DOKTER INTERNSHIP
MEDIK
TB PARU PADA ANAK
Oleh:
dr. Bagoes Ario Bimo
Pembimbing:
dr. Setiyoko
PORTOFOLIO
Nama Peserta : dr. Bagoes Ario Bimo
Nama Wahana : RSUD Dr. Soeroto Ngawi
Topik : TB Paru pada Anak
Tanggal Kasus : Senin, 14 Desember 2016
Nama Pasien : An. AA
No. RM : 247680
Tanggal Presentasi :
Nama Pembinging :
dr. Setiyoko
(NIP. 19740303201001013)
Obyektif Presentasi :
O Keilmuan O Keterampilan
O Diagnostik O Manajemen
O Penyegaran
O Masalah
O Tinjauan Pustaka
O Istimewa
O Neonatus
O Remaja
O Lansia
O Bayi
O Anak
O Dewasa
O Bumil
(+)
Riwayat penyakit asma tidak ada. Riwayat kejang tidak ada.
Riwayat Psikososial
Pasien tinggal dengan kedua orang tua. Di lingkungan ibu mengatakan
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B
Polio
tahun
BCG
2 bulan scar : 3 mm
DTP
2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 2 tahun
Hib
2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 2 tahun
PCV
Rotavirus
Influenza
Campak
9 bulan, 2 tahun
MMR
Tifoid
Hepatitis A
Varisela
HPV
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia. Imunisasi lanjutan tidak
lengkap sesuai usia
Riwayat Makanan
Asi Eksklusif : Tidak diberikan
Susu formula : Sejak lahir karena ASI hanya keluar sedikit
MP-ASI (bubur tim) + ASI : 7- sekarang
Kebiasaan makan 3 x sehari sedikit-sedikit dengan lauk selang seling yaitu
telur, ayam (jarang) tahu dan tempe. Pasien suka mengkonsumsi buah
sayur.
: 1,5 tahun
Kesan
Indonesia.
Pedoman
Nasional
OBJEKTIF
Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Turgor kulit normal, nyeri tekan tidak ada,
pembesaran organ tidak ada, supel
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat pada kedua ekstremitas, CRT 2 dtk.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Test
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
LED
13,2
11,6
33
347
4,29
78
27
34
25/40
g/dL
10*3/uL
%
10*3/uL
10*6/uL
fL
pg
g/dL
10,8-15,6
5,0-14,5
33-45
184-488
3,8-5,8
(69-93)
(22-34)
(32-36)
Radiologi
Thorax PA
Kesimpulan: TB PARU
Pada kasus ini, skor:
-
:3
: Tidak dilakukan
: 0 (Gizi Normal)
:1
:1
: 1 (Ada pembengkakan
kelenjar leher)
Foto Dada
Total Skor
: 1 (Sugestif TB)
:7
ASSESSMENT
TB PARU
PLAN
Terapi
Medikamentosa
KDT 4-0-0
Lasal sirup 3x cth I
Lycavit sirup 2 x cth I
Progesic sirup 3x 5ml
di
Non Medikamentosa
KIE kepada keluarga pasien bahwa pengobatan penyakit anaknya dilakukan
selama 6 bulan, dan tidak boleh putus obat.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.6
Tuberkulosis adalah penyakit menular akibat infeksi kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis) yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai
hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer.5,6 TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada
anak usia 0-14 tahun.12
2. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis (MTB) yaitu
suatu jenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan
tebal 0,3-0,6/um, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
8
pewarnaan. Kuman dapat hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es) dimana kuman dalam
keadaan dormant.1,2
Terdapat 60 lebih spesies Mycobacterium, tetapi hanya separuhnya yang
merupakan patogen terhadap manusia. Hanya terdapat 5 spesies dari
Mycobacterium yang paling umum menyebabkan infeksi, yaitu: M. Tuberculosis,
M. Bovis, M. Africanum, M. Microti dan M. Canetti. Dari kelima jenis ini M.
Tuberkulosis merupakan penyebab paling penting dari penyakit tuberkulosis pada
manusia. Ada 3 varian M. Tuberkulosis yaitu varian humanus, bovinum dan
avium. Yang paling banyak ditemukan menginfeksi manusia M. Tuberkulosis
varian humanus.
Kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma
makrofag di dalam jaringan. Makrofag yang semula memfagositosis kemudian
disenanginya karena banyak mengandung lipid. Dinding sel yang kaya akan lipid
menjadikan basil ini resisten terhadap aksi bakterisid dari antibodi dan
komplemen. Sebagian besar dari dinding selnya terdiri atas lipid (80%),
peptidoglikan, dan arabinomannan. Lipid membuat kuman tahan terhadap asam
sehingga disebut BTA dan kuman ini tahan terhadap gangguan kimia dan fisika.
Oleh karena ketahanannya terhadap asam, M. Tuberkulosis dapat membentuk
kompleks yang stabil antara asam mikolat pada dinding selnya dengan berbagai
zat pewarnaan golongan aryl methan seperti carbolfuchsin, auramine dan
rhodamin. Kuman ini dapat bertahan hidup di udara yang kering atau basah karena
kuman dalam keadaan dorman. Dan dari keadaan dorman ini kuman dapat
reaktivasi kembali. Sifat lain kuman ini adalah aerob sehingga kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada bagian apikal paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian
apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. Bakteri TB akan
cepat mati bila terkena sinar ultraviolet (sinar matahari) langsung dan mudah mati
pada air mendidih (5 menit pada suhu 80C dan 20 menit pada suhu 60C).1,2
3. Epidemiologi
Di negara berkembang, TB pada anak < 15 tahun adalah 15 % dari seluruh
kasus TB, sedangkan dinegara maju, angkanya lebih rendah, yaitu 5-7%.
Tuberkulosis anak merupakan faktor penting di negara-negara berkembang karena
jumlah anak berusia <15 tahun adalah 40-50% dari jumlah seluruh populasi.7
World Health Organization memperkirakan bahwa TB merupakan
penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian pada anak dan orang
dewasa.5,9 Jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh Rumah Sakit (RS) Pusat
Pendidikan di Indonesia selama 5 tahun (1998-2002) adalah 1086 penyandang TB
dengan angka kematian yang bervariasi dari 0-14,1%. Kelompok usia terbanyak
adalah 12-60 bulan (42,9%), sedangkan untuk bayi <12 bulan didapatkan 16,5%.7
Kurang lebih 500.000 anak menderita TB setiap tahun. 200 anak di dunia
meninggal setiap hari akibat TB, 70.000 anak meninggal setiap tahun akibat TB.12
4. Klasifikasi Tuberkulosis
Tuberkulosis primer
Tuberkulosis primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil
tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pernah mempunyai kekebalan
spesifik tehadap basil tersebut. Pembagian tuberkulosis paru primer:5
1. Tuberkulosis primer yang potensial (potential primary tuberculosis) terjadi
kontak dengan kasus terbuka, tetapi uji tuberculin masih negative.
2. Tuberkulosis primer laten (latent primary tuberculosis). Tanda tanda
infeksi sudah kelihatan, tetapi luas dan aktivitas penyakit tidak diketahui.
Uji tuberculin masih negative. Radiologis tidak tampak kelainan.
3. Tuberkulosis primer yang manifest (manifest primary tuberculosis), uji
tuberculin positif dan terlihat kelainan radiologis.
Penyulit tuberkulosis paru primer1,5
1. Pembesaran
kelenjar
servikal
superficial,
Penyebaran
langsung
10
sangat lambat terhadap obat anti tuberkulosis. Bila terjadi abses pada
kelenjar dilakukan pembedahan.
2. Pleuritis tuberkulosis merupakan penyakit dini tuberkulosis primer dan
terjadi 6 8 bulan setelah serangan awal sering disertai kelainan pada kulit
yaitu eritema nodosum.
3. Efusi pleura biasanya jernih, prognosa masih baik, reaksi tehadap obat anti
tuberkulosis sering kali dramatis karena dapat memberi resolusi sempurna
dalam 1 2 minggu. Kemungkinan untuk menderita tuberkulosis post
primer di kemudian hari lebih besar.
4. Tuberkulosis millier merupakan kelainan paling dini dibanding dengan
penyakit tuberkulosis primer yang lain. Proses tuberkulosis milier terjadi 8
bulan setelah timbul tuberkulosa primer. Gambaran radiologi tampak 2
minggu setelah gejala klinis.
5. Meningitis tuberkulosis dapat
terjadi
sebagai
akibat
penyebaran
Dari luar ( eksogen ) infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita
tuberkulosis.
Dari dalam ( endogen ) infeksi berasal dari basil yang sudah berada
dalam tubuh, merupakan proses lama yang pada mulanya tenang dan
oleh suatu keadaan menjadi aktif kembali. Adapun pembagian primer
11
tuberkulosis
terbentuk,
yang
dapat
diketahui
dengan
adanya
12
tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, bakteri
tuberkulosis baru yang masuk kedalam alveoli akan segera dimusnahkan oleh
imunitas seluler spesifik (cellular mediated immunity).8
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer dijaringan paru
mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah
mengalami nekrosis pengkejuan dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya
biasanya tidak sesempurna fokus primer dijaringan paru. Bakteri tuberkulosis
dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi
tidak menimbulkan gejala penyakit tuberkulosis.8
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang
terjadi dapat disebabkan oleh fokus primer di paru atau di kelenjar limfe regional.
Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau
pleuritisfokal. Jika terjadi nekrosis pengkejuan yang berat, bagian tengah lesi akan
mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan
paru(kavitas).8
Kelenjar limfe parahilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal
pada awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut,sehingga
bronkus akan terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal
menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanismeventil.
Obstruksi total dapat menyebabkan ateletaksis kelenjar yang mengalami inflamasi
dan nekrosis pengkejuan dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus,
sehingga menyebabkan tuberkulosis endobronkial atau membentuk fistula. Massa
keju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan
gangguan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi
segmentalkolaps-konsolidasi.8
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapa
tterjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer atau berlanjut
menyebar secara limfohematogen. Dapat juga terjadi penyebaran hematogen
langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke
seluruhtubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan
tuberkulosis disebut sebagai penyakit sistemik.8
13
ekstrapulmonal,
yang
biasanya
juga
merupakan
14
15
milier
dapat
terjadi
setiap
saat,
tetapi
biasanya
6 Manifestasi Klinis
saling melekat.
b. TB otak dan saraf
16
pincang,
lumpuh dan sulit membungkuk.
: skrofuloderma.
e.
TB mata
d. TB kulit
Uji tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein pada bakteri tuberkulosis yang
mempunyai sifat antigenik yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada
seseorang yang telah terinfeksi tuberkulosis, maka akan terjadi reaksi berupa
indurasi di lokasi suntikan. Uji tuberculin dengan cara mantoux dilakukan dengan
17
menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-23 2TU secara intrakutan di bagian volar lengan
bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.Pengukuran
dilakukan terhadap indurasi yang timbul. Jika tidak timbul indurasi sama sekali
hasilnya dilaporkan sebagai negatif, diameter indurasi 10 mm dinyatakan positif
tanpa menghiraukan penyebabnya. Hasil positif ini sebagian besar disebabkan
oleh infeksi tuberkulosis alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh
imunisasi BCG atau infeksi mycobacterium atipik. Pada anak balita yang telah
mendapat BCG, diameter indurasi 10-14 cm dinyatakan uji tuberkulin positif,
kemungkinan besar karena infeksi tuberkulosis alamiah, tetapi masih mungkin
disebabkan oleh pasca imunisasi BCG, namun bila ukuran indurasinya 15 mm
sangat mungkin karena infeksi alamiah. Apabila diameter indurasi 0-4 mm
dinyatakan uji tuberkulin negatif. Diameter 5-9 cm dinyatakan positif meragukan.
Pada keadaan immunocompromised atau pada pemeriksaan foto thorak terdapat
kelainan radiologis hasil positif yang digunakan 5mm.2,5
Untuk mempermudah pemahaman mengenai konsep infeksi tuberculosis
dan sakit tuberculosis, klasifikasi tuberculosis yang dibuat oleh American
Thoracoc Society (ATS) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
Amerika.
Kelas
Kontak
Infeksi /tes
Sakit
Tindakan
Klasifikasi 0
Klasifikasi I
Klasifikasi II
Klasifikasi III
+
+
+
tuberkulis
+
+
Profilakis I
Profilaksis II
Terapi
18
19
Isoniazid (INH)
INH adalah obat antituberkulosis yang sangat efektif saat ini, bersifat
bakterisid dan sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu
kuman yang sedang berkembang dan bersifat bakteriostatik terhadap kuman yang
diam. Obat ini efektif pada intrasel dan ekstrasel kuman. INH cukup murah dan
sangat efektif untuk mencegah multiplikasi basil tuberkulosis. Terdapat dalam
sediaan oral dan intramuskuler (i.m). Dalam sediaan oral, kadar obat dalam
20
plasma, sputum dan cairan seresrospinal dapat dicapai dalam 1-2 jam dan
bertahan minimal 6 8 jam. INH diberikan secara oral, dosis harian yang biasa
diberikan (5 15 mg/kgbb/hari), maksimal 300 mg/hari, diberikan satu kali
pemberian. INH yang tersedia umumnya dalam bentuk tablet 100mg dan 300mg,
dan dalam bentuk sirup 100mg/5ml. INH dimetabolisme melalui asetilasi di hati.
INH terdapat pada ASI ibu yang mendapat isoniazid dan dapat menembus sawar
darah plasenta,tetapi kadar obat yang mencapai janin/bayi tidak membahayakan. 10
b.
Rifampisin
Rifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki
semua jaringan, dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniazid. Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui sistem
gastrointestinal pada saat perut kosong (1 jam sebelum makan), dan kadar
serum puncak tercapai dalam 2 jam. Saat ini, rifampisin diberikan dalam
bentuk oral dengan dosis 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600
mg/hari, dengan dosis satu kali pemberian per hari. Jika diberikan bersamaan
dengan isoniazid, dosis rifampisin tidak melebihi 15 mg/kgBB/hari dan dosis
isoniazid 10 mg/kgBB/hari. Seperti halnya isoniazid, rifampisin didistribusikan
secara luas ke jaringan dan cairan tubuh, termasuk CSS. Distribusi rifampisin ke
dalam CSS lebih baik pada keadaan selaput otak yang sedang mengalami
peradangan daripada keadaan normal. Ekskresi rifampisin terutama terjadi melalui
traktus bilier. Kadar yang efektif juga dapat ditemukan di ginjal dan urin. 10
Rifampisin umumnya tersedia dalam sediaan kapsul 150mg, 300mg dan
450mg sehingga kurang sesuai untuk digunakan pada anak-anak dengan berbagai
kisaran berat badan. Suspensi dapat dibuat dengan menggunakan berbagai jenis
zat pembawa, tetapi sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan pemberian
makanan karena dapat timbul malabsorbsi. 10
c.
Pirazinamid
Pirazinamid adalah derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada
jaringan dan cairan tubuh termasuk CSS, bakterisid hanya pada intrasel pada
suasana asam, dan diresorbsi baik pada saluran cerna. Pemberian pirazinamid
secara oral sesuai dosis 15-30 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimal 2
gram/hari. Kadar serum puncak 45 pg/ml dalam waktu 2 jam. Pirazinamid
21
diberikan pada fase intensif karena pirazinamid sangat baik diberikan pada saat
suasana asam, yang timbul akibat jumlah kuman masih sangat banyak. Penggunaan
pirazinamid aman pada anak. 10
d.
Etambutol
Etambutol jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada
mata. Peran utama dari obat ini adalah untuk mencegah resistensi obat lain. Dosis
15 20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1,25 gram/hari, dengan dosis tunggal.
EMB tersedia dalam tablet
Streptomisin
Streptomisin bersifat bakteriosid dan bakteriostatik kuman ekstraselular
pada keadaan basa atau netral, jadi efektif membunuh kuman intraseluler.
Streptomisin dapat diberikan secara intramuskular dengan dosis 15 40
mg/kgBB/hari, maksimal dosis 1 gram/hari. Obat ini dapat melewati selaput
otak yang meradang, berdifusi dengan baik pada jaringan dan cairan pleura,
diekskresi melalui ginjal. Toksisitas utama dari streptomisin terjadi pada nervus
kranial VIII yang mengganggu keseimbangan dan pendengaran berupa tinismus
dan pusing. 10
Prinsip dasar OAT adalah harus dapat menembus berbagai jaringan
termasuk selaput otak. Farmakokinetik OAT pada anak berbeda dengan orang
dewasa. Toleransi anak terhadap dosis obat per kgBB lebih tinggi. Secara ringkas,
dosis dan efek samping OAT dapat dilihat pada gambar dibawah ini.10
22
Paduan Obat TB 10
Pengobatan TB dibagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif (2 bulan pertama)
dan sisanya sebagai fase lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal tiga
macam obat pada fase intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan dua
macam obat pada fase lanjutan (4 bulan atau lebih). Pemberian paduan obat ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman
intraselular dan ekstraselular. Pemberian obat jangka panjang, selain untuk
membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya relaps.
Berbeda dengan orang dewasa, OAT pada anak diberikan setiap hari, bukan
dua atau tiga kali dalam seminggu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
ketidakteraturan menelan obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak ditelan
setiap hari. Saat ini paduan obat yang baku untuk sebagian besar kasus TB pada
anak adalah paduan rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid. Pada fase intensif
diberikan rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid, sedangkan pada fase lanjutan
hanya diberikan rifampisin dan isoniazid.
Pada keadaan TB berat, baik TB pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti
TB milier, meningitis TB, TB sistem skeletal, dan lain-lain, pada fase intensif
diberikan minimal empat macam obat (rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan
etambutol atau streptomisin). Pada fase lanjutan diberikan rifampisin dan
isoniazid selama 10 bulan. Untuk kasus TB tertentu yaitu meningitis TB, TB
milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial, dan peritonitis TB,
23
24
a. Respon pengobatan baik : gejala klinis hilang dan terjadi penambahan berat
badan, maka pengobatan dilanjutkan.
b. Respon tidak ada : pengobatan dilanjutkan dan diberi tambahan dengan
merujuk ke sarana yang lebih tinggi. Kemungkinan terjadi misdiagnosis,
mistreatment atau resisten terhadap OAT.
Apabila pada saat diagnosis terdapat kelainan radiologis, maka dianjurkan
pemeriksaan radiologis ulangan.
Multidrug Resistance (MDR-TB)10
MDR-TB adalah isolat M. Tuberculosis yang resisten terhadap dua atau
lebih OAT lini pertama biasanya isoniazid dan rifampisin.
Daftar OAT lini kedua untuk MDR-TB dapat dilihat pada tabel :
Non Medikamentosa 10
Pendekatan DOTS
Hal yang paling penting pada tatalaksana TB adalah kepatuhan
Imunisasi BCG
Imunisasi BCG diberikan pada usia sebelum 2 bulan. Dosis untuk bayi
sebesar 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan secara intrakutan di daerah
insersi otot deltoid kanan (penyuntikan lebih mudah dan lemak subkutis lebih
tebal, ulkus tidak menganggu struktur otot dan sebagai tanda Baku). Bila BCG
diberikan pada usia >3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu.
Kemoprofilaksis
Terdapat dua macam kemoprofilaksis, yaitu kemoprofilaksis primer dan
infeksi
TB,
sedangkan
kemoprofilaksis
sekunder
mencegah
26
27
keluarga, diagnosa dini, pengobatan adekuat, kepatuhan minum obat, dan adanya
infeksi lain seperti morbilli, pertusis, diare yang berulang dan lain lain.
Pada pasien dengan sistem imun yang prima, terapi menggunakan obat
anti-tuberkulosis
memberikan
hasil
yang
potensial
untuk
mencapai
28