit yang lainnya. Antara lain
dermatitis kontak, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, ptiriasis
rosea,(6,12) dan psoriasis.(6,7,12) Untuk alasan ini, tes laboraturium
sebaiknya dilakukan pada kasus dengan lesi kulit yang tidak jelas
penyebabnya. (6)
Kelainan kulit pada dermatitis seboroik selain dapat menyerupai
tinea korporis, biasanya dapat terlihat pada tempat-tempat predileksi,
misalnya dikulit kepala, lipatan-lipatan kulit, misanya belakang telinga,
daerah nasolabial dan sebagainya. Psoriasis dapat dikenal dari kelainan
kulit dari tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor, misalnya lutut, siku

dan punggung. Kulit kepala berambut juga sering terkena pada penyakit
ini. Adanya lekukan lekukan pada kuku dapat pula menolong untuk
menentukan diagnosis. (12)
Pitiriasis rosea, yang distribusi kelainan kulitnya simetris dan
terbatas, tubuh dan bagian proksimal anggota badan, sukar dibedakan
dengan tinea korporis tanpa heral patch yang dapat membedakan
penyakit ini dengan tinea korporis. Pemeriksaan laboratorium

yang

dapat memastikan diagnosis. (12)


g. Tatalaksana
Menghilangkan
mengusahakan

faktor

predisposisi

penting,

misalnya

daerah lesi selalu kering dan memakai baju yang

menyerap keringat.

Terapi topikal
Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena
dermatofit biasanya hidup pada jaringan. Berbagai macam
preparat imidazol

dan alilamin

tersedia dalam berbagai

formulasi. Dan semuanya memberikan keberhasilan terapi (70100%).

Terapi topikal digunakan 1-2 kali sehari selama 2

minggu tergantung agen yang digunakan. Topikal azol dan


allilamin menunjukkan angka perbaikan perbaikan klinik yang
tinggi.(7) Topical azol terdiri atas Econazol 1 %, Ketoconazol 2
%, Clotrinazol 1%, Miconazol 2%.
Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim
14-alfa-dimetilase pada pembentukan ergosterol membran sel
jamur.

(7,15)

Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim

jamur skualen 2,3 epoksidase sehingga skualen menumpuk pada


proses pembentukan ergosterol membran sel jamur.(10) yaitu
aftifine 1 %, butenafin 1% Terbinafin 1% (fungisidal bersifat anti
inflamasi) yang mampu bertahan

hingga 7 hari sesudah

pemakaian selama 7 hari berturut-turut.(7,15)

Sikloklopirosolamin 2% (cat kuku, krim dan losio)


bekerja menghambat masuknya bahan esensial selular dan pada
konsentrasi tinggi merubah permeabilitas sel jamur merupakan
agen

topikal

yang

bersifat

fungisidal

dan

fungistatik,

antiinflamasi dan anti bakteri serta berspektrum luas.(7)


Kortikosteroid topikal yang rendah sampai medium bisa
ditambahkan pada regimen anti jamur topikal untuk menurunkan
gejala. Tetapi steroid hanya diberikan pada beberapa hari pertama
dari terapi. (5,7)

Terapi sistemik
Pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of
Dermatology menyatakan bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik
dapat digunakan pada kasus hiperkeratosis terutama pada telapak
tangan dan kaki, lesi yang luas, infeksi kronis, pasien
imunokompromais, atau pasien tidak responsif maupun intoleran
terhadap OAJ topikal. (15)
o Griseofulvin (7,15)
Obat ini berasal dari penicillium griceofulvum dan masih
dianggap baku emas pada pengobatan infeksi dermatofit
genus Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton.
Berkerja pada inti sel, menghambat mitosis pada stadium
metafase.
o Ketokonazol (15)
Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas,
fungistatik,

termasuk

golongan

imidazol.

Absorbsi

optimum bila suasana asam.


o Flukonazol (15)
Mempunyai mekanisme kerja sama dengan golongan
imidazol, namun absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan
atau kadar asam lambung.

o Itrakonazol (15)
Merupakan OAJ golongan triazol, sangat lipofilik,
spektrum luas, bersifat fungistatik dan efektif untuk
dermatofita,

ragi,

jamur

dismorfik

maupun

jamur

dematiacea. Absorbsi maksimum dicapai bila obat


diminum bersama dengan makanan.
o Amfosterin B (15)
Merupakan anti jamur golongan polyen yang diproduksi
oleh Streptomyces nodosus. Bersifat fungistatik, pada
konsentrasi rendah akan menghambat pertumbuhan jamur,
protozoa dan alga. Digunakan sebagai obat pilihan pada
pasien dengan infeksi jamur yang membahayakan jiwa
dan tidak sembuh dengan preparat azol.
h. Prognosis
Untuk tinea korporis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik
dengan tingkat kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan azol
topikal atau allilamin atau dengan menggunakan anti jamur sistemik

BAB III
METODE
A. Desain
Desain penulisan yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan
purposive sampling pendekatan wawancara secara langsung melalui kunjungan
rumah.
B. Tempat dan Waktu
Tempat

: Jalan Pinang 2 no. 102, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan

Waktu

: 10, 16, 22 dan 29 September 2015

C. Instrumen
Instrumen yang digunakan berupa alat-alat pemeriksaan fisik berupa:
-

Stetoskop

Tensimeter

Thermometer

Palu Refleks

Pen light / Senter

D. Pengambilan data
Dengan diskusi dan anjuran kepada pasien pada kunjungan sebanyak
empat kali, dalam waktu 4 minggu pada bulan September 2015.
E. Analisa
Metode analisa dengan mengamati perkembangan secara keseluruhan
baik diri pasien, keluarga maupun lingkungan yang berperan pada kesehatan
pasien. Dengan wawancara dan pemeriksaan fisik serta pemberian anjurananjuran yang membangun demi perbaikan kesehatan pasien.

10

BAB IV
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
I.

Identitas Pasien dan Keluarga


A. Identitas Pasien
Nama

: Ny. Endang Dwi Astuti

Umur

: 43 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status perkawinan : Menikah


Alamat

: Jalan Pinang 2 no. 104, Cilandak, Jakarta Selatan

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Jawa

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

B. Identitas Kepala Keluarga


Nama

: Tn. Syafrizal

Umur

: 42 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki- laki

Status perkawinan : Menikah


Alamat

: Jalan Pinang 2 no. 104, Cilandak, Jakarta Selatan

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Jawa

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pedagang

C. Sumber Pembiayaan Kesehatan


Jaminan

: KJS

D. Perilaku Kesehatan Keluarga


1. Bila ada anggota keluarga yang sakit, yang pertama dilakukan : berobat ke
bidan, minum obat yang diberikan bidan, apabila tidak kunjung sembuh maka
berobat ke puskesmas.
2. Keikut sertaan pada program kesehatan di lingkungan rumah :
-

Posyandu balita

: tidak

11

Posyandu lansia

: tidak

Perkumpulan kesehatan lainnya : tidak

3. Pemanfaatan waktu luang :

II.

Olah raga

: Ya

Rekreasi

: Ya

Melakukan hobi

: Tidak

Aktifitas Sosial di Lingkungan pemukiman

: Tidak

Arisan

: Ya

Pertemuan RT

: Tidak

Organisasi

: Tidak

Profil Keluarga
Tabel 2. Daftar Anggota Keluarga Kandung
Kedudukan

No Nama dalam

L/P

Keluarga

Umur
(tahun)

Pendidikan Pekerjaan Keterangan

Tempat
Tinggal

Bapak

42

SMA

Pedagang

Sehat

PL

Ibu (pasien)

43

SMA

IRT

Sakit

PL

Anak I

20

SMK

Karyawan

Sehat

PL

Anak II

13

SMP

Pelajar

Sehat

PL

Anak III

11

SD

Pelajar

Sehat

PL

Anak IV

Belum

Belum

Sekolah

Bekerja

PL

Sehat

12

Gambar 1. Genogram Keluarga Kandung

Keterangan :
1. Ayah dari pasien meninggal dunia akibat penyakit jantung dan hipertensi
2. Ibu dari pasien sehat
3. Ayah dari suami pasien meninggal dunia akibat kecurigaan keganasan
4. Ibu dari suami pasien sehat
5. Kakak pertama dari pasien memiliki riwayat rhinitis alergika dan vertigo
6. Pasien sakit
7. Adik pertama dari pasien sehat
8. Adik kedua dari pasien sehat
9. Adik ketiga dari pasien sehat
10. Adik keempat dari pasien sehat
11. Kakak pertama dari suami pasien sehat
12. Suami pasien sehat
13. Adik pertama dari suami pasien sehat
14. Anak pertama dari pasien sehat
15. Anak kedua dari pasien sehat
16. Anak ketiga dari pasien sehat
17. Anak keempat dari pasien sehat

13

III.

Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan


Dilakukan dengan autoanamnesis pada Kamis, 10 September 2015.
A. Keluhan Utama
Gatal gatal pada lipat paha sejak 5 hari.
B. Riwayat Penyakit Saat Datang ke Klinik Kedokteran Keluarga
Pasien datang ke puskesmas kelurahan Pondok Labu dengan keluhan gatal
gatal pada lipat paha sejak 5 hari yang lalu. Awalnya gatal dirasakan didaerah
ketiak kemudian setelah beberapa hari, gatal juga dirasakan di lipat paha. Gatal
dirasakan sepanjang hari, semakin bertambah hebat apabila pasien berkeringat.
Karena gatal, pasien terus menggaruk namun gatal semakin bertambah dan
menjadi perih. Selain gatal, pasien juga mengeluh kulit yang gatal muncul
bercak merah, bercak merah semakin lama semakin membesar sejak pasien
menggaruk kulit. Pasien juga merasakan kulit yang gatal menjadi
membengkak dan bersisik sisik halus. Riwayat pengobatan pasien hanya
mencoba salep yang diberikan bidan, namun karena gatal tidak kunjung
berkurang, pasien memutuskan untuk berobat ke puskesmas kelurahan Pondok
Labu.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku terdapat riwayat alergi yaitu rhinitis alergika dengan keluhan
sering bersin bersin pada pagi hari. Riwayat hipertensi, diabetes melitus,
asma, penyakit jantung, paru, lambung, ginjal dan hati disangkal oleh pasien.
D. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok, konsumsi alkohol maupun jamu disangkal oleh pasien.
Jarang makan buah dan susu. Namun rutin makan sayur. Pasien mengaku
jarang berolahraga.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah kandung pasien mempunyai riwayat penyakit jantung koroner. Kakak
kandung pertama pasien mempunyai riwayat penyakit alergi yaitu rhinitis
alergika dan vertigo. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, paru,
lambung, ginjal dan hati didalam keluarga disangkal.

14

F. Anamnesis Psikologik
a. Status mentalis:
Baik
Orientasi
Orang
Waktu
Tempat
Situasi
Daya ingat
Sangat lampau
Baru terjadi
Ingat obyek setelah 5 menit segera
(mengulang)

Terganggu

Kuisioner pendek / portable tentang Status Mental:


Tanggal berapakah hari ini?
Hari apakah hari ini?
Apakah nama tempat ini?
Berapakah nomor telpon rumah anda?
Berapakah usia anda?
Kapankah anda lahir
(tanggal/bulan/tahun)?
Siapa nama gubernur sekarang?
Nama gubernur sebelum ini?
Nama ibumu sebelum menikah?
100 dikurangi 7 dan seterusnya
Jumlah kesalahan

Betul

Tidak Punya

Salah

: 0 (Baik)

0-2

kesalahan : baik

3-4

kesalahan : gangguan intelek ringan

5-7

kesalahan : gangguan intelek sedang

7-10

kesalahan : gangguan intelek berat

b. Perasaan hati / afeksi


Baik / labil / depresif / agitatif / cemas

15

1. Penapisan depresi
Untuk setiap pertanyaan di bawah ini, penjelasan mana yang paling dekat
dengan perasaan yang anda rasakan bulan lalu?
Indikator pertanyaan

Setiap Sering Kadang Jarang Tidak


waktu Sekali kadang sekali pernah

a. Berapa seringkah bulan yang


lalu masalah kesehatan anda
menghalangi kegiatan anda, (mis.
pergi
mengunjungi
teman,
aktivitas sosial)

b. Berapa seringkah bulan lalu


anda merasa gugup?

c. Berapa seringkah bulan lalu


anda merasa tenang dan damai?

d. Berapa seringkah bulan lalu


anda merasa sedih sekali?

e. Berapa seringkah bulan lalu


anda merasa bahagia?

f. Berapa seringkah bulan lalu


anda merasa begitu sedih sampai
serasa tak ada sesuatupun yang
mungkin menghiburnya?

g. Selama bulan lalu, berapa


seringnya perasaan depresi anda
mengganggu kerja anda sehari
hari?

h. Selama bulan lalu, berapa


sering anda merasa tak ada lagi
sesuatu yang anda harapkan lagi?

i. Selama bulan lalu, berapa sering


anda merasa tak diperhatikan
keluarga?

j. Berapa sering selama bulan lalu


anda merasa ingin menangis apa
saja?

k. Selama bulan lalu, berapa


sering anda merasa bahwa hidup
ini sudah tak ada gunanya lagi?

16

Hasil Pemeriksaan Fisik


Tanggal 15 juni 2015
Keluhan

: Gatal gatal pada lipat paha sejak 5 hari

Keadaan Umum

: Sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Tinggi Badan

: 150 cm

Berat Badan

: 60 kg

BMI

: 26,67 kg/m2

Keadaan Gizi

: Berlebih

Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 80 x/menit

Frekuensi Nafas : 18 x/menit

Suhu

: 36,7 oC

Kepala

: Normocephali

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor

Telinga

: Normotia, serumen -/-, sekret -/-

Hidung

: Bentuk normal, sekret -/-, septum deviasi -

Tenggorok : T1-1, hiperemis (-), faring hiperemis (-), detritus -/-, kripta -/Mulut

: Bibir kering (-), sianosis (-)

Dada

Cor

: Iktus kordis tak tampak

Pa : Iktus kordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS


Pe : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo I

: Simetris saat statis dan dinamis

Pa : Stem fremitus kiri lebih lemah dari yang kanan


Pe : Sonor pada kedua lapang paru, nyeri ketuk (-)
Au : Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen I

: Datar

Pa : Supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)

17

Pe : Timpani
Au
Ekstremitas

: Bising usus (+) normal


Superior

Inferior

Oedema

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Kemerahan

-/-

-/-

Nyeri tekan

-/-

-/-

Status Lokalis
Gambar 2. Status Lokalis

Makula eritematosa yang berbentuk serpiginosa dan berbatas tegas dengan daerah
tepi lesi terdapat skuama halus, vesikel dan papul yang aktif sedangkan pada daerah
tengah lesi lebih tenang (central healing) pada regio aksila sinistra, mamae sinistra
dan inguinalis desktra.Terdapat erosi pada lesi akibat garukan pada regio aksila
sinistra.
G. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
( Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang)
H. Diagnosis

Kunjungan pertama : Tinea corporis et cruris

Kunjungan kedua

:-

Kunjungan ketiga

: Suspek vertigo sentral

Kunjungan keempat : Suspek vertigo sentral

18

I. Rencana Penatalaksanaan
Pengobatan yang telah diberikan :
Terapi medikamentosa :

Cetirizin HCL 10 mg 1 x 1

Paracetamol 500 mg 3 x 1

Salep Miconazole 2%

Vitamin B12 3 x 1

Terapi edukasi :

Konsultasi ke dokter spesialis kulit kelamin apabila keluhan


memburuk dan tidak kunjung berkurang.

Anjuran untuk melakukan pemeriksaan kerokan KOH untuk


mengetahui jamur penyebab penyakit.

Jangan digaruk, karena kulit yang bermasalah apabila digaruk


akan menjadi semakin gatal dan menghitam.

Oleskan salep dengan teratur dan tipis tipis minimal 2x per hari
yaitu setiap setelah mandi.

Hindari hal yang menyebabkan kulit menjadi lembab, usahakan


kulit kering dan bersih.

Hindari memakai pakaian dan celana ketat.

Mengurangi konsumsi makanan tinggi garam.

Mengurangi konsumsi makanan yang memicu alergi seperti telur,


kacang, udang, cumi atau beberapa makanan yang berasal dari air
laut.

Hindari menggunakan sabun antiseptic saat mandi, lebih baik


menggunakan sabun biasa atau dengan pelembut.

J. Hasil Penatalaksanaan Medis


Saat kunjungan rumah kedua (16 September 2015) keadaan kesehatan
penderita sudah merasa lebih baik, keluhan gatal gatal sudah tidak ada, kulit
pasien sudah mengering dan mulai mengalami penyembuhan. Pasien sudah
melakukan berbagai perubahan dalam kegiatan sehari hari yaitu mandi

19

dengan sabun dengan pelembut, tidak menggaruk-garuk kulit yang gatal


tersebut, menggunakan pelembab setiap setelah mandi, menggunakan baju
yang tidak ketat, mengurangi makanan tinggi garam dan yang memicu alergi
dan obat yang diberikan telah habis digunakan pasien.
Saat kunjungan rumah ketiga (23 September 2015) keadaan kesehatan
penderita sedikit menurun, keluhan gatal gatal sudah tidak ada, kulit pasien
sudah mengering dan mulai mengalami penyembuhan. Namun pasien
mengeluh mengalami pusing berputar saat bangun tidur dan sudah mulai
membaik karena pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberikan obat.
Pasien dijelaskan mengenai penyakit yang diderita dan memahami hal yang
telah dijelaskan dan melanjutkan terapi yang telah diberikan.
Saat kunjungan rumah keempat (29 September 2015) keadaan kesehatan
penderita sudah membaik, keluhan gatal gatal sudah tidak ada, kulit pasien
sudah mengalami penyembuhan dan keluhan pusing berputar sudah teratasi
dengan melaksanakan anjuran yang diberikan ke pasien yaitu menghindari
faktor pencetus, istirahat yang cukup, obat yang diberikan telah habis
digunakan pasien dan pasien memiliki persediaan apabila sewaktu waktu
gejala muncul kembali.
Hasil penatalaksanaan medis dapat berjalan dengan lancar karena
didukung oleh beberapa faktor pendukung dari pasien yaitu sebagai berikut.
Faktor Pendukung

Pasien memiliki keinginan untuk sembuh.

Sikap pasien kooperatif sehingga dapat dengan mudah memahami


penjelasan dan edukasi yang diberikan.

Pasien patuh dan melaksanakan edukasi yang telah diberikan.

Keluarga pasien terbuka dan mendukung perbaikan dalam


mencapai perilaku hidup sehat.

Namun dalam pelaksanaan terdapat beberapa faktor yang menghambat


pasien yaitu sebagai berikut.
Faktor Penghambat

Ventilasi rumah masih kurang sehingga rumah cenderung lembab.

20

Kebiasaan keluarga pasien menjemur pakaian didalam kamar mandi.

Kesadaran pasien untuk rutin olahraga 3x seminggu belum terlaksana.

Terdapat riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi dan vertigo di


dalam kelurga yang menjadi risiko untuk diturunkan ke pasien.

Indikator Keberhasilan :

Pasien memahami mengenai penyakitnya meliputi penyebab, faktor


pencetus, faktor yang memperberat, pencegahan dan penatalaksanaan
serta berusaha untuk menghindari faktor-faktor tersebut.

Pasien mengonsumsi makanan yang rendah garam dan mengurangi


makanan yang memicu alergi.

IV.

Identifikasi Fungsi Fungsi Keluarga


A. Fungsi Biologis
Dari hasil wawancara diperoleh informasi, bahwa penderita tidak pernah
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, penyakit jamur dan vertigo diketahui
oleh pasien pada saat kunjungan rumah dan puskesmas.
B. Fungsi Psikologis
Penderita tinggal di rumah dengan anggota keluarga yang berjumlah 6
orang. Penderita terbiasa tidur pukul 22.00 WIB dan bangun pukul 04.30 WIB.
Hubungan penderita dengan keluarga dan tetangga cukup baik.
C. Fungsi Ekonomi
Penderita dalam hal ini sebagai ibu rumah tangga bukan merupakan
tulang punggung keluarga. Pendapatan saat ini didapatkan dari suami pasien
bekerja sebagai pedagang dan anak pertama pasien bekerja sebagai karyawan
swasta sehingga total pendapatan per bulan sekitar kurang lebih Rp.
3.000.000,00
D. Fungsi Pendidikan
Pendidikan penderita ialah tamat SMA. Suami pasien tamat SMA dan
bekerja sebagai pedagang. Anak pertama tamat SMK dan bekerja sebagai

21

karyawan swasta dan belum menikah. Anak kedua sedang duduk dibangku
SMP. Anak ketiga sedang duduk dibangku SD dan anak keempat belum sekolah.
E. Fungsi Religius
Penderita beragama Islam dan beribadah rutin dirumah, jarang ke tempat
peribadatan (masjid) karena faktor jarak tempuh dan kondisi mengurus rumah
F. Fungsi Sosial Budaya
Penderita tinggal di tempat pemukiman penduduk yang padat. Hubungan
penderita dengan tetangga cukup baik. Sosialisasi dengan tetangga cukup baik.
V.

Pola Konsumsi Makanan Penderita


FORMULIR 24 HOUR RECALL
Waktu

Jam

Makan
Pagi

07.00

Makan
Siang

13.00

Makan
Malam

19.00

Nama Makanan
dan Minuman
Roti
Teh manis hangat
Nasi putih
Ikan goreng
Tempe goreng
Cah kangkung
Air mineral
Nasi putih
Telur dadar
Tempe goreng
Air mineral

Bahan
Makanan
Roti tawar
Teh
Gula pasir
Air hangat
Nasi
Ikan
Tempe
Kangkung
Air mineral
Nasi
Telur ayam
Tempe
Air mineral

Jumlah
URT
2 lembar
1 sachet
1 sendok
1 gelas
3/4 gelas
2 potong
1 potong
1 mangkuk
2 gelas
3/4 gelas
1 butir
1 potong
2 gelas

Gram
73
15
100
50
45
60
100
50
45
-

Penjelasan :
Berdasarkan perhitungan tinggi dan berat badan serta umur pasien, maka Ny. E
memerlukan asupan kalori per hari sebanyak: 1008 - 1558 kalori. Frekuensi makan rata
rata setiap hari 3x/hari saat makan pagi, makan siang dan makan malam dengan
variasi makanan sebagai berikut : nasi, lauk pauk, sayur dan jarang memakan buahbuahan dan meminum susu. Menu nasi, sayur dan lauk berupa telur ataupun ikan
merupakan menu yang lebih sering ada di rumah penderita, tambahan lauk seperti ayam

22

atau daging biasanya apabila terdapat penghasilan tambahan.


Pada tabel tertera total asupan kalori/hari pasien termasuk kedalam cukup yaitu
dengan penghitungan yaitu 1 gram karbohidrat dan protein sama dengan 4 kalori, 1
gram lemak sama dengan 9 kalori maka total kalori berdasarkan 24 hour recall diatas =
2150 kkal/day yang berarti melebihi asupan kalori harian seharusnya.
Karena pasien memiliki berat badan berlebihan dan tingkat aktivitas yang
kurang maka pasien dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori harian hingga batas
yang dianjurkan. Kemudian karena pasien memiliki risiko penyakit tekanan darah tinggi
didalam keluarga maka pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam hingga 46 gram/hari yaitu setara dengan seperempat sendok teh.
VI.

Identifikasi Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan


A. Faktor Perilaku
Penderita memiliki kebiasaan makan teratur dengan frekuensi makan
3x/hari dan tidak diselingi snack dengan jenis makanan yang sehat. Penderita
jarang melakukan olah raga dan aktivitas sehari hari adalah sebagian besar
duduk. Jika ada anggota keluarga sakit maka pasien dan keluarga segera ke
bidan atau puskesmas. Pemanfaatan waktu luang untuk tidur siang dan
menemani anaknya bermain.
B. Faktor Non Perilaku
Sarana pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan rumah adalah
Puskesmas. Hal ini cukup berpengaruh terhadap kemudahan mendapatkan
pelayanan kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit, jarak rumah ke
puskesmas 1 kilometer.

VII.

Diagnosis Fungsi Keluarga


A. Fungsi Biologis

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

Saat ini terdapat anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama yaitu
anak kedua pasien.

23

Riwayat penyakit menular dan penyakit kronis pada anggota keluarga


lainnya dalam satu bulan terakhir disangkal.

B. Fungsi Psikologis

Hubungan penderita dengan keluarga baik.

Penderita termasuk orang yang mudah bergaul.

C. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Tidak terdapat masalah dalam perekonomian keluarga.

D. Fungsi Sosial

Dapat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar

E. Faktor Perilaku

Patuh meminum obat dan melaksanakan edukasi yang diberikan

Makanan yang dikonsumsi kurang bervariasi

Cukup peduli kebersihan rumah

Jarang berolahraga

Aktivitas sehari hari sebagian besar duduk dan waktu luang diisi dengan
tidur siang

F. Faktor Non Perilaku

VIII.

Tidak ada masalah

Identifikasi Lingkungan Rumah


A. Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah penderita terletak di pemukiman penduduk yang padat dengan
ukuran ukuran 36 m2, bentuk bangunan 1 lantai. Secara umum gambaran rumah
terdiri dari 1 kamar tidur,

1 dapur, 1 kamar mandi + WC, ruang makan

bergabung dengan ruang keluaga, ruang tamu dan tempat tidur pasien. Lantai
terbuat dari ubin, dinding terbuat dari tembok, atap rumah dari genteng. Jendela
ada 2 buah ukuran 40x60 cm. Penerangan didalam ruangan cukup baik. Udara
didalam ruangan terasa sedikit lembab, dan kebersihan dalam dan luar rumah
cukup bersih, tata letak barang-barang cukup rapi, listrik 800 wat, sumber air

24

dari pompa air (sanyo). Jamban jongkok. Jarak antara sumber air dan septitank
1 meter. Bak mandi dikuras 2 minggu sekali, air limbah dialirkan ke selokan/got.
Sampah rumah dikumpulkan dan diangkut oleh petugas kebersihan setiap pagi.
B. Denah Rumah
Gambar 3. Denah Rumah

Keterangan ruangan:
1. Teras / tempat menjemur pakaian/ tempat parkir motor
2. Ruang tamu / keluarga / makan / ruang tidur
3. Ruang tidur/ mengganti pakaian
4. Dapur
5. Ruang cuci pakaian
6. Kamar mandi + WC
Analisis Keadaan Rumah :
1. Letak rumah di daerah

: perumahan padat penduduk

2. Bentuk bangunan rumah

: lantai 1

Kepemilikan rumah

: sendiri

3. Luas rumah

: 36 m2

Jumlah orang dalam satu rumah

: 6 orang

Luas halaman rumah

: tidak ada halaman rumah

4. Lantai rumah dari

: ubin

5. Dinding rumah dari

: tembok

6. Atap rumah

: genteng

7. Pembagian ruangan rumah

25

Ruang tamu

: ada

Ruang makan

: ada (gabung dengan ruang tamu)

Ruang keluarga

: ada (gabung dengan ruang tamu)

Ruang tidur

: ada 2 (salah satu ruang tidur gabung

dengan ruang tamu)


8. Jendela rumah

: ada 2 buah, Ukuran 40x60 cm

Penerangan didalam rumah (dinilai setelah membandingkan luas jendela dengan


lantai dan kesan subjektif saat membaca tulisan didalam rumah) : cukup
9.

Listrik di rumah

: ada 220 watt

10. Lubang ventilasi :


-

Ruang tamu

: ada

Ruang makan

: ada

Ruang keluarga

: ada

Ruang tidur

: ada

Keempat ruangan diatas bergabung menjadi 1 ruangan dengan ukuran ventilasi


40 x 60 cm
-

Kelembaban dalam rumah

: terasa lembab

Kesan ventilasi di dalam rumah

: kurang

11. Kebersihan dalam rumah

: cukup

12. Sumber air minum dari

: air kemasan

13. Kamar mandi

: ada

14. Limbah rumah tangga di alirkan ke : got (saluran limbah)


15. Tempat sampah diluar rumah

: ada, tertutup

16. Jalan di depan rumah lebarnya

: gang kecil 3 meter, terbuat dari aspal

Kesan kebersihan lingkungan pemukiman : cukup

26

IX.

Diagram Realita yang Ada pada Keluarga


Genetik

Status
Kesehatan

Yankes

Ayah kandung pasien mempunyai


riwayat penyakit jantung dan hipertensi.
Kakak kandung pertama mempunyai
riwayat alergi dan vertigo

Lingkungan

Puskesmas kelurahan
Pondok labu terjangkau

Lingkungan rumah cukup


bersih
Ventilasi udara dan cahaya
yang masuk kurang sehingga
lembab
Kebiasaan menjemur pakaian
didalam kamar mandi sehingga
lembab

Perilaku

Pola makan pasien yang melebihi asupan


harian.
Pasien jarang makan buah dan susu
Pasien jarang olah raga
Aktivitas cenderung duduk dan waktu luang
diisi dengan tidur siang.
Dari 4 bagian yang menyumbang kepada status kesehatan pasien, faktor
yang harus diperbaiki adalah lingkungan dan perilaku pasien.

27

X.
No
1.

2.

3.

Tabel Permasalahan Pada Keluarga


Resiko dan Masalah
Rencana Pembinaan
Kesehatan
Pola makan melebihi Menjelaskan bahwa penting untuk
asupan kalori harian
mengurangi asupan kalori harian
hingga batas yang seharusnya
sehingga
akan
membantu
mencapai berat badan yang ideal.
Jarang mengonsumsi Menjelaskan
manfaat
dari
buah buahan dan konsumsi buah dan sayur untuk
sayur
tubuh
sehingga
tercapai
kebutuhan nutrisi yang cukup.
Jarang berolahraga
Menjelaskan bahwa olahraga
penting untuk kesehatan yaitu
dengan membuat tubuh lebih
bugar dan membantu mencapai
berat badan yang ideal.
Aktivitas cenderung Menjelaskan pasien bahwa tidur
duduk dan waktu siang diperbolehkan, namun tidak
luang diisi dengan berlebihan dan menganjurkan
tidur siang
pasien aktif bergerak, mengisi
waktu luang dengan olahraga dan
berbagai
kegiatan
yang
bermanfaat beberapa kali dalam
seminggu.
Ventilasi udara dan Menjelaskan
pasien
bahwa
cahaya yang masuk ventilasi yang kurang menjadi
kurang
risiko keluarga untuk mengalami
penyakit jamur
Kebiasaan menjemur Menjelaskan
pasien
bahwa
pakaian
didalam kebiasaan pasien menjadi risiko
kamar mandi
keluarga
untuk
mengalami
penyakit jamur
Riwayat
penyakit Menjelaskan
pasien
bahwa
jantung,
hipertensi, keluarga pasien memiliki risiko
alergi dan vertigo untuk
mengalami
penyakit
dalam keluarga
jantung, hipertensi, alergi dan
vertigo. Sehingga diperlukan
untuk melakukan pencegahan
sebelum mengalami penyakit
tersebut.
Menganjurkan
pasien
untuk
konsultasi ke dokter spesialis
THT apabila pusing membaik.

Indikator Keberhasilan
Penilaian
Pasien telah mengurangi
asupan kalori harian.

Pasien telah mengonsumsi


rutin sayur setiap hari,
namun buah minimal 3
kali dalam seminggu.
Pasien
telah
mulai
melakukan
olahraga,
minimal 3 kali dalam
seminggu.
Pasien telah mencoba
mengikuti
beberapa
kegiatan masyarakat dan
olahraga sebanyak 2 kali
dalam seminggu.

Pasien mencoba lebih


sering membuka jendela
dan pintu, mencuci dan
menjemur pakaian dan
sprei sebanyak sekali
dalam seminggu.
Pasien telah menjemur
pakaian dan sprei di teras
didepan rumah sehingga
terkena sinar matahari
Pasien
memahami
berbagai faktor risiko dan
pemicu yang dimiliki oleh
diri pasien, pasien sudah
melakukan
berbagai
pencegahan yaitu dengan
mengurangi
makanan
yang
memicu
alergi,
makanan rendah garam,
olahraga dan konsultasi ke
dokter spesialis THT.

28

XI.

Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tanggal Kegiatan yang Dilakukan


Kunjun
gan
10/09/15 Perkenalan
diri
dan
memberitahukan maksud
dan tujuan home visit.
Melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
Memberi
penjelasan
kepada penderita tentang
penyakitnya,
meliputi
definisi, penyebab, faktor
pencetus, pencegahan dan
penatalaksanaan.
16/09/15 Menanyakan fungsi
keluarga dalam menunjang
kesehatan pasien
Monitor status kesehatan
pasien
Melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap
anak ketiga pasien.
Memberi
penjelasan
kepada pasien tentang
penyakitnya,
meliputi
definisi, penyebab, faktor
pencetus, pencegahan dan
penatalaksanaan
dari
penyakit anak ketiga dari
pasien.

Keluarga
Hasil Kegiatan
yang
Terlibat
Pasien, anak Penderita menerima
pertama dari
kunjungan.
pasien, anak Penderita memahami
kedua dari
penjelasan
tentang
pasien, anak
penyakitnya.
keempat
dari pasien

Indikator
evaluasi
kegiatan
Penderita
berkenan
menceritakan
mengenai
keluhan yang
dirasakan.
Pada
kunjungan
berikutnya
keluhan sudah
berkurang.

Pasien,
Diketahui
fungsi Keluhan
suami
biologis, psikologis,
subjektif
pasien, anak
ekonomi,
sosial,
sudah
tidak
ketiga dari
perilaku dan non
ada
pasien
perilaku
Pada
kunjungan
Diketahui
status
kesehatan
pasien
berikutnya
terkini
keadaan kulit
pasien sudah
Pasien
memahami
sembuh dan
penjelasan
tentang
penyakit anak
penyakit anak nya.
ketiga
dari
pasien dapat
dicegah.

22/09/15 Monitor status kesehatan Pasien, anak Diketahui


status Muncul
kedua dari
pasien
kesehatan
pasien keluhan baru
pasien
terkini
yaitu pusing
Memberi
penjelasan
kepada pasien tentang
Penderita memahami berputar
penyakitnya,
meliputi
penjelasan
tentang Pasien
definisi, penyebab, faktor
penyakitnya.
berusaha
pencetus, pencegahan dan
Pasien
memahami mengubah
penatalaksanaan
dari
penjelasan
tentang pola makan.
penyakit.
identifikasi
gaya Pasien mulai
hidup
berolahraga
Identifikasi gaya hidup

29

Tanggal
Kegiatan yang Dilakukan
Kunjun
gan
29/09/15 Monitor status kesehatan
pasien
Edukasi tentang perilaku
hidup bersih dan sehat
Dokumentasi

Keluarga
yang
Terlibat
Pasien

Hasil Kegiatan
Diketahui
status
kesehatan
pasien
terkini
Pasien
memahami
tentang perilaku hidup
bersih dan sehat

Indikator
evaluasi
kegiatan
Pasien
memahami dan
menerapkan
pola
hidup
bersih & sehat
serta berusaha
menjaga
kebersihan
lingkungan

30

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tingkat pemahaman

Pembinaan terhadap penderita yang dilakukan cukup baik.

2. Faktor pendukung

Pasien memiliki keinginan untuk sembuh.

Sikap pasien kooperatif sehingga dapat dengan mudah memahami


penjelasan dan edukasi yang diberikan.

Pasien patuh dan melaksanakan edukasi yang telah diberikan.

Keluarga pasien terbuka dan mendukung perbaikan dalam mencapai


perilaku hidup sehat.

3. Faktor penyulit

Ventilasi rumah masih kurang sehingga rumah cenderung lembab.

Kebiasaan keluarga pasien menjemur pakaian didalam kamar mandi.

Kesadaran pasien untuk rutin olahraga 3x seminggu belum


terlaksana.

Terdapat riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi dan vertigo di


dalam kelurga yang menjadi risiko untuk diturunkan ke pasien.

4. Indikator keberhasilan

Pasien telah mengurangi asupan kalori harian.

Pasien telah mengonsumsi sayur dan buah setiap hari.

Pasien telah mulai melakukan olahraga, minimal 3 kali dalam


seminggu.

Pasien telah mencoba mengikuti beberapa kegiatan masyarakat dan


olahraga sebanyak 2 kali dalam seminggu.

Pasien mencoba lebih sering membuka jendela dan pintu, mencuci


dan menjemur pakaian dan sprei sebanyak sekali dalam seminggu.

Pasien telah menjemur pakaian dan sprei di teras didepan rumah


sehingga terkena sinar matahari

31

Pasien memahami berbagai faktor risiko dan pemicu yang dimiliki


oleh diri pasien, pasien sudah melakukan berbagai pencegahan yaitu
dengan mengurangi makanan yang memicu alergi, makanan rendah
garam dan olah raga.

B. Saran
1. Dilakukan edukasi yang berkelanjutan terhadap pasien dan keluarga untuk
selalu menjaga kelembaban dan kebersihan rumah agar tidak kembali
mengalami penyakit jamur kembali.
2. Dilakukan edukasi yang berkelanjutan terhadap pasien dan keluarga untuk
menjaga perilaku hidup sehat yaitu dengan mengurangi merokok, menjaga
pola makan anak agar kondisi tonsil tidak memburuk dan menjaga makanan
yang dikonsumsi agar tidak memicu terjadinya alergi.
3. Memberikan motivasi terhadap pasien dalam melakukan pola hidup sehat
yaitu makan dengan asupan kalori per hari yang sesuai dan olahraga teratur
untuk mencapai berat badan ideal.

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Patel S, Meixner JA, Smith MB, McGinnis MR. Superficial mycoses and
dermatophytes. In : Tyring SK, Lupi O, Hengge UR, editors. Tropical
dermatology. China: Elsenvier inc, 2006. p.185-92.
2. Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. Fungal disease with cutaneus
involvement. In : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA,
Katz SI. Fitzpatricks: Dermatology in general medicine. 6th ed. New York: Mc
graw hill, 2004.p:1908-2001.
3. Sobera JO, Elewski BE. Fungal disease. In : Bolognia JL, Jorizzo JL, Raiini RP,
editors. Dermatology. Spain : Elsevier Science; 2003. p.1174-83.
4. Rook, Willkinson, Ebling. Mycology. In : Champion RH, Burton JL, Ebling
FJG, editors. Text book of dermatology. 5th ed. London : Blackwell scientific
publication,1992. p.1148-9.
5. Habif TP. Clinacal dermatology. 4th ed. Edinburgh: Mosby, 2004
6. Goedadi MH, Suwito PS. Tinea korporis dan tinea kruris. In : Budimulja U,
Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors.
Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004.p.31-4
7. Rushing ME. Tinea corporis. Available at http://www.emedicine.com/asp/tinea
corporis/article/page type=Article.htm accessed on 28th September 2015
8. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Suurmond D. Colour atlas and synopsis
of clinical dermatology. Athed New York: Mc graw hill.1999.
9. Noble SL, Forbes RC, Stamm PL. Diagnosis and management of common tinea
infections. Available at http://www.afp.org/journal/asp/.htm accessed on 28th
September 2015
10. Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit. Makassar: Percetakan LKiS, 2003.
11. Allen Hb, Rippon JW. Superficial and deep mycoses. In : Moschella SL, Hurley
HJ. Dermatology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Sauders company, 1992. p.739-75
12. Budimulja U. Mikosis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. editors. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. 3rd ed. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2002.p.92-3.

33

13. Arndt KA, Bowers KE. Manual of dermatology therapeutics with essential of
diagnostic. 6th ed. Philadelphia: Lippincot Williams & willkins.2002.
14. Nugroho SA. Pemeriksaan penunjang diagnosis dermatomikosis superfisialis. In
: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S,
editors. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004.p.99106.
15. Kuswadji, Widaty KS. Obat anti jamur. In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono
K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis.
Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004.p.108-16.

34

LAMPIRAN
Pasien, Anak Ketiga dari Pasien dan Koas Puskesmas Pondok Labu

Jalan Menuju Rumah Pasien

Jalan Utama

Jalan Gang Masuk

Jalan Didepan
Rumah Pasien

Keadaan Rumah Pasien

Ruang Tamu +
Ruang Keluarga +
Kamar Tidur

Kamar Tidur

35

Lorong Rumah +
Tempat Cuci Baju

Kamar Mandi + WC
Tempat Menjemur

Dapur

Teras Rumah
Tempat Menjemur

36

Anda mungkin juga menyukai