PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Absorpsi adalah proses penyerapan pada seluruh permukaan bahan atau zat
yang berlangsung dalam suatu kolom atau absorber. Zat yang diserap disebut fase
terserap sedangkan yang menyerap disebut absorben kecuali zat padat. Absorben dapat
pula berupa zat cair karena itu absorpsi dapat terjadi antara zat cair dengan zat cair
atau gas dengan zat cair. Terjadinya proses absorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu:
- kemampuan pelarut yang digunakan sebagai absorben
- laju alir dari pelarut
- jenis atau tipe kolom yang digunakan
- kondisi operasi yang sesuai, dll
Di dalam suatu kolom absorber, gas yang akan diserap dialirkan pada bagian
bottom kolom, sedangkan liquid atau pelarut dialirkan pada bagian top kolom. Hal ini
disebabkan karena gas lebih ringan dan mudah menyebar daripada liquid, sehingga
kontak antara liquid dan gas akan berlangsung dengan baik dan juga mempengaruhi
banyaknya gas yang diserap oleh pelarut atau liquid.
Absorpsi dikelompokan menjadi:
1. Proses absorpsi yang berlangsung secara fisika terdiri dari absorpsi dan dekripsi.
2. Proses absorpsi yang berlangsung secara kimia, proses ini biasanya disertai oleh
reaksi kimia.
Perpindahan massa merupakan perpindahan satu unsur dari konsentrasi yang
lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Misalnya kita masukan gula ke dalam
secangkir kopi, dimana gula akan larut dan kemudian berdifusi secara seragam ke
dalam secangkir kopi tersebut.
Perpindahan massa merupakan proses penting dalam proses industri, misalnya
dalam penghilangan polutan dari suatu aliran keluaran pabrik dengan absorpsi,
pemisahan gas dari air limbah, difusi neutron dalam reaktor nuklir.Absorpsi gas
merupakan operasi dimana campuran gas dikontakan dengan liquid yang bertujuan
untuk melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan larutan gas dalam
liquid.
Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke fase
liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang
ada, karena itu diperlukan karakteristik sistem gas liquid.
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1) Untuk mengetahui berapa banyak konsentrasi O2 yang terserap
2) Untuk menghitung koefisien perpindahan massa dalam fase liquid (kl)
3) Untuk mengetahui dan memahami proses kerja alat Wetted Wall Absorption
Column.
I.3. Permasalahan
Masalah dari percobaan ini adalah:
1) Bagaimanakah menentukan Re dan Sh dari data percobaan?
2) Bagaimanakah menentukan koefisien perpindahan massa dalam liquid?
3) Membandingkan nilai Sh vs Re pada masing-masing laju alir udara yaitu 2000
cc/min, 3000 cc/min, dan 4000 cc/min.
I.4. Hipotesis
Jika dilihat dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya
O2 yang terserap dipengaruhi oleh kecepatan laju alir udara dan laju alir air itu sendiri.
Hal ini disebabkan karena semakin banyak udara yang masuk, maka makin mudah
penyerapan O2, juga dengan makin banyaknya air yang disuplai akan menyebabkan
luas bidang penyerapan bertambah sehingga memudahkan terjadiunya penyerapan.
I.5. Manfaat
Manfaat dari penggunaan Wetted Wall Absorption Colomn dalam industri
diantaranya adalah:
1. Dapat mengetahui cara kerja alat wetted wall absorption secara lebih jelas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu porses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok dari daerah
yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan massa.
Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur yang
berkonsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri aliran liquid, seperti pada kasus heat transfer,
mekanisme perpindahan massa terjadi dengan cepat. Jika sejumlah campuran gas yang
terdiri dari dua jenis molekul atau lebih, di mana konsentrasi masing-masing berbeda,
maka masing-masing molekul ini cenderung menuju ke komposisi yang sama
( seragam ). Proses ini terjadi secara alami. Perpindahan massa makroskopis ini tidak
tergantung pada konveksi dalam
molekul.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara flux dari
substant yang terdifusi dengan gradient konsentrasi.
JA,Z = -DAB
Di mana JA,Z merupakan molar flux pada Z,
d A
dZ
d A
dZ
serta DAB adalah difusitas massa atau koefisien difusitas komponen A yang terdifusi
melalui komponen B. Karena perpindahan massa atau difusi hanya terjadi dalam
campuran, maka pengaruh dari tiap komponen harus diperhitungkan. Misalnya untuk
mengetahui laju difusi dari setiap komponen relatif terhadap kecepatan campuran.
Kecepatan campuran harus dihitung dari kecepatan rata-rata tiap komponen.
Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Hukum Freks ,dimana D AB adalah
koefisien difusivitas. Koefisien Difusivitas. Koefisien Difusivitas tergantung pada : Tekanan
-
Temperatur
Komposisi sistem
NA = k . A
Dimana,
N A, Z
D AB .P
PA1 PA 2
RT ( Z 2 Z 1 ) LnPB
dimana:
NAZ
DAB
= difusivitas
= tekanan
= konstanta gas
= temperatur
= jarak
Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, di mana gas
melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana tahanan
untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas diasumsikan terjadi dalam suatu
stagnant film atau laminer film tebal .
Dengan kata lain menunjukkan tebal lapisan liquid.
Transfer Massa dari gas ke film falling liquid.
Transfer massa dalam wetted wall column
Kebanyakan data dari PM antara perm pipa dan aliran fluida telah ditentukan
dengan menggunakan wetted wall columns.Alasan mendasar untuk menggunakan
kolom-kolom ini untuk penyelidikan PM adalah untuk mengkontakkan luas area antara
2 fase sehingga dapat dihitung dengan tepat.
Koefisien PM konvektif untuk falling liquid film dikorelasikan oleh vivian dan
peacemen dengan korelasi :
1 2 gZ 3
KLZ
0,433 sc 2
DAB
2
Dimana:
1
6
Re 0, 4
Z = Panjang
DAB = Difusivitas massa antara komponen A dan B]
= Densitas liquid B
= Viskositas liquid B
g = Percepatan gravitasi
sc = Schmidt Number (dievaluasikan pada temp film liquid)
Re = Reynold number
Koefisien film liquid lebih rendah 10 sampai 20% daripada pers secara teoritis untuk
absorpsi dalam film laminer.
Pada wetted wall columns, liquid murni yang mudah menguap dialirkan ke
bawah di dalam permukaan pipa ciecular sementara itu gas ditiupkan dari atas atau
dari bawah melalui pusat inti pengukuran kelajuan penguapan liquid ke dalam aliran
gas diatas permukaan.
Untuk menghitung koefisien PM untuk fase gas, gunakan perbedaan gas-gas
dan liquid menghasilkan variasi untuk . Untuk itu, Sherwood dan Gilland menetapkan
nilai-nilai untuk Re dari 2000 sampai 35000, sc dari 0,6 sampai 2,5 dan tekanan gas
0,1 sampai 3 atm.
Hubungan data-data tersebut secara empirik adalah :
dimana:
Sh
= Sherwood number
Re
= Reynold number
Sc
= Schmidt number
Dalam beberapa operasi perpindahan massa, massa berubah antara dua fase.
Contohnya dalam peristiwa absorpsi. Salah satu alat yang digunakan untuk
mempelajari mekanisme yang terjadi dalam operasi perpindahan massa adalah wetted
wall column. Pada wettea-wall column, area kontak antara dua fase dibuat sedemikian
rupa. Dalam operasi ini aliran lapisan tipis liquid ( Thin Liquid Film) sepanjang dinding
kolom kontak dengan gas. Dalam percobaan ini gas yang digunakan adalah udara
biasa. Lama waktu kontak dengan gas dan liquid ini relatif singkat selama operasinya
normal. Karena hanya sejumlah kecil massa yang terabsorpsi sedangkan liquid
diasumsikan konstant ( tidak berubah ). Kecepatan falling film sebenarnya tidak
dipengaruhi oleh proses difusi. Pada proses ini terjadi perpindahan massa dan
perpindahan momentum.
Persamaan differensial untuk perpindahan momentum;
d yx
dy
g 0
dimana:
= shear stress
= density
= gravitasi
= jarak
Vx
g 2
y 1 y
6 2
dimana:
Vx
= kecepatan arah x
= tebal film
= viskositas
Kecepatan maksimum;
Vmax
g 2
2
dimana:
Vmax = kecepatan maximum
Absorpsi gas adalah operasi di mana campuran gas dikontakkan dengan liquid
untuk tujuan melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan larutan gas
dalam liguid. Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke
liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang
ada, karena itu diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas-liquid.
Sistem Dua Komponen
Bila sejumlah gas tunggal dikontakkan dengan liquid yang tidak mudah
menguap, yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang. Konsentrasi gas yang
larut disebut kelarutan gas pada kondisi temperatur dan tekanan yang ada. Pada T
tetap, kelarutan gas akan bertambah bila P dinaikkan pada absorben yang sama. Gas
yang berbeda mempunyai kelarutan yang berbeda. Pada umumnya kelarutan gas akan
menurun bila T dinaikkan.
Sistem Multikomponen
Bila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu, kelarutan
setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang dinyatakan dalam
tekanan parsiil dalam campuran gas. Bila dalam campuran gas ada gas yang sukar larut
maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas yang mudah larut. Pada
beberapa komponen dalam campuran gas mudah larut dalam liquid, kelarutan masingmasing gas tidak saling mempengaruhi bila gas tidak dipengaruhi oleh sifat liquid. Ini
hanya terjadi pada larutan ideal.
Karakteristik larutan ideal yaitu:
1. Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak berubah, dalam
campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.
2. Pada pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap maupun yang dilepaskan.
3. Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.
Suatu alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas dan beberapa operasi
lain ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk sekunder atau
menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedang pengeluaran
gas dan zat cair masing-masing pada bagian atas dan bagian bawah serta tower
packing. Penyangga itu harus mempunyai fraksi ruang terbuka yang cukup besar untuk
mencegah terjadinya pembanjiran pada piring penyangga itu. Zat cair yang masuk
disebut weak liquor berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut di dalam
pelarut, didistribusikan di atas isian itu dengan distributor, sehingga pada operasi yang
ideal membebaskan permukaan isian secara seragam. Gas yang mengandung zat
terlarut disebut fat gas, masuk ke ruang pendistribusian yang terdapat di bawah isian
dan mengalir ke atas melalui celah-celah antara isian berlawanan arah dengan aliran zat
cair. Isian itu memberikan permukaan yang luas untuk kontak zatcair dan gas serta
membantu terjadinya kontak antara kedua fase.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara ialah:
1. Harus tidak bereaksi kimia dengan fluida di dalam menara
2. Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat.
3. Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat
cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.
4. Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dengan
gas.
5. Harus tidak terlalu mahal.
Prinsip-prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang akan
diolah sifat-sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan konsentrasi dan
pada laju perpindahan massa persatuan volume isian. Laju optimum zat cair untuk
absorpsi didapatkan dengan menyeimbangkan biaya operasi untuk kedua unit dan
baiaya tetap untuk peralatan. Bila gas hanya diumpankan ke dalam menara absorpsi,
suhu di dalam menara itu berubah secara menyolok dari dasar menara ke puncaknya.
Kalor absorpsi zat terlarut menyebabkan naiknya suhu larutan, penguapan pelarut
cenderung menyebabkan suhu turun. Efeknya secara menyeluruh ialah peningkatan
suhu larutan, tetapi di dekat dasar kolom suhu itu bisa sampai melewati maksimum.
Bentuk profil suhu bergantung pada laju penyerapan zat terlarut, penguapan dan
kondensasi pelarut, serta perpindahan kalor antara kedua fase.
Laju absorpsi dapat dinyatakan dengan 4 cara yang berbeda yaitu:
1. Menggunakan koefisien individual
2. Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair.
3. Menggunakan koefisien volumetrik.
4. Menggunakan koefisien persatuan luas.
BAB III
METODOLOGI
III.1. Bahan yang Digunakan
Air
Udara
III.2. Alat-alat yang digunakan
Wetted Wall Absorption Column terdiri dari :
Sensor probe inlet dan outlet berfungsi untuk mendeteksi O2 yang terserap.
10
Atur flowmetter untuk air sesuai dengan laju alir yang ditetapkan
Bila kolom deoksigenator penuh dengan air, hidupkan pump 2 yang
berfungsi untuk menyedot air dan dialirkan ke flowmetter dan sensor probe
dimana alat ini digunakan untuk menghitung laju alir air dan O 2 yang
terserap dari inlet.
Kemudian air akan mengalir ke puncak Wetted Wall Absorption Colomn dan
selanjutnya akan turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer yang
berupa lapisan tipis (film)
Bersamaan dengan itu, O2 mengalir dari dasar kolom setelah terlebih dahulu
dipompakan udara oleh Komperessor melalui cakram yang mendistribusi
udara ke kolom sehingga O2 naik ke atas dan sebaliknya film turun ke
bawah secara counter current. Udara yang dialirkan oleh kompressor
sebelumnya masuk dalam flowmeter udara untuk menghitung laju alir udara.
11
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
DAN
PENGOLAHAN DATA
IV.1. Hasil Pengamatan
Laju Udara
(cc/min)
1500
2000
Konsentrasi O2 in
(mg/l)
4,3
4,5
5,1
5,5
6,8
6,9
7,1
7,3
4,5
4,7
4,9
5,0
5,2
5,4
5,5
5,7
50
80
100
120
150
170
190
200
50
80
100
120
150
170
190
200
12
Konsentrasi O2 out
(mg/l)
6,2
6,5
6,8
6,9
7,1
7,3
8
8,4
6,3
6,4
6,6
6,9
7,0
7,2
7,3
7,5
2200
50
80
100
120
150
170
190
200
5,8
5,9
6,0
6,1
6,3
6,4
6,8
6,9
7,3
7,4
7,5
7,6
7,7
7,9
8,0
8,3
1 m3/106 cc
1 m3/106 cc
1 m3/106 cc
m3/sec
m3/sec
m3/sec
13
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
14
m3/sec
50 cc/min x
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
m3/sec
0,0043 kg/m3
0,0045 kg/m3
0,0051 kg/m3
0,0055 kg/m3
0,0068 kg/m3
15
0,0069 kg/m3
0,0071 kg/m3
0,0073 kg/m3
0,0062 kg/m3
0,0072 kg/m3
0,0072 kg/m3
0,0073 kg/m3
0,0073 kg/m3
0,0072 kg/m3
0,0080 kg/m3
0,0084 kg/m3
0,0045 kg/m3
0,0047 kg/m3
0,0049 kg/m3
0,005 kg/m3
0,0052 kg/m3
0,0054 kg/m3
0,0055 kg/m3
0,0057 kg/m3
0,0063 kg/m3
0,0064 kg/m3
0,0066 kg/m3
0,0069 kg/m3
0,007
0,0072 kg/m3
0,0073 kg/m3
0,0075 kg/m3
16
kg/m3
0,0058 kg/m3
0,0059 kg/m3
0,006 kg/m3
0,0061 kg/m3
0,0063 kg/m3
0,0064 kg/m3
0,0068 kg/m3
0,0069 kg/m3
c.
0,0073 kg/m3
0,0074 kg/m3
0,0075 kg/m3
0,0076 kg/m3
0,0077 kg/m3
0,0079 kg/m3
0,0080 kg/m3
0,0083 kg/m3
C 2 C1
C
Rumus: Clm =
ln 2
C1
kg/m3
Untuk
Clm
C1 = 0,0043 kg/m3
0,0062 0,0043
0,0062
=
ln
0,0043
Untuk
C1 = 0,0045 kg/m3
17
Clm
0,0065 0,0045
0,0065
=
ln
0,0045
Untuk
Clm
C1 = 0,0051 kg/m3
0,0068 0,0051
0,0068
=
ln
0,0051
Untuk
Clm =
C1 = 0,0055 kg/m3
0,0069 0,0055
0,0069
ln
0,0055
Untuk
Clm
C1 = 0,0068 kg/m3
0,0071 0,0068
0,0071
=
ln
0,0068
Untuk
Clm
C1 = 0,0069 kg/m3
0,0073 0,0069
0,0073
=
ln
0,0069
Untuk
Clm
C1 = 0,0071 kg/m3
0,008 0,0071
0,008
=
ln
0,0071
18
Untuk
Clm
C1 = 0,0045 kg/m3
0,0063 0,0045
0,0063
=
ln
0,0045
Untuk
Clm
C1 = 0,0047 kg/m3
0,0064 0,0047
0,0064
=
ln
0,0047
Untuk
Clm
C1 = 0,0049 kg/m3
0,0066 0,0049
0,0066
=
ln
0,0049
Untuk
Clm
C1 = 0,0050 kg/m3
0,0069 0,0050
0,0069
=
ln
0,0050
Untuk
Clm
C1 = 0,0052 kg/m3
0,0070 0,0052
0,0070
=
ln
0,0052
Untuk
Clm
C1 = 0,0054 kg/m3
0,0072 0,0054
0,0072
=
ln
0,0054
19
Untuk
Clm
C1 = 0,0055 kg/m3
0,0073 0,0055
0,0073
=
ln
0,0055
Untuk
Clm
C1 = 0,0057 kg/m3
0,0075 0,0057
0,0075
=
ln
0,0057
Untuk
Clm
C1 = 0,0058 kg/m3
0,0073 0,0058
0,0073
=
ln
0,0058
Untuk
Clm
C1 = 0,0059 kg/m3
0,0074 0,0059
0,0074
=
ln
0,0059
Untuk
Clm
C1 = 0,0060 kg/m3
0,0075 0,0060
0,0075
=
ln
0,0060
Untuk
Clm
C1 = 0,0061 kg/m3
0,0076 0,0061
0,0076
=
ln
0,0061
20
Untuk
Clm
C1 = 0,0063 kg/m3
0,0077 0,0063
0,0077
=
ln
0,0063
Untuk
Clm
C1 = 0,0064 kg/m3
0,0079 0,0064
0,0079
=
ln
0,0064
Untuk
Clm
C1 = 0,0068 kg/m3
0,0080 0,0068
0,0080
=
ln
0,0068
Untuk
Clm
C1 = 0,0069 kg/m3
0,0083 0,0069
0,0083
=
ln
0,0069
Wp = .d
meter
Dimana:
d = diameter kolom = 3,16 cm = 3,16 x 10-2 m
Wp = (3,14) (3,16 x 10-2 m)
Wp = 0,0992 m
21
kg/m.sec
Dimana:
= 1000 kg/m3
Wp = 0,0992 m
PADA ALIRAN UDARA 1500 2200 CC/MIN
= 0,0083 kg/m.sec
= 0,013 kg/m.sec
= 0,0167 kg/m.sec
= 0,0200 kg/m.sec
= 0,025 kg/m.sec
22
= 0,0283 kg/m.sec
= 0,0316 kg/m.sec
= 0,0333 kg/m.sec
5. Menghitung Reynold Number (Re)
Rumus: Re = 4/
tak berdimensi
Dimana:
= 1,02 x 10-3 Ns/m2
Berikut nilai Re untuk semua laju alir udara (1500-2200 CC/MIN)
Untuk = 0,0083 kg/m.sec
Re = 4/
Re = (4)(0,0083) / (1,02 x 10-3)
Re = 32,55
Untuk = 0,0133 kg/m.sec
Re = 4/
Re = (4)(0,0133) / (1,02 x 10-3)
Re = 52,16
23
24
kg/s
0,0043 ) x
8,3 x 10 -7
0,0045 ) x
1,33 x 10 -7
0,0051 ) x
1,67 x 10 -6
0,0055 ) x
2,00 x 10 -6
25
j = (0,0073 -
0,0068 ) x
2,50 x 10 -6
0,0069 ) x
2,830 x 10 -6
0,0071 ) x
3,160 x 10 -6
0,0073 ) x
3,330 x 10 -6
0,0045 ) x
8,3 x 10 -7
0,0047 ) x
1,33 x 10 -7
26
laju air
0,0049 ) x
1,67 x 10 -6
0,0050 ) x
2,00 x 10 -6
0,0052 ) x
2,50 x 10 -6
j = 45 x 10-10 kg/sec
0,0054 ) x
2,830 x 10 -6
0,0055 ) x
3,160 x 10 -6
0,0057 ) x
3,330 x 10 -6
27
0,0058 ) x
8,3 x 10 -7
0,0059 ) x
1,33 x 10 -7
0,0060 ) x
1,67 x 10 -6
0,0061 ) x
2,00 x 10 -6
0,0063 ) x
2,50 x 10 -6
j = 35 x 10-10 kg/sec
0,0064 ) x
2,830 x 10 -6
28
0,0068 ) x
3,160 x 10 -6
0,0069 ) x
3,330 x 10 -6
A = (3,14)(3,16 x 10-2)(0,9)
A = 0,0893 m2
z = 90 cm = 0,9 m
8. Menghitung Koefisien Liquid (KL)
Rumus: KL =
j
A.C lm
j
A.C lm
j
A.C lm
29
j
A.C lm
j
A.C lm
j
A.C lm
j
A.C lm
j
A.C lm
30
KL =
j
A.C lm
j
A.C lm
j
A.C lm
j
A.C lm
j
A.C lm
j
A.C lm
31
j
A.C lm
j
A.C lm
j
A.C lm
KL = 0 / (0)(0,0893)
KL = 0 m/sec
j
A.C lm
KL = 0 / (0)(0,0893)
KL = 0 m/sec
j
A.C lm
32
KL =
j
A.C lm
z
DL
tak berdimensi
Dimana:
Z = 90 cm = 0,9 m
DL= 2,5 x 10-9 m2/s
Pada Laju Udara 2000 cc/min
Untuk KL = 1,00 x 10-6 m/sec
Sh = KL
z
DL
z
DL
z
DL
z
DL
33
z
DL
z
DL
z
DL
z
DL
z
DL
34
Sh = KL
z
DL
z
DL
z
DL
z
DL
z
DL
z
DL
35
z
DL
z
DL
z
DL
ln a = B (intersept)
a = antiln B
b = slope
36
Y = ln Sh
5,88
Re
25,88
X = ln Re
3,25
X2
10,56
XY
19,11
450
6,11
32,54
3,48
12,11
21,26
720
6,78
58,82
4,07
16,56
27,59
1065
6,97
78,43
4,36
19,01
30,39
1026
6,93
86,27
4,45
19,80
30,83
874
6,77
98,04
4,58
20,97
31,00
39,44
24,19
99,01
160,18
A =
Slope =
=
Slope =
B =
Intersep =
=
Intersep =
n XY X Y
n X
( X ) 2
(6)(160,18) ( 24,19)(39,44)
(6)(99,01) ( 24,19) 2
7,0264
8,9039
0,7891
Y X
n X
2
2
XY X
( X ) 2
(99,01)(39,44) ( 24,19)(160,18)
(6)(99,01) ( 24,19) 2
30,200
8,9039
3,392
37
Y = 0,7891 X + 3,392
Ln a
b
= 3,392
a = 29,719
Jadi :
Sh =29,719 Re0,7891
= 0,7891
Y = ln Sh
5,73
Re
25,88
X = ln Re
3,25
X2
10,56
XY
18,62
478
6,16
32,54
3,48
12,11
21,43
756
6,63
58,82
4,07
16,56
26,98
349
5,85
78,43
4,36
19,01
25,50
378
5,93
86,27
4,45
19,80
26,39
565
6,33
98,04
4,58
20,97
28,99
36,63
24,19
99,01
147,91
Slope =
n XY X Y
n X
( X ) 2
(6)(147,91) ( 24,19)(36,63)
(6)(99,01) ( 24,19) 2
1,3803
8,9039
Slope = 0,1550
Intersep =
Y X
n X
2
2
XY X
( X ) 2
(99,01)(36,63) ( 24,19)(147,91)
(6)(99,01) ( 24,19) 2
48,7934
8,9039
38
Intersep = 5,4800
Y = 0,1550 X + 5,4800
Ln a
= 5,4800
a = 239,84
b = 0,787
Untuk laju alir udara 4000 cc/min
Sh
Y = ln Sh
Re
X = log Re
X2
XY
151
5,07
25,88
3,25
10,56
16,47
190
5,24
32,54
3,48
12,11
18,23
58,82
4,07
16,56
78,43
4,36
19,01
86,27
4,45
19,80
98,04
4,58
20,97
24,19
99,01
118
892
4,77
6,79
Slope =
n XY X Y
n X
( X ) 2
(6)() ( 24,19)()
(6)(99,01) (24,19) 2
8,9039
Slope =
Intersep =
=
Y X
n X
2
2
XY X
( X ) 2
( )(99,01) ( )(24,19)
(6)(99,01) ( 24,19) 2
39
21,22
31,09
8,9039
Intersep =
Y=X +
Ln a =
Jadi : Sh = 0 Re
a = 0
b =
40
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan yang dilakukan kali ini pada prinsipnya menggunakan dasar
absorpsi yang merupakan suatu proses penyerapan pada seluruh bagian dari ;arutan.
Alat yang digunakan adalah Wetted wall absorption column. Wetted wall absorption
column sendiri merupakan alat yang digunakan untuk mengamati terbentuknya lapisan
tipis film dari fluida yang mengalir dan terjadinya kontak dengan udara dimana terjadi
perpindahan massa dan perpindahan momentum secara bersamaan. Dalam hal ini
terjadi peristiwa difusi dimana gas diserap oleh fluida sehingga fluida mengandung
sejumlah gas dan fluida menguap ke dalam gas sehingga gas juga mengandung
sejumlah cairan. Peristiwa ini terjadi melalui suatu lapisan tipis yang disebut lapisan
film.
Dalam peristiwa ini juga terjadi absorpsi dimana terjadi perubahan bentuk
massa lapisan film yang terbentuk pada daerah yang dekat dengan permukaan kolom
sehingga aliran fluida akan laminer.
Setelah air masuk ke pompa 2 dan melalui debit air, air masuk ke sensor probe
1. sensor probe merupakan alat untuk mengukur kadar O 2 yang terkandung dalam air
sebelum air masuk ke kolom wetted wall tempat terjadinya absorpsi. Setelah masuk,
kompresor udara dihidupkan maka udara akan masuk ke dalam kolom wetted wall
melalui suatu penyaring udara sehingga tidak semua gas yang terkandung dalam udara
tersebut akan ikut masuk ke dalam kolom. Hal ini dimaksudkan agar hanya O 2 saja
yang mengalir dalam kolom sehingga dapat diketahui perubahan kadar O 2 setelah
terjadi kontak dengan fluida yang mengalir (dalam hal ini adalah air). Perubahan kadar
O2 diketahui dari fluida yang mengalir melalui sensor probe 2 yang mengukur kadar O 2
yang keluar dari kolom.
Pompa 1 berfungsi untuk menyedot air yang disuplai dalam bak air agar dapat
masuk ke dalam kolom deocsigenerator. Kolom ini berfungsi untuk mengurangi
41
kandungan O2 dalam fluida sebelum fluida tersebut dialirkan ke dalam kolom wetted
wall absorption. Selain itu kolom ini juga berfungsi sebagai penstabil fluida agar fluida
tersebut pada saat memasuki kolom wetted wall tidak memberikan gejolak yang dapat
mengganggu jalannya percobaan sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi hasil
pengamatan.
Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat adanya perbedaan kadar O 2 yang
masuk dan keluar dari kolom wetted wall. Perbedaan ini terjadi untuk semua laju alir
udara yang berbeda.
Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar O2 keluaran lebih besar
daripada kadar O2 pada inlet. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyerapan
oksigen (O2) oleh fluida (air) sehingga air yang keluar memiliki kadar iksigen yang
lebih besar.
Apabila flowrate udara dinaikkan dan flowrate air tetap, maka proses
penyerapan oksigen juga akan bertambah besar, hal ini dikarenakan oleh luas
permukaan air akan menjadi lebih besar sehingga kontak dengan udara akan bertambah
besar yang menyebabkan proses penyerapan oksigen menjadi lebih besar.
Pada laju alir air yang berbeda terdapat data yang sama, hal ini mungkin
disebabkan oleh kalibrasi angka pada alat pengukur kadar O 2 (DOmeter) yang tidak
mencapai angka 100. Selain itu kemungkinan disebabkan oleh adanya kebocoran pada
alat, khususnya pada tabung deoksigenerator.
Kesalahan yang terjadi dalam percobaan ini adalah kurang telitinya dalam
pembacaan skala pada DOmeter (alatnya tidak berfungsi dengan baik) dan kurang
tepatnya meletakkan skala pada laju alir O2 dan laju alir air.
Dalam pelaksanaan percobaan ini alat percobaan mengalami gangguan dimana
penyaring udara menjadi basah oleh air yang mengalir turun dari kolom wetted wall.
Hal ini dapat mempengaruhi percobaan dimana hembusan udara yang masuk ke dalam
kolom wetted wall dapat berkurang karena penyaring yang basah menyebabkan udara
sulit melewati penyaring tersebut. Akibatnya O2 yang terserap hanya sedikit sehingga
kadar O2 keluaran tidak jauh berbeda dengan kadar O2 yang masuk ke kolom absorpsi.
Pengukuran kadar O2 dilakukan setelah fluida mengalir dalam kolom wetted
wall dan membentuk lapisan film yang tipis dan kompresor udara dihidupkan. Untuk
42
mengukur kadar O2 ini harus ditunggu dahulu selama beberapa menit atau setidaknya
setelah 60 detik untuk memberi waktu pada O2 yang masuk untuk melalui saringan
udara khusus sampai O2 tersebut berkontrak dengan fluida.
Pada percobaan yang telah kami lakukan terlihat bahwa pembentukan lapisan
film pada kolom kurang sempurna. Kami berasumsi bahwa banyak faktor yang
menyebabkan hal ini terjadi, diantaranya:
a. Posisi kolom yang tidak tepat tegak lurus.
b. Dinding di dalam tabung dimana dilalui liquid sekaligus tempat terjadinya absorpsi
kurang begitu bersih.
c. Adanya kebocoran kolom deoksigenerator.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hubungan Reynold
number dengan Sherwood number adalah sebagai berikut :
a. Untuk laju alir udara 2000 cc/min : Sh = 29,719 Re0,7891
b. Untuk laju alir udara 3000 cc/min : Sh = 239,84 Re0,1550
c. Untuk laju alir udara 4000 cc/min : Sh = 0 Re
Sedangkan secara teori diperoleh hubungan Reynold number dengan
Sherwood number adalah :
shav 0,023 Re
0 ,83
sc
1
3
Dari rumus di atas dapat kita lihat bahwa nilai Sherwood number lebih kecil dari nilai
Reynold number. Nilai Sherwood number akan semakin besar apabila nilai Reynold
number kita tingkatkan [ rumus Re =
dv
]. Dapat disimplkan bahwa data yang
diperoleh mempunyai kesalahan yang telihat. Kesalahan yang jelas terjadi adalah pada
laju aliran udara 4000 cc/menit pada laju alir udara 90 dan 120 cc/min, yang
mempunyai aliran O2 input dan output yang sama sehingga menghasilkan nilai k l dan
Sh yang 0 sehingga menghasilkan nilaihubungan Re dan Sh yang tak terhingga.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI. 1. Kesimpulan
43
DAFTAR PUSTAKA
1.
44
2.
Welty, J.R., C.E. Wicks, R.E. Wilson, 1984, Fundamental of Momentum, Heat,
and Mass Transfer , 3rd edition, John Wiley & Sons Inc., New York
3.
4.
Warren L. Mc. Cabe, Julian c. Smith, dan Peter Harriot, 1993 Operasi Teknik
Kimia , Penerbit Erlangga, Jakarta.
GAMBAR ALAT
WETTED WALL ABSORPTION COLUMN
45
KOLOM
DEOKSIGENERATOR
KOLOM
ABSORBER
PUM1
PUM2
KOMP
POWER
DEBIT AIR
DEBIT UDARA
KP
P-2
P-1
BAK AIR
46
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0
10
12
14 X
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1 0
8
X
47
10
12
14
16
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
10
X
48
15