Anda di halaman 1dari 13

Disusun oleh Dominique Virgil

RANGKUMAN HUKUM KEKELUARGAAN DAN KEWARISAN ADAT


(Kelas Pak Bakti)
Subyek hukum di dalam hukum adat terdiri dari:
-

Manusia

Masyarakat Hukum Adat dikatakan sama dengan badan hukum


punya kewenangan melakukan perbuatan hukum seperti badan
hukum dalam hukum Barat.
Kaitannya dengan hal mewaris: MHA bisa mewaris apabila ada
anggotanya yang meninggal tanpa meninggalkan ahli waris. (Kalau di
Barat menjadi tugas Balai Harta Peninggalan)
Ada 3 aspek Masyarakat Hukum Adat (MHA):

Kesatuan Penguasa

Badan Hukum tidak sama dengan badan hukum menurut


hukum Barat

Totalitas

MHA tidak sama dengan badan hukum menurut hukum Barat.


Bukan organisasi yang didirikan dengan akta notaris, ada komisaris,
didaftarkan, bisa dinyatakan pailit.
Semua orang berhak menikah, namun tidak dapat menikah apabila belum
dewasa.
Di masyarakat Batak, apabila A dan B berasal dari klen yang sama, maka
tidak akan bisa menikah. Kalaupun A dan B berasal dari klen yang berbeda,
apabila belum dewasa maka belum bisa menikah.
Masalah inti perkawinan : KEDEWASAAN.
Subyek hukum yang dapat melakukan perbuatan / tindakan hukum adalah
subyek hukum yang sudah dewasa.
Manusia yang seperti apa yang sudah dikatakan dewasa?
Di UU No. 1 Tahun 1974 dan KUHPerdata batasnya adalah USIA dan
apabila sudah pernah menikah.

Disusun oleh Dominique Virgil

Mengapa kalau menikah dianggap dewasa?


Pandangan umum bahwa orang yang sudah menikah adalah orang yang
berani

melaksanakan

tanggung

jawab

sebagai

subyek

hukum

melaksanakan hak dan kewajibannya sudah dianggap cakap melakukan


perbuatan hukum.
Kapan seseorang boleh menikah? Dalam masyarakat adat: saat sudah akil
balig, bukan dikaitkan dengan usia tertentu.
Kapan seseorang dikatakan akil balig? Pola berpikir masyarakat adat: sesuai
keadaan pribadi masing-masing, tidak semua orang akil balignya sama.
Perbuatan hukum lain bisa tidak dikaitkan dengan akil balig (khusus untuk
perkawinan): orang dikatakan dewasa bila bisa melakukan tindakantindakan hukum sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa.
Yurisprudensi
Anak di bawah umur melakukan tindakan pinjam meminjam uang, karena
ia melakukan usaha dan melakukan perjanjian hutang piutang Menurut
BW tidak sah, namun menurut hukum adat hal tersebut sah karena anak
tersebut melakukan tindakan hukum seperti orang dewasa dan anak
tersebut sudah mampu bertanggung jawab atas keluarganya tanggung
jawabnya seperti orang dewasa.
Maka, dewasa menurut hukum adat adalah ketika:
-

Akil balig khusus untuk pernikahan

Kalau sudah melakukan perbuatan hukum seperti orang dewasa

Keluarga
Seseorang dikatakan keluarga dilihat dari hubungan darah serta hubungan
perkawinan. Namun di hukum adat, keluarga hanyalah orang-orang yang
punya hubungan darah dengan kita.
Hukum adat dibatasi hubungan klen.

Disusun oleh Dominique Virgil

Suami-istri tidak punya hubungan keluarga karena tidak sedarah. Jika


suami meninggal, istri bukan ahli waris, dan sebaliknya.
Bagaimana menentukan siapa yang keluarga dan siapa yang bukan?
Sistem kekeluargaan (antropologi: Sistem kekerabatan): cara untuk
menentukan bagi seseorang siapa yang keluarganya dan siapa yang
bukan keluarganya, untuk menentukan hubungan hukum serta
hubungan hak dan kewajiban.
Sistem kekeluargaan / sistem kemasyarakatan menentukan:
-

Hukum perkawinan adat, yang meliputi proses, larangan, dan


keharusan

Hukum kewarisan adat

Masyarakat (dalam sosiologi): sekelompok orang yang hidup bersama untuk


jangka waktu panjang, di wilayah yang sama.
Van Vollenhoven membagi wilayah Indonesia ke dalam 19 lingkaran hukum
(19 masyarakat adat)
Dasar menentukan sistem kekeluargaan:
-

Hubungan darah manusia, yaitu:


o Garis penghubung laki-laki saja
o Garis penghubung perempuan saja
o Garis penghubung laki-laki dan perempuan

Di masyarakat adat di Indonesia, ada 3 sistem kekeluargaan:


1. Patrilineal menghubungkan kepada ayah dan selanjutnya lewat
penghubung laki-laki
Hubungan keluarga, hak dan kewajiban hanya dengan ayah dan
keluarga ayah.
Contoh: Batak, Lampung, Bali, Lombok, NTT, Bugis
Batak menganut sistem kekeluargaan patrilineal murni, karena
apapun yang terjadi, penghubungnya tetap laki-laki, baik dalam
perkawinan maupun waris.

Disusun oleh Dominique Virgil

Anak punya hubungan hukum dengan ayahnya dan keluarga ayahnya


hubungan darah secara yuridis.
Apakah orang Batak punya hubungan darah dengan ibunya? Tetap
punya, namun secara biologis. Dalam hukum adat, anak tidak
memiliki hubungan darah dengan ibunya.
2. Matrilineal hubungan hukum, keluarga, hak dan kewajiban hanya
dengan ibunya dan selanjutnya dengan penghubung perempuan.
Akibat hukum: seseorang hanya akan punya hubungan darah,
hubungan keluarga, hubungan hukum dengan ibu dan keluarga
ibunya saja.
Contoh: masyarakat Minangkabau
Jika suatu masyarakat dalam menentukan hubungan keluarga hanya
dengan salah satu sisi saja, maka dalam masyarakat itu akan dijumpai
kelompok-kelompok orang yang bersatu sebagai satu kesatuan berdasarkan
hubungan darah yang erat satu sama lain (karena menghubungkan dirinya
kepada salah satu pihak yang sama) KLEN.
3. Bilateral menghubungkan kepada ayah sekaligus kepada ibu.
Setiap orang punya hubungan hukum, darah, keluarga dengan ayah
dan keluarga ayah, serta ibu dan keluarga ibu. Setiap orang adalah
saudara. Contoh: Jawa.
Syarat utama perkawinan:
Perkawinan tidak boleh dilakukan antara orang-orang yang memiliki
hubungan darah yang sama bagaimana dengan di Jawa? Tidak boleh
menikah dengan orang yang punya hubungan darah yang DEKAT.
Patrilineal beralih-alih dasar penghubungnya laki-laki, namun dalam
kondisi tertentu akan beralih kepada perempuan.
Kalau terjadi perkawinan, tempat tinggal suami-istri dimana?
-

Bilateral: boleh memilih, mau di tempat istri / suami. Anak yang lahir
bisa di keluarga ayah / di keluarga ibunya.

Disusun oleh Dominique Virgil

Matrilineal: suami dikatakan tamu di rumah istrinya, boleh datang di


rumah istri setelah shalat isya dan pergi sebelum shalat subuh. Fungsi
laki-laki Minangkabau hanya sebagai pembangkit keturunan.

Patrilineal: istri tinggal dengan suaminya dan keluarga suaminya. Pada


saat itu, putuslah hubungan dengan keluarga ayahnya.

Perkawinan
Menurut UU No. 1 Tahun 1974: perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang
laki-laki dan perempuan timbul makna bahwa setelah menikah, suami
dan istri menjadi ikatan satu kesatuan hak dan kewajiban.
Akibat hukum perkawinan:
Dasar dari hukum keluarga dalam hukum adat hubungan darah. Menurut
hukum adat, kalau terjadi perkawinan, suami dan istri tetap dalam ikatan
keluarganya masing-masing. Dalam hukum adat, tidak ada ikatan lahir dan
batin.
Perkawinan

dalam

masyarakat

adat

bukan

masalah

laki-laki

dan

perempuan, namun urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan terkait


dengan kepentingan masyarakat. Hak pribadi terikat pada hak masyarakat

penggunaan

hak

pribadi

tidak

boleh

bertentangan

dengan

hak

masyarakat.
Bagaimana perkawinan itu dilakukan (dengan siapa, bagaimana caranya)
wajib mengikuti kepentingan masyarakat mempertahankan kemurnian
klen.
Perkawinan bukan masalah yang melakukan perkawinan, namun masalah
keluarga dan masyarakat.
Pasal-pasal selanjutnya dalam BW menunjuk pada pengertian perkawinan
bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin. Norma-norma dalam hukum
adat menunjuk pada pengertian bahwa perkawinan merupakan urusan
masyarakat.
Segi Formal Perkawinan

Disusun oleh Dominique Virgil

1. Kapan perkawinan itu sah?


Menurut masyarakat adat, yang tercermin dalam norma hukum adat yang
mereka ikuti, sahnya perkawinan dikembalikan kepada agama masingmasing. Kalau menurut UU, harus didaftarkan.
Syarat-syarat perkawinan:

Dewasa

Yang tercantum dalam UU No. 1 tahun 1974 mengenai larangan


perkawinan dianut juga oleh hukum adat:
o Tidak boleh perkawinan sedarah
o Tidak boleh saudara sepersusuan
o dll

2. Bagaimana perkawinan itu dilaksanakan menurut hukum adat?


Adapun norma hukum adat yang hidup dalam masyarakat adat
(khususnya tentang perkawinan dan kewarisan) selalu terhubung /
berkaitan dengan sistem kekeluargaan.
Larangan khusus:
-

Larangan perkawinan dalam klen


Sistem eksogami dilarang melakukan hubungan perkawinan dengan
orang-orang sedarah

Tujuan utama perkawinan: menghasilkan keturunan dengan


terjadinya perkawinan, maka kelangsungan klen tersebut akan tetap
terjaga.
PATRILINEAL

MATRILINEAL

BILATERAL

Sistem

Eksogami

Eksogami

Eleuterogami

Sifat

Patrilokal

Matrilokal

Bilokal

Bentuk

Jujur

Semenda

Bebas

PATRILINEAL
Sifat patrilokal tempat tinggal di tempat suami, anak-anak menetap di
tempat ayahnya (menjadi keluarga suaminya) istri ke tempat suaminya
dan menetap.

Disusun oleh Dominique Virgil

Penjelasan:
Setiap orang mempunyai kekuatan magis. Kalau istri pindah ke kediaman
suami, di keluarga istri akan kekurangan magis, sementara keluarga suami
akan kelebihan magis harus diseimbangkan keluarga suami harus
memberikan magisnya kepada keluarga istri. Sebelum perkawinan, yang
harus diselesaikan adalah barang magis. Seberapa besar barang magis
tersebut? Ditentukan oleh keluarga perempuan. Jumlah (tingginya) magis
ditentukan berdasarkan status sosial makin tinggi, makin besar nilainya.
Kalau pihak laki-laki tidak mampu membayar barang magis yang diminta
keluarga perempuan perkawinan tidak terjadi.
Barang magis / barang jujur: wajib sebagai pengganti perempuan yang
pindah ke keluarga suaminya.
Bentuk perkawinan: jujur mengapa? Karena ada pemberian barang jujur
dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan.
Mengapa istri harus pindah dan menetap di tempat suaminya? Karena anak
yang diharapkan lahir akan tinggal bersama keluarga suaminya.
MATRILINEAL
Eksogami: pernikahan harus di luar klen, tidak boleh menikah di dalam klen.
Anak bertempat tinggal di keluarga ibu perempuan tetap dalam
keluarganya, tidak boleh keluar matrilokal.
Dalam sistem matrilineal di Minangkabau, tugas laki-laki di Minangkabau
adalah bertanggung jawab secara materiil dan moral dalam keluarga ibunya
terhadap saudara perempuan dan kemenakan (anak-anak saudaranya).
Suami harus datang ke tempat istri, namun tidak pindah. Fungsi: Sebagai
tamu di keluarga istri karena anaknya ada di keluarga istri.
Suami yang datang orang semendo: laki-laki yang diundang dan dihormati,
yang melamar: perempuan perempuan mengundang laki-laki untuk
bertamu di rumahnya.

Disusun oleh Dominique Virgil

Perkawinan semenda perkawinan di mana laki-laki hanya bertamu ke


rumah istrinya (sebelum sembahyang Isya sampai dengan sebelum
sembahyang subuh)
BILATERAL
Tidak dijumpai adanya klen.
Larangan perkawinan tidak ada kaitannya dengan klen, namun perkawinan
tidak boleh terjadi antara orang-orang yang punya hubungan darah yang
dekat.
Dimana anak bertempat tinggal?
Anak bisa tinggal di keluarga ibunya, maupun di keluarga ayahnya.
Tergantung di mana suami-istri itu tinggal Sesuai kesepakatan mereka,
mau di keluarga ayah maupun ibu.
Perkawinan bebas: tidak terikat pada kelompok/klen.
Sistem Kewarisan
1. Individual
2. Kolektif
3. Mayorat adalah sistem kewarisan dimana yang menjadi ahli waris
adalah anak laki-laki atau perempuan tertua saja.
a. Anak laki-laki tertua: masyarakat Bali dan Lampung
Di masyarakat Bali dan Lampung, dalam konteks kewarisan, ahli waris
adalah laki-laki saja. Jika 1 keluarga tidak memiliki anak laki-laki, maka
satu orang dari anak perempuannya tidak boleh melakukan perkawinan
jujur. Dia harus melakukan perkawinan dengan yang tidak mewajibkan
dia untuk tinggal / pindah ke keluarganya suaminya. Anak tersebut
harus melakukan perkawinan semenda.
Perkawinan bebas tidak diperbolehkan, karena masyarakat ini ada klen,
sementara perkawinan bebas tidak berkaitan dengan klen. Jika lahir
anak: anak itu harus menarik garis keturunan dari ibunya saja dan dari
keluarga ibunya saja matrilineal menjadi matrilokal perkawinan

Disusun oleh Dominique Virgil

semendo (perkawinan semendo menjadi akibat dari sistem kewarisan


mayorat laki-laki, jika 1 keluarga tidak memiliki anak laki-laki).
X
D

Kalau X meninggal, E belum lahir,


maka yang menerima warisan: A
untuk diteruskan kepada E. Jadi A
menerima warisan atas nama E.
Antara A dan D Perkawinan tanpa
jujur.

B
E

Warisan hak dan kewajiban


Kalau A tidak menikah, status hukumnya diubah menjadi laki-laki
lewat upacara Nyentanayang agar bisa menerima warisan
Anak A dinamakan anak sentane
Perkawinan semendo hanya dalam keadaan terpaksa jika tidak ada anak
laki-laki.
Di Lampung, apabila tidak ada anak laki-laki, perkawinan yang
dilaksanakan adalah seperti matrilineal. Justru laki-laki yang harus
masuk ke keluarga perempuan.
Dari ketiga bentuk perkawinan, kawin semendo yang dapat ditemui di
masyarakat patrilineal maupun matrilineal, serta bilateral.
Semendo di masyarakat bilateral - di Jawa Barat ngalindung
ngagelung di mana perempuan kaya menikah dengan laki-laki seorang
rakyat biasa perbedaan derajat. Yang berkuasa: perempuan, laki-laki
ada di bawah perempuan
b. Anak

perempuan

tertua:

masyarakat

tanah

semendo

(Mayorat

Perempuan)
Semua anak perempuan tertua tidak boleh melakukan perkawinan
jujur.
Dalam semua keluarga pasti ada perkawinan semendo.
Masyarakat Rejang masyarakat patrilineal, dengan perkawinan utama:
perkawinan jujur

Disusun oleh Dominique Virgil

Suatu keluarga bisa memilih mau perkawinan jujur atau semendo karena
tergantung laki-laki, mau memperoleh anak berapa orang. Perkawinan
semendo dapat dipilih dari beberapa bentuk:
-

Semendo Rajo-Rajo anak yang lahir serentak menghubungkan ke


ayah dan ibu sekaligus (Seperti bilateral)

Semendo Beradat ditentukan sejumlah uang (uang adat) yang


diberikan pihak laki-laki kepada keluarga perempuan
Yang menentukan jumlah: keluarga perempuan.

Semendo Penuh
Jika menginginkan anaknya dibagi 2, keluarga laki-laki harus
membayar penuh, sebagian ikut ayah, sebagian ikut ibu. Pembagian
terserah kehendak anaknya, karena akan dibagi setelah dewasa.
Jika anaknya berjumlah ganjil, yang 1 anak tidak bisa dibagi,
sehingga tunggu sampai dia menikah, baru keturunannya lagi yang
nanti akan dibagi.

Semendo Setengah Beradat


Kalau keluarga laki-laki hanya menginginkan 1 anak bayar
setengah.
Semua anaknya akan ikut Ibu, hanya 1 orang yang ikut Ayah.

Semendo Kurang Beradat


Kalau laki-laki hanya sanggup membayar kurang dari setengah,
semua anak harus ikut Ibu. Jika di kemudian hari ayahnya ingin
memiliki

anak,

ayahnya

bisa

membeli

anak

tersebut

(mempedaut mengganti anak melalui pembayaran)


-

Semendo Tidak Beradat ayah tidak mampu membayar uang adat

Akibat Hukum Perkawinan


Akibat hukum perkawinan menyangkut:
1. Kedudukan Suami Istri
Apakah perkawinan menyebabkan berubahnya status suami-istri?

Disusun oleh Dominique Virgil

Dalam hukum adat, tidak berubah statusnya, karena suami dan istri
masing-masing terikat dengan keluarganya masing-masing, kecuali
perkawinan jujur istri keluar dari keluarganya, masuk ke dalam
keluarga suaminya 1 hubungan keluarga. Walaupun dia masuk ke
dalam keluarga suami, kedudukan dan hak kewajiban suami lebih besar
dari istrinya.
Apa yang tidak berubah? KLEN klen istri tidak berubah menjadi klen
suami, ia tetap klen ayahnya.
Kalau di masyarakat Minangkabau, laki-laki berkedudukan sebagai tamu
kedudukannya tidak bisa diukur.
Masyarakat Bilateral adanya kehidupan bersama suami istri tempat
tinggal ditentukan bersama suami maupun istri tetap dalam hubungan
dengan keluarganya masing-masing
2. Kedudukan Anak
Dimana anak berada? Terkait dengan sistem kekeluargaan
Perkawinan jujur anak terikat dengan ayah dan keluarga ayah
Perkawinan bebas anak terikat dengan ayah dan keluarga ayah, ibu dan
keluarga ibu
Perkawinan semendo anak terikat dengan ibu dan keluarga ibu (Ingat,
tidak semua perkawinan semendo anaknya terikat dengan Ibu.
Contoh: di Rejang)
3. Harta
Harta perkawinan adalah harta yang dipunyai suami-istri yang tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan materi suami-istri & anak-anaknya.
Harta perkawinan adalah gabungan dari harta perseorangan (harta yang
dimiliki masing-masing pihak) suami + harta perseorangan istri + harta
bersama.
Harta bersama adalah harta yang dimiliki secara bersama-sama, dan yang
diperoleh masing-masing pihak / bersama-sama selama perkawinan.
Hukum

adat

tidak

mengenal

pencampuran

harta,

apapun

masalahnya
BW: Jika pada saat perkawinan tidak ada perjanjian pemisahan harta,
maka harta akan bercampur.

Disusun oleh Dominique Virgil

UU Perkawinan: harta bercampur apabila pada saat perkawinan diadakan


perjanjian percampuran harta.

Harta perseorangan
o Saat diperolehnya harta:

Harta yang sudah dimiliki sebelum perkawinan


Suami/istri sebelum menikah menerima warisan
Suami/istri sebelum menikah menerima hibah
Suami/istri sebelum menikah menerima harta
karena usaha

Harta yang diperoleh selama perkawinan


Warisan
Hibah
Apabila selama perkawinan suami/istri/secara
bersama-sama memperoleh harta karena usaha

hasilnya menjadi harta bersama

Harta bersama
Syarat harta bersama:
o Kehidupan bersama
o Kedudukan sederajat
o Tidak dipengaruhi oleh hukum Islam hukum Islam tidak
mengenal harta bersama
Dalam perkawinan jujur:
o Kedudukan sederajat di masyarakat, laki-laki dan perempuan
jika menikah secara jujur, status sosial mereka sama.
o Kehidupan bersama : patrilokal (istri tinggal di tempat suami)
Ada harta bersama dalam perkawinan jujur.
Kasus: suami pergi merantau ke kota lain, 10 tahun tidak kembali,
meninggalkan istrinya sendiri. Apakah dalam perkawinan tersebut
ada harta bersama? Tetap ada, karena istri pindah dan tinggal di
rumah suami.

Disusun oleh Dominique Virgil

Dalam mengelola harta bersama, kewenangan suami > kewenangan


istri suami mengelola seluruh harta bersama, istri mengelola
buah harta pokok.
Membawa masalah harta ke pengadilan dianggap memalukan
(perbuatan tercela)
Dalam perkawinan semenda tidak ada harta bersama karena:
o Tidak ada kehidupan bersama suami hanya dianggap tamu
o Kedudukan tetap sederajat
Dalam perkawinan bebas, ada harta bersama karena:
o Kehidupan bersama suami istri menyepakati tempat tinggal
bersama
o Kedudukan sederajat

Kalau pernikahan berakhir karena:


o Meninggal persoalannya: mana yang akan menjadi harta
warisan
o Bercerai persoalannya adalah harta perseorangan kembali
ke masing-masing pihak, dan harta bersama dibagi 2.
Kuncinya adalah:

Asal-usul harta jelas

Kapan diperolehnya harta jelas

Bagaimana cara memperolehnya jelas

Anda mungkin juga menyukai