Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia masih menggunakan paradigma lama,
yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru. Pembelajaran di kelas masih dominan
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berintekrasi langsung mengemukakan pendapatnya.Proses belajar mengajar
yang dilakukan juga adalah satu arah, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada
peserta didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan dengan
ceramah. Model pembelajaran tersebut dianggap kurang mengeksplorasi wawasan dan
pengetahuan siswa. Perubahan paradigma dalam proses yang tadinya berpusat pada guru menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) diharapkan dapat mendorong siswa
untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses
pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk
membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang
mendalam dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.
Peran guru dalam pembelajaran berpusat pada siswa adalah sebagai fasilitator yang
dalam hal ini, guru memfasilitasi proses pembelajaran di kelas. Fasilitator adalah orang yang
memberikan fasilitasi sehingga guru hanya memfasilitasi siswanya dalam proses kegiatan belajar
mengajar.Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa memiliki
keragaman model/metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa.
Disamping itu, Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada
proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan
ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada
sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya.
Maka dari permasalahan tersebut akan di buat makalah yang akan membahas tentang
konsep pembelajaran berpusat pada siswa dan pembelajaran konstruktivis. Hal ini ditujukan agar
dapat mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga
dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena

dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari
lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas tersebut perlu kiranya penulis dapat membuat rumusan

masalah sebagai pendukung dan panduan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan
masalahnya sebagai berikut:
1.

Bagaimana konsep dasar pada pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa ?

2.

Apa karakteristik pembelajaran berpusat pada siswa ?

3.

Sebutkan model pembelajaran yang berada pada pendekatan berpusat pada siswa ?

4.

Apakah prinsip prinsip pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa ?

5.

Apa keunggulan dan kelemahan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa ?

C.

TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan perumusan masalah yang akan di tanyakan sebagai panduan dalam

pembuatan makalah ini, Perlu kiranya memerlukan tujuan pembahasan sebagai jawaban atas
perumusan masalah. Adapun tujuan pembahasan sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui konsep dasar pada pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa

2.

Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran berpusat pada siswa

3.

Untuk mengetahui model pembelajaran yang berada pada pendekatan berpusat pada siswa

4.

Untuk mengetahuiprinsip prinsip pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa

5.

Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pendekatan pembelajaran berpusat pada

siswa

BAB II
PEMBAHASAN
A. PROSES PEMBELAJARAN dan STUDENT CENTRE LEARNING (SCL)
Model pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu model pembelajaran konvensional
(faculty teaching) atau yang dikenal dengan Teacher Centre Learning (TCL) seperti model
kuliah mimbar, kental dengan suasana instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Lebih dari itu kewajiban
pendidikan dituntut untuk juga memasukkan nilai-nilai moral, budi pekerti luhur, kreatifitas,
kemandirian dan kepemimpinan, yang sangat sulit dilakukan dalam sistim pembelajaran yang
konvensional, dimana kompetensi soft skill tersebut sangat membantu lulusan untuk berhasil
dalam dunia kerja. Sistim pembelajaran konvensional kurang flexsibel dalam mengakomodasi
perkembangan materi perkuliahan karena dosen harus intensif menyesuaikan materi dengan
perkembangan teknologi terbaru. Kurang bijaksana jika perkembangan teknologi jauh lebih
cepat dibanding dengan kemampuan dosen dalam menyesuaikan materi perkuliahan dengan
perkembangan tersebut, karena dapat dipastikan lulusan akan memiliki kompetensi yang kurang
(penguasaan pengetahuan /teknologi terbaru). Sehingga dengan latar belakang tersebut maka
pola pembelajaran konvensional atau paradigma Faculty teaching ke Student-Centered Learning
(SCL) sangat tepat untuk di implementasikan pada proses pembelajaran.
B. PROSES PEMBELAJARAN
Komponen pembelajaran meliputi input, proses, output, outcome, dan impact. Input
terdiri dari mahasiswa (dengan berbagai atribut yang melekat padanya), kurikulum, dan fasilitas
(dosen, gedung, laboratorium, perpustakaan, dana). Proses pembelajaran melibatkan mahasiswa,
dosen, staf pendukung, kurikulum, fasilitas, dan peluang. Output dapat diukur dari IPK, proporsi
lulusan, lama studi, dan waktu tunggu untuk memperoleh pekerjaan. Outcome dicirikan oleh
kriteria kompetensi lulusan yang harus dikuasai dan dilaksanakan olehnya; kriteria ini melekat
pada tujuan pembelajaran dari masing-masing program studi. Impact dapat diukur, dilihat, atau
digali dari komunitas, stake holders, maupun alumni, beberapa waktu setelah lulusan bekerja.
Walaupun sulit diukur, dari output, outcome, dan impact dapat diambil manfaatnya untuk
perbaikan mutu mahasiswa baru, kurikulum, fasilitas, serta proses pembelajaran itu sendiri.

Proses pembelajaran harus mengacu pada tujuan pendidikan; sementara itu implementasi inovasi
pendidikan harus mempertimbangkan tantangan (bukan hambatan) yang selalu muncul sebagai
akibat dari upaya pencapaian tujuan pendidikan.
Gambaran lain tentang perbedaan antara traditional teaching (Teaching Centre Learning)
dan Student-Centered Learning adalah sebagai berikut :
TRADITIONAL
No

TEACHING (Teaching Centre

NEW LEARNING (Student Centre

Learning)

Learning)
Mahasiswa aktif mengembangkan

Transformasi pengetahuan dari

pengetahuan dan keterampilan yang

dosen ke Mahasiswa.

dipelajari.

Mahasiswa menerima

Mahasiswa secara aktif terlibat dalam

pengetahuan secara pasif.

mengelola pengetahuan.
Tidaj terfokus hanya pada penguasaan

Lebih menekankan pada

materi, tetapi juga mengembangkan sikap

penguasaan materi.

belajar (life long learning)

Single Media.

Multimedia.

Fungsi dosen pemberi informasi

Fungsi dosen sebagai motivator, fasilitator

utama dan evaluator.

dan evaluator.

Proses pembelajaran dan

Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan

penilaian dilakukan terpisah.

berkesinambungan dan terintegrasi.

Penekanan pada proses pengembangan


Menekankan pada jawaban yang

pengetahuan. Kesalahan dapat digunakan

benar saja.

sebagai sumber belajar.

Sesuai dengan pengembangan

Sesuai dengan pengembangan ilmu dengan

ilmu dalam satu disiplin saja.

pendekatan interdisipliner.

Iklim belajar individual dan

Iklim yang dikembangkan bersifat

kompetitif.

kolaboratif, suportif dan kooperatif.


Mahasiswa dan dosen belajar bersama dalam

10

Hanya mahasiswa yang dianggap

mengembangkan pengetahuan dan

melakukan proses pembelajaran.

keterampilan.

Perkuliahan merupakan bagian


11

12

13

terbesar dalam proses

Mahasiswa melakukan pembelajaran dengan

pembelajaran.

berbagai model pembelajaran SCL.

Penekanan pada tuntasnya materi

Penekanan pada pencapaian kompetensi

pembelajaran.

mahasiswa

Penekanan pada bagaimana cara

Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa

dosen melakukan pengajaran.

melakukan pembelajaran.

Cenderung penekanan pada


14

penguasaan Hard-Skill

Penekanan pada pengusaan Hard

Mahasiswa

Skill dan Soft Skill.

C. KONSEP PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA


Pembelajaran berpusat pada siswa merupakan pembelajaran yang lebih berpusat pada
kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan siswa, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat
bermakna. Dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa menghasilkan siswa yang
berkepribadian, pintar, cerdas, aktif, mandiri, tidak bergantung pada pengajar, melainkan mampu

bersaing atau berkompetisi dan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik . Berikut
adalah pengertian Student Centered Learning yang dipaparkan menurut para ahli, yaitu :
Kember (1997)
SCL (Student Centered Learning)merupakan sebuah kutub proses pembelajaran
yang menekankan siswa sebagai pembangun pengetahuan sedangkan kutub yang lain adalah
guru sebagai agen yang memberikan pengetahuan sebagai fasilitator saja.
Harden dan Crosby (2000)
SCL(Student Centered Learning) menekankan pada siswa sebagai pembelajar dan
apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan
oleh guru. Dalam pengajaran Student-centered, fokus pada murid dan murid yang lebih aktif
berperan. Pengajar hanya berperan sebagai fasilitator. Student-centered adalah suatu proses
dimana murid membangun pengetahuan, lebih menekankan pada diskusi dan independent
study. Dalam menerapkan konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan
sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan
berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi
untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya
berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. Landasan teori SCL
adalah teori konstruksivistik yang berasal dari teori belajar menurut Piaget (1983), Jhon
Dewey (1933) dan Burner (1961) yang menekankan proses pembelajaran pada perubahan
tingkah laku peserta didik itu sendiri dan mengalami langsung bagaimana membentuk
konsep belajar dan memahami. Instruksi dan perencanaan Student-centered adalah pada
siswa, bukan guru. Dalam sebuah studi, persepsi siswa terhadap lingkunganpembelajaran
yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang
memperkuat motivasi dan prestasi murid. (Santrock, 2004) Dari berbagai definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa pendekatanStudent Centered Learning (SCL) adalah suatu model
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat dari proses belajar dan guru sebagai
fasilitator. Artinya Student Centered Learning (SCL) merupakan sebuah sistem
pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan cara, guru memberikan suatu permasalahan
yang sesuai dengan materi dan kemudian siswa ditugaskan untuk memecahkan masalah
tersebut dengan bantuan berupa tips-tips dari sang guru dan referensi yang ada. Jadi, sistem

ini adalah sistem yang sangat luar biasa dan benar-benar akan menciptakan siswa yang
berpotensi untuk menjadi ilmuwan jika penerapannya dilakukan dengan benar.
A. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
Pembelajaran yang berpusat pada siswa menyertakan karakteristik-karakteristik
berikut ini (Jacobsen, 2009: 228-229):
a. Siswa-siswa berada dalam pusat proses pembelajaran; sedangkan guru mendorong
mereka untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri.
b. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
c. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses pembelajaran
berjalan lancar.
Disamping itu SCL (Student Centered Learning) adalah merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a) Siswa belajar secara individu maupun kelompok untuk membangun pengetahuan
dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi dan teknologi yang dibutuhkan
secara aktif tidak hanya asal menerima pengetahuan secara pasif.
b) Pendidik atau guru membantu peserta didik mengakses informasi, menata dan
mentransfernya guna menemukan solusi terhadap permasalahan yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
c) Siswa tidak hanya kompeten dalam bidang ilmu yang diterimanya tetapi juga
kompeten dalam belajar. Dengan kata lain siswa tidak hanya menguasai mata
pelajaran tetapi mereka juga mampu untuk belajar bagaimana belajar (how to
learn).
d) Belajar di maknai sebagai belajar sepanjang hayat, suatu keterampilan dalam
kegiatan belajar mengajar
e) Belajar termasuk di dalamnya adalah memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik
berfungsi sebagai sumber informasi pembelajaran maupaun sebagai alat
memberdayakan peserta didik dalam mencapai ketrampilan yang utuh secara
intelektual, emosional dan psikomotorik yang dibutuhkan.
Sedangkan guru-guru yang menggunakan pembelajaran yang berpusat pada siswa
cenderung menciptakan lingkungan pembelajaran dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Suasana Kelas Yang Hangat Dan Mendukung
Dalam susana ini, guru mengijinkan siswa untuk mengenalnya dan
selanjutnya akan menyukainya. Kalau guru disukai oleh siswa, maka siswaakan
bersedia bekerja keras untuk orang yang disukainya.

b. Siswa Diminta Untuk Hanya Mengerjakan Pekerjaan Yang Bermanfaat


Guru harus menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh siswa jika
mereka mengerjakan apa yang diminta oleh guru. Informasi ini akan menjadi
berguna jika secara langsung dikaitkan dengan ketrampilan hidup yang diperlukan
siswa, sehingga siswa terdorong untuk melakukannya dan guru meyakini bahwa
hal itu sungguh bermanfaat atau diperlukan oleh siswa ketika mereka nanti
menjadi mahasiswa.
c. Siswa Diminta Untuk Mengerjakan Yang Terbaik Yang Mereka Dapat Lakukan
Kondisi kualitas pekerjaan termasuk didalamnya adalah pengetahuan siswa
tentang gurunya dan apa yang diharapkannya serta keyakinannya bahwa guru
memberikan kepedulian untuk membantunya, keyakinan bahwa tugas yang
diberikan guru itu selalu bermanfaat, keinginan yang kuat untuk berusaha dengan
sekuatnya

untuk mengerjakan tugasnya

sebaik-baiknya, dan mengetahui

bagaimana pekerjaannya itu akan dievaluasi dan ditingkatkan kualitasnya.


d. Siswa Diminta Untuk Mengevaluasi Pekerjaannya
Evaluasi diri diperlukan untuk menilai kualitas pekerjaan yang telah
dilakukan oleh para siswa, semua siswa harus mengetahui bahwa hasil
pekerjaannya akan dievaluasi, berdasarkan hasil eveluasi itulah siswa tahu
bagaimana kualitas pekerjaannya dapat ditingkatkan serta dapat mengulangi
prosesnya sampai kualitas terbaik dapat dicapai.
e. Kualitas Pekerjaan Yang Baik Selalu Menimbulkan Perasaan Senang
Para siswa merasa senang ketika mereka menghasilkan pekerjaan yang
berkualitas baik, dan demikian pula dengan orangtuanya serta gurunya. Perasaan
senang ini juga merupakan insentif untuk meningkatkan kualitas.
f. Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah destruktif
Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah dicapai melalui pekerjaan yang
merusak seperti misalnya menggunakan Narkoba (meskipun kadang dirasa
menimbulkan rasa senang) atau menyakiti orang lain, merusak lingkungan, dsb.
B. MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA

Berikut terdapat beberapa model pembelajaran yang cocok digunakan untuk


pembelajaran pendekatan berpusat pada siswa, antara lain :
1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama
proses

pembelajaran.Sedangkan

menurut

Sugiyanto

(2010:37)

mengemukakan

bahawa Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada


penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Beberapa variasi dalam model pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut :
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung
dan memotivasi siswa mempelajari materi secara berkelompok.Dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.Slavin (1995) menyatakan
bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang
yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut untuk berdiskusi
b. Jigsaw
Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu jenis
pembelajaran kooperatif dimana siswa membentuk kelompok yang bertanggungjawab
dari materi yang ditugaskan guru kemudian siswa mengajarkannya kepada anggota
lain dalam kelompoknya.
Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima
atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada
siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian
tertentu bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas
topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini
disebut dengan kelompok ahli (Ibrahim, dkk. 2000 : 52).
c. Think Pair Share

TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif


yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir. Think pair
share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak
untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim, 2007:10)
dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan
saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe think pair shareantara lain:\
1) Guru menyampaikan inti materi atau komptensi yang ingin dicapai.
2) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang
disampaikan guru.
3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok dua orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
5) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap siswa.
6) Guru memberikan kesimpulan.
7) Penutup.
d. NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28)
dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
1) Pembentukan kelompok;
2) Diskusi masalah;
3) Tukar jawaban antar kelompok
2. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsipprinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide Jerome Bruner

ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif
didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya
discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan
suatu bentuk akhir.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning adalah model
pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan
yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Beberapa variasi dalam model pembelajaran penemuan atau discovery
learning diantaranya sebagai berikut :
a. Inkuiri
Pembelajaran inkuirimerupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu
(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembelajaran ini
adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Model pembelajaran ini bisa
melatih para siswa untuk belajar mulai dari menyelidiki dan menemukan materi hingga
menarik kesimpulan.

b. Konstruktivis
Belajar menurut konstruktivis adalah suatu proses mengasimilasikan dan
mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang sudah
dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.Satu prinsip yang
mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun
siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam
memorinya.
3. Contextual Learning (CL)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau


tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
mahasiswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran mahasiswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas mahasiswa, mahasiswa melakukan dan mengalami, tidak
hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan
model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi,
membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
learning community (seluruh mahasiswa partisipatif dalam belajar kelompok atau
individual,

minds-on,

hands-on,

mencoba,

mengerjakan),

inquiry

(identifikasi,

investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun


pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu,
rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah
pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha mahasiswa, penilaian portofolio,
penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyusun tugas untuk studi mahasiswa
terjun di lapangan, (2) menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengkaitkan
dengan situasi nyata atau kerja profesional. Sedangkan mahasiswa (1) Melakukan studi
lapapangan atau terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori (2) membahas
konsep atau teori yang berkaitan dengan situasi nyata.
4. Problem Based Learning (PBL)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini
melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual mahasiswa, untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar
mahasiswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),


interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi,
dan inkuiri. Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merangsang tugas belajar dengan
berbagai alternatif metode penyelesaian masalah (2) Sebagai fasilitator dan motivator.
Sedangkan mahasiswa (1) Belajar dengan menggali atau mencari informasi (inquiry),
serta memamfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual yang sedang
dihadapi, (2) Menganalisis strategi pemecahan masalah.
5. Collaborative Learning (CbL)
Metode ini memungkinkan mahasiswa untuk mencari dan menemukan jawaban
sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua kemungkinan yang ada.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merancang tugas yang bersifat open ended, (2)
Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan mahasiswa (1) Membuat rancangan proses
dan bentuk penilaian berdasarkan konsensus kelompok sendiri (2) Bekerja sama dengan
anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas.
6. Project Based Learning (PjBL)
Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang harus
diselesaikan oleh mahasiswa dengan mencari sumber pustaka sendiri. Dengan metode ini
pengajar harus, (1) merumuskan tugas dan melakukan proses pembimbingan dan
asesmen, (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan mahasiswa (1) Mengerjakan
tugas (berupa proyek) yang telah dirancang secara sistematis (2) menun-jukkan kinerja
dan mempertanggungjawabkan hasil kerja di forum.

C. PRINSIP PRINSIP PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA


Terdapat 8 prinsip dalam pembelajaran berpusat pada siswa McCombs, 2001;
McCombs & Quiat, 2001), antara lain :
1. Tanggung Jawab
Siswa mempunyai tanggung jawab pada pelajarannya sehingga siswa diharapkan
akan lebih berusaha dan lebih termotivasi dalam memaknai pelajarannya.
2. Peran Serta

Siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangkan


potensinya secara maksimal dan mendorong bertumbuhnya kreativitas dan inovasi.
3. Keadilan
Semua siswa mempunyai hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang dan
diharapkan semua siswa dapat bersama-sama berhasil mencapai tujuan secara
maksimal.
4. Mandiri
Semua siswa harus mengembangkan segala kecerdasannya (intelektual, emosi,
moral, dsb) karena guru hanya fasilitator dan narasumber
5. Berfikir Kritis Dan Kreatif,
Siswa harus menggunakan segala kecerdasan intelektual dan emosinya yang
berwujud kreativitas, inovasi, dan analisa untuk mengatasi berbagai tantangan.
6. Komunikatif,
Siswa harus menggunakan kemampuannya berkomunikasi baik lisan maupun tertulis
karena boleh jadi siswa melihat konsep dengan cara yang berbeda sebagai hasil
pengalaman hidupnya, sehingga diperlukan media dan sarana yang efektif untuk
menyamakan presepsi.
7. Kerjasama
Kondisi dimana para peserta didik dapat saling bersinergi dan saling mendukung
pencapaian keberhasilan atau tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.
8. Integritas
Siswa harus menunjukkan perilaku moralitas tinggi, dan percaya diri dalam
melaksanakan segala sesuatu yang diyakininya dalam kegiatan belajarnya.
D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
Berikut terdapat keunggulan dan kelemahan pembelajaran berpusat pada siswa.
Model pembelajaran student center, pada saat ini diusulkan menjadi model pembelajaran
yang sebaiknya digunakan karena memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan
yaitu[3] :
Keunggulannya, antara lain :

1. Siswa akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena
diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi
2. Siswa memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran;
3. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajara sehingga akan terjadi dialog dan
diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara siswa
4. Dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru karena sesuatu yang
dialami dan disampaikan siswa mungkin belum diketahui sebelumnya oleh guru
5. Mengaktifkan siswa
6. Mendorong siswa menguasai pengetahuan
7. Mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia nyata
8. Mendorong pembelajaran secara aktif dan berpikir kritis
9. Mengenalkan berbagai macam gaya belajar
10. Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang pembelajar
11. Memberi kesempatan pengembangan berbagai strategi assessment
Kelemahannya, antara lain :
1. Sulit diimplementasikan pada kelas besar (jumlah siswa banyak)
2. Memerlukan waktu lebih banyak
3. Tidak cocok untuk siswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran student centered learning (SCL) adalah model pembelajaran yang berfokus
pada siswa sehingga peran pengajar hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar. Model
pembelajaran student centered learning (SCL), menjadikan siswa mampu untuk menjadi peserta
didik yang aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggungjawab dan memiliki

inisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, yang menemukan sumber-sumber informasi


untuk dapat menjawab pertanyaannya.
Terdapat dua model pada pembelajaran berpusat pada siswa yaitu pembelajaran kooperatif
dan pembelajaran discovery learning.Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat
pada siswa memiliki keragaman model/metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari
siswa.
B. SARAN
1. Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan kritikan dan saran terhadap makalah
yang dibaca demi perbaikan selanjutnya.
2. Diharapkan kepada para pembaca khususnya guru bisa menjadikan model pembelajaran
ini (Student Centered Learning) sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA
1. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatis-Progresif : Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
2. Pendidikan

(KTSP). Jakarta

Kencana

Prenada

Media

Group.Zaenal

Mustakim. . Strategi dan Metode Pembelajaran . Pekalongan: STAIN


3. Sudjana, D. 2005. Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:Falah
Production.

4. Eka,

Rina.

2012. Jurnal

Pendekatan

Dalam

Pembelajaran.

Tersedia

dilamanhttps://www.academia.edu/7310855/Makalah_pendekatan_dalam_pembelajaran.
Di akses pada tanggal 21 Januari 2017 pada pukul 23.10
5. Azhar, Rofa Yulia. 2012. Artikel Student Centered

Learning.

Tersedia

dilaman http://www.rofayuliaazhar.com/2012/09/student-centered-pembelajaranyang.html. Di akses pada tanggal 21 Januari 2017 pada pukul 21.30
6. Munir, Pembelajaran Student Centered, (Bandung : Alfabeta, 2008), hal. 80-81
7. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: PT. Rineka Cipta,2008), cet. ke-2,
12D.

Sudjana, Metoda

dan

Teknik

Pembelajaran

Partisipatif, (Bandung:Falah

Production, 2005), hal. 38 - 39.


8. Atwi Suparman (1997). Desain Instruksional. Pusat Antar Universitas., DIKTI
9. Ary Ginanjar Agustian (2002). Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.
10. Buku Kerja, (2000), Ancangan Aplikasi Peningkatan Proses Belajar Mengajar, APTIK
11. Burton, L (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith Cowan
University.
12. Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.
13. Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.
14. De Porter, Bobbi (1992). Quantum Learning. New York: Dell Publishing.
15. Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL).
Jakarta.:Depdiknas.
16. Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
JICA-FPMIPA.
17. Fischer G , Palen L. Learner-centered design: beyond gift -wrapping. Center
forLifelong Learning & DesignUniversity of Colorado at Boulder 1999.
18. Siswomihardjo

KW. Kearifan

Guru

Besar

dalam

perspektif

normatif

dan aktualitasnya. Focus Group Discussion: Kearifan Guru besar, Keteladanan /


Budaya Panutan; Universitas Gadjah M ada, 29 Oktober 2004.
19. Cook J, Cook L. How technology enhances the quality of student -centered
learning. Quality Progress 1998;31(7):59-63.
20. Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New
York: Basic Bools.
21. Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

22. Harsono, (2004), Kearifan dalam transformasi pembelajaran: dari teacher-centered ke


student-centered learning, Makalah Seminar Implementasi nilai kearifan dalam proses
pembelajaran berorientasi student-centered learning UGM.
23. Materi Pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (2008), Model Pembelajaran, DIKTI.

Anda mungkin juga menyukai