Disusun Oleh :
Nilam Permata (030.10.206)
Prita Rosdiana (030.10.222)
R. Ifan Arief Fahrurozi (030.10.226)
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 10 AGUSTUS 2015 17 OKTOBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kulit di Indonesia sangat meningkat tajam yang dikarenakan
oleh iklim di Indonesia itu sendiri yang beriklim tropis, sehingga
penyebarannya juga sangat meningkat tajam. Penyakit infeksi jamur di kulit
mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia, oleh karena negara kita beriklim
tropis dan kelembabannya tinggi angka insidensi dermatofitosis pada tahun
1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia
sangat bervariasi, dimulai dari prosentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya)
hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus
dermatomikosis.
Tricophyton rubrum merupakan infeksi yang paling umum diseluruh
dunia dan sekitar 47 % menyebabkan tinea korporis. Tricophyton tonsuran
merupakan dermatofit yang lebih umum menyebabkan tinea kapitis, dan
orang dengan infeksi tinea kapitis antropofilik akan berkembang menjadi
tinea korporis. Walaupun prevalensi tinea korporis dapat disebabkan oleh
peningkatan
Tricophyton
tonsuran,
Microsporum
canis
merupakan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Sebagai bentuk aplikasi dalam menilai masalah kesehatan secara holistik.
2. Tujuan khusus
a. Identifikasi penyakit yang diderita pasien.
b. Mengetahui
dan
mengidentifikasi
faktor
pemicu
masalah/penyakit tersebut.
c. Memberikan edukasi mengenai penyakit, faktor pemicu dan cara
mengatasinya.
d. Memantau status kesehatan pasien.
e. Mengevaluasi hasil pengobatan yang telah diberikan terhadap
penyakit pasien.
f. Memberikan masukan mengenai peran pasien, keluarga dan
lingkungan dalam menanggulangi penyakit pada pasien dan
keluarga pasien.
D. Manfaat Kegiatan
1. Manfaat bagi Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINEA CORPORIS ET CRURIS
a. Definisi
Tinea korporis adalah penyakit dermatofit pada kulit glabrosa,
selain kulit kepala, wajah, kaki, telapak tangan dan kaki, janggut dan
lipatan paha.(1,2,3) Manifestasinya akibat infiltrasi dan proliferasinya pada
stratum korneum dan tidak berkembang pada jaringan yang hidup.(1,4)
Metabolisme dari jamur dipercaya menyebabkan efek toksik dan respon
alergi. Tinea korporis umumnya tersebar pada seluruh masyarakat tapi
lebih banyak di daerah tropis. (1)
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur dan paling sering
terjadi pada iklim yang panas (tropis dan subtropis).(5,6) Ada beberapa
macam variasi klinis dengan lesi yang bervariasi dalam ukuran derajat
inflamasi dan kedalamannya. Variasi ini akibat perbedaan imunitas
hospes dan spesies dari jamur.(5)
b. Etiologi
Tinea korporis dapat disebabkan oleh berbagai spesies dermatofit
seperti Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Variasi
penyebabnya dapat ditemukan berdasarkan spesies yang terdapat di
daerah tertentu.(1,6) Namun demikian yang lebih umum menyebabkan
tinea korporis adalah T.rubrum, T.mentagrophytes, dan M.canis.(1)
c. Epidemiologi
Tinea korporis
habitatnya
dermatofit
digolongkan
sebagai
membesar, selanjutnya bagian tengah dari lesi akan menjadi bentuk yang
anular akan mengalami resolusi, dan bentuk lesi menjadi anular.(1,5,7,10,11)
berupa skuama, krusta, vesikel, dan papul sering berkembang, khususnya
pada bagian tepinya. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat
garukan. Lesi pada umumnya merupakan bercak terpisah satu dengan
yang lainnya.(10)
Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang akut biasanya
tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan
bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut
tinea korporis et kruris.(12)
Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton
concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata mulai dengan
bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar.
Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar.
Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah,
sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris. (7)
Tinea korporis lebih sering ditemukan sebagai asimptomatik atau
gatal ringan. Secara obyektif tipikal lesinya mulai sebagai makula
eritematosa atau papul yang menjalar dan berkembang menjadi anular,
dan lesi berbatas tegas, skuama atau vesikel, tepi yang berkembang dan
healing center. Tinea korporis lebih sering pada permukaan tubuh yang
terbuka antara lain wajah, lengan dan bahu.(13)
e. Diagnosis
Diagnosis
ditetapkan
berdasarkan
gambaran
klinis
dan
beberapa dari keadaan ini diidentifikasi dari hasil positif kerokan oleh
kultur jamur. (14)
Dalam patogenesisnya, jamur patogen akan menyebabkan
kelainan pada kulit sehingga atas dasar kelainan kulit inilah kita dapat
membangun diagnosis. Akan tetapi kadang temuan efloresensi tidak khas
atau tidak jelas, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang. Sehingga
diagnosis menjadi lebih tepat. (14)
Pemeriksaan mikroskopik langsung terhadap bahan pemeriksaan
merupakan pemeriksaan yang cukup cepat, berguna dan efektif untuk
mendiagnosis
infeksi
jamur.(6)
Pemeriksaan
KOH
merupakan
Floresensi
Hijau, biru kehijauan Kuning
keemasan
Effloresensi
Merah bata kuning
f. Diagnosis Banding
Bergantung variasi gambaran klinis, tinea korporis kadang sulit
dibedakan dengan beberapa kelainan kulit yang lainnya. Antara lain
dermatitis kontak, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, ptiriasis
rosea,(6,12) dan psoriasis.(6,7,12) Untuk alasan ini, tes laboraturium
sebaiknya dilakukan pada kasus dengan lesi kulit yang tidak jelas
penyebabnya. (6)
Kelainan kulit pada dermatitis seboroik selain dapat menyerupai
tinea korporis, biasanya dapat terlihat pada tempat-tempat predileksi,
misalnya dikulit kepala, lipatan-lipatan kulit, misanya belakang telinga,
daerah nasolabial dan sebagainya. Psoriasis dapat dikenal dari kelainan
kulit dari tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor, misalnya lutut, siku
dan punggung. Kulit kepala berambut juga sering terkena pada penyakit
ini. Adanya lekukan lekukan pada kuku dapat pula menolong untuk
menentukan diagnosis. (12)
Pitiriasis rosea, yang distribusi kelainan kulitnya simetris dan
terbatas, tubuh dan bagian proksimal anggota badan, sukar dibedakan
dengan tinea korporis tanpa heral patch yang dapat membedakan
penyakit ini dengan tinea korporis. Pemeriksaan laboratorium
yang
faktor
predisposisi
penting,
misalnya
menyerap keringat.
Terapi topikal
Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena
dermatofit biasanya hidup pada jaringan. Berbagai macam
preparat imidazol
dan alilamin
(7,15)
topikal
yang
bersifat
fungisidal
dan
fungistatik,
Terapi sistemik
Pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of
Dermatology menyatakan bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik
dapat digunakan pada kasus hiperkeratosis terutama pada telapak
tangan dan kaki, lesi yang luas, infeksi kronis, pasien
imunokompromais, atau pasien tidak responsif maupun intoleran
terhadap OAJ topikal. (15)
o Griseofulvin (7,15)
Obat ini berasal dari penicillium griceofulvum dan masih
dianggap baku emas pada pengobatan infeksi dermatofit
genus Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton.
Berkerja pada inti sel, menghambat mitosis pada stadium
metafase.
o Ketokonazol (15)
Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas,
fungistatik,
termasuk
golongan
imidazol.
Absorbsi
o Itrakonazol (15)
Merupakan OAJ golongan triazol, sangat lipofilik,
spektrum luas, bersifat fungistatik dan efektif untuk
dermatofita,
ragi,
jamur
dismorfik
maupun
jamur
BAB III
METODE
A. Desain
Desain penulisan yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan
purposive sampling pendekatan wawancara secara langsung melalui kunjungan
rumah.
B. Tempat dan Waktu
Tempat
Waktu
C. Instrumen
Instrumen yang digunakan berupa alat-alat pemeriksaan fisik berupa:
-
Stetoskop
Tensimeter
Thermometer
Palu Refleks
D. Pengambilan data
Dengan diskusi dan anjuran kepada pasien pada kunjungan sebanyak
empat kali, dalam waktu 4 minggu pada bulan September 2015.
E. Analisa
Metode analisa dengan mengamati perkembangan secara keseluruhan
baik diri pasien, keluarga maupun lingkungan yang berperan pada kesehatan
pasien. Dengan wawancara dan pemeriksaan fisik serta pemberian anjurananjuran yang membangun demi perbaikan kesehatan pasien.
10
BAB IV
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
I.
Umur
: 43 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Tn. Syafrizal
Umur
: 42 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki- laki
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pedagang
: KJS
Posyandu balita
: tidak
11
Posyandu lansia
: tidak
II.
Olah raga
: Ya
Rekreasi
: Ya
Melakukan hobi
: Tidak
: Tidak
Arisan
: Ya
Pertemuan RT
: Tidak
Organisasi
: Tidak
Profil Keluarga
Tabel 2. Daftar Anggota Keluarga Kandung
Kedudukan
No Nama dalam
L/P
Keluarga
Umur
(tahun)
Tempat
Tinggal
Bapak
42
SMA
Pedagang
Sehat
PL
Ibu (pasien)
43
SMA
IRT
Sakit
PL
Anak I
20
SMK
Karyawan
Sehat
PL
Anak II
13
SMP
Pelajar
Sehat
PL
Anak III
11
SD
Pelajar
Sehat
PL
Anak IV
Belum
Belum
Sekolah
Bekerja
PL
Sehat
12
Keterangan :
1. Ayah dari pasien meninggal dunia akibat penyakit jantung dan hipertensi
2. Ibu dari pasien sehat
3. Ayah dari suami pasien meninggal dunia akibat kecurigaan keganasan
4. Ibu dari suami pasien sehat
5. Kakak pertama dari pasien memiliki riwayat rhinitis alergika dan vertigo
6. Pasien sakit
7. Adik pertama dari pasien sehat
8. Adik kedua dari pasien sehat
9. Adik ketiga dari pasien sehat
10. Adik keempat dari pasien sehat
11. Kakak pertama dari suami pasien sehat
12. Suami pasien sehat
13. Adik pertama dari suami pasien sehat
14. Anak pertama dari pasien sehat
15. Anak kedua dari pasien sehat
16. Anak ketiga dari pasien sehat
17. Anak keempat dari pasien sehat
13
III.
14
F. Anamnesis Psikologik
a. Status mentalis:
Baik
Orientasi
Orang
Waktu
Tempat
Situasi
Daya ingat
Sangat lampau
Baru terjadi
Ingat obyek setelah 5 menit segera
(mengulang)
Terganggu
Betul
Tidak Punya
Salah
: 0 (Baik)
0-2
kesalahan : baik
3-4
5-7
7-10
15
1. Penapisan depresi
Untuk setiap pertanyaan di bawah ini, penjelasan mana yang paling dekat
dengan perasaan yang anda rasakan bulan lalu?
Indikator pertanyaan
16
Keadaan Umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tinggi Badan
: 150 cm
Berat Badan
: 60 kg
BMI
: 26,67 kg/m2
Keadaan Gizi
: Berlebih
Tanda Vital
Suhu
: 36,7 oC
Kepala
: Normocephali
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorok : T1-1, hiperemis (-), faring hiperemis (-), detritus -/-, kripta -/Mulut
Dada
Cor
: Datar
17
Pe : Timpani
Au
Ekstremitas
Inferior
Oedema
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Kemerahan
-/-
-/-
Nyeri tekan
-/-
-/-
Status Lokalis
Gambar 2. Status Lokalis
Makula eritematosa yang berbentuk serpiginosa dan berbatas tegas dengan daerah
tepi lesi terdapat skuama halus, vesikel dan papul yang aktif sedangkan pada daerah
tengah lesi lebih tenang (central healing) pada regio aksila sinistra, mamae sinistra
dan inguinalis desktra.Terdapat erosi pada lesi akibat garukan pada regio aksila
sinistra.
G. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
( Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang)
H. Diagnosis
Kunjungan kedua
:-
Kunjungan ketiga
18
I. Rencana Penatalaksanaan
Pengobatan yang telah diberikan :
Terapi medikamentosa :
Cetirizin HCL 10 mg 1 x 1
Paracetamol 500 mg 3 x 1
Salep Miconazole 2%
Vitamin B12 3 x 1
Terapi edukasi :
Oleskan salep dengan teratur dan tipis tipis minimal 2x per hari
yaitu setiap setelah mandi.
19
20
Indikator Keberhasilan :
IV.
21
karyawan swasta dan belum menikah. Anak kedua sedang duduk dibangku
SMP. Anak ketiga sedang duduk dibangku SD dan anak keempat belum sekolah.
E. Fungsi Religius
Penderita beragama Islam dan beribadah rutin dirumah, jarang ke tempat
peribadatan (masjid) karena faktor jarak tempuh dan kondisi mengurus rumah
F. Fungsi Sosial Budaya
Penderita tinggal di tempat pemukiman penduduk yang padat. Hubungan
penderita dengan tetangga cukup baik. Sosialisasi dengan tetangga cukup baik.
V.
Jam
Makan
Pagi
07.00
Makan
Siang
13.00
Makan
Malam
19.00
Nama Makanan
dan Minuman
Roti
Teh manis hangat
Nasi putih
Ikan goreng
Tempe goreng
Cah kangkung
Air mineral
Nasi putih
Telur dadar
Tempe goreng
Air mineral
Bahan
Makanan
Roti tawar
Teh
Gula pasir
Air hangat
Nasi
Ikan
Tempe
Kangkung
Air mineral
Nasi
Telur ayam
Tempe
Air mineral
Jumlah
URT
2 lembar
1 sachet
1 sendok
1 gelas
3/4 gelas
2 potong
1 potong
1 mangkuk
2 gelas
3/4 gelas
1 butir
1 potong
2 gelas
Gram
73
15
100
50
45
60
100
50
45
-
Penjelasan :
Berdasarkan perhitungan tinggi dan berat badan serta umur pasien, maka Ny. E
memerlukan asupan kalori per hari sebanyak: 1008 - 1558 kalori. Frekuensi makan rata
rata setiap hari 3x/hari saat makan pagi, makan siang dan makan malam dengan
variasi makanan sebagai berikut : nasi, lauk pauk, sayur dan jarang memakan buahbuahan dan meminum susu. Menu nasi, sayur dan lauk berupa telur ataupun ikan
merupakan menu yang lebih sering ada di rumah penderita, tambahan lauk seperti ayam
22
VII.
Saat ini terdapat anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama yaitu
anak kedua pasien.
23
B. Fungsi Psikologis
D. Fungsi Sosial
E. Faktor Perilaku
Jarang berolahraga
Aktivitas sehari hari sebagian besar duduk dan waktu luang diisi dengan
tidur siang
VIII.
bergabung dengan ruang keluaga, ruang tamu dan tempat tidur pasien. Lantai
terbuat dari ubin, dinding terbuat dari tembok, atap rumah dari genteng. Jendela
ada 2 buah ukuran 40x60 cm. Penerangan didalam ruangan cukup baik. Udara
didalam ruangan terasa sedikit lembab, dan kebersihan dalam dan luar rumah
cukup bersih, tata letak barang-barang cukup rapi, listrik 800 wat, sumber air
24
dari pompa air (sanyo). Jamban jongkok. Jarak antara sumber air dan septitank
1 meter. Bak mandi dikuras 2 minggu sekali, air limbah dialirkan ke selokan/got.
Sampah rumah dikumpulkan dan diangkut oleh petugas kebersihan setiap pagi.
B. Denah Rumah
Gambar 3. Denah Rumah
Keterangan ruangan:
1. Teras / tempat menjemur pakaian/ tempat parkir motor
2. Ruang tamu / keluarga / makan / ruang tidur
3. Ruang tidur/ mengganti pakaian
4. Dapur
5. Ruang cuci pakaian
6. Kamar mandi + WC
Analisis Keadaan Rumah :
1. Letak rumah di daerah
: lantai 1
Kepemilikan rumah
: sendiri
3. Luas rumah
: 36 m2
: 6 orang
: ubin
: tembok
6. Atap rumah
: genteng
25
Ruang tamu
: ada
Ruang makan
Ruang keluarga
Ruang tidur
Listrik di rumah
Ruang tamu
: ada
Ruang makan
: ada
Ruang keluarga
: ada
Ruang tidur
: ada
: terasa lembab
: kurang
: cukup
: air kemasan
: ada
: ada, tertutup
26
IX.
Status
Kesehatan
Yankes
Lingkungan
Puskesmas kelurahan
Pondok labu terjangkau
Perilaku
27
X.
No
1.
2.
3.
Indikator Keberhasilan
Penilaian
Pasien telah mengurangi
asupan kalori harian.
28
XI.
Keluarga
Hasil Kegiatan
yang
Terlibat
Pasien, anak Penderita menerima
pertama dari
kunjungan.
pasien, anak Penderita memahami
kedua dari
penjelasan
tentang
pasien, anak
penyakitnya.
keempat
dari pasien
Indikator
evaluasi
kegiatan
Penderita
berkenan
menceritakan
mengenai
keluhan yang
dirasakan.
Pada
kunjungan
berikutnya
keluhan sudah
berkurang.
Pasien,
Diketahui
fungsi Keluhan
suami
biologis, psikologis,
subjektif
pasien, anak
ekonomi,
sosial,
sudah
tidak
ketiga dari
perilaku dan non
ada
pasien
perilaku
Pada
kunjungan
Diketahui
status
kesehatan
pasien
berikutnya
terkini
keadaan kulit
pasien sudah
Pasien
memahami
sembuh dan
penjelasan
tentang
penyakit anak
penyakit anak nya.
ketiga
dari
pasien dapat
dicegah.
29
Tanggal
Kegiatan yang Dilakukan
Kunjun
gan
29/09/15 Monitor status kesehatan
pasien
Edukasi tentang perilaku
hidup bersih dan sehat
Dokumentasi
Keluarga
yang
Terlibat
Pasien
Hasil Kegiatan
Diketahui
status
kesehatan
pasien
terkini
Pasien
memahami
tentang perilaku hidup
bersih dan sehat
Indikator
evaluasi
kegiatan
Pasien
memahami dan
menerapkan
pola
hidup
bersih & sehat
serta berusaha
menjaga
kebersihan
lingkungan
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tingkat pemahaman
2. Faktor pendukung
3. Faktor penyulit
4. Indikator keberhasilan
31
B. Saran
1. Dilakukan edukasi yang berkelanjutan terhadap pasien dan keluarga untuk
selalu menjaga kelembaban dan kebersihan rumah agar tidak kembali
mengalami penyakit jamur kembali.
2. Dilakukan edukasi yang berkelanjutan terhadap pasien dan keluarga untuk
menjaga perilaku hidup sehat yaitu dengan mengurangi merokok, menjaga
pola makan anak agar kondisi tonsil tidak memburuk dan menjaga makanan
yang dikonsumsi agar tidak memicu terjadinya alergi.
3. Memberikan motivasi terhadap pasien dalam melakukan pola hidup sehat
yaitu makan dengan asupan kalori per hari yang sesuai dan olahraga teratur
untuk mencapai berat badan ideal.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Patel S, Meixner JA, Smith MB, McGinnis MR. Superficial mycoses and
dermatophytes. In : Tyring SK, Lupi O, Hengge UR, editors. Tropical
dermatology. China: Elsenvier inc, 2006. p.185-92.
2. Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. Fungal disease with cutaneus
involvement. In : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA,
Katz SI. Fitzpatricks: Dermatology in general medicine. 6th ed. New York: Mc
graw hill, 2004.p:1908-2001.
3. Sobera JO, Elewski BE. Fungal disease. In : Bolognia JL, Jorizzo JL, Raiini RP,
editors. Dermatology. Spain : Elsevier Science; 2003. p.1174-83.
4. Rook, Willkinson, Ebling. Mycology. In : Champion RH, Burton JL, Ebling
FJG, editors. Text book of dermatology. 5th ed. London : Blackwell scientific
publication,1992. p.1148-9.
5. Habif TP. Clinacal dermatology. 4th ed. Edinburgh: Mosby, 2004
6. Goedadi MH, Suwito PS. Tinea korporis dan tinea kruris. In : Budimulja U,
Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors.
Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004.p.31-4
7. Rushing ME. Tinea corporis. Available at http://www.emedicine.com/asp/tinea
corporis/article/page type=Article.htm accessed on 28th September 2015
8. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Suurmond D. Colour atlas and synopsis
of clinical dermatology. Athed New York: Mc graw hill.1999.
9. Noble SL, Forbes RC, Stamm PL. Diagnosis and management of common tinea
infections. Available at http://www.afp.org/journal/asp/.htm accessed on 28th
September 2015
10. Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit. Makassar: Percetakan LKiS, 2003.
11. Allen Hb, Rippon JW. Superficial and deep mycoses. In : Moschella SL, Hurley
HJ. Dermatology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Sauders company, 1992. p.739-75
12. Budimulja U. Mikosis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. editors. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. 3rd ed. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2002.p.92-3.
33
13. Arndt KA, Bowers KE. Manual of dermatology therapeutics with essential of
diagnostic. 6th ed. Philadelphia: Lippincot Williams & willkins.2002.
14. Nugroho SA. Pemeriksaan penunjang diagnosis dermatomikosis superfisialis. In
: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S,
editors. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004.p.99106.
15. Kuswadji, Widaty KS. Obat anti jamur. In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono
K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis.
Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004.p.108-16.
34
LAMPIRAN
Pasien, Anak Ketiga dari Pasien dan Koas Puskesmas Pondok Labu
Jalan Utama
Jalan Didepan
Rumah Pasien
Ruang Tamu +
Ruang Keluarga +
Kamar Tidur
Kamar Tidur
35
Lorong Rumah +
Tempat Cuci Baju
Kamar Mandi + WC
Tempat Menjemur
Dapur
Teras Rumah
Tempat Menjemur
36