TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Umum
Fungsi utama dari sistem jalan adalah memberikan pelayanan untuk
pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,
nyaman, dan cara pengoperasian yang efisien. Sehubungan itu, menejemen
lalu lintas jalan mempunyai berbagai variasi dalam objektifnya dan berbagai
tingkat persamaan yang mungkin digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Seiring dengan penerapan objektifitas secara umum pada peningkatan arus
lalu lintas di dalam manajemen lalu lintas jalan kota, terkadang dimungkinkan
untuk dilakukan tindakan tersendiri terhadap penghambat gerak lalu lintas
pada daerah tertentu.
U-Turn adalah salah satu cara pemecahan dalam manajemen lalu lintas
jalan kota. Pada jalan kota dengan median, dibutuhkan untuk kendaraan
melakukan gerakan U-Turn pada bukaan median yang dibuat sebagai
kebutuhan khusus.
U-Turn dapat dibedakan berdasarkan pada lokasi seperti U-Turn yang
berdekatan dengan persimpangan, dimana persimpangan (kedua atau salah
satu arah) menggunakan atau tanpa lampu lalu lintas, dan U-Turn pada suatu
ruas jalan jauh dari persimpangan.
II-1
2.
II-2
Kendaraan yang melakukan U-Turn dipengaruhi oleh ukuran fasilitas UTurn, karakteristik kendaraan dan kemampuan pengemudi. Median yang
sempit atau bukaan median yang sempit memaksa pengemudi melakukan
U-Turn menghambat lebih dari dua lajur dalam dari jalan 2 arah dengan
melakukan U-Turn dari lajur luar atau melakukan U-Turn masuk ke lajur
luar.
4.
Fasilitas U-Turn sering ditemukan pada daerah sibuk dengan kondisi lalu
lintas mendekati kapasitas. Dalam kondisi ini lalu lintas yang terhambat
disebabkan U-Turn relative mempunyai dampak yang lebih besar dalam
bentuk tundaan.
Lingkungan perkotaan yang memiliki jalan 2 arah dipisahkan oleh
median yang lebih tinggi dari permukaan jalan, diperlukan adanya perlakuan
khusus untuk lalu lintas melakukan U-Turn. U-Turn diizinkan pada setiap
bukaan median, kecuali ada larangan dengan tanda lalu lintas. Dari penelitian
sebelumnya terbukti bahwa, dimanapun dimungkinkan suatu desain jalan baru
dengan pemisah memiliki lebar median yang dapat mencukupi untuk gerakan
membelok ke kanan yang normal dan gerakan U-Turn dengan menggunakan
lajur tunggu pada median yang akan melindungi dan menampung volume jam
kendaraan yang membelok secara normal, U-Turn tidak diizinkan dari lajur
menerus. Bagaimanapun juga median yang mempunyai lebar mencukupi
II-3
2.2.
1.
2.
Fungsi jalan
Klasifikasi jalan
Lebar median
II-4
Putaran balik diijinkan pada lokasi yang memiliki lebar jalan yang
cukup
untuk
kendaraan
melakukan
putaran
tanpa
adanya
II-7
2.4.
II-8
Tundaan Operasional
Tundaan operasional yang disebabkan oleh sebuah kendaraan
melakukan U-Turn tunggal adalah perbedaan dalam waktu tempuh untuk
melewati daerah pengamatan dalam kondisi arus terganggu dan tidak
terganggu dalam setiap periode 15 menit pengamatan.
Tundaan operasional dibedakan dalam dua tipe arus lalu lintas :
a. Pada arah yang sama.
b. Pada arah yang berlawanan.
Perhitungan tundaan operasional arah yang berlawanan dilakukan pada
masing-masing lajur, dimana terdapat lajur dalam (lajur cepat yang dekat
dengan fasilitas U-Turn) dan jalur luar (lajur lambat). Kedua lajur tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda sewaktu ada kendaraan yang
melakukan U-Turn pada arah yang berlawanan. Jika terdapat kendaraan UTurn di depan suatu iringan kendaraan pada arus yang berlainan, maka
pengaruh terbesar terdapat pada kendaraan yang berada di lajur dalam bila
dibandingkan dengan kendaraan di lajur luar. Kendaraan di lajur dalam
cenderung
lebih
memperlambat
kecepatannya
dibandingkan
dengan
kendaraan di lajur luar sehingga waktu tempuh kendaraan di lajur dalam dan
II-9
lajur luar berbeda. Waktu tempuh kendaraan di lajur dalam cenderung lebih
lama di bandingkan dengan waktu tempuh kendaraan di lajur luar. Oleh sebab
itu, dalam perhitungan tundaan operasional perlu dibedakan menjadi :
a. Tundaan operasional kendaraan dilajur dalam (lajur cepat)
b. Tundaan operasional kendaraan dilajur luar (lajur lambat)
2.5.1
Keterangan :
II-10
2.
2.6.
Kendaraan Rencana
Kendaraan rencana adalah kendaraan bermotor yang dipilih untuk tipe
perancangan dimana berat, dimensi dan karakter operasional digunakan untuk
menetapkan kontrol perancangan putaran balik untuk mencukupi pemakaian
oleh kendaraan tersebut.
Dimensi dan jejak berputar minimum roda kendaraan sangat
mempengaruhi jari-jari lengkung dan lebar perkerasan pada putaran balik.
Dimensi kendaraan rencana untuk jalan perkotaan yang digunakan
dalam perencanaan putaran balik disajikan pada table dan gambar berikut.
II-11
II-12
2.7.
Radius Putar
Radius berputar minimum kendaraan adalah jari-jari jejak yang dibuat
oleh roda atau ban depan bagian luar apabila kendaraan membuat perputaran
yang paling tajam yang mungkin dilakukan pada kecepatan kurang dari 15
km/jam. Besaran radius putar disajikan dengan dimensi kendaraan rencana
seperti disajikan pada tabel 1 diatas.
II-13
2.8.
II-14
II-15
2.9.
b.
2.
3.
PHF =
Rate Of Flow = Nilai Equivalen dari volume lalu lintas per jam,
dihitung dari jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu
dari suatu lajur jalan selama interval waktu kurang dari satu jam
(dalam penelitian ini diambil sekitar 15 menit)
4.
5.
II-18
t=
2. Space Mean Speed (SMS)
Adalah
kecepatan
rata-rata
dari
seluruh
kendaraan
II-19
yang
Co
FCw
FCsp
FCsf
FCcs
Kapasitas
Keterangan
dasar
Jalan 4 lajur berpembatas median atau 1.650
Perlajur
1.500
Perlajur
2.900
Total 2 arah
II-21
FCw
4lajur
Per lajur
berpembatas
3,00
0,92
3,25
0,96
satu arah
3,50
1,00
3,75
1,04
4,00
1,08
4lajur tanpa
Per jalur
pembatas median
3,00
0,91
3,25
0,95
3,50
1,00
3,75
1,05
4,00
1,09
2 lajur tanpa
Dua arah
pembatas median
0,56
0,87
1,00
1,14
1,25
10
1,29
11
1,34
II-22
50-50
55-45
60-40
65-35
70-30
0,97
0,94
0,91
0,88
0,985
0,97
0,955
0,94
median
(2/2 UD)
4 lajur 2 arah tanpa 1,00
pembatas
median
(4/2 UD)
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
2.9.3.4 Faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf)
Faktor koreksi untuk ruas jalan yang mempunyai bahu
jalan didasarkan pada lebar bahu jalan efektif (Ws) dan tingkat
gangguan samping,penentuan klasifikasinya dapat dilihat pada
tabel 2.8.
II-23
samping
Sangat rendah
< 100
Rendah
100 - 299
Kondisi tipikal
Permukiman
Pemukiman, beberapa
transportasi umum
Sedang
300 - 499
Daerah
industri
500 - 899
Daerah
komersial,
> 900
Daerah
komersial
dengan
aktivitas
perbelanjaan
jalan
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
II-24
pinggir
Tabel 2.9. Faktor koreksi kapasitas akibat hambatan samping FCsf untuk
jalan yang mempunyai bahu jalan.
Tipe jalan
Kelas
hambatan
samping
1,0
1,5
2,0
4 Lajur 2 Sangat
0,96
0,98
1,01
1,03
arah
rendah
0,94
0,97
1,00
1,02
berpembat
Rendah
0,92
0.95
0,98
1,00
as median Sedang
0,88
0,92
0,95
0,98
(4/2 D)
0,84
0,88
0,92
0,96
4 Lajur 2 Sangat
0,96
0,99
1,01
1,03
0,94
0,97
1,00
1,02
pembatas
Rendah
0,92
0,95
0,98
1,00
median
Sedang
0,87
0,91
0,94
0,98
(4/2 UD)
Tinggi
0,80
0,86
0,90
0,95
2 lajur 2 Sangat
0,94
0,96
0,99
1,01
0,92
0,94
0,97
1,00
pembatas
Rendah
0,89
0,92
0,95
0,98
median
Sedang
0,82
0,86
0,90
0,95
(2/2 UD)
Tinggi
0,73
0,79
0,85
0,91
Tinggi
Sangat
tinggi
Sangat
tinggi
Sangat
tinggi
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
II-25
Kelas
hambatan
samping
1,0
1,5
2,0
0,95
0,97
0,99
1,01
berpembatas
Rendah
0,94
0,96
0,98
1,00
median (4/2 D)
Sedang
0,91
0.93
0,95
0,98
Tinggi
0,86
0,89
0,92
0,95
Sangat tinggi
0,81
0,85
0,88
0,92
0,95
0,97
0,99
1,01
0,93
0,95
0,97
1,00
median
(4/2 Sedang
0,90
0,92
0,95
0,97
Tinggi
0,84
0,87
0,90
0,93
Sangat tinggi
0,77
0,81
0,85
0,90
0,93
0,95
0,97
0,99
0,90
0,92
0,95
0,97
median
(2/2 Sedang
0,86
0,88
0,91
0,94
Tinggi
0,78
0,81
0,84
0,88
Sangat tinggi
0,68
0,72
0,77
0,82
UD)
UD)
sebagaimana
Dimana :
FC6,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan enamlajur
FC4,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan empatlajur
2.9.3.5 Faktor penyesuaian ukuran kota
Faktor penyesuaian ukuran kota (FCcs) dapat dilihat
pada tabel 2.11, factor ini merupakan fungsi dari jumlah
penduduk kota.
Tabel 2.11. Faktor penyesuaian ukuran kota
Ukuran Penduduk Kota
(juta penduduk)
Kota
< 0,1
0,86
0,1 0,5
0,90
0,5 1,0
0,94
1,0 1,3
1,00
> 1,3
1,03
2.9.4
II-28
II-29
II-30