Anda di halaman 1dari 6

AQIQOH DAN QURBAN

Pernahkah kamu melihat orang menyembelih hewan? Pernahkah kamu juga melihat
penyembelihan aqiqah ketika ada anak yang lahir? Pernahkah kamu juga menyaksikan
penyembelihan hewan kurban? Kalau dilihat sekilas kelihatnya sama bukan dari ketiganya?
Tetapi ternyata diantara satu dengan yang lain ada perbedaannya, baik artinya, tujuannya, tata
caranya, bahkan waktunya juga berbeda. Nah perhatikan dengan seksama penjelasan-penjelasan
berikut ini supaya kamu dapat memahami dan melaksanakan dengan benar ktika kamu hidup di
tengah masyarakat nanti.
A.

Tata Cara Penyembelihan Hewan


Untuk mengkonsumsi binatang, maka harus melalui proses penyembelihan. Penyembelihan

hewan menurut ilmu fiqh disebut Az-Dzabhu atau Adz-Dzakatu yang berarti tathayyub
( membuatnya menjadi baik, harum, sedap). Sedang menurut istilah, penyembelihan adalah
proses mematikan hewan dengan cara memotong saluran makanan dan saluran pernafasan, serta
dua urat nadi yang ada pada sekitar tenggorokan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan
dalam syariat islam. Penyembelihan dimaksudkan agar hewan tersebut halal, baik dan sehat
untuk dimakan serta harum dan sedap, karena darah yang ada di dalam tubuh binatang telah
mengalir deras keluar dari tubuh melalui luka penyembelihan. Dengan kata lain, binatang yang
akan dikonsumsi harus melalui proses penyembelihan terlebih dahulu, kecuali terhadap belalang
dan ikan. Untuk mengkonsumsi dua jenis binatang ini, tidak perlu disembelih terlebih dahulu.
Diriwayatkan dalam Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah bersabda : Dihalalkan
bagi kamu dua bangkai dan dua darah, dua bangkai itu adalah ikan dan belalang, sedangkan dua
darah itu adalah hati dan limpa. ( HR Ibnu Majah )
Tata cara penyembelihan hewan yang disyariatkan dalam Islam adalah penyembelihan yang
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Syarat-syaratnya
a.

Binatangnya dalam keadaan masih hidup dan merupakan binatang yang halal dimakan.
Dengan demikian tidak sah menyembelih binatang yang sudah mati. Tidak sah pula

menyembelih binatang yang haram, seperti anjing, babi, katak, burung elang, kura-kura,
harimau, dan sebagainya.
b.

Penyembelihnya beragama Islam, sekurang-kurangnya sudah mumayiz, berakal sehat, tidak


buta, dengan sengaja dan membaca basmalah saat menyembelih.
Dengan demikian tidak sah penyembelihan yang dilakukan oleh orang kafir (ingkar kepada
Allah SWT), orang yang musyrik ( menyekutukan Allah SWT ) maupun orang yang murtad
( keluar dari agama Islam ). Tidak syah pula sembelihan orang yang buta, orang yang tidak
sengaja atau dalam keadaan tidak sadar seperti saat sedang mabuk, mengigau, gila, dan lain
sebagainya. Di samping itu, sewaktu menyembelih tidak cukup dengan sengaja saja
melainkan juga harus membaca Basmalah. Dalam QS. Al Anam ayat 121 Allah berfirman
yang artinya, Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama
Allah ketika menyembelihnya.

c.

Alat yang digunakan harus tajam, terbuat dari logam besi atau yang lain dan tidak syah
dengan tulang, kuku, atau gigi.
Ketajaman alat menyembelih dimaksudkan agar proses penyembelihan berlangsung cepat,
dan binatang tersebut dapat segera mati, sehingga tidak terlalu lama merasakan sakit. Alat
yang digunakan boleh terbuat dari besi, baja, atau apa saja yang tajam asalkan tidak dari
kuku, gigi, dan tulang.
Hadits Rasulullah SAW yang artinya Diriwayatkan dari Rasulullah SAW, bahwasanya
beliau pernah ditanya : Apakah kami boleh menyembelih dengan marwah (sejenis batu
berkilat) dan dengan belahan tongkat?. Rasulullah S.A.W menjawab :Percepatlah. Dan
apa-apa yang dapat mengalirkan darah dan disebut nama Allah padanya, maka makanlah.
Bukan dengan gigi dan kuku. ( HR Muslim ).

d.

Dilakukan pada urat leher sampai terputus saluran makanan dan pernapasan. Sedangkan
untuk hewan yang tidak dapat ditangkap/liar, terjebur ke sumur atau terjepit lehernya boleh
disembelih pada bagian mana saja asalkan darahnya dapat mengalir keluar dan dapat
mempercepat kematiannya.

e. Selama proses penyembelihan belum selesai atau belum sempurna, mata pisau tidak boleh
terangkat atau terlepas sekejap pun dari bagian yang dipotong. Menurut pendapat yang lebih
berhati-hati, bila terlepas sebelum proses penyembelihan sempurna dihukumi tidak syah.
Sedangkan menurut Sayid Sabiq tetap syah.

2. Sunah-sunah dalam menyembelih hewan


a. Membaca takbir dan salawat tiga kali saat menyembelih
Diriwayatkan dari Anas r.a katanya : Nabi s.a.w. telah mengorbankan dua ekor kibas
berwarna putih agak kehitam-hitaman dan bertanduk. Baginda menyembelih keduanya
dengan tangan baginda sendiri sambil menyebut nama Allah, bertakbir dan meletakkan
kaki baginda diatas belikat keduanya. ( HR. Bukhari dan Muslim ).
b. Sebelum disembelih hewan direbahkan menghadap kiblat dengan tulang rusuk kiri berada
di bawah.
c. Memotong dua urat nadi yang ada di kanan kiri leher.
d. Menyembelih pada pangkal/dekat kepala hewan, sedangkan unta sunah pada libbah
(tempat menggantungkan kalung pada leher)
e. Yang menyembelih sebaiknya laki-laki
3. Hal-hal yang makruh dalam penyembelihan
a.
b.
c.
d.

Menyembelih dengan alat yang tumpul


Urat nadi kanan kiri leher tidak putus
Menyembelih sampai putus lehernya
Mematahkan/memenggal leher hewan atau mengulitinya sebelum benar-benar mati.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dari Abu Hurairah, Rasulullah
bersabda :


Artinya,Janganlah kamu terburu-buru menghabisi nyawa sebelum ia pergi (sendiri).

1. Pengertian Aqiqah
Aqiqah berasal dari kata Arab Aqqa yang berarti membelah atau memotong. Sedangkan
menurut istilah hukum Islam, aqiqah adalah menyembelih kambing/domba sebagai tanda syukur
kepada Allah atas kelahiran anak laki-lakinya atau perempuannya. Aqiqah sunah dilaksanakan
pada hari ketujuh setelah kelahiran anak. Pada hari itu dicukur pula rambutnya dan diberi nama
yang baik. Sabda Nabi yang artinya :Setiap anak itu tergadai dengan aqiqah yang disembelih
pada hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberi nama. ( HR. Ahmad dan Tirmidzi).
2. Hukum Aqiqah

Hukum aqiqah adalah sunnah muakad bagi orang tua yang mampu. Pelaksanaan
penyembelihan sunah dilakukan pada hari ketujuh dari kelahiran anak tersebut, namun bila orang
tua belum mampu boleh kapan saja asalkan anak tersebut belum baligh.
3. Ketentuan Hewan Aqiqah
Ketentuan hewan yang disembelih untuk aqiqah sebagai berikut :

Untuk anak laki-laki 2 ekor kambing / domba, dan untuk anak perempuan cukup satu ekor saja.
Hadits Rasulullah SAW yang artinya : Dari Aisyah, dia berkata : Rasulullah SAW menyuruh
kita menyembelih aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk perempuan satu ekor
kambing. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Kambing/domba itu harus dalam keadaan sehat, tidak kurus, tidak cacat, sebaiknya jantan, dan
sudah cukup umurnya, yakni bila dari jenis domba sudah berumur satu tahun lebih atau sudah
pernah berganti gigi. Sedangkan dari jenis kambing biasa (jawa : kacangan/kerdil) sudah
berumur dua tahun.
4. Pembagian Daging Aqiqah
Ketentuan pembagian daging aqiqah berbeda dengan pembagian daging qurban. Dalam hal
ini pembagian untuk aqiqah diberikan dalam bentuk yang sudah dimasak. Dalam memasak
daging aqiqah yang akan dibagikan, hendaknya dimasak yang manis -manis, tidak pedas, dan
tulang rusuknya tidak dipotong kecil-kecil. Dalam hal aqiqah yang tidak dinazarkan, orang yang
beraqiqah diperkenankan memakannya. Sedangkan bila dinazarkan, tidak diperkenankan walau
sedikit. Semuanya harus dibagi habis.
Dengan demikian jelaslah bahwa Aqiqah berbeda dengan penyembelihan pada umumnya.
Perbedaannya terletak pada tujuan penyembelihan dan pelaksanaannya. Bila penyembelihan
biasa tujuannya hanya untuk dikonsumsi (dimakan), sedangkan aqiqah mempunyai tujuan yang
khusus. Ketentuan hewan yang akan disembelihpun juga berbeda.

Menurut bahasa Qurban berasal dari kata qurba atau Qaraba, artinya dekat dan
mendekati. Sedangkan menurut istilah hukum Islam, Qurban ialah menyembelih binatang ternak
tertentu pada hari raya qurban atau pada hari tasyrik dengan niat ibadah mendekatkan diri kepada
Allah SWT.

Firman Allah SWT yang artinya : Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu
nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membencimu dialah yang terputus. (QS. Al Kautsar :1-3)
Pelaksanaan qurban hukumnya sunah muakkad, artinya sangat dianjurkan bagi orang
yang mampu. Apabila mampu, tetapi tidak mau melaksanakannya hukumnya makruh. Rasulullah
SAW bersabda yang artinya : Barang siapa mempunyai kemampuan untuk berqurban namun
tidak mau berqurban, maka janganlah mendekati tempat salatku. (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah).

Jenis binatang yang diperbolehkan untuk dijadikan kurban adalah unta, sapi, kerbau,
kambing / domba yang memenuhi syarat untuk berkurban. Adapun syarat-syarat syahnya hewan
kurban adalah sebagai berikut :
a. Sehat. Hewan yang sakit seperti terkena kudis, kurap, atau penyakit lainnya tidak syah.
b. Gemuk, tidak kurus kering. Hewan yang kurus hingga kelihatan tulang belulangnya tidak
diperkenankan untuk berkurban.
c. Tidak cacat. Hewan yang patah tanduknya, pincang, buta, buah zakarnya hanya satu tidak syah
untuk berkurban.
d. Telah cukup umur, yaitu :

g sudah berumur 5 tahun.

kebau yang sudah berumur 2 tahun.


3) Kambing biasa sudah berumur 2 tahun, sedangkan domba/biri-biri yang sudah berumur 1
tahun atau telah berganti gigi.
e. Sebaiknya jantan. Sebab jika betina dikhawatirkan sedang dalam keadaan hamil.
Ketentuan yang lain adalah untuk jenis binatang unta, sapi, dan kerbau cukup untuk kurban 7
orang. Sedangkan untuk kambing dan domba hanya untuk kurban 1 orang. Hadis Rasulullah
yang artinya : Diriwayatkan dari pada Jabir bin Abdullah r.a katanya: kami pernah
menyembelih binatang kurban bersama Rasulullah SAW pada tahun Hudaibiah dengan seekor
unta kepada tujuh orang dan lembu juga kepada tujuh orang. (HR. Bukhari Muslim).

Waktu penyembelihan qurban adalah setelah salat idul adha dan tiga hari tasyrik. Boleh
dilakukan pada siang hari dan sore hari pada hari-hari tersebut (sebelum matahari terbenam pada
tanggal 13 Dzulhijjah.
Sabda Rasulullah SAW yang artinya : Siapa menyembelih sebelum salat, maka sesungguhnya ia
menyembelih untuk dirinya. Dan siapa menyembelih setelah salat dan dua khotbah, sungguh
ibadahnya telah sempurna dan ia mendapat sunah kaum muslim. (HR. Bukhari Muslim).

Daging qurban dibagi kepada fakir dan miskin dalam keadaan masih mentah, belum
dimasak. Apabila orang yang berqurban menghendaki, dia boleh mengambil daging
qurban itu maksimal 1/3. Akan tetapi bila qurban itu telah dinazarkan sebelumnya,
maka tidak boleh mengambilnya walau sedikit apapun, misalnya hanya mengambil
tanduknya.

Anda mungkin juga menyukai