Anda di halaman 1dari 18

Pelengkung Tiga

Sendi

BAB II
PELENGKUNG TIGA SENDI

2.1

UMUM
Struktur balok yang ditumpu oleh dua tumpuan dapat
menahan momen yang ditimbulkan oleh beban-beban yang
bekerja pada struktur tersebut, ini berarti sebagian dari
penempangnya dimuati dengan tekanan dan tarikan. Semakin
panjang bentangan dari struktur balok tersebut maka momen
yang didukung oleh balok semakin besar, demikian halnya
semakin besar jarak antara sumbu balok dengan garis
momen maka semakin besar momen yang timbul, sedangkan
momen yang didukung oleh bagian/elemen balok tersebut
tidak sama besar. Hal ini yang mengakibatkan struktur balok
tidak efektif untuk bentangan yang panjang. Disamping itu
tidak semua jenis bahan yang digunakan untuk struktur
bangunan mampu menahan beban yang besar, misalnya
beton, batu atau batu bata yang cukup getas.
Untuk mengatasi momen yang besar ini maka diusahakan
supaya garis momen tersebut mendekati sumbu balok yang
berarti momen yang timbul semakin kecil, dengan pengertian
diperlukan suatu struktur yang mampu untuk mendukung
beban yang bekerja pada suatu bentangan yang besar tetapi
tidak menimbulkan momen yang besar atau dengan kata lain,
membuat struktur yang mampu mendistribusikan beban yang
bekerja menjadi beban aksial dan beban geser pada struktur
tersebut (mungkin ada momen tetapi sangat kecil). Struktur
balok yang mampu untuk menyebarkan beban tersebut yaitu

MEKANIKA TEKNIK II

II-1

Pelengkung Tiga
Sendi
menjadikan garis tekan mendekati sumbu balok dengan
membuat sumbu balok berbentuk pelengkung atau sebuah
pelengkung parabola.
Pelengkung parabola, jika dibebani secara merata penuh,
tidak akan menahan momen, asalkan reaksi perletakannya
mampu menghalangi translasi/pergeseran ke semua arah
(baik vertical maupun horizontal). Oleh karena itu kedua
tumpuan tersebut berupa perletakan sendi yang masingmasing akan menghasilkan dua komponen, yaitu RV dan RH,
sehingga semuanya ada empat komponen reaksi.
Persamaan

statis/kesetimbangan

tiga,yaitu M = 0, V = 0,

yang

ada

hanya

ada

H = 0, karena itu struktur

tersebut merupakan statis tidak tertentu. Dengan memberi


sendi pada pelengkung di antara kedua tumpuannya dengan
syarat momen di tempat sendi tersebut adalah nol. Dengan
demikian diperoleh satu buah persamaan tambahan yang
dapat

digunakan

untuk

menghitung

besarnya

empat

komponen reaksi perletakan tadi. Pelengkung yang demikian


disebut pelengkung tiga sendi, dimana sendi yang ketiga
biasanya ditempatkan pada puncak pelengkung.

2.2

PELENGKUNG TIGA SENDI SIMETRIS


Analisis struktur pada pelengkung tiga sendi dengan bentuk
geometrinya simetris tetapi pembebanannya tidak harus
simetris, dapat dihitung/ diselesaikan dengan langkah-langkah
perhitungan sebagai pedoman analisis struktur pelengkung
tiga sendi yang simetris sebagai berikut :

MEKANIKA TEKNIK II

II-2

Pelengkung Tiga
Sendi
Pelengkung tiga sendi A S B seperti pada gambar II 1(a)
yang mempunyai tumpuan sama tingginya, dengan panjang
bentang

A-B sama dengan

dengan

h , mendapat beban

L, puncak ketinggian sama


P dengan jarak

dari

: MB = 0

akan

tumpuan A.
Dengan persamaan kesetimbangan
diperoleh

RAV

dan dengan persamaan

MA = 0

akan

didapatkan RBV sebagai berikut :


MB = 0 ( RAV ) ( L ) ( P ) ( L a ) = 0
RAV

P(La)
= -------------L

MA = 0 (- RBV ) ( L ) ( P ) ( a ) = 0
RBV

MEKANIKA TEKNIK II

Pa
= -----------L

II-3

Pelengkung Tiga
Sendi

Gambar II 1
Reaksi vertikal

RAV

dan

RBV,

adalah sama seperti pada

persamaan struktur balok sederhana


momen

pada

pelengkung

tiga

AB. Perhitungan

sendi

sama

dengan

perhitungan momen pada balok sederhana.


Momen di C adalah :
MC = RAV (x) RAH (y)
tanda tergantung dari arah momen akibat RAH
Untuk mencari koordinat pada pelengkung tiga sendi yang
berjarak

meter

dari tumpuan,

digunakan persamaan

dasar parabola :
4 h (x) ( L a )
y = --------------------L
Dimana : y : tinggi titik yang ditinjau dari tumpuan
h : tinggi puncak parabola dari tumpuan
x : jarak mendatar dari tumpuan terdekat
L

jarak mendatar dari dua buah

tumpuannya
Untuk menghitung gaya geser dan gaya normal di setiap titik
pada pelengkung tiga sendi, diperlukan kemiringan/garis
singgung pada titik tersebut. Gaya vertical

V diuraikan

menjadi gaya yang tegak lurus garis singgung di titik tersebut


atau gaya geser

(SFV) dan gaya yang sejajar dengan garis

singgung atau gaya normal (NFV), demikian pula gaya

MEKANIKA TEKNIK II

II-4

Pelengkung Tiga
Sendi
horizontal H diuraikan menjadi gaya geser (SF H) dan gaya
normal (NFH) seperti terlihat pada Gambar II 1(b)
Uraian gaya vertikal V :
NFV
sin = ------ NFV = V sin
V
..
(1)
SFV
cos = -----V

SFV = V cos

Uraian gaya horizontal H :


SFH
sin = ------ SFH = H sin
H
NFH

(2)
cos = -----H

NFH = H cos

Dari uraian persamaan (1) dan (2), gaya geser pada titik
( x,y ) adalah :
SFx = SFV SFH
SFx = V cos H sin
sedangkan gaya normal pada titik ( x,y ) adalah :
NFx = NFV + NFH
NFx = V sin + H cos

Contoh

(1) : Diketahui pelengkung tiga sendi A-S-B dengan


beban dan ukuran seperti pada Gambar II 2(a).

MEKANIKA TEKNIK II

II-5

Pelengkung Tiga
Sendi
Hitung reaksi tumpuan, gaya geser, gaya normal
dan momen di titik x (9,6).

Penyelesaian

Reaksi Tumpuan

Misalkan reaksi tumpuan di A dan B mempunyai


arah seperti pada gambar II 2(a)
MB = 0 RAV (36) + RAH (0) (4)(18)(27) = 0
36 RAV + 0 1944 = 0
RAV = 54 T ( )
MA = 0 - RBV (36) + RBH (0) + (4)(18)(9) = 0
- 36 RBV + 0 + 648 = 0
RBV = 18 T ( )
Kontrol terhadap V = 0
RAV + RBV (4)(18) = 0
54 +18 72 = 0 .ok !

MEKANIKA TEKNIK II

II-6

Pelengkung Tiga
Sendi

Gambar II 2

Tinjau kesetimbangan bagian kiri, yaitu bagian AS


MS kiri = 0 RAV (18) - RAH (8) (4)(18)(9) = 0
(54)(18) 8 RAH 648 = 0
324 8 RAH = 0

RAH = 40,5

()
Tinjau kesetimbangan bagian kanan, yaitu bagian BS
MS kanan = 0 - RBV (18) + RBH (8) = 0
- (18)(18) + 8 RBH = 0
- 324 + 8RBH = 0 RBH = 40,5 T
()
Kontrol terhadap H = 0

MEKANIKA TEKNIK II

II-7

Pelengkung Tiga
Sendi
RAH + RBH

= 0

40,5 40,5 = 0 .ok !


Titik koordinat pada pelengkung tiga sendi yang berjarak x
m dari tumpuan dapat dicari dengan menggunakan
persamaan dasar parabola ;
4 h (x) ( L x )
y = --------------------L
Untuk

h = 8

dan

L = 36

m, maka persamaan

parabola menjadi,
4 (8)(x) ( 36 x )
32(x)(36 x)
2
y = --------------------- = ---------------- = ---- ( 36x
x )
(36)

1296

81

Untuk titik x = 9 m, maka nilai y :


2
{ (36)(9) (9) } = 6 m
81

Y =
dy

dx

dd
tg =
0,4061

4
9

2
(36 2x)
81

x=9

2
2
{ (36 2(9) } =
(18) =
81
81

= arctg

4
9

4
= 23,9625o sin =
9

cos =
0,9138

MEKANIKA TEKNIK II

II-8

Pelengkung Tiga
Sendi
Pada titik x (9,6), maka gaya vertikal, gaya horizontal, gaya
geser, gaya normal dan momen adalah sebagai berikut :
Gaya vertikal dan horizontal ( Vx dan Hx )
Vx = RAV (4)(x) = 54 (4)(9) = 18 T ( )
Hx = RAH = 40 T ( )
Gaya geser ( SFx )
SFx = V cos H sin

= (18)(0,4061) + (40,5)(0,9138) = 44,3186

= (18)(0,9138) (40,5)(0,4061) = 0,00135


T
Gaya normal ( NFx )

NFx = V sin + H cos

( tekan )
Momen ( Mx ) :
Mx = (54)(9) (40,5)(6) (4)(9)(4,5) = 81 Tm

2.3

PELENGKUNG TIGA SENDI TIDAK SIMETRIS


Pada pelaksanaan di lapangan, sering dihadapi persoalan
struktur yang terjadi, bahwa

suatu struktur pelengkng tiga

sendi yang kedua buah tumpuannya merupakan sendi yang


tidak terletak pada level atau ketinggian yang sama, atau
dengan istilah panjang batang lengkungnya tidak sama.

MEKANIKA TEKNIK II

II-9

Pelengkung Tiga
Sendi
Pelengkung yang demikian disebut dengan pelengkung tiga
sendi yang tidak simetris.
Untuk menyelesaikan pelengkung tiga sendi yang tidak
simetris, tidak dapat langsung digunakan persamaan parabola
yang ada, tetapi dengan syarat, yaitu memperpanjang
panjang lengkung yang pendek sehingga menjadi pelengkung
tiga sendi simetris (secara fiktif), seperti pada contoh berikut
:

Contoh (2) :

Diketahui sebuah pelengkung tiga sendi A-S-B


dengan beban dan ukuran seperti pada Gambar
II 3(a). Hitunglah reaksi-reaksi tumpuan serta
gaya geser, gaya normal dan momen pada titik
x.

MEKANIKA TEKNIK II

II-10

Pelengkung Tiga
Sendi

Gambar II - 3
Penyelesaian

Reaksi Tumpuan :
MB = 0 RAV (60) - RAH (9) (1)(40)(40) = 0
60 RAV 9 RAH = 1600 ......
(1)
MS kiri = 0 RAV (40) RAH (12) - (1)(40)(20) = 0
40 RAV 12 RAH = 800 ....
(2)
Dari persamaan (1) dan (2), maka :
(1) . . . . . . . . . 60 RAV 9 RAH = 1600
(2) x 1,5 . . . . . 60 RAV 18 RAH = 1200
-------------------------------
9 RAH = 400

MEKANIKA TEKNIK II

II-11

Pelengkung Tiga
Sendi
RAH = 44,44 T ( )
RAV = 33,33 T ( )
V = 0
RAV (1)(40) + RBV = 0
RBV = 40 33,33 = 6,67 T (

)
H = 0
RBH + RAH = 0 RBH = 44,44 T ( )

Dengan menggunakan persamaan parabola dasar, untuk


h = 12 m, y = 9 m dan x = 60 m, maka panjang
bentang pelengkug yang simetris dapat dihitung sebagai
berikut ( Gambar II 3b )
4 h (x) ( L x )
y = --------------------L
9 L = 2880 ( L 60 )

4(12)(60)( L 60 )
9 = ------------------------L
L = 320 L 19200

L 320 L + 19200 = 0
(320) (320) (4)(1)(19200)
L1&2 = -------------------------------------------------2
L1 = 240 m tidak mungkin (tidak memenuhi)
L2 = 80 m (memenuhi)
Untuk h = 12 m dan L = 80 m, maka persamaan
parabola dasar berubah menjadi :
(4)(12)(x)( 80 x )
y = -----------------------80
3840(x) 48(x)
y = ---------------------

MEKANIKA TEKNIK II

48(x)(80 x)
y = -------------------6400
y = 0,6 x 0,0075 x

II-12

Pelengkung Tiga
Sendi
6400

y/x = 0,6 0,015 x

Untuk x = 20 m, lihat Gambar II 3(b) maka, nilai y


adalah:
y = 0,6 x 0,0075 x
y =

(0,6)(20) 0,0075 (20) = 9 m titik X

(20 , 9)
Nilai y/x
adalah :

atau garis singgung pada titik X (20 , 9)

y/x = 0,6 0,015 (20)


y/x = 0,3 atau tg = 0,3 = 166 41
sin = 0,2873
cos = 0,9578
Besarnya gaya vertikal V dan gaya horizontal H pada titik
X dapat dihitung :
V = 33,33 (1)(20) = 13,33 T ( )
H = 44,44 T ( )
Setelah gaya vertikal dan gaya horizontal pada titik X
(20 , 9) dapat ditentukan, maka gaya geser, gaya normal
dan momen pada titik tersebut dapat dicari.
Gaya Geser (SFX)
SFX = V cos H sin
= (13,33)(0,9578) (44,44)(0,2873) = 0 T

Gaya Normal (NFX)

MEKANIKA TEKNIK II

II-13

Pelengkung Tiga
Sendi
NFX = V sin + H cos
= (13,33)(0,2873) + (44,44)(0,9578) = 46,40 T
Momen Lentur (MX)
MX = RAV (20) RAH (9) - (0,5)(q)(20)
= (13,33)(20) (44,44)(9) (0,5)(1)(20) = 66,67
Tm
Contoh (3) :

Struktur pelengkung tiga sendi

A-S-B

dan

pembebanan seperti terlihat pada gambar II 4.


Hitung reaksi tumpuan, gaya geser, gaya normal
dan momen pada titik X yang berjarak 5 m di
sebelah kiri dari tumpuan B.
Penyelesaian

Reaksi Tumpuan
MB = 0 RAV (10) + RAH (5) (5)(4) = 0
10 RAV + 5 RAH = 20
(1)
MA = 0 (5)(1) RBV (10) RBH (5) = 0
10 RBV + 5 RBH = 5
(2)
MS kanan = 0 (5)(2) RBV (L/2) RBH (6) = 0

MEKANIKA TEKNIK II

II-14

Pelengkung Tiga
Sendi

Gambar II 4
Untuk

menghitung

panjang

bentang

L,

dengan

persamaan parabola dasar pada titik (10 , 5)


4 h (x) ( L x )
y = --------------------L
5 L = 240 L 2400 )

4(6)(10)( L 10 )
5 = ------------------------L
5L 240 L + 2400 =

L1&2 =

(240) (240) (4)(5)(2400)


-------------------------------------------------(2)(5)

L1 = 14,20 m, memenuhi
L2 = 33,79 m, tidak mungkin (tidak memenuhi)
Persamaan MS kanan = 0 dapat dituliskan menjadi
MS kanan = 0 (5)(2) RBV (L/2) RBH (6) = 0
10 RBV (7,1) RBH (6) = 0
7,1 RBV + 6 RBH = 10 .
(3)

MEKANIKA TEKNIK II

II-15

Pelengkung Tiga
Sendi
Dari persamaan (2) dan (3), maka
(2) x 6 . . . . . . . . .

60 RBV + 30 RBH = 30

(3) x 5 . . . . . . . . . 35,5 RBV + 30 RAH = 50


---------------------------------
24,5 RBV = - 20
RBV = - 0,81 T (

(2) . . . . . . . . . . . 10 RBV + 5 RBH = 5


5 RBH = 5 + 10 (0,81) =
13,16
RBH = 2,63

()
V = 0
RAV + RBV = 0
RAV + (- 0,81) = 0 RAV = 0,81 T ( )
H = 0
RAH + RBH 5 = 0
RAH + 2,63 5 = 0

RAH = 2,37

()
Untuk

h = 6 m dan L = 14,2 m, maka persamaan

parabola dasar berubah menjadi :


(4)(6)(x)(14,2 x )
y = ------------------------(14,2)
340(x) 24(x)
y = --------------------201,64

24(x)(14,2 x)
y = -------------------201,64

y = 1,69 x 0,12 x

y/x = 1,69 0,24 x


Untuk x =
adalah :

MEKANIKA TEKNIK II

5 m, lihat Gambar

VI 4

maka nilai

II-16

Pelengkung Tiga
Sendi
y = 1,69 x 0,12 x
y = (1,69)(5) 0,12 (5) = 5,45 m titik X (5 ,
5,45)

Nilai y/x
adalah :

atau garis singgung pada titik X (5 , 5,45)

y/x = 1,69 0,24 x = 1,69 (0,24)(5) = 0,49


y/x = 0,49 atau tg = 0,49 = 266 6
sin = 0,44
cos = 0,89
Besarnya gaya vertikal V dan gaya horizontal H pada titik
X dapat dihitung :
V = 0,81 T ( )
H = 2,37 T ( )
Setelah gaya vertikal dan gaya horizontal pada titik X
dapat ditentukan, maka gaya geser, gaya normal dan
momen pada titik tersebut dapat dicari.
Gaya Geser (SFX)
SFX = V cos H sin
= (0,81)(0,89) (- 2,37)(0,44) = 1,7637 T
Gaya Normal (NFX)
NFX = V sin + H cos
= (0.81)(0,44) + (- 2,37)(0,89) = - 1,7529 T
Momen Lentur (MX)
MX = RAV (20) RAH (9) - (0,5)(q)(20)

MEKANIKA TEKNIK II

II-17

Pelengkung Tiga
Sendi
= (- 0,81)(5) + (2,63)(5,45) (5)(1,45) = 3,0335
Tm

MEKANIKA TEKNIK II

II-18

Anda mungkin juga menyukai