Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PERENCANAAN BENADUNGAN TIPE URUGAN YANG STABIL DAN AMAN


Syarat-syarat stabilitas konstruksi:
1. Lereng disebelah hulu dan hilir bendungan harus tidak mudah longsor, lereng hulu harus stabil dan
aman dalam keadaan apapun baik waktu waduk kosong, penuh air maupun permukaan air turun
dengan tiba-tiba, begitu pula dengan bagian hilir.
2. Harus aman terhadap geseran
3. Harus aman terhadap penurunan bendungan
4. Harus aman terhadap rembesan
Keadaan berbahaya yang harus ditinjau dalam perhitungan ada 4 keadaan yaitu
1. Pada akhir pembangunan
Berdasar penyelidikan tanah, baik dilapangan maupun di laboratorium dapat diambil kesimpulan
bahwa tanah hanya dapat dipakai secara maksimal apabila kadar air mencapai optimal. Ini berarti
bahwa pada akhir pembanguna masih terdapat kadar air yang besar, sehingga tegangan pori yang
timbul juga besar. Keadaan berbahaya yang harus ditinjau adalah daerah kemiringan sebelah hilir.
2. Pada waktu waduk terisi penuh
Makin tinggi permukaan air yaitu pada saat waduk terisi penuh merupakan keadaan berbahaya,
sehingga ditinjau dalam perhitungan. Keadaan berbahaya yang harus ditinjau adalah kemiringan
sebelah hilir.
3. Pada waktu waduk terisi air sebagian dan terdapat rembesan tetap
Ini perlu ditinjau karena longsornya bendungan tergantung dari beberapa faktor dan kadangkadang yang berbahaya justru bukan pada waktu-waktu penuh tetapi hanya sebagian saja, keadaan
berbahaya yang harus ditinjau adalah kemiringan sebelah hulu (didalam waduk)
4. Pada waktu terisi air penuh dan turun secara tiba-tiba.
Pada waktu waduk terisis air penuh maka tekan porinya sangat besar, bagian di dalam waduk
mendapatkan tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang. Pada waktu permukaan air waduk
turun secara tiba-tiba maka air pori-pori akan sangat lambat hilangnya sehingga masih teisi air dan
dalam keadaan basah maka beratnya menjadi bertambah besar karena tekanan air ke atas tidak ada
lagi. Keadaan berbahaya yang harus ditinjau adalah bagian hulu.
Muatan-muatan gaya yang harus diperhatikan
1. Berat bendungan itu sendiri
Harus ditentukan dalam keadaan kering, basah atau dibwah air, demikian pula pada masing-masing
lapisan dihitung sendiri karena berat volumenya tidak sama.
Berat volume kering adalah perbandingan berat tanah dalam keadaan kering dengan isi tanah
seluruhnya
Berat volume basah adalah perbandingan berat tanah dalam keadaan basah dengan isi tanah
seluruhnya.
Berat volume dibawah air adalah berat volume kering -1
Untuk menetukan batasannya, digunakan jaringan aliran air, yaitu pada agris phreatik. Diatas gasis
phreatik diambil berat volume kering atau basah tergantung dengan keadaan yang paling
membahayakan. Dibawah garis phreatik diambil berat volume dibawah air.

2. Tekanan pori
Bekerja kearah normal terhadap bidang geser dan sangat menetukan untuk perhitungan keamanan
terhadap geseran.
3. Tekanan hidrostatis
Merupakan tekanan dari air di dalam waduk dan di sebelah hilir bendungan.
4. Gaya akibat gempa bumi
Tergantung pada lokasi bendungan, biasanya sudah ada standar angka gempa. Untuk bendungan
yang tingginya di atas 60 m, dianjurkan mengadakan penyelidikan khusu karena faktor gempa
bumi akan sangat besar pengaruhnya. Koefisien gempa biasanya berkisar antara 0,05-0,25.
Harus aman terhadap geseran
Untuk menentukan gaya geser suatu tanah Terzaghi menemukan rumus sebgai berikut:

Apabila tanah dalam keadaan tidak kering betul maka ada tegangan yang disebut dengan tegangan
pori yang besarnya dapat dihitung dengan alat Piezometer. Semakin basah suatu tanah, semakin besar
pula tegangan porinya. Tegangan pori memprlemah kestabilan bendungan maka makin beasr tegangan
pori keadaan bendungan makin berbahaya. Usaha untuk memperkecil tegangan pori yaitu membuat
saluran-saluran pengering.
Ada beberapa cara yang umumnya digunakan untuk menentukan stabilas terhadap geseran:
1. Dengan cara irisan (slices method)
2. Dengan cara bishop
Harus aman terhadap penurunan
Ini berarti bahwa tegangan tekanan tanah yang terjadi pada pondasi harus lebih kecil dari daya dukung
tanah yang diizinkan. Ini harus dihitung pada keempat keadaan berbahaya seperti yang telah
dijelaskan diatas. Karena pondasi bendungan sangat luas maka tegangan tekan tanahnya juga tidak
akan seragam di daerah satu dengan yang lainnya. Maka perlu dihitung beberapa keadaan pada daerah
bendungan yang paling tinggi dan daerah lain yang daya dukung tanah yang diizinkan harus dihitung
berdasarkan hasil-hasil pengujian mekanika tanah secukupnya, jadi tidak hanya mengambil refrensi
dari buku saja.

Harus aman terhadap rembesan


Ini berarti bahwa rembesan yang timbul dibawah pondasi dan kaki kiri (left abutment) serta kaki
kanan (right abutnebt) tidak boleh melebihi batas yang telah ditentukan, perhitungan dapat dilakukan
dengan membuat jaringan aliran air (flow net).
2 hal yang pelu diperhatikan yaitu:
1. Kecepatan kritis dari bahan bangunan tidak dilampui. Apabila kecepatan kritisnya dilampui maka
ada butir-butir kecil yang terbawa aliran yang akan menimbulkan pori-pori. Dengan demikian
lebih menambah kecepatan air dan kalun dibiarkan akan menimbulkan bahaya piping. Agar
bendungan stabil kecepatan aliran air tidak boleh melebihi kecepatan kritis. Justin telah
menemukan rumus sebagai berikut:

2. Debit rembesan tidak boleh dilampui


Hal ini selain membahayakan bendungan juga menyebabkan pengoprasian waduk tidak efektif.
Maka debit rembesan harus dibatasi yaitu maksimal 2%-5% dari debit rata-rata yang masuk
kedalam waduk. Maka besar debit rata-rata, presentase maksimal yang diambil harus makin kecil.
Untuk menentukan besarnya debit rembesan air terdapat rumus:

Untuk kecepatan ini harus dibuat garis jaringan aliran. Berdasarkan penelitian di laboratorium
maka bentuk flow nets adalah:

Air akan merembes mengikuti garis aliran (flow line). Tekanan air diukur dengan Piezometers.
Garis yang terbentuk akibat adanya tenaga potensial yang sama disebut equipotential lines.
equipotential lines selalu tegak lurus dengan flow lines. Dan jarak antara pertemuan equipotential
dengan garis phreatik dalah sama.

Anda mungkin juga menyukai