Anda di halaman 1dari 25

Kimberlit: Batuan Beku Pembawa Berlian

Compiled By: Fery Andika Cahyo


Kimberlit adalah batuan beku yang dikenal dalam dunia pertambangan dan geologi sebagai
batuan yang mengandung berlian. Namanya sendiri berasal dari nama sebuah kota di Afrika
Selatan, Kimberley, di mana pada tahun 1871 di kota tersebut ditemukan berlian dengan
kadar 83.5 karat(16.70 g).

Gambar 1.1 Sampel batuan kimberlit.


Kimberlit biasanya hadir pada kerak bumi dalam struktur vertikal yang dikenal sebagai
kimberlites pipes, dan juga berupa dyke dan sills. Kimberlite pipes adalah sumber ekstraksi
berlian yang paling penting saat ini. Konsensus yang berkembang di dunia geologi
menyatakan bahwa kimberlit terbentuk pada bagian mantel bumi yang dalam. Pembentukan
terjadi pada kedalaman sekitar 150 dan 450 km(93 dan 280 mil), secara potensial terbentuk
dari komposisi mantel bumi yang bersifat eksotik, dan dierupsikan secara berulang-ulang dan
terus-menerus, seringkali disertai dengan kehadiran komponen karbon dioksida dan material
volatil. Faktor kedalaman dari zona peleburan dan pembentukannyalah yang mengakibatkan
kimberlit sangat potensial untuk menjadi batuan yang mengandung xenochrist berlian.

Gambar 1.2 Model keterdapatan kimberlite pipes.


Berdasarkan konsensus yang telah dijelaskan sebelumnya, pembelajaran mengenai
petrogenesis kimberlit dapat menyibak informasi fundamental mengenai komposisi mantel

bumi bagian dalam dan mengenai proses peleburan yang terjadi pada zona pertemuan antara
litosfer kontinental kratonik dan mantel astenosfer yang berkonveksi di bawahnya.
Proses pergerakan erupsi magma kimberlitik dari mantel bumi bagian dalam hingga menuju
ke dekat permukaan masih merupakan topik yang banyak diperbincangkan para geologis.
Penelitian pada tahun 2012 yang dilakukan oleh Profesor Donald Dingwell, Direktur
Departemen Geologi dan Lingkungan LMU, akhir-akhir sedikit member titik terang
bagaimana magma kimberlitik mendapatkan sifat mengapungnya(buoyancy). Model
percobaannya menjelaskan bahwa mineral yang berasimilasi dengan magma dari mantel
bagian dalam yang bergerak ke atas adalah yang bertanggung jawab dalam memberikan
impetus yang dibutuhkan. Magma primordialnya pada awalnya bersifat basa, namun dengan
adanya inkorporasi dari mineral silikat yang ditemui selama proses pergerakan ke atasnya
menyebabkan peleburan lebih bersifat asam. Hal ini menyebabkan pelepasan karbon dioksida
dalam bentuk gelembung-gelembung, yang mereduksi densitas peleburan, yang secara
esensial menyebabkannya berbuih. Hasilnya adalah meningkatnya kemampuan magma untuk
mengapung, yang mendukung pergerakannya ke arah atas.
Kebanyakan kimberlit yang telah ditemukan memiliki umur 70 hingga 150 juta tahun yang
lalu, namun beberapa di antaranya ada yang berumur hingga 1.200 juta tahun yang lalu. Pada
umumnya, kimberlit ditemukan hanya di daerah kratonik, kerak benua tertua yang masih
terjaga, yang membentuk nukleus tubuh daratan benua yang tetap tidak terubah secara virtual
sejak pembentukannya. Magma kimberlitik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
terbentuk pada kedalaman lebih dari 150 km, suatu kedalaman yang relatif lebih besar dari
pada kebanyakan batuan vulkanik lainnya. Temperatur dan tekanan yang ada di zona tersebut
sangat tinggi sehingga karbon dapat terkristalisasi membentuk berlian. Saat magma
kimberlitik ini didorong melalui corong panjang seperti pipa oleh proses vulkanisme, seperti
air di dalam selang yang ujungnya dipersempit, velositasnya akan meningkat secara
signifikan dan berlian yang terbentuk akan tertransportasi ke arah atas seakan-akan dibawa
oleh elevator. Itu sebabnya kimberlite pipes adalah lokasi ekstraksi berlian yang paling utama
di dunia. Namun berlian bukan satu-satunya penumpang pada magma kimberlitik. Kimberlit
juga akan membawa banyak jenis lain dari batuan yang dijumpainya selama perjalan menuju
ke arah permukaan.
Meskipun terdapat beban ekstra magma kimberlit tertransport secara cepat, dan naik ke
permukaan melalui erupsi eksplosif. Menurut Profesor Dingwell gas volatil seperti karbon
dioksida dan uap air memainkan peran utama dalam memberikan sifat apung yang
memungkinkan magma kimberlitik untuk terus bergerak ke arah atas. Namun asal-usul dari
gas volatil ini di dalam magma, masih menurut Profesor Dingwell, belum begitu jelas.
Melalui percobaan laboraterium yang dikondisikan pada suhu tinggi yang sesuai dengan
keadaan pembentukan magma kimberlitik, tim peneliti yang dipimpin Profesor Dingwell
dapat mendemonstrasikan pentingnya proses asimilasi xenoliths dalam proses tersebut.
Magma primordial yang ditemukan pada interior bumi bagian dalam dianggap bersifat basa
karena pada umumnya ia terdiri dari komponen pembawa karbonat, yang juga dapat memiliki
proporsi air yang relatif tinggi. Saat magma mengalami kontak dengan batuan kaya silika,
mereka secara efektif terlarutkan dalam fase cair, yang mengakibatkan pengasaman proses
peleburan. Seiring dengan makin meningkatnya jumlah silika yang terinkorporasi, level
saturasi karbon dioksida yang terlarut di dalam cairan secara progresif akan meningkat
seiring dengan solubilitas karbon dioksida yang menurun. Saat cairan bersaturasi tinggi,
kelebihan unsur karbon dioksida akan membentuk gelembung-gelembung. Hasilnya proses
pembuihan magma yang berlanjut, yang dapat mengurangi viskositas dan secara

komprehensif meningkatkan kemampuan mengapung memberikan tenaga untuk erupsi yang


sangat intensif sehingga memungkinkan magma kimberlitik mencapai permukaan. Semakin
cepat magma bergerak ke arah atas, semakin banyak silikat yang terikut dalam aliran, dan
semakin tinggi konsentrasi silikat yang terlarut, sehingga pada akhirnya jumlah karbon
dioksida dan uap air yang terlepas mendorong cairan panas ke atas dengan tenaga yang besar,
seperti roket.
Penelitian ini juga menjelaskan mengapa kimberlit hanya ditemukan pada nukleus kontinen
tua. Hanya pada keadaan dan lokasi seperti itulah kerak memiliki kandungan mineral silika
yang cukup untuk mendorong pergerakan ke atas dari magma, selain itu, kerak kratonik
sangat tebal. Dengan demikian waktu pergerakannya menjadi lebih panjang, dan magma yang
bergerak ke atas memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengalami kontak dengan mineral
kaya silikat.
Morfologi & Vulkanologi
Banyak kimberlit tergenerasikan dengan bentuk menyerupai wortel, berupa intrusi vertical
yang disebut pipes. Bentuk klasik kimberlit yang menyerupai bentuk wortel ini dapat
terbentuk oleh karena proses intrusi kompleks dari magma kimberlitik yang mewarisi
proporsi besar dari CO2(jumlah H20 yang lebih kecil) pada sistem pembentukannya, yang
memproduksi fase-fase peleburan eksplosif dalam yang menyebabkan jumlah signifikan dari
intrusi vertical(Bergman, 1987). Klasifikasi kimberlit didasarkan pada pengenalan fasies
batuan yang berbeda. Fasies-fasies yang berbeda ini diasosiasikan dengan aktivitas magmatic
tertentu, yang didefiniskan antara lain sebagai crater, diatremem, dan batuan
hypabyssal(Clement dan Skinner 1985, dan Clement, 1982).

Gambar 1.3 Penjelasan skema fasies diatremei pada kimberlite pipes.


Morfologi dari kimberlite pipes, dan bentuk klasiknya yang menyerupai wortel, adalah hasil
vulkanisme eksplosif diatreme dari sumber mantel bumi yang sangat dalam. Eksplosi
vulkanik ini menghasilkan kolom batuan yang bergerak ke atas dari sumbernya yang berupa
magma pada bagian mantel dalam. Morfologi kimberlite pipes bervariasi namun secara
umum termasuk mencakup komplek dykes sheeted dari tubuh batuan berbentuk tabular. Pada
kedalaman 1.5-2 km(0.93-1.24 mil) dari permukaan, magma bertekanan tinggi ini akan
tereksplosi ke arah atas dan mengembang membentuk diatremei yang berdimensi menyerupai
konikal atas silinder, yang kemudian akan terus dierupsikan ke permukaan. Ekspresi
permukaan akibat fenomena yang dijabarkan sebelumnya ini sangat jarang terawetkan,
sebaliknya apa yang banyak dijumpai dari sisa fenomena tersebut adalah gunung api maar.
Diameter kimberlite pipes pada permukaan biasanya bisa mencapai ratusan meter hingga
beberapa kilometer(mencapai hingga 0.6 mil). Dua dykes kimberlit berumur jura ditemukan
di daerah Pensylvania. Salah satunya, dykes Gates-Adah, tersingkap di sekitar Sungai
Monongahela pada perbatasan antara Daerah Fayette dan Greene. Dykes Kimberlit lainnya,
Dixonville-Tanoma di Daerah Indiana tengah, tidak tersingkap ke permukaan dan ditemukan
oleh para penambang.
Petrologi

Baik lokasi dan proses pembentukan dari magma kimberlitic masih menjadi penelaahan yang
terus berlanjut. Pengayaan unsur ekstrem dan aspek geokimianya telah mengundang
spekulasi besar mengenai proses pembentukannya, dengan variasi model pembentukan yang
menempatkan area generasi kimberlit di mantel litosfer sub-kontinen(sub-continental
lithospheric mantle, SCLM) atau hingga sedalam zona transisi. Mekanisme pengayaan unsur
yang dijumpai pada kimberlit juga menjadi topik yang menarik perhatian yang mencakup
model peleburan parsial, asimilasi sedimen tersubduksi atau asal usul sumber magma primer.
Secara historis, kimberlit dibagi menjadi dua varietas berbeda yang diberi terminologi
basaltik atau micaceous yang didasarkan pada pengamatan petrografi(Wagner, 1914). Di
kemudian hari ini direvisi oleh Smith(1983) yang menamakannya ulang menjadi kimberlit
Grup 1 dan Grup 2 berdasarkan afinitas isotopik dari batuan-batuan ini menggunakan sistem
Nd, Sr, dan PB. Mitchell(1995) kemudian mengajukan pandangan bahwa kimberlit grup 1
dan grup 2 memperlihatkan perbedaan yang sangat kentara, sehingga keduanya sepertinya
tidak berelasi secara dekat seperti yang telah dipertimbangkan sebelumnya. Dia menunjukkan
jika kimberlit grup 2 memperlihatkan affnitas yang lebih dekat ke lamproites dari pada ke
kimberlit grup 1. Oleh karenanya, Ia mereklasifikasi kimberlit grup 2 menjadi orangeites
untuk mencegah kebingungan.
Kimberlite Grup 1
Kimberlit grup 1 adalah batuan beuka potasik ultramafik yang kaya akan CO 2 dan didominasi
oleh susunan mineral olivine forsteritik, ilmenit magnesian, kromium pyrope, alamandinepyrope, chromium diopside(pada beberapa kasus subcalcik), phlogopite, enstatite, dan
chromit yang miskin unsur Ti. Kimberlit grup 1 mempertunjukkan tekstur inequigranular
khas yang disebabkan kehadiran fenokris olivine, pyrope, chromian diopside, ilmenit
magnesian dan phlogopite dengan ukuran makrokristik(0.5-10 mm) hingga megakristik(10200 mm) pada masa dasar dengan ukuran halus hingga medium. Mineralogi masa dasar, yang
lebih menyerupai komposisi asli batuan beku, mengandung olivine forsteritik, pyrope garnet,
Cr-diopside, ilmenit magnesian dan spinel.
Lamproite Olivine
Olivine lamproite sebelumnya diberi nama kimberlit grup 2 atau orangeites setelah
sebelumnya secara salah dianggap hanya hadir di Afrika Selatan. Kehadiran dan aspek
petrologinya, kendati demikian, secara global identik dan seharusnya tidak direferensi secara
salah sebagai kimberlit. Olivin lamproites adalah batuan peralkalin ultrapotasik yang kaya
akan unsur volatile(dominan H20). Karakteristik yang berbeda dari olivine lamproites adalah
phlogophite makrokris dan mikrophenocris, bersama masa dasar mika yang bervariasi
komposisinya dari phlogopit hingga tetraferiphlogopit(anomaly phlogopit yang miskin AI
sehingga membutuhkan Fe untuk mesuk ke system tetrahedral). Olivin makrokris dan Kristal
primer euhedral dari masa dasar olivine bersifat umum namun bukan konstituen esensial.
Fase karakteristik primer yang ada pada masa dasar mencakup: pirokesen yang terzonasi(inti
dari diopside yang dikelilingi Ti-aegirin); mineral grup spinel(chromite magnesian hingga
magnetit titaniferus); perovskit kaya Sr dan REE, apatit kaya SR, phosphate kaya
REE(monazite, daqingshanenite), grup mineral potasian barian holandit, rutile pembawa Nb
dan ilmenit pembawa Mn.
Mineral Indikator Kimberlit

Kimberlit adalah batuan beku unik karena mengandung varietas spesies mineral dengan
komposisi kimia yang mengindikasikan bahwa ia terbentuk pada keadaan tekanan dan
temperatur tinggi di dalam mantel. Mineral-mineral ini antara lain adalah diopside
chromium(piroksen), spinel chromium, ilmenit magnesian, dan garnet pyrope yang kaya akan
chromium. Pada umumnya mineral-mineral yang disebutkan ini tidak dijumpai pada
kebanyakan batuan beku, membuatnya menjadi indikator yang berguna untuk kimberlit.
Mineral-mineral indikator ini pada umumnya akan dicari pada sedimen modern di endapan
alluvial. Kehadirannya dapat mengindikasikan kehadiran kimberlit.
Geokimia
Aspek geokimia dari kimberlit didefinisikan dengan parameter-parameter berikut:

Ultramafik, MgO > 12 % dan pada umumnya > 15 %

Ultrapotasik, Molar K2O/Al2O3 > 3

Ni(>400 ppm), Cr(>1000 ppm), Co(>150 ppm)

Pengayaan REE

Pengayaan menengah hingga tinggi dari unsur LILE,LILE= >1,000 ppm

LILE=Large ion lithopolite elements

Kaya kandungan H20 dan CO2

Aspek Ekonomi
Kimberlit adalah sumber paling penting dari berlian primer. Banyak kimberlite pipes juga
menghasilkan alluvial yang kaya atau berlian endapan plaser. Sekitar 6,400 kimberlit pipes
telah ditemukan di dunia, dari jumlah tersebut 900 di antaranya diklasifikasikan sebagai
pembawa berlian, dan dari jumlah tersebut hanya 30 yang secara ekonomi menguntungkan
untuk ditambang.
Endapan kimberlit yang ditemukan di Kimberley, Afrika Selatan adalah yang pertama kali
ditemukan dan menjadi asal usul namanya. berlian Kimberley pada awalnya ditemukan pada
kimberlit yang telah terlapukkan bewarna kekuningan oleh karena kehadiran limonit,
sehingga disebut sebagai tanah kuning. Penggalian yang lebih dalam menemukan batuan
yang lebih fres, kimberlit yang terserpentinisasi, yang disebut oleh penambang sebagai tanah
biru. Baik tanah kuning dan tanah biru adalah penghasil berlian prolifik. Setelah tanah kuning
telah habis dieksploitasi, penambang pada masa akhir abad ke 19 secara tidak sengaja
memotong bagian tanah biru dan menemukan berlian dengan kualitas dan kuantitas yang
ekonomis.

Tambang intan bawah laut!


Dalam postingan sebelumnya sudah digambarkan bagaimana sebaran eksplorasi bawah laut
yang sedang dilakukan oleh beberapa negara. Target eksplorasi bawah laut sendiri tidak lain
adalah mineral berharga seperti Au, Ag, Pt, Cu, Mn, dan lainnya. Permintaan yang semakin
tinggi dari pasar, harga yang meningkat, perkembangan teknologi yang pesat dan faktor
lainnya mendorong pengembangan tambang dilakukan ke area di bawah laut. Beberapa dari
kita pernah mendengar Seafloor Massive Sulfide atau Black Smoker yang diduga akan
berpotensi untuk jadi target penambangan selanjutnya untuk Cu dan Au setidaknya. Secara
geologi keberadaan deposit di bawah laut memang menarik untuk dipelajari dan diketahui.
Namun saat ini, secara ekonomis, masih terus dikembangkan untuk potensi penambangan
atau mudahnya mengubah sumberdaya ini menjadi sebuah cadangan yang menguntungkan.

Jadi, apakah operasi penambangan bawah laut sudah dilakukan?


Jawabannya
SUDAH!!!
Perkenalkan Peace in Africa. Ini adalah kapal penambangan Intan di dasar laut yang
dilakukan di lepas pantai Afrika Selatan. Penambangan sudah berlangsung kurang lebih sejak
2007. Penambangan intan dilakukan pada sedimen bawah laut yang membawa intan dari
deposit primernya. Apakah ekonomis? Jawabannya adalah Iya! Terbukti hingga sekarang
tambang ini masih berjalan dan ada sekitar 3 kapal yang terus beroperasi 24 jam sehari dan 7
hari seminggu non-stop. Berikut video perkenalan tentang peace in africa. Hingga saat ini,
kapal ini menjadi kapal penambangan terbesar yang pernah ada untuk penambangan bawah
laut yang aktif berproduksi.

Posted by Stephanie at 6:11 PM No comments: Labels: 2014, Info, internasional


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Siapa pemain eksplorasi dunia?
Dalam postingan ini, dipasang gambar sebaran lokasi project explorasi yang berbuah hasil
signifikan di 2013. Kanada, Australia dan Amerika masih menjadi top 3 sebagai investor
terbesar untuk eksplorasi sumberdaya, khususnya mineral. Akan sangat mudah menemukan
banyak junior companies yang berasal dari ketiga negara tersebut. Bisnis eksplorasi sendiri
meskipun memiliki resiko yang tinggi atau bahasa sebagian orang "hanya menghabiskan
uang" tetapi tetap menarik untuk dilakukan. Peningkatan kebutuhan akan sumber daya yang
mengiringi peningkatan perkembangan ekonomi suatu negara, mendorong kegiatan
eksplorasi menjadi suatu bisnis yang tetap harus ada.

Pada 2013, total budget global untuk eksplorasi turun hingga 29% dibandingkan 2012 (SNL
reports). Kanada menjadi negara yang paling besar mengalokasikan budget untuk eksplorasi
menggantikan Australia yang bertengger sejak tahun 2002. Beberapa negara bahkan
merangkak naik menjadi top global exploration district. Jadi, siapa saja yang bermain
dieksplorasi dunia?
Cek langsung di website berita mining.com untuk informasi lebih lanjut ya.

Diamond Deposit in Kimberlite Pipe

Assalamu'alaikum......

wah, jumpa lagi dengan earth-inside para sahabat, setelah beberapa minggu tidak update
karena lagi ada urusan di dunia nyata (sok sibuk, wkwkwk). Nah pada kesempatan kali ini
saya mengambil tema tentang intan. secara gars besar postingan ini menceritakan mengenai
tempat terdapatnya atau terendapkannya intan di bawah permukaan bumi ini melalui
Kimberlite Pipe. Tidak hanya tulisan namun juga saya sediakan animasinya, supaya bagi

orang awam setidaknya bisa dibayangkan maksud dari postingan ini. Sekian pendahuluannya,
mari
kita
simak
ulasan
ringkasnya
di
bawah
ini...
Mendengar kata Intan pasti yang ada dibenak kita adalah sesuatu yang indah, berkilau, mahal,
bening, dll. Nah Intan itu merupakan mineral yang secara kimia merupakan bentuk kristal,
atau alotrop dari karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa,
terutama faktor kekerasannya, dimana intan ini memiliki kekerasan 10 dalam skala Mohs
yang berarti mambuat intan jadi mineral paling keras di bumi ini, sehingga intan pun
digunakan sebagai ujung mata bor dalam penggalian di pertambangan dan kemampuannya
mendispersikan cahaya sangat indah. Sifat-sifat ini yang membuat intan digunakan dalam
perhiasan
dan
berbagai
penerapan
di
dalam
dunia
industri.
Intan terutama ditambang di Afrika tengah dan selatan, walaupun kandungan intan yang
signifikan juga telah ditemukan di Kanada, Rusia, Brazil, danAustralia. Sekitar 130 juta
"carat" (26.000 kg) intan ditambang setiap tahun, yang berjumlah kira-kira $9 miliar dolar
Amerika. Selain itu, hampir empat kali berat intan dibuat di dalam makmal sebagai intan
sintetik (synthetic diamond).

Intan termasuk dalam kelompok bahan galian mineral yang terbentuk


secara alami di kedalaman tertentu dari permukaan bumi, termasuk
dalam kelompok mineral Carbon sebagai mineral utama penyusun intan
(diamond).

Mineral Carbon terdapat di alam dengan 3 bentuk dasar, yaitu sebagai :


1.Diamond (Intan)- Sangat Keras, dengan kristal (berwarna) jernih
2.Graphite- Lunak, berwarna hitam, tersusun dari (unsur) carbon murni,
struktur molekulernya tidak padat sekuat diamond (intan), hal tersebutlah
yang menjadikan graphite lebih lunak dibandingkan diamond.
3.Fullerite, merupakan mineral yang terbuat dari molekul yang
berbentuk bulat sempurna yang tersusun dari 60 atom Carbon

Intan terbentuk pada kedalaman 100 mil (161 Km) di bawah permukaan
bumi, pada batuan yang cair pada bagian mantel bumi yang memiliki
temperature dan tekanan tertentu yang memungkinkan untuk merubah
(mineral) carbon menjadi intan.

Kebanyakan intan yang kita temu


pembentukan proses jutaan-mily
yang sangat kuat membawa intan
membentuk pipa kimberlite, pen
penemuan pertama pipa tempat i
Kimberley, Afrika Selatan.

Tempat terbentuknya diamond

Kimb

Intan juga dapat ditemukan di da


sebut sebagai endapan intan alluv
juga berasal dari pipa Kimberlite
proses geologi lanjutan berupa p
yang berlangsung pada jutaan-m
intan yang berasal dari pipa kimb
jauhnya dari tempat asalnya dan
sungai.
Intan ditemukan di alam dalam b
sehingga harus melalui beberapa
sebagai perhiasan yang berkilau
yang komersil.

Intan juga dapat ditemukan di dasar sungai sebagai endapan yang kita sebut sebagai endapan
intan alluvial, pada dasarnya intan type alluvial juga berasal dari pipa Kimberlite purba yang
kemudian mengalami proses geologi lanjutan berupa pengangkutan oleh air atau glacier yang
berlangsung pada jutaan-milyar tahun yang lalu, sehingga intan-intan yang berasal dari pipa

kimberlite tersebut terbawa bermil-mil jauhnya dari tempat asalnya dan kemudian
terendapkan
di
dasar
sungai.
Intan ditemukan di alam dalam bentuk batu yang masih kasar, sehingga harus melalui
beberapa proses terlebih dahulu agar tercipta sebagai perhiasan yang berkilau untuk
kemudian
menjadi
barang
yang
komersil.
Berikut ini ada animasi mengenai pembentukan diamond dalam pipa kimberlite, dan semoga
bisa mempermudah dalam memahaminya...

TEKNIK PENAMBANGAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN INTAN


TEKNIK PENAMBANGAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN INTAN
MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Geologi Lingkungan dan Sumber Daya

Oleh,
AI MASTUROH
092170019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2011

ABSTRAK
Pada umumnya bahan galian industri disetiap negara sudah dikenal dan sangat
populer, baik dikalangan masyarakat kecil apalagi bagi para pengusaha yang banyak
menyimpan investasi bagi usaha mereka sendiri. Salah satu bahan galian tersebut adalah
intan.Intan merupakan batu permata yang banyak dicari oleh para penambang bahan galian,
karena mempunyai nilai jual yang tinggi pula.Selain itu pula intan ini merupakan yang paling
keras dalam tingkatanya, sehingga tidak dapat tergores oleh benda yang tajam sekalipun
karena kekuatannya itu tadi.
Diantara bahan-bahan galian yang lainnya intan ini sangat susah ditemukan
diberbagai wilayah di Indonesia maupun di negara lain. Kemudian para penambang tidak

biasa memprediksi misal dalam satu lahan itu banyak mengandung intan. Dan untuk mencari
itu semua memerlukan keahlian yang khusus untuk bidang itu sendiri. Intan pada umumnya
dialam ini hanya ada dua jenis yaitu intan bening (intan mulia, intan permata), dan yang jenis
keduanya adalah intan hitam.
Sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan kita harus banyak memahami lebih detail
lagi tentang pemanfaatan dari intan itu sendiri dan bahan galian yang lainnya. Sebab kita tahu
bahwa yang namanya bahan galian sangat dibutuhkan oleh kita semua baik itu untuk
perekonomian atau untuk kepentingan yang lainnya yang bersifat positif. Maka dari itu kita
harus bisa memanfaatkan apa yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita semua. Dan harus
tetap lestari agar persediaanya tidak cepat habis jangan terlalu di eksploitasi secara terus
menerus yang dapat menyebabkan kerugian bagi semuanya.
Sehingga intan atau batu permata adalah bahan galian yang sangat diinginkan oleh
hampir setiap orang karena keindahannya itu. Selain karena keindahannya juga intan ini
mempunyai nilai yang bagus disetiap mata seseorang. Tetapi akan sulit bagi mereka untuk
membedakan suatu intan yang betul-betul asli atau palsu karena intan akan diketahui asli atau
tidaknya seseorang itu harus mempunyai pengalaman tersendiri sebab intan sudah banyak
imitasinya.Banyak juga jenis-jenis intan yang langka atau masih sukar didapat di antaranya
adalah: fabulist, titanium, linobat, nilam putih, sirkon, sirkonia, YAG,GGG, diamonair,
djevalit, dan paronit yaitu sirkonia yang berasal dari Rusia. Dari macam-macam intan
tersebut maka jelaslah bahwa semua itu harus dijaga agar tetap utuh dan tidak akan cepat
habis kalau dieksploitasinya dengan ramah lingkungan. Lebih detailnya lagi tentang
pengelolaan dan pemanfaatnya akan dibahas di bab II yaitu dalam pembahasan.

BAB I
PENDAHULUAN
Batu permata atau kata lain yang populernya sering disebut intan.Intan ini terbentuk
dari mineral-mineral anorganik. Mineral itu sendiri dapat di definisikan sebagai berikut yaitu
bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, mempunyai komposisi yang tetap dan
bentuknya

hablur

(struktur

kristal)

yang

beraturan

dan

seragam

pada

batas

volumenya.Sehingga saat ini intan atau batu permata merupakan salah satu macam mineral
dari lebih 2000 mineral yang telah ditemukan di bumi ini.
Mineral ini lebih dikenal lagi sebagai salah satu bahan galian, serta manfaatnya ini
sangat berguna bagi kehidupan manusia khususnya. Begitu pula di Indonesia kedudukan
bahan galian ini sangat penting sekali. Bahan galian batu permata ini tergolong kedalam
bahan galian C yaitu bahan galian non strategis dan non vital.

Dan batu permata ini lumayan sulit ditemukan. Oleh karena itu kita sebagai pewaris
dari alam seharusnya harus tetap menjaga alam kita agar terus lestari dan harus bisa
mengeksploitasi bahan galian dengan seramah mungkin. Supaya persediaan bahan galian
khususnya batu permata atau intan tidak akan habis.Jikalau sekarang persediaan batu permata
dan bahan galian yang lainnya sudah hampir habis maka apa yang akan diwariskan kepada
anak cucu kita kalau semua kekayaan bumi ini dihabiskan sekarang? Pasti akan sulit bagi kita
selaku manusia untuk mempertanggung jawabkan atas apa yang telah terjadi.
Sehingga jawaban yang paling baiknya tidak lain harus dikurangi pengeksploitasian
yang tidak ramah dengan lingkungan tadi. Mungkin akan terasa sulit untuk melakukan itu
semua karena di zaman sekarang hampir semua manusia tergantung pada bahan galian, baik
itu permata maupun galian yang lainnya. Sebab bahan galian itu semua merupakan kekayaan
dari setiap negara yang mempunyai nilai jual yang sangat tinggi, serta hasilnya bisa dinikmati
oleh masyarakat dan para pengusaha yang menyimpan dan mempunyai sahm besar.
Maka penulis membuat makalah yang sederhana ini untuk menganalisis tentang
Teknik Penambangan, Pengelolaan dan Pemanfaatan Intan. Dengan harapan kajian dalam
makalah ini bisa memberikan pemahaman yang lebih untuk bisa memberi manfaat dan
kegunaan bagi pembaca dengan adanya makalah ini. Namun, apa yang tertulis secara
eksplisit dalam makalah ini tentu kurang memmadai untuk memenuhi harapan tersebut tanpa
adanya kritik dan saran.Sehingga kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan dari
rekan-rekan semua untuk memenuhi harapan yang dimaksud.

BAB I
PEMBAHASAN
Intan atau batu permata tergolong dalam bahan galian C. Bahan galian C ini yaitu
bahan galian yang non strategis dan non vital. Golongan bahan galian C ini banyak sekali
termasuk intan atau batu permata. Selain intan yang tergolong ke bahan galian ini
diantaranya: Nitrat, nitrit, fosfat, talk, mika, grafit, magnesit, tawas, oker, kaolin, fledstar,
gifsum, batu apung, trass, obsidian, marmer, batu tulis, batu kapur, dolomite, kalsit, granit,
andesit, basalt, trakhit, tanah liat, dan yang terakhir adalah pasir. Itu semua adalah jenis bahan
galian yang lainnya.
Sejauh ini tidak diketahui asal dan arti kata intan atau batu permata yang dalam
bahasa Inggris disebut diamond. Kata diamond yang diturunkan dari bahasa Belanda
diamant sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti tidak terhancurkan. Intan juga
merupakan satu-satunya batu permata yang mempunyai formula yang terdiri dari satu unsur
yaitu karbon (C). Intan terbentuk bersamaan dengan pembekuan batuan ultrabasa missal
peridotit dan kimberlit.

Kristalisasi intan pada kimberlite pipe terbentuk pada kedalaman 60 mil (kurang lebih
95 km) atau lebih dalam dibawah permukaan bumi dan pada temperatur 1.500-2.000 C. Intan
mempunyai hablur dengan sistem kubus, umunya berwarna bening tetapi kadang-kadang
berwarna kebiruan, kehijauan, kemerahan atau kuning, berat jenis 3,52 dengan kilap
adamantin dengan garis tengah atom 1,54 A, kekerasan 10 skala Mohs atau 8.000-8500 knop.
Ikatan atom karbon dalam kisi-kisi hablur mempunyai empat arah kelemahan atau bidang
belah. Bila mendapat tekanan yang keras maka kristal ini akan terbelah meninggalkan
permukaan atau bidang yang halus sejajar dengan bidang oktahedron.
Sifat ini sangat penting bagi pengrajin intan (lapidan) dalam membagi intan berbutir
besar menjadi butir-butir yang lebih kecil serta dalam membuat bentuk dan mengasahnya.
Sifat lain yang penting adalah dalam membiaskan dan memantulkan sinar. Sinar yang
berbeda akan dibiaskan dan dipantulkan dan berbeda arahnya, karena adanya indeks bias.
Sebagai contoh terhadap sinar merah mempunyai indeks bias 2,407, sedangkan indeks bias
terhadap sinar ungu atau lembayung 2,465. Dispersi antara sinar merah dan ungu tercatat
0,058 ( = 2,465-2,407) dan antara sinar merah dan biru 0,048. Karena harga disperse yang
sangat tinggi it maka intan kelihatan gemerlapan.
Tiap-tiap batu mulia (termasuk intan) dicari dan dihitung berat jenisnya. Sesudah
mengetahui nilai kerasnya,beratnya dapat dihitung dalam karat dari batu mulia itu. Karat
untuk batu mulia (termasuk intan) adalah satuan berat yang setimbang dengan seperlima
gram (1 karat = 0,20 gram). Satuan ini dipakai diseluruh dunia, oleh karenanya disebut karat
metric. Jika kita timbang berat intan , tidak dikatakan berat intan itu satu gram, melainkan
dikatakan lima karat intan.
Agar tidak salah pengertian, harap diketahui bahwa timbangan karat yang dipakai untuk batu
mulia tidak sama dengan satuan karat yang dipakai untuk emas. Misalnya emas dinamakan
24 karat adalah jenis emas murni ( = 100% Au ). Emas disebut 18 karat mengandung 18/24 x
100% = 75% emas murni. Intan Indonesia terkenal karena intan yang paling keras dan paling
berat dibandingkan dengan intan dari negara lain, mungkin dalam hal ini. Disebabkan intan
Indonesia mempunyai bentuk kristal kembar.
Di Indonesia intan sering terdapat sebagai endapan aluvial bersama dengan kuarsa,
korundum dan sikron. Di Indonesia terdapat di Martapura (Kalimantan Selatan) dalam batuan
yang disebut Breksi Pemali dan di daerah Landak, Sekayan, Sanggau ( Kalimantan Barat,

Kalimantan Tengah, Kecamatan Permata Intan ). Ditempat ini terdapat kampong yang
bernama kampong Sungai Gula tempat pemukiman penambang intan tradisional.
Kebanyakan intan dari Kalimantan mempunyai warna. Warna yang digemari adalah warna
Air Laut yang berwarna putih, agak kebiruan seperti air laut, yang berwarna lebih biru
disebut Air Hujan harganya sangat mahal. Warna kuning merupakan intan yang paling murah.
Semuanya ditemukan pada atau hasil dari endapan alluvial di sungai purba. Jenis endapan
intan yang lain adalah endapan pipabreksi yang disebut endapan kimberlit, misalnya yang
dijumpai di Kimberly (Afrika) dan Australia Barat.
Endapan kimberlit ini mempunyai ciri bahwa mineral olivin yang berasosiasi teelah
mengalami proses serpentinisasi. Intan yang ditemukan di Kalimantan dan yang ukurannya
paling besar adalah intan Trisakti dengan 166,72 karat. Jenis intan ini ditemukan di
Kabupaten Cempaka tahun 1965. Intan ini digosok di Amsterdam.
Kemudian ditemukan penemuan jenis intan yang lainnya lagi di Galuh Cempaka
berukuran 29,75 karat pada tanggal 18 Agustus 1969. Pada tahun itu juga ditemukan kembali
intan Galuh Bulan berukuran 27,5 karat, sedangkan pada tanggal 27 November 1967
ditemukan intan Galuh Badu berukuran 26,50 karat di Kecamatan Bati-Bati, Kbupaten Tanah
Laut dan pada tahun 1987 akhir ditemukan lagi intan dengan berat 50 karat berwarna kuning.
Walaupun penelitian tentang intan tidak pernah brhenti, akan tetapi orang tidak pernah
menemukan batuan asal intan.
Meskipun semula Koolhoven tahun 1936 menduga asalnya dari Breksi Pemali,
akan tetapi hingga saat ini pendapat itu belum bisa diyakini oleh semua orang. Intan ternyata
tidak hanya ditemukan dalam endapan Pleistosen (dahulu disebut Diluvium), tetapi juga
dalam lapisan berumur Eosen bahkan dalam Formasi Manunggul yang berumur Kapur Atas.
Dengan demikian maka jelas intan setidaknya berumur Pra-Manunggul. Hingga sekarang
intan digali dari endapan sungai yang berumur Pleistosen hingga saat ini yang terdiri dari
ukuran kerakal sampai lanau.
Intan yang ditemukan di Indonesia baik untuk permata antara lain di daerah:
Riau: Sungai Siabu, Kmper, Bangkinang (berupa indikasi endapan alluvial).
Kalimantan Barat: Muara Mengkiang (sebagai rombakan pada endapanaluvial).

Kalimantan Tengah: Kampung Sungai Gula, Kecamatan Permata Intan Barito Utara
(merupakan endapan intan letakan pada alluvial). Purukcau, Murungraya: Sei Pinang
(semuanya merupakan endapan intan letakan pada alluvial). Pujo, cabang Sungai Bohot
(berupa indikasi pada komplek batuan ultrabasa yang dikelilingi oleh batu pasir dan serpih
yang mengandung batubara.

Kalimantan Selatan: Kabupaten Martapura, Simpang Empat (antara kampong Mataram dan
Sungkai, pinggir Jalan. Raya Banjarmasin Kandangan (terdapan andapan kerikil pada
daerah dataran banjir, telah diusahakan oleh masyarakat.

Kalimantan Timur: Sekatak Bunyi (berupa indikasi pada endapan alluvial), Kabupaten Kutai,
Kecamatan Longiran, Sungai Babi: Kabupaten Kutai sekitar Kampung Tionghoan cabang
sungai sebelah kanan.
B.

Teknik Penambangan
Pencarian intan dilakukan dengan cara membuat atau menggali lubang didalam tanah

yang sudah tentu mengandung intan. Ada dua macam lubang yaitu lubang surut dan lubang
dalam. Lubang surut kedalamannya antara satu sampai setengah meter sedangkan lubang
dalam dapat mencapai sepuluh meter atau lebih. Untuk menghancurkan tanahnya pada
mulanya hanya digali dengan tenaga manusia, tetapi saat sekarang sudah ada yang
mempergunakan pompa semprot seperti yang sudah dilakukan di daerah penambangan rakyat
di daerah Sungai Gula, Kecamatan Permata Intan.
Pemisahan tanah dengan intan dilakukan dengan dulang (= lingganan) yang terbuat
dari kayu. Tempat mendulang batu dan tanah dinamakan pendulangan. Pendulangan yang ada
disekitar Martapura ialah di Cempaka, Banyu Ireng, Ampar Tikar, Pendarapan dan
Banjarbaru. Disekitar proyek Riam Kanan terdapat pendulangan Mandikapau, Awang
Bangkal, Tiwingan, Rantau Bujur dan Rantau Alayung.Dimasa yang akan mendatang nanti
kemungkinan penambangan intan akan dilakukan dengan cara atau menggunakan mekanik
yang lebih canggih lagi untuk menggali intan tersebut.
C.

Pengelolaan dan Pemanfaatan Intan


Bahan galian yang tadi yaitu intan diasah dengan bentuk asahn fasit, misalnya berlian,

markis, pendelop dan briolet. Di antara bentuk tersebut fasit berlian adalah jenis yang paling
umum, sehingga intan yang demikian disebut pula dengan nama berlian. Di zaman sekarang
banyak pedagang intan berlian membuat istilah intan dan berlian. Menurut para pedagang
yang disebut intan adalah yang tidak gemerlapan atau Nampak suram, walaupun kedua
permata itu sama-sama diasah dalam bentuk asahan fasit. Pendapat yang dilontarkan para
pedagang tersebut sebetulnya tidak benar.
Bentuk asahan berlian bermacam-macam antara lain berlian Swiss (sederhana),
berlian gunting, berlian raja (standar), berlian mawar, berlian magna, berlian bintang bersinar.
Intan yang berukuran kecil biasanya diasah dengan menggunakan bentuk asahan berlian
sederhana yang hanya mempunyai fasit meja, fasit mahkota dan fasit pavilium. Sedangkan

intan yang berukurab besar diasah dengan menggunakan bentuk asahan berlian standar atau
berlian lain yang mempunyai fasit meja, bintang, mahkota, sabuk atas, sabuk bawah, pavilion
dan kulet.
Mengasah intan dengan menggunakan bentuk asah fasit, pengaturan sudut fasit sangat
penting. Hal yang sama juga dengan sudut antara mahkota dan pavilion merupakan kunci
gemerlapnya bagi intan yang bersangkutan. Perbandingan panjang, lebar dan tinggi juga
merupakan factor yang harus diperhatikan. Apabila salah satu dari tiga factor tersebut
dilupakan, maka intan tere=sebut kurang gemerlapan. Lebih-lebih apabila ketiga factor
tersebut dilupakan, maka sebuah berlian akan nampak suram seperti sebuah potongan atau
pecahan gelas yang kurang nilai jualnya.
Terdapat dua jenis intan yang beada dialam ini yaitu intan bening yang disebut intan
mulia atau intan permata dan intan hitam yang disebut intan industri. Intan industry
dipergunakan sebagai alat pemotong, dan pemoles misalnya sebagai mata gergaji, mata pahat
bor, pemotong kaca, dan bubuk penggosok, pengasah dan pemoles. Jenis intan ini banyak
dihasilkan oleh negara di Amerika Latin misalnya: Brasil, Bolivia, Argentina, Uruguay dan
negara Afrika Selatan serta Afrika Barat. Adapula yang disebut intan Matara, yang
sebenarnya mineral zirkon yang berwarna bening es, atau dengan kata lain ialah intan imitasi.
Walaupun sangat jarang, intan bening yang berwarna sering pula didapatkan misalnya
berwarna kekuningan, kebiruan, kehijauan, kemerahan dan terkadang juga dijumpai dalam
keadaan warna tua. Sehingga intan yang berwarna menjadi lebih sangat indah, tetapi jarang
akibatnya harga menjadi lebih mahal. Ini dilakukan dalam reaktor atom dengan jalan
neutronisasi atau penembakan dengan partikel atau elemen yang mempunyai atom berukuran
sama. Misal warna hijau dengan menggunakan partikel radioaktif dari ikatan radium. Warna
yang telah dihasilkan ini dapat diubah menjadi kuning atau coklat dengan pemanasan yang
diatur.
Intan ini termasuk batu permata yang jarang dan sukar ditemukan, sehingga dibuat
suatu sintesis dan imitasina. Di antara intan-intan dan imitasinya yang terkenal dan banyak
beredar di toko-toko permata adalah:
Fabulit (strontium fifanat), Titanium (rutil).

Linobat (litium niobat), Nilam Putih, Spinel Putih, Sirkon.


Sirkonia (sirkon kubus), Diamonair.
YAG (yttrium alumunium garnet).
YIG (yttrium ion garnet), GGG (gogolinium gallium garnet).
Djevalit (sirkonia Amerika Serikat).
Paionit (sirkonia Rusia).
Untuk membedakan intan asli dan palsu perlu pengalaman. Harga atau nilai sebuah
intan ditentukan 4 faktor utama (bias disebut 4 C yaitu berat (carat), warna (colour),
kejernihan atau kebersihan (clarity), dan bentuk ashan (cut). Intan dengan berat 0,5-2.0 karat
sangat ideal karena mudah dijual, serta dipakainya tidak terlalu mencolok. Sedangkan intan
berwarna meskipun dari warna buatan tetapi lebih berharga dan lebih mahal dari pada intan
yang bening. Kejernihan sebuah intan diartikan bahwa intan tersebut tidak mengandung atau
mempunyai cacat, termasuk pengotoran seperti gelembung atau mineral lain. Berdasarkan
derajat kejernihan ini, intan dibagi menjadi beberapa kelas sebagai berikut:

Pengotoran atau cacat yang dimaksud di atas adalah hanya dapat dilihat oleh ahli
permata atau intan khususnya menggunakan alat laboratorium. Mungkin intan kelas 6 atau 7
dapat diuji dengan menggunakan pealatan sederhana misalnya mikroskop birokuler. Di
samping klasifikasi tersbut, ada pula klasifiksi berdasarkan kejernihan yang digabungkan
dengan warna serta dinyatakan dengan huruf dan angka seperti table 14 berikut:

Apabila dalam suatu sertifikat yang menyertai sebuah permata menyebutkan:


AB 1-2
F-6
AA3

: Berarti intan yang bersangkutan putih jernih dan jernih

: Berarti intan yang bersangkutan berwarna bunga tanjung dan berbintik-bintik


: Berarti intan tersebut berwarna outih biru dan sangat sedikit mengandung
pengotoran.
Walaupun intan merupakan benda terkeras yang tidak mungkin tergores oleh
benda-benda yang lain, namun memerlukan perawatan pula. Pemakaian yang terus menerus
menyebabkan intan akan kehilangan gemerlapnya. Hal tersebut disebabkan oleh kotoran yang
melekat pada permukaan fasit dan menghalang sinar yang menembus, dibiaskan seta
dipantulkan.

Dalam hal ini perawatan dilakukan dengan mencuci dam membersihkan. Alat-alat
yang diperlukan antara lain:
Sikat halus (missal sikat bulu mata)
Larutan yang terdiri dari 20 ons natrium bikarbonat (NaHCO3), 1 ons kaporit (CaOCI2), 1
ons garam dapur (NaCl) dan 16 ons air.
Yang harus diperhatikan ialah jangan sekali-kali melepaskan intan dari ikatannya,
karena dapat menyebabkan intan tersebut menjadi cacat dan rusak. Apabila hal tersebut perlu
diperbaiki, serahkanlah pada ahli permata. Dan apabila saat ini intan banyak dipakai sebagai
perhiasan untuk keindahan dan status sosial seseorang , akan tetapi pada jaman dahulu intan
ini dianggap sebagai barang yang sangat bertuah.

BAB III
SIMPULAN
Intan merupakan bahan galian yang sangat sukar untuk ditemukan. Intan atau batu
permata ini pula mempunyai nilai jual yang lebih tinggi sehingga banyak orang yang tertarik
dengan benda tersebut. Apalagi dari golongan orang-orang yang memiliki perekonomian
yang baik atau bisa disebutkan golongan konglongmerat. Semakin intan itu berwarna maka
nilai juga semakin tinggi sehingga banyak dijual di took-toko intan atau berlian yang
imitasinya.Dan di ala m ini hanya terdapat dua jenis intan saja yaitu intan bening atau disebut
intan permata dan yang satu lagi adalah intan hitam.

Jenis intan yini termasuk pada batu permata yang jarang dan sukar ditemukan.
Sehingga dibuat sintesis dan imitasinya, di antara intan dan imitasinyayang banyak dan
terkenal di took-toko adalah: fabulit, titanium, linobat, nilam putih, spinel outih, sirkon,
sirkonia, diamonair, YAG (yytrium ion gamet), GGG (gogolinium gallium gamet), djevalit
(sirkonia Amerika Serikat), dan yang terakhir paronit (sirkonia dari Rusia).
Selain itu, intan atau batu permata ini tergolong dalam bahan galian C yaitu bahan
galian yang non strategis dan non vital. Dan intan juga merupakan bahan galian yang paling
keras dan tidak dapat tergores sedikitpun oleh benda-benda tajam. Akan tetapi intan ini harus
dirawat dengan sebaik mungkin sebab jikalau tidak dirawat maka gemerlapannya bisa hilang
akibat kotoran yang menempel. Intan mempunyai urutan yang paling keras dari mineralmineral yang paling lunak. Berikut urutan mineralnya: Talk, gipsum, kalsit, flourit, apatit,
ortoklas, kuarsa, topas, korund dan intan.
Untuk membedakan suatu intan asli dengan intan palsu itu perlu pengalaman. Harga
atau nilai sebuah intan ditentukan oleh 4 faktor utama yakni biasanya disebut dengan 4 C
yaitu: berat (carat), warna (colour), kejernihan dan kebersihan (clarity), dan bentuk asahan
(cut). Kejernihan sebuah intan diartikan bahwa intan tersebut tidak mengandung atau
mempunyai cacat, termasuk pengotoran seperti gelembung atau mineral lain.
Berdasarkan derajat kejernihan intan ini dibagi menjadi beberapa kelas yaitu dari
tingkatan atau kelas 1 sampai kelas 7 yang paling terbawah. Di Indonesia lumayan cukup
banyak juga daerah yang dapat menghasilkan intan. Contohnya saja intan banyak ditemukan
di Riau (Sumatera), Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur. Dan masih banyak lagi bahan galian yang lainnya yang terdapat di
Indonesia.
Penambangan intan ini dilakukan dengan cara menggali lubang didalam tanah yang
sudah barang tentu didalamnya mengandung intan. Dalam penambangan intan ada dua
macam lubangyaitu yang dinamakan dengan lubang surut dan lubang dalam. Lubang surut ini
mempunyai kedalaman antara satu sampai setengah meter sedangkan lubang dalam dapat
mencapai sepuluh meter ataupun lebih dari itu. Sehingga dengan adanya intan di negara kita
itu menambah nilai kekayaan yang berada di Indonesia, serta kita harus memenfaatkannya
dengan sebaik mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Skiner, B.J., 1976. Sumber Daya Bumi. Gadjah Mada Universitay Press.
Yogyakarta.
An, P.K. dan Kay, H.S., 1993, Rahasia Batu Permata. PT. Mandira. Semarang.
Pengantar Geologi.

Anda mungkin juga menyukai