PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan
suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar
namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya.
Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit
akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di
Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari
300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550
milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor
formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari
seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian
dunia usaha.(DK3N,2007). Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang
membanggakan, akan tetapi hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia usaha dan kita
semua untuk bersama-sama mengatasi dan mencegah agar hal tersebut tidak terjadi atau dapat
dicegah.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja.Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan
penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari
aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja yang bekerja di sebuah perusahaan.
Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk
itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan ditingkat
internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3
secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang
dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional.
Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan
menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja
dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas
kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat
mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya
dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3
membudaya.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan
tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga
akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3
sangat
besar
peranannya
dalam
upaya
meningkatkan
produktivitas
perusahaan,
terutamadapatmencegahkorban.
Dengan demikian untuk mewujudkan K3 diperusahaan perlu dilaksanakan dengan
perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada
peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud
dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh perusahaan, mulai diterapkan
manajemen risiko, sebagai inti dan cikal bakal SMK3. Penerapan ini sudah mulai
menerapkan pola preventif terhadap kecelakaan kerja yang akan terjadi.
Ditahap pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena pengontrolan risiko
membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, karena pihak
manajemen yang sanggup memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut
semakin menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen
yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang
lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk mengelola K3 menerapkan
suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Melihat pentingnya K3, kita sebagai perawat juga harus memiliki kemampuan atau keahlian
dalam memberikan asuhan kepertawatan terkait dengan masalah-masalah K3.
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Menurut Sumakmur
(1988)
kesehatan
kerja
adalah
spesialisasi
dalam
ilmu
sosial,
dengan
usaha-usaha
preventif
dan
kuratif,
terhadap
penyakit-
Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
B. Tujuan
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan
selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga
perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa
c. semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
D. Kebijakan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
1. Dalam bidang pengorganisasian
Di Indonesia K3 ditangani oleh 2 departemen ; departemen Kesehatan dan departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Pada Depnakertrans ditangani oleh Dirjen (direktorat jendral) Pembinaan dan Pengawasan
Ketenagakerjaan, dimana ada 4 Direktur :
a. Direktur Pengawasan Ketenagakerjaan
b. Direktur Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak
c. Direktur Pengawasan Keselamatan Kerja, yang terdiri dari Kasubdit ;
1) Kasubdit mekanik, pesawat uap dan bejana tekan.
2) Kasubdit konstruksi bangunan, instalasi listrik dan penangkal petir
3) Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian keselamatan ketenagakerjaan
d. Direktur Pengawasan Kesehatan Kerja, yang terdiri dari kasubdit ;
1) Kasubdit Kesehatan tenaga kerja
2) Kasubdit Pengendalian Lingkungan Kerja
3) Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian kesehatan kerja.
Pada Departemen Kesehatan sendiri ditangani oleh Pusat Kesehatan Kerja Depkes. Dalam
upaya pokok Puskesmas terdapat Upaya Kesehatan Kerja (UKK) yang kiprahnya lebih pada
sasaran sektor Informal (Petani, Nelayan, Pengrajin, dll)
2. Dalam bidang regulasi
Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah sudah banyak, diantaranya :
a. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
c. KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri.
d. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
e. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
f. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan
K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.
g. Keputusan Menaker No Kep 79/MEN/2003 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat
Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
3. Dalam bidang pendidikan
Pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga
Ahli K3 pada berbagai jenjang Pendidikan, misalnya :
a) Diploma 3 Hiperkes di Universitas Sebelas Maret
b) Strata 1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan K3 di Unair, Undip, dll
dan jurusan K3 FKM UI.
c) Starta 2 pada Program Pasca Sarjana khusus Program Studi K3, misalnya di UGM,
UNDIP, UI, Unair.
Pada beberapa Diploma kesehatan semacam Kesehatan Lingkungan dan Keperawatan juga
ada beberapa SKS dan Sub pokok bahasan dalam sebuah mata kuliah yang khusus
mempelajari K3.
E. Penyebab kecelakaan kerja
Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab langsung
(immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes).
a. Penyebab Dasar
1) Faktor manusia/pribadi, antara lain karena :
a) kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis
b) kurangny/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian.
c) stress
d) motivasi yang tidak cukup/salah
2) Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena :
a) tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan
b) tidak cukup rekayasa (engineering)
c) tidak cukup pembelian/pengadaan barang
misalnya (Budiono,
Sugeng, 2003) :
a) Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.
b) Gagal untuk memberi peringatan.
c) Gagal untuk mengamankan.
d) Bekerja dengan kecepatan yang salah.
e) Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
f) Memindahkan alat-alat keselamatan.
g) Menggunakan alat yang rusak.
h) Menggunakan alat dengan cara yang salah.
i) Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar.
F. Pengontrolan di Tempat Kerja
1. Engineering kontrol.
a) Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
b) Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya.
c)
d)
2. Administrasi kontrol.
a)
bahaya.
3. Praktek kerja.
a)
b)
sumber
4. APD
a)
cor secara terus-meerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan
besi pada gerobag.
5. Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah merupakan
keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar benar sesuai
peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas,
misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas.
Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah
yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
6. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau
pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi
utama talai penganman ini dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat
bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
7. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin
yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka
panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.
8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi
lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil
yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong,
mengampelas, mengerut kayu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN K3
(KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
1. Sejarah Perkembangan Perusahaan / Home Industry
Perusahaan ini berdiri dimulai dari usaha yang dikembangkan di sebuah garasi kecil pada
tahun 1994. Kemudian usaha tersebut mengalami perkembangan sampai pada akhirnya
berkembang menjadi sebuah perusahaan besar, memiliki cabang, sampai menjadi sebuah
Group karena tidak hanya terdiri dari satu perusahaan akan tetapi terdiri dari perusahaanperusahaan. Group Perusahaan nya itu sendiri terdiri dari Business Unit 1 (Telecomunication)
yang terdiri dari PT. Adyawinsa Dinamika (PT. ADW), PT. Adyawinsa Eletrical & Power
(PT. AEP), PT. Adyawinsa Telecomunication & Electrical (PT. ATE) ; Business Unit 2
(automotive) terdiri dari PT. Adyawinsa Dinamika Karawang (PT. ADK), PT. Adyawinsa
Konstruksi Bangunan
Konstruksi bangunan terdiri dari bangunan dari tembok, atap dari asbes, dikelilingi oleh
pagar.
Ventilasi Bangunan
Ventilasi bangunan kurang baik karena untuk dibagian produksi khususnya stamping, seluruh
bangunan nya tidak memiliki ventilasi udara, hanya terdapat pintu keluar yang
menyambungkan ruangan dengan udara luar.
b. Lingkungan di Dalam Area Kerja
Sinyal dan Tanda Keselamatan
Untuk sinyal atau tanda keselamatan, pada perusahaan ini sudah cukup baik, poster atau
pemberitahuan yang dipasang pada papan pengumuman. Selain itu juga terdapat lampu sirene
dan APAR disetiap departemen.
Fasilitas Penunjang untuk Istirahat
Perusahaan ini memiliki fasilitas sarana ibadah yang cukup baik, kantin yang cukup nyaman,
loby yang cukup nyaman, ruangan pertemuan yang nyaman, hanya saja untuk kamar mandi
yang berada di dekat atau di area mesjid kurang nyaman dan sehat, pencahayaan gelap,lantai
licin dan berbau.
Perlengkapan Keselamatan
Alat Pelindung diri yang diwajibkan oleh perusahaan ini khususnya pada departemen
stamping sudah memenuhi standar seperti helmet, ear flug, masker, kacamata, apron lengan,
sarung tangan, dan sepatu safety, akan tetapi pada saat observasi langsung ke karyawan
disana ditemukan masih banyak karyawan yang mengabaikan APD yang distandarkan atau
diwajibkan oleh perusahaan.
c. Lingkungan di Luar Area Kerja
Loker
Setiap karyawan disediakan loker.
Fasilitas Cuci Tangan
Fasilitas cuci tangan tidak disemua area dapat ditemukan, hanya di area tertentu.
Toilet
Fasilitas toilet ada.
d. Air Minum
Untuk air minum PT. Adyawinsa Stamping Industries menggunakan air mineral yang
disimpan dalam galon yang berada disetiap departemen, dalam satu hari nya disediakan galon
sebanyak kurang lebih 10 galon untuk setiap departemen.
e. Fasilitas Rekreasi dan Peristirahatan
Rekreasi diadakan setiap tahun biasanya pada bulan maret. Untuk waktu pelaksanaan
disesuaikan dengan tingkat kelonggaran pekerjaan untuk setiap departemen.
Tempat untuk beristirahat bisa di kantin, atau area sekitar kantin.
4. Komponen Populasi Karyawan
bagian yang sudah jadi dilakukan pengecatan dasar yang selanjutnya dilakukan packing
dengan menggunakan dus untuk nantinya dikirim ke suplier.
6. Layanan Perusahaan Terhadap Pegawai
a. Kebutuhan Layanan Kesehatan
Seluruh karyawan membutuhkan layanan kesehatan. Akan tetapi untuk saat ini fasilitas
tersebut baru bisa didapatkan melalui RS rujukan dengan membawa pengantar rujukan dari
pihak HRD perusahaan.
b. Skrining
Untuk skrining kesehatan, saat ini belum ada.
c. Rujukan Kesehatan
PT. Adyawinsa Stamping Industries memiliki RS rujukan apabila karyawannya mengalami
masalah kesehatan atau pun mengalami kecelakaan kerja. RS rujukan tersebut meliputi
seluruh RS yang berada di daerah Karawang. Sedangkan untuk klinik perusahaan, saat ini
belum ada dan masih dalam proses perizinan.
d. Konseling
PT. Adyawinsa Stamping Industries ini mengadakan konseling harian dimana untuk setiap
kepala departemen atau jajaran yang terkait megadakan konsolidasi mengenai permasalahan
baik itu yang menyangkut produksi maupun masalah kesehatan, konsolidasi itu dilakukan 3
kali dalam 1 hari yaitu pagi, siang setelah istirahat dan sore hari.
Untuk konseling yang dilakukan kepada karyawan terkait dengan masalah-masalah kesehatan
kerja nya tidak dilakukan rutin.
e. Pendidikan Kesehatan
Untuk pendidikan kesehatan di PT. Adyawinsa Stamping Industries ini diberikan atau
dilakukan pada saat karyawan baru memulai masa orientasi nya. Karyawan baru diberikan
pendkes mengenai APD, penyakit akibat kerja, bahaya nya apabila tidak menggunakan APD
serta mengenai penyakit hubungan kerja.
f. Kecelakaan Kerja
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara, untuk angka kecelakaan kerja yang
terjadi di PT. Adyawinsa Stamping Industries ini selama kurun tahun 2012, yaitu 3 kali
kejadian fatal (seperti amputasi), 5 kali kejadian sedang, dan 30 kali kejadian kecil. Apabila
dilihat tingkat kejadian terbesar terjadi pada bulan Maret. Hal ini dikeranakan pada bulan
tersebut tingkat pesanan dari costumer sedang mengalami peningkatan yang hebat. Sehingga
karyawan mungkin merasa beban kerja yang tinggi atau ketidakhati-hatian karyawan itu
sendiri yang mengakibatkan terjadi nya kecelakaan kerja.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
keselamatan kerja merupakan suatu keadaan aman dalam suatu kondisi aman secara fisik,
sosial,
spritual,
finalsial,
politis
dan
emosional.
jenis keselamatan perluh dilakukan pembedaan antara produk yang memenuhi standar, yang
aman, dan yang dirasakan. Resiko dan respon adanya resiko kematian, cedera, atau kerusakan
pada suatu benda.
Di PT. Adyawinsa Stamping Industries, tingkat kecelakaan kerja selama tahun 2012 terdapat
3 kejadian fatal, 5 kejadian sedang dan 30 kejadian besar. Untuk karyawan yang beklerja di
departemen stamping, masih banyak yang belum memakai APD yang diwajibkan oleh pihak
perusahaan.
Hal
ini
akan
sangat
beresiko
terjadinya
kecelakaan
akibat
kerja.
2. Saran
Jagalah keselamatan anda dalam kondisi yang aman, patuhilah peraturan yang diberlakukan
oleh perusahaan tempat anda bekerja. Pakailah APD yang aman, yang dapat melindungi anda
dari terjadi nya kecelakaan akibat kerja, sehingga angka kejadian bisa diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Nasrul. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2. Jakarta : EGC, 1998.
Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
Pusat Kesehatan kerja dalam www.depkes.go.id
Rachman, Abdul, et al, 1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi,
Jakarta : Depkes RI, Pusdiknakes.
Setyaningsih, Yuliani, 2002. Pengantar ergonomi dalam Kumpulan Materi Kuliah Program
Matrikulasi. Semarang : FKM UNDIP
Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang, 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.
Sumakmur, 1988, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Haji Masagung.
Sumakmur, 1993. Keselamatan dan pencegahan kecelakaan. Jakarta : Haji Masagung.