PENDAHULUAN
tahun 2013 KLB campak terjadi di Cina, Republik Kongo dan Nigeria,
KLB campak juga terjadi di beberapa negara lain.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2012, Indonesia merupakan
Negara ASEAN yang memiliki kasus penyakit campak terbanyak dengan
jumlah 15.489 kasus, urutan kedua terbanyak adalah Thailand dengan
5.197 kasus, sedangkan 8 negara ASEAN lainnya memiliki jumlah lebih
sedikit dan tidak lebih dari 3.000 kasus. Berdasarkan World Health
Statistic WHO 2013, di Indonesia ada 151.000 kematian anak-anak di
bawah usia 5 tahun dan 5% nya disebabkan karena penyakit campak.
Incidence rate (IR) campak di Indonesia pada tahun 2013 sebesar
4,64 per 100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2012 yang
sebesar 6,53 per 100.000 penduduk. Sedangkan incidence rate di Propinsi
Sumatera Utara yaitu 0,55 per 100.000 penduduk menurun jika
dibandingkan tahun 2012 yaitu 2,2 per 100.000 penduduk. Menurut
kelompok umur, kasus campak pada kelompok umur 1-4 tahun dan
kelompok umur 5-9 tahun merupakan yang terbesar yaitu masing-masing
sebesar 27,5% dan 26,9%. Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal,
kasus campak pada bayi < 1 tahun, merupakan yang tertinggi, yaitu
sebanyak 1.120 kasus (9,7%).
Berdasarkan data diatas, karena masih banyaknya angka kejadian
dari penyakit campak di dunia khususnya Indonesia, serta merupakan
penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi yang bera, maka kami ingin
menjelaskan lebih lanjut tentang penyakit gondok, campak dan rubella
serta vaksin MMR.
B. Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Campak 3
Campak adalah penyakit sangat menular atau sangat infeksius, menular sejak
awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah muncul ruam. Infeksi
ini disebarkan lewat udara (airborne). Gejala yang ditimbulkan dari penyakit
ini diantaranya demam, batuk, coryza/pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik
kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan
dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik). Tanda khas bercak
kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah
muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadangkadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan.
B. Etiologi Campak 2
4
juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis.
Setelah masa konvalesen pada panas turun, hipervaskularisasi mereda dan
menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan
hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan pada awalnya terdapat perdarahan
perivascular dan infiltrasi limfosit.
D. Gejala Klinis Campak 7, 9
Gejala yang ditimbulkan antara lain:
1. Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat
ruam keluar
2. Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat dan
membaik dengan cepat pada saat panas menurun
3. Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada konjungtiva disertai
dengan keradangan dengan keluhan fotofobia
4. Cough merupakan akibat keradangan epitel saluran nafas, mencapai
puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu
5. Muncul Kopliks spot pada saat sekitar 2 hari sebelum muncul ruam (hari
ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Kopliks
spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal yang merah
(a grain of salt in the sea of red)
E. Diagnosis Campak 1, 2, 9
1. Anamnesis
Demam tinggi terus-menerus 38,5 atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri
menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali
diikuti dengan diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului
oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak
dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare
bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga
stadium:
a. Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam
yang diikuti batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis dan
8
10
Eksantema
11
eritema
dan
edema
sehingga
memberikan
gambaran
12
bakteri
(Pneumococcus,
Streptococcus,
Staphylococcus,
dan
13
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna
sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat
menurunnya daya tahan penderita campak.
5. Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan
karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual
yang diikuti kejang. Merupakan penyulit campak onset lambat yang ratarata baru muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi
pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan.
Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif
dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x
14
lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah
mendapat vaksinasi.
6. Konjungtivitis
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak
yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik.
Penderita menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati dan
pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus.
Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata.
H. Penatalaksanaan Campak 1, 5, 9
1. Tatalaksana medik
a. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :
1) Pemberian cukup cairan
2) Kalori dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat
3)
4)
5)
6)
15
16
17
18
anak dengan keadaan gizi buruk, anak yang menderita penyakit kronis atau
bila disertai penyulit yang tidak teratasi.
BAB III
STATUS PASIEN RAWAT INAP
A. Identitas Pasien
Nama
: An. L
19
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Nama Ayah
Nama Ibu
Tanggal Masuk
: 1 tahun 5 bulan
: Laki-laki
: Mayangan Probolinggo
: Tn. A Pekerjaan: Petani
: Ny. S
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
: 6 November 2016
B. Subyektif
Pasien MRS dengan pengantar dari IGD RSUD Dr. Moh. Saleh 6 November
2016 pukul 09.45 WIB, Informasi anamnesis didapatkan melalui metode
alloanamnesis.
1. Keluhan Utama
Panas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan bahwa pasien sudah demam naik turun selama 5 hari mulai
hari Selasa malam. Tidak ada kejang. Keluhan batuk sejak timbulnya panas
diikuti dengan pilek yang timbul pada hari Rabu. Keluhan muncul ruam
merah menyebar di sekitar telinga. Tidak ada keluhan mual dan muntah.
Tida ada sakit saat menelan. Ada keluhan mata merah. Ada keluhan diare
sejak semalam dan dalam 24 jam terakhir diare 13 kali
dengan
konsistensi cair, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Nafsu makan
menurun, minum banyak seperti kehausan. BAK masih normal.
3. Riwayat Penyakit Terdahu
Pasien pernah MRS karena diare cair akut selama 5 hari 8 bulan yang
lalu. Tidak ada riwayat kejang.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat asma disangkal
b. Riwayat alergi disangkal
c. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung disangkal
5. Imunisasi
a. BCG (+)
b. Hepatitis B I, II, III (+)
c. Polio I, II, III, IV (+)
d. DPT I, II, III (+)
e. Campak (-)
6. Riwayat Diet
20
a.
b.
c.
d.
ASI : 0 sekarang
PASI : usia 6 bulan sekarang
Bubur sun : usia 6 bulan 1 tahun
Nasi : 1 tahun sekarang
Asites (-)
10. Genetalia
Laki-laki dengan genetalia normal
11. Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik
12. Status Neurologis
21
Nama Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hematokrit
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
KIMIA KLINIK
GDA
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
34,2
10,9
5670
220000
%
g/dL
/mm3
/mm3
42-52
13-18
4000-11000
150000-350000
45
mg/dL
<180
D. Assessment
Campak + diare cair akut dengan dehidrasi sedang
E. Planning
Diagnosis : Hasil pemeriksaan laboratorium terlampir
Konsultasi : dr. Sp.A
Terapi
:
1. IVFD RL 560 cc / 3 jam lihat tanda-tanda dehidrasi; jika tanda metetap
ulangi rehidrasi cairan dengan waktu yang sama, jika tanda-tanda
2.
3.
4.
5.
6.
(dr. Sp.A)
Panas naik turun 6 hari,
(dr. Sp.A)
Panas naik turun 7 hari,
(dr. Sp.A)
Panas naik turun 8 hari,
batuk
(+)
5x,
22
(+)
pilek
sesak
(-),
ruam
sering,
BAB
7x
cair
ampas
(+)
BAK normal
KU : lemah
Vital sign :
Vital sign :
Vital sign :
N : 92 x/min S: 36,6 C
RR : 30 x/min
RR : 32 x/min
RR : 41 x/min
Cowong (+),
Cowong (+)
kehijauan
K/L
A/I/C/D
-/-/-/-
Cowong (+),
T0/T0
faring
tonsil
T0/T0
faring
tonsil
T0/T0
faring
tonsil
Retraksi (-/-)
Retraksi (-/-)
Retraksi (-/-)
reguler
reguler
reguler
meningkat,Turgor 2 detik
meningkat,Turgor 2 detik
meningkat,Turgor 2 detik
CRT< 2 dtk
CRT< 2 dtk
Campak + Diare Cair Akut Campak + Diare Cair Akut
CRT< 2 dtk
Campak + Diare Cair Akut
23
L-Bio 3 x 1 sach,
L-Bio 3 x 1 sach,
2 x Cth I, Ambroxol 3 x 1
2 x Cth I, Ambroxol 3 x 1
pulv
pulv
Zinc 1 x 1 tab
(dr. Sp.A)
Panas naik turun hari ke 9,
(dr. Sp.A)
Panas turun hari ke 10,
(dr. Umum)
Panas hari ke 10, batuk
pilek
hiperpigmentasi,
makan
di
BAK normal
makan
(+)
berkurang,
belakang
mau
telinga,
minum
KU : cukup
KU : baik
BAK normal
KU : baik
Vital sign :
Vital sign :
Vital sign :
N : 94x/min S: 37 C
N : 98 x/min S: 36, 7 C
RR : 40 x/min
RR : 30 x/min
RR : 30 x/min
Cowong (-),
Cowong (-)
K/L
A/I/C/D
-/-/-/-
Cowong (-),
T0/T0
faring
tonsil
T0/T0
faring
tonsil
T0/T0
faring
tonsil
24
Retraksi (-/-)
Retraksi (-/-)
Retraksi (-/-)
reguler
reguler
reguler
meningkat,Turgor 2 detik
Turgor normal
Turgor normal
CRT< 2 dtk
Campak + Diare Cair Akut
CRT< 2 dtk
Campak + Diare Cair Akut
CRT< 2 dtk
Campak + Diare Cair Akut
KRS
L-Bio 3 x 1 sach,
L-Bio 3 x 1 sach,
2 x Cth I, Ambroxol 3 x 1
2 x Cth I, Ambroxol 3 x 1
pulv
pulv
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Anak bernama L, umur 1 tahun 5 bulan, MRS dengan pengantar dari IGD
RSUD Moh. Saleh pada hari Minggu 19 Agustus 2016 pukul 09.45 WIB.
Anamnesis yang didapatkan dari ibu pasien, diketahui bahwa pasien sudah panas
dari 5 hari yang lalu tepatnya dari hari Selasa (1 November 2016) malam. Panas
naik turun tidak disertai kejang. Tidak ada keluhan mual muntah. Keluhan batuk
sejak timbulnya panas diikuti dengan pilek yang timbul pada hari Rabu. Keluhan
muncul ruam merah menyebar di sekitar telinga. Ada keluhan mata merah. Ada
keluhan diare sejak semalam dan dalam 24 jam terakhir diare 13 kali dengan
konsistensi cair, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Nafsu makan menurun,
minum banyak seperti kehausan. BAK masih normal.
Dari riwayat penyakit dahulu pasien pernah MRS karena diare cair akut
selama 5 hari 8 bulan yang lalu. Tidak ada riwayat kejang, asma atau alergi.
Riwayat penyakit keluarga juga tidak didapatkan kelainan di mana dalam
keluarga tidak ada yang menderita asma, hipertensi, diabetes mellitus ataupun
riwayat penyakit jantung. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien telah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Diketahui pasien lahir normal, spontan
belakang kepala dengan umur kehamilan cukup bulan, berat badan lahir 2,9 kg
dan tidak mengalami kelainan bawaan. Riwayat diit pasien yaitu mengkonsumsi
ASI dari umur 0 bulan sampai sekarang serta mendapatkan makanan PASI sejak
umur 6 bulan sampai sekarang. Pasien juga mengkonsumsi bubur sun dari umur 6
26
bulan hingga 1 tahun dan mulai makan nasi sejak usia 1 tahun. Sedangkan riwayat
tumbuh kembah diketahui sesuai dengan usianya yang diketahui dari jawaban
ibunya.
Pasien kemudian diperiksa dengan pemeriksaan fisik menyeluruh dan
didapatkan hasil diantaranya keadaan umum pasien dianggap lemah dengan
kesadaran kompos mentis. Didapatkan tanda vital yaitu frekuensi nadi 110
kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit, serta suhu tubuh per aksiler 40C.
Frekuensi nadi dan napas masih dalam batas normal, sedangkan suhu diketahui
masuk kriteria febris. Pemeriksaan kepala leher tidak ada kelaian yaitu anemis (-),
icterus (-), cyanosis (-), dipsneu (-), titak didapatkan pernapasan cuping hidung,
pembesaran KGB (-), namun didapatkan mata cowong.
Pemeriksaan toraks didapatkan bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak
ditemukan retraksi dinding dada, suara paru normal vesikuler di kedua bagian
paru, tidak terdengar rhonki dan wheezing. Jantung dalam batas normal dengan
suara jantung S1S2 tunggal regular, murmur tidak terdengar. Pemeriksaan
abdomen didapatkan bising usus positif meningkat, supel, turgor melambat.
Pemeriksaan genetalia dalam batas normal dan pemeriksaan ekstremitas
didapatkan akral hangat di keempat anggota gerak tubuh dengan capillary refill
time < 2 detik.
Dari pemeriksaan fisik dan anamnesa, pasien didiagnis campak dengan diare
cair akut disertai dehidrasi sedang. Selain itu dilihat dari klinisnya yang sesuai
dengan campak antara lain panas yang diikuti dengan batuk pilek dan gejala
konjungtivitis. Selain itu didapatkan munculnya ruam makulopapuler di sekitar
telinga.
sedang, maka diberikan terapi sesuai dengan diagnosis yaitu terapi cairan
27
28
hasil dari kepala/leher normal didapatkan mata cowong, toraks normal, abdomen
supel bising usus meningkat sedangkan genetalia, ekstremitas dan status
neurologis dalam batas normal. Terapi dilanjutkan diantaranya Infus KAEN 3B
800 cc / kgBB / 24jam, Sanmol 4 x 100 mg i.v jika suhu 38 0C, per oral
diberikan Oralit, L-Bio 3 x 1 sach, Zinc 1 x 1 tab, Xanda Syr 2 x Cth I, Ambroxol
3 x 1 pulv.
Tanggal 9 November 2016, pasien masih mengalami demam yang naik
turun, serta mengalami batuk dan pilek yang semakin sering. Ruam makulopapul
menyebar ke semakin luas. Mual muntal kurang lebih 5 kali, makan sulit dan
minum banyak. BAB 13 kali cair warna kuning kehijauan, BAK dalam batas
normal. Tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu frekuensi nadi 92 kali/menit,
suhu 36,6C, dan frekuensi napas 41 kali/menit. Dilakukan pemeriksaan fisik
dengan hasil dari kepala/leher normal didapatkan mata cowong, toraks normal,
abdomen supel bising usus meningkat sedangkan genetalia, ekstremitas dan status
neurologis dalam batas normal. Terapi dilanjutkan.
Tanggal 10 November 2016, pasien masih mengalami demam yang naik
turun, serta mengalami batuk dan pilek yang sudah berkurang. Ruam
hipopigmentasi. Mual muntal disangkal, makan kurang dan minum banyak. BAB
9x kali cair warna kuning kehijauan, BAK dalam batas normal. Tanda-tanda vital
dalam batas normal yaitu frekuensi nadi 94 kali/menit, suhu 37C, dan frekuensi
napas 40 kali/menit. Dilakukan pemeriksaan fisik dengan hasil dari kepala/leher
normal, toraks normal, abdomen supel bising usus meningkat, sedangkan
genetalia, ekstremitas dan status neurologis dalam batas normal. Terapi
dilanjutkan.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
2. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds)
Textbook of Pediatrics Infectious Disease 5th edition Vol 3. Philadelphia:
Saunders. p.2283 2298
3. Halim Gustian. 2016. Campak pada Anak, RS Hosana Medica Lippo
Cikarang. Cikarang, Indonesia
4. Markum. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI
5. Phillips C.S. 1983. Measles In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson
Textbook of Pediatrics 12th edition. Japan: Igaku-Shoin/Saunders. p.743
6. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk.
(ed) Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Hal. 105
7. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo,
dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis Edisi 1.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal. 125
8. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90
9. Tim Revisi PDT. 2006. Pedoman Diagnostik dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Kesehatan Anak. Surabaya: Rumah Sakit Dokter Soetomo. h. 71-75
10. WHO., 2013. World Health Statistic. Diakses 22 November 2016
http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/en/
11. WHO., 2014. WHO Warns That Progress Towards Eliminating Measles Has
Stalled. Diakses 22 November 2016
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2014/eliminating-measles/en/
31
32