CSS Appendiks Infiltrate
CSS Appendiks Infiltrate
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pertemuan ketiga taenia colli pada pertemuan caecum dan apendiks. Taenia
anterior digunakan sebagai pegangan untuk mencari apendiks.
Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi minggu
ke 8 yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan
postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi apendiks, yang
akan berpindah dari medial menuju katup ileosekal.
Pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan
menyempit kearah ujungnnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya
insiden apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak
intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang
geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungannya. Pada kasus
selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu dibelakang sekum, dibelakang
kolon asendens, atau ditepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis
ditentukan oleh letak apendiks.
2.2. FISIOLOGI
Apendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari. Lendir di muara
apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis. Immunoglobulin
skretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang
terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Immunoglobulin
ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian,
pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah
jaringan limfe disni kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya disaluran
cerna diseluruh tubuh.
Jaringan lymphoid pertama kali muncul pada apendiks sekitar 2 minggu setelah
lahir. Jumlahnya meningkat selama pubertas, dan menetap saat dewasa dan
kemudia berkurang mengikuti umur. Setelah usia 60 tahun, tidak ada jaringan
lymphoid lagi di apendiks dan terjadi penghancuran lumen apendiks komplit.
2.3. DEFINISI
Apendisitis infiltrate adalah proses radang apendiks yang penyebaranya
dapat dibatasi oleh omentum dan usus usus dan peritoneum sekitarnya sehingga
membentuk massa (appendicaeal mass). Umumnya massa apendiks terbentuk
pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum.
Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih
karena daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup
panjang dan tebal untuk membungkus proses radang.
2.4. ETIOLOGI
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. Fekalit
merupakan penyebab tersering dari obstruksi appendiks. Penyebab lainnya adalah
hipertrofi jaringan limfoid, sisa barium dari pemeriksaan rontgen, diet rendah
serat, dan cacing usus termasuk ascaris. Trauma tumpul atau trauma karena
colonoscopy dapat mencetuskan inflamasi pada appendiks. Post appendisitis juga
dapat menjadi penyebab akibat adanya trauma atau stasis fekal.
elastisitas
dinding
appendiks
mempunyai
keterbatasan
sehingga
karena
bisa
mempermudah
terjadi
perforasi.
Bila
terdapat
perangsangan peritoneum biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau
batuk.
Bila letak apendiks retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya
terlindungi saekum maka tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan
tidak ada rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut sisi kanan atau
nyeri timbul pada saat berjalan, karena kontraksi otot psoas mayor yang
menegang dari dorsal.
Apendiks yang terletak di pelvis, bisa meradang, dapat menimbulkan
gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltik meningkat,
pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang ulang. Jika
apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi
kencing, karena rangsangan dindingnya.
Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosa sehingga tidak
ditangai pada waktunya dan terjadi komplikasi. Gejala apendisitis akut pada anak
tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya rewel dan tidak mau makan. Anak
sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya dalam beberapa jam kemudian akan
timbul muntah muntah dan anak akan menjadi lemah dan letargi. Karena gejala
yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Pada bayi, 80
90% apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.
Pada orang berusia lanjut gejalanya juga sering samar samar saja, tidak
jarang terlambat diagnosis. Akibatnya lebih dari separo penderita baru dapat
didiagnosa setelah perfgorasi. Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah
nyeri perut, mual, dan muntah. Yang perlu diperhatikan adalah pada kehamilan
trimester pertama sering juga terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut
sekum dengan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga kelihan tidak
dirasakan diperut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.
Gambaran klinis apendisitis akut
-
Tanda awal
Nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan
anoreksia.
Nyeri pindah kekanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan
peritoneum lokal di titik McBurney
8
Nyeri tekan
Nyeri lepas
Defans muskular
Nyeri tekan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)
Nyeri kanan bawah bila di tekan disebelah kiri dilepaskan (blumberg)
Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan,
batu, mengedan.
2.7. PEMERIKSAAN
2.7.1. PEMERIKSAAN FISIK
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 38,5oC. Bila
suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat
perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai 1oC
Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering
terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Apendisitis infiltrat
atau adanya abses apendikular terlihat dengan adanya penonjolan di perut
kanan bawah.
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka
kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini
merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan
dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda rovsing. Pada
apendistis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk
menentukan adanya rasa nyeri.
Jika sudah terdapat abses yaitu bila ada omentum atau usus lain
yang dengan cepat membendung daerah apendiks maka selain ada nyeri
pada fossa iliaka kanan selama 3 4 hari (waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan abses) juga pada palpasi akan teraba massa yang fixed
dengan nyeri tekan dan tepi atas massa dapat diraba. Jika apendiks
intrapelvinal maka massa dapat diraba pada RT (rectal toucher) sebagai
massa yang hangat.
10
sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal
bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika.
Pemeriksaan radiologi
Foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil anamnesis atau
pemeriksaan fisik meragukan. Tanda tanda peritonitis kuadran kanan
bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat ileal atau caecal ileus
( gambaran garis permukaan air-udara disekum atau ileum ).
Patognomonik bila terlihat gambar fekalit.
USG atau CT Scan. USG dilakukan khususnya untuk melihat keadaan
kuadran kanan bawah atau nyeri pada pelvis pada pasien anak atau wanita.
Adanya peradangan pada apendiks menyebabkan ukuran apendiks lebih
dari normalnya (diameter 6mm). Kondisi penyakit lain pada kuadran
kanan bawah seperti inflammatory bowel disease, diverticulitis cecal,
divertikulum meckels, endometriosis dan pelvic inflamatory disease (PID)
dapat menyebabkan positif palsu pada hasil USG
Pada CT Scan khususnya apendiceal CT, lebih akurat dibandingkan
USG. Selain dapat mengidentifikasi apendiks yang mengalami inflamasi
(diameter lebih dari 6 cm) juga dapat melihat adanya perubahan akibat
inflamasi pada periapendik.
Pemeriksaan
barium
enema
dan
colonoscopy
merupakan
11
kista ovarium terpuntir. Kunci diagnosis biasanya terletak pada anamnesis yang
khas.
Tumor caecum, biasanya terjadi pada orang tua dengan tanda keadaan
umum jelek, anemia dan turunnya berat badan. Hal ini perlu dipastikan dengan
colon in loop dan benzidin test. Pada anak anak tumor caecum yang sering
adalah sarcoma dari kelenjar mesenterium. Pada apendisitis tuberkulosa, klinisnya
antara lain keluhan nyeri yang tidak begitu hebat disebelah kanan perut, dengan
atau tanpa muntah dan waktu serangat yang dapat timbul panas badan,
leukositosis sedang, biasanya terdapat nyeri tekan dan rigiditas pada kuadran
lateral bawah kanan, kadang kadang teraba massa.
Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan
a. Keadaan umum pasien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
b. Pemeriksaan lokal pada abdomen kuandran kanan bawah masih jelas
terdapat tanda tanda peritonitis
c. Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat
pergeseran ke kiri.
Massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda dengan ditandai dengan
a. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh
tidak tinggi lagi
b. Pemeriksaan lokal abdomen tenang, tidak terdapat tanda tanda peritonitis
dan hanya teraba massa dengan batas jelas dengan nyeri tekan ringan.
c. Laboratorium hitung leukosit dan hitung jenis normal.
2.9. PENATALAKSANAAN
Perjalanan patologis penyakit dimulai pada saat apendiks dilindungi oleh
omentum dan gulungan usus halus didekatnya. Mula mula, massa yang
terbentuk tersusun atas campuran membingungkan bangunan bangunan ini dan
jaringan granulasi dan biasanya dapat segera dirasakan secara klinis. Jika
peradangan pada apendiks tidak dapat mengatasi rintangan rintangan sehinggaq
penderita terus mengalami peritonitis umum, massa tadi menjadi terisi nanah,
semula dalam jumlah sedikit, tetapi segera menjadi abses yang jelas batasnya.
Urut urutan patologis ini merupakan masalah bagi ahli bedah. Masalah ini
adalah bilamana penderita ditemui lewat sekitar 48 jam, ahli bedah akan
mengoperasi untuk membuang apendiks yang mungkin gangrene dari dalam
12
massa perleketan ringan yang longgar dan sangat berbahaya, dan bilamana karena
massa ini telah menjadi lebih terfiksasi dan vaskular, sehingga membuat operasi
berbahaya maka harus menunggu pembentukan abses yang dapat mudah
didrainase.
Massa apendiks terjadi bila tterjadi apendisitis gangrenosa atau
mikroperfgorasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus.
Pada massa periapendikular yang dindingnya belum sempurna, dapat terjadi
penyebaran pus keseluruh rongga peritoneum, jika perforasi diikuti peritonitis
purulenta generalisata. Oleh karena itu, massa periapendikular yang masih bebas
disarankan segera dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. Selain itu, operasi
disarankan segera dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. Selain itu, operasi
lebih mudah. Pada anak, dipersiapkan untuk operasi dalam waktu 2-3 hari saja.
Pasien dewasa dengan massa periapendikular yang terpancang dengan
pendindingan sempurna, dianjurkan untuk dirawat dahulu dan diberi antibiotik
sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya peritonitis. Bila sudah
tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan leukosit normal, penderita
boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat dikerjakan 2 -3 bulan kemudian agar
perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. Bila terjadi
perforasi, akan terbentuk abses apendiks. Hal ini ditandai dengan kenaikan suhu
dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa, serta
bertambahnya angka leukosit.
Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif sebaiknya
dilakukan tindakan pembedahan segera setelah pasien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik baiknya mengingat penyulit infeksi luka
lebih tinggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi.
Pada periapendikular infiltrat, dilarang keras membuka perut, tindakan
bedah apabila dilakukan akan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih
lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan
13
sakit perut. Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses
dengan ataupun tanpa peritonitis umum
Terapi sementara untuk 8 -12 minggu adalah konservatif saja. Pada anak kecil,
wanita hamil, dan penderita usia lanjut, jika secara konservatif tidak membaik
atau berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya.
Bila pada waktu membuka perut terdapat periapendikular infiltrat maka luka
operasi ditutup lagi, apendiks dibiarkan saja. Terapi konservatif pada
periapendikular infiltrat:
1. Total bedres posisi fawler agar pus terkumpul di kavum doglas.
2. Diet lunak bubur saring
3. Antibiotik parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang aktif
terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu
sekitar 6 8 minggu kemudian, dilakukan apendiktomi. Kalau sudah
terjadi abses, dianjurkan drainase saja dan apendiktomi dikerjakan setelah
6 8 minggu kemudian.
Jika ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun, dan pemeriksaan jasmani dan
laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau abses. Dapat dipertimbangkan
membatalkan tindakan bedah.
Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja. Observasi suhu dan nadi
biasanya 48 jam gejala akan mereda. Bila gejala menghebat, tandanya terjadi
perforasi maka harus dipertimbangkan apendiktomi. Batas dari massa hendaknya
diberi tanda (demografi) setiap hari. Biasanya pada hari ke 5 7 massa mulai
mengecil dan terlokalisisr. Bila massa tidak juga mengecil, tandanya telah
terbentuk abses dan massa harus segera dibuka dan didrainase.
Caranya dengan membuat insisi pada dinding perut sebelah lateral
dimana nyeri tekan adalah maksimum (incisi grid iron). Abses dicapau secara
ekstraperitoneal, bila apendiks mudah diambil, lebih baik diambil karena apendik
ini akan menjadi sumber infeksi. Bila apendiks sukar dilepas, maka apendiks
dapat dipertahankan karena jika dipaksakan akan ruptur dan infeksi dapat
menyebar. Abses didrainase dengan selang yang berdiameter besar, dan
dikeluarkan lewat samping perut. Pipa drainase didiamkan selama 72 jam, bila
pus sudah kurang dari 100cc/hari, drainase dapat diputar dan ditarik sedikit demi
14
LED
Jumlah leukosit
Massa
2.10. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, pada apendiks yang
telah mengalami pendindingan berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks,
sekum, dan lekuk usus halus.
15
Nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen
menyeluruh
Suhu tubuh naik tinggi sekali
Nadi semakin cepat
Defance muskular yang menyeluruh
Bising usus berkurang
Perut distended
BAB III
KESIMPULAN
Apendisitis adalah peradaangan yang terjadi pada appendiks vermiformis
dan bukan peradangan usus buntu. Apendik atau sering disebut sebagai umbai
cacaing adalah organ tambahan pada usus buntu. Fungsi apendiks adalah sebagai
organ immunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin.
Apendisitis ada 2 macam, yaitu apendisitis akut dan apendisitis kronis.
Yang mendasari terjadinya apendisitis adalah adanya sumbatan pada saluran
16
apendiks. Selain penyebab diatas apendisitis ini pada umumnya karena infeksi
bakteri atau kuman. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.Coli
dan streptococus. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah
ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E.Histolytica.
Ada beberapa hal penting dalam gejala apendisitis, yaitu nyeri, muntah
dan mual, suhu tubuh meningkat, nadi cepat, rasa sakit hilang timbul, diare dan
konstipasi, tungkai kanan tidak dapat atau terasa sakit jika diluruskan, perut
kembung, hasil leukosit meningkat. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang
nafsu makan, penderita tampak sakit, menghindarkan pergerakan.
Pemeriksaan apendisitis dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik yaitu
inspeksi, palpasi, pemeriksaan uji psoas dan uji obturator, pemeriksaan colok
dubur. Selain pemeriksaan fisik juga dilakukan pemeriksaan penunjang
laboratorium radiologi.
Kesalahan diagnosa lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki
laki. Hal ini dapat disadari mengingat pada perempuan terutama masih muda
sering mengalami gangguan yang mirip apendisitis. Bila dari hasil diagnosis
positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah segera dilakukan
apendiktomi. Pembedahan segera dilakukan, untuk mencegah terjadinya ruptur
(pecah), terbentuknya abses atau peradangan pada selaput rongga perut
(peritonitis). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotik selama 7
10 hari.
Pada komplikasi apendiks yang pecah biasanya menyebabkan perforasi,
peritonitis, septikemia. Pada wanita terjadi penyumbatan saluran indung telur
yang bisa menyebabkan kemandulans erta terjadi pieloflebitis dan abses hati tapi
jarang terjadi.
17