Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit (CPO) mempunyai arti yang
sangat penting. Adanya bahan-bahan yang tidak semestinya terikut dalam CPO akan
menurunkan mutu dan harga jualnya, maka perlu diupayakan agar kualitas CPO selalu
dapat dijaga. Salah satu standar mutu CPO yang harus diperhatikan adalah kadar asam
lemak bebasnya (Tim Penulis, 2000).

Asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses
hidrolisis lemak oleh enzim. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang juga
terdapat dalam buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak. Jika dinding
sel pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan mekanik,
tergores atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak dan
reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan cepat sehingga membentuk gliserol dan
asam lemak bebas (Mangoensoekarjo, 2003).

Pembentukan

asam

lemak

bebas

juga

dapat

terjadi

oleh

adanya

mikroorganisme pada keadaan lembab dan kotor. Oleh sebab itu, pada saat
pengolahan

harus diperhatikan kondisi buah kelapa sawit yang akan diolah

serta proses pengolahan dan peralatan yang baik. Hal ini dilakukan untuk

Universitas Sumatera Utara

menekan produksi asam lemak bebas didalam minyak sawit (CPO) yang dihasilkan
(Pahan, 2006).

Setelah proses pengolahan selesai, CPO yang dihasilkan setelah pengolahan


akan disimpan sementara didalam storage tank (tangki timbun). Kadar ALB pada
CPO akan selalu bertambah seiring dengan adanya penyimpanan CPO tersebut
didalam tangki timbun sebelum dipasarkan. Oleh sebab itu, sebelum dipasarkan, harus
terlebih dahulu dilakukan analisa untuk mengetahui kadar ALB dalam minyak
sawit (Tim Penulis, 2000).

Kadar asam lemak bebas yang memenuhi standar mutu PKS adalah maksimal
3,5% dan untuk eksport (perdagangan) adalah maksimal 5%. Asam lemak bebas pada
CPO didalam storage tank tidak dapat dihilangkan, melainkan akan selalu bertambah
terlebih dalam waktu penyimpanan yang cukup lama. Jika kadar ALB pada CPO >
5%, maka CPO tersebut sudah dinyatakan outspec atau melewati batas standar mutu
dan tidak layak untuk dipasarkan. ALB pada CPO outspec tersebut hanya dapat
diturunkan dengan cara melakukan blending (pencampuran) dengan CPO yang
memiliki kadar ALB rendah (CPO fresh), sehingga CPO outspec tersebut tidak
dibuang dan dapat dipasarkan kembali.

Universitas Sumatera Utara

Proses blending (pencampuran) CPO tersebut dilakukan dengan menggunakan


rumusan secara teoritis sehingga menghasilkan kadar ALB CPO blending secara
teoritis. Akan tetapi setelah dilakukan proses analisa, kadar ALB CPO blending secara
teoritis akan menghasilkan nilai yang berbeda dengan kadar ALB CPO blending
secara analisa. Atas dasar inilah penulis ingin membuat karya ilmiah berjudul
Analisa Asam Lemak Bebas (ALB) dari CPO Fresh, CPO Outspec, dan CPO
Blending di PTPN III Perdagangan PKS Sei Mangkei.

1.2.

Permasalahan

Menentukan persentase kadar asam lemak bebas (ALB) dari CPO fresh, CPO outspec,
dan CPO blending secara analisa, kemudian membandingkan hasil yang diperoleh
dengan persentase kadar asam lemak bebas secara teoritis.

1.3.

Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar ALB dari CPO blending secara analisa.


2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar
ALB dari CPO blending secara analisa dan secara teoritis.
3. Untuk

mengetahui pengaruh suhu

yang

digunakan pada proses

pemblendingan.

Universitas Sumatera Utara

1.4.

Manfaat

Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah :


1. Mengetahui prosedur yang tepat dalam pembuatan CPO blending sehingga
diperoleh kadar ALB yang memenuhi standar mutu.
2. Meningkatkan pencapaian sasaran mutu CPO yang terbaik dengan
mempelajari faktor-faktor yang dapat memperlambat kenaikan asam lemak
bebas pada minyak sawit.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai