Anda di halaman 1dari 25

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD

Oleh:
I Gusti Ayu Puskita Dewi

NIM. 1213011011

I Gusti Agung Jatiariska

NIM. 1213011027

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
SINGARAJA
2014

PRAKATA
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Strategi
Pembelajaran Matematika yang berjudul Model Pembelajaran Kooperatif STAD
Dalam penyusunan makalah Strategi Pembelajaran Matematika ini, kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan banyak masukan
dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, serta teman-teman yang telah
memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Singaraja, 3 Desember 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
2

Prakata........................................................................................................................ ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
Daftar Tabel................................................................................................................ iv
BAB I Pendahuluan.................................................................................................... 1
1.1
1.2
1.2
1.3

Latar Belakang.................................................................................................. 1
Rumusan Masalah............................................................................................. 2
Tujuan............................................................................................................... 3
Manfaat............................................................................................................. 3

BAB II Pembahasan................................................................................................... 4
2.1

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif STAD.......................................... 4

2.2

Kajian Filosofis Model Pembelajaran Kooperatif STAD................................. 5

2.3

Teoritis dari Model Pembelajaran Kooperatif STAD....................................... 7

2.4

Langkah-Langkah (Sintaks) Model Pembelajaran Kooperatif STAD.............. 10

2.5

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif STAD..................................... 14

2.6

Situasi Ideal Model Pembelajaran Kooperatif STAD....................................... 15

2.7

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif STAD............... 16

2.8

Upaya Optimalisasi Model Pembelajaran Kooperatif STAD........................... 18

BAB III Penutup........................................................................................................ 20


3.1 Simpulan............................................................................................................ 20
3.2 Saran................................................................................................................... 21

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah.................................................... 10


Tabel 1.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu . 13
Tabel 1.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok.......

14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas
maupun kuantitas untuk menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas. Peranan
guru dalam proses pembelajaran ini yaitu guru memiliki wewenang untuk
mengatur dan menentukan proses pembelajaran sehingga menyebabkan siswa
mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64, dari 65 negara yang
dikeluarkan oleh lembaga Programme for International Study Assessment (PISA),
pada tahun 2012.Kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA pada tahun
2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012, cenderung stagnan (Kompas, 11 Desember
2013).
Peningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan sekarang ini sangat
tergantung dari berbagai faktor pendidikan yang memiliki pengaruh antara satu
dengan

yang

lainnya

dalam

menciptakan

suatu

pembelajaran

yang

efektif.Pendidikan harus dilandaskan pada empat pilar pendidikan, yaitu: (1) learning
to know, di mana siswa mempelajari pengetahuan; (2) learning to do, di mana siswa
menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan; (3) learning to
be, di mana siswa belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk
hidup; dan (4) learning to live together, di mana siswa belajar untuk menyadari bahwa
adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara
sesama.

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas dari pembelajaran


adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan suatu
proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran adalah pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning).
Selama ini pembelajaran

yang

diterapkan

di

sekolah

adalah

pembelajaran secara konvensional, pembelajaran ini cenderung bersifat searah


yaitu peran guru lebih aktif dibanding peran siswa. Sehingga dalam hal ini siswa
kurang bisa mengembangkan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran di kelas.
1

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu digunakan metode


pembelajaran yang bertujuan untuk mengaktifkan siswa, dimana siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit serta dapat saling
mendiskusikan masalah-masalah dengan temannya.
Model pembelajaran kooperatif yaitu belajar dalam kelompok-kelompok
kecil yang heterogen, terdiri dari suku atau ras yang berbeda jenis kelamin yang
berbeda yaitu laki-laki dan perempuan, kemampuan tinggi, rendah dan sedang.
Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, keberhasilan dalam kelompok sangat
penting dalam pembelajaran ini sehingga anak yang lemah akan mendapat bantuan
dari yang lebih pandai dan sebaliknya, anak yang pandai akan dapat
mengembangkan kemampuannya dengan mengajarkan materi pada temannya
yang kemampuannya rendah. Dalam hal ini, model pembelajaran kooperatif tipe
STAD merupakan tipe yang lebih sederhana dibandingkan tipetipe yang lain.
Interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok-kelompok akan dapat
menjadikan pembelajaran matematika lebih bermakna. Jadi materi pelajaran yang
dipelajari siswa lebih mendalam dan meningkatkan minat belajar siswa serta
prestasi belajar siswa.
Fenomena yang terjadi di dalam pembelajaran matematika di sekolah saat
ini adalah banyak terdengar keluhan bahwa pelajaran matematika membosankan,
tidak menarik bahkan penuh misteri.Ilmu matematika dirasa sukar, sulit dan tidak
terlihat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.Kenyataan ini adalah sebuah
persepsi yang negatif terhadap matematika.Sementara itu ada juga siswa yang
sangat menikmati keasyikan bermain dengan matematika, mengagumi keindahan
matematika

dan

tertantang

untuk

memecahkan

setiap

soal-soal

matematika.Kenyataan ini adalah sebuah persepsi yang positif terhadap


matematika. Masalahnya yang terjadi saat ini adalah persepsi negatif lebih banyak
dari pada persepsi positifnya
Bagun datarmerupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran
matematika.Materi tersebut dipilih dengan alasan bahwa konsep bangun datar
lebih khususnya persegi sulit dipahami siswa.Agar siswa ikut aktif dalam belajar
matematika, maka diperlukan pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD.Sehingga materi tersebut dapat tersampaikan
dengan baik dan dipahami oleh siswa tersebut.
1.2. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatifstudent team


achievement devision (STAD)?
b. Bagaimana kajian filosofis dan kajian teoritik model pembelajaran
kooperatif STAD?
c. Bagaimana langkah langkah (sintaks) model pembelajaran kooperatif
STAD?
d. Bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif STAD dalam salah
satu materi pelajaran matematika?
e. Adakah kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif
STAD?
1.3. Tujuan
a.
Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif Student Team
b.

Achievement Devision (STAD).


Untuk mengetahui kajian filosofis dan kajian teoritik model pembelajaran

kooperatif STAD.
c.Untuk mengetahui langkah langkah (sintaks) model pembelajaran kooperatif
d.

STAD.
Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran kooperatif STAD

dalam salah satu materi pelajaran matematika.


e.Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif
STAD.
1.4. Manfaat
a.
Mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif Student Team
b.

Achievement Devision (STAD).


Mengetahui kajian filosofis dan kajian teoritik model pembelajaran

c.

kooperatif STAD.
Mengetahui langkah langkah (sintaks) model pembelajaran kooperatif

d.

STAD.
Mengetahui implementasi model pembelajaran kooperatif STAD dalam

e.

salah satu materi pelajaran matematika.


Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif
STAD.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement


Devision (STAD)
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif.Semua
model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan
dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka
4

harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.


Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta
pengembangan keterampilan sosial.
STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat
dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru.
Pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswa pada setiap
tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD, tipe ini dikembangkan pertama kali oleh
Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins dan merupakan model
pembelajarankooperatif

paling

sederhana.

Masing-masing

kelompok

memiliki

kemampuan akademik yang heterogen, sehingga dalam satu kelompok akan terdapat
satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang kemampuan sedang dan satu siswa lagi
berkemampuan rendah.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,
jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim
untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka
tidak boleh saling membantu.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative
Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal.Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Jadi, pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk
menghindari

ketersinggungan

dan

kesalahpahaman

yang

dapat

menimbulkan

permusuhan.

2.2. Kajian Filosofis Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga manusia harus menyadari


dirinya saling bergantung atau saling memerlukan dengan yang lainnya dalam hidup
bemasyarakat. Selama hidup di masyarakat, mereka harus menyadari bahwa pemikiran
banyak orang akan jauh lebih baik daripada pemikiran sendiri. Selain itu, manusia harus
menyadari dirinya akan lemah bila berada dalam posisi sendiri, sehingga memerlukan
teman lain untuk dapat mengerjakan pekerjaan yang lebih besar.
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia
saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan).Dengan pembelajaran kooperatif
diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta
masyarakat belajar (learning community).Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru,
tetapi dengan sesama siswa juga.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengupayakan seorang siswa mampu mengajarkan kepada peserta lain. Mengajar
teman sebaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan
baik pada waktu yang bersamaan, ia menjadi nara sumber bagi peserta lainnya.
Pengorganisasian pembelajaran dicirikan siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran
kooperatif didorong untuk bekerja sama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka akan berbagi penghargaan bila mereka berhasil
sebagai kelompok.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang yang menerapkan sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur.Tujuan yang
paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bias
menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.Selain itu
pembelajaran kooperatif bertujuan untuk menciptakan norma-norma yang proakademik
di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat
penting bagi pencapaian siswa.
Pembelajaran

kooperatifadalah

suatu

strategi

belajar

mengajar

yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih.Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki
jalur utama praktik pendidikan. Diantaranya adalah untuk meningkatkan pencapaian
prestasi para siswa, mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap
teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, meningkatkan harga diri,
6

tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan
masalah, mengaplikasikan kemampuan serta pengetahuan mereka. Pembelajaran
kooperatif menjadi semakin penting.Lebih jauh lagi, pembelajaran kooperatif memiliki
kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antar siswa dari latar
belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terkebelakang
secara akademik dengan teman sekelas mereka.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif, antara lain: (1) siswa bekerja dalam
kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; (2) kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; (3) bilamana
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, serta jenis kelamin yang berbeda;
dan (4), penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.
Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa antara lain: (1) meningkatkan
kemampuan bekerjasama dan bersosialisasi; (2) melatih kepekaan diri, empati melalui
variasi perbedaan sikap dan prilaku; (3) mengurang rasa kecemasan dan menumbuhkan
rasa percaya diri; (4) meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap prilaku yang
positif, sehingga siswa akan tahu kedudukannya dan belajar untuk saling menghargai
satu sama lain; (5) meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas
akademik, sehingga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD)lebihmenekankan interaksi antar-siswa. Siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 46 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan
yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan dalam berdiskusi anggota kelompong menghindari menimbulkan
kesalahpahaman antar anggota.STADdidesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
2.3. Kajian Teoritik Model Pembelajaran Kooperatif STAD
Model pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu model
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkanteori belajar social dan teori psikologi
sosial.
Teori belajar sosial (social learning theory) dikembangkan oleh Albert
Bandura, seorang psikolog kelahiran Mundare, Kanada, 4 Desember 1925.Teori belajar
sosial ini pada awalnya dinamakan sebagai Teori Kognitif Sosial oleh Bandura
sendiri.Teorikognitifsosial(SocialCognitiveTheory) yang dikemukakan oleh Albert
7

Banduramenyatakanbahwafaktorsosialdan kognitif serta faktor pelaku memainkan


peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan
siswa untuk meraih keberhasilan.Faktor sosial mencakuppengamatansiswaterhadap
perilakuorang

tuanya.Menurut

dapatmerepresentasikan

Bandura

atau

ketika

siswa

belajar

mentrasformasipengalamanmereka

mereka
secara

kognitif.Bandura mengembangkan model deterministik resipkoral yang terdiri dari tiga


faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling
berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku,
perilaku

mempengaruhi

lingkungan,

faktor

person/kognitif

mempengaruhi

perilaku.Faktor person (kognitif) Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama


pembawaan personalitas dan temperamen.Faktor kognitif mencakup ekspektasi,
keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
DalammodelpembelajaranBandura,faktorperson(kognitif) memainkanperanan
penting.Faktorperson(kognitif) yangdimaksudsaatiniadalahself-efficasyatauefikasi diri.
Efikasi diri merupakan keyakinan pada kemampuandiri sendiriuntukmenghadapidan
memecahkanmasalah
denganefektif.Efikasidirijugaberartimeyakinidirisendirimampuberhasildansukses.Indivi
dudenganefikasidiritinggimemilikikomitmendalammemecahkanmasalahnyadantidak
akanmenyerahketikamenemukanbahwastrategiyangsedangdigunakanitutidakberhasil.In
dividuyangmemilikiefikasidiriyangtinggiakansangat

mudah

dalam

menghadapi

tantangan.Individu tidak merasa ragu karena iamemilikikepercayaan yang penuh


dengan kemampuan dirinya. Individu iniakan cepatmenghadapimasalahdanmampu
bangkitdarikegagalanyangia alami.
Sedangkan untuk teori psikologi social, terdapat beberapa ahli yang
mendukung teori psikologi sosial yaitu:
a. Teori John Dewey dan Herbert Thelan
Menurut Dewey (Arends, 1997), kelas seharusnya merupakan cermin dari
masyarakat luas dan berfungsi sebagai laboratorium belajar dalam kehidupan
nyata. Dewey menegaskan bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang
bercirikan demokrasi dan proses ilmiah dalam lingkungan belajar peserta didik
dalarn kelas. Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi peserta didik untuk
belajar secara kooperatif dan memikirkan masalah-masalah sosial yang penting
setiap

hari.

Bersamaan

dalam

aktivitasnya

rnemecahkan

masalah

di

kelompoknya, peserta didik belajar prinsip-prinsip demokrasi melalui interaksi


dengan peserta didik lain.
Beberapa tahun setelah Dewey, Thelan (dalam Arends, 1997) berpendapat
bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang
bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan masalah antar pribadi.Thelan
tertarik dengan dinamika kelompok dan rnengernbangkan bentuk yang lebih
rinci dan terstruktur dari penyelidikan kelompok, dan mempersiapkan dasar
konseptualuntuk pengembangan pembelajaran kooperatif (Arends, 1997).
b. Teori Gordon Allport
Aliport (Arends, 1997) berpandangan bahwa hukum saja tidaklah cukup
untuk mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan secara baik antar
kelompok.Pandangan Allport dikenal dengan "The Nature of Prejudice". Untuk
mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan satu sama lain adalah
dengan jalan mengumpulkan mereka (antar suku atau ras) dalam satu lokasi,
kontak langsung dan bekerjasama antar mereka. Shlomo Sharan dan koleganya
menyimpulkan adanya tiga kondisi dasar untuk memformulasikan pandangan
Allport untuk mengurangi kecurigaan antar kelompok dan meningkatkan
penerimaan antar mereka. Tiga kondisi tersebut adalah: 1) kontak langsung antar
suku atau ras; 2) dalam seting tertentu, mereka bekerjasama dan berperan aktif
dalam kelompok; 3) dalam seting tersebut, mereka secara resmi menyetujui
adanya kerjasama (Arends, 1997).
c. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin yang lahir pada tahun 1890 di Polandia ini dapat dipandang
sebagai Bapak Psikologi Sosial.Lewin sangat tertarik pada masalah-masalah
pergerakan yang dinamis dalam kelompok (group dynamics movement),
terutama tentang resolusi konflik sosial yang terjadi di antara para peserta didik.
Dalam suatu kelompok, ada duakernungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
mendorong penerimaan sosial (promotesocial acceptance) atau meningkatkan
jarak/ketegangan sosial (increase social distance). Pandangan-pandangan Lewin
tentang dinamika kelompok ini kemudian dikembangkan oleh para peserta
didikpeserta didiknya. D. Johnson, E. Aronson, R. Schmuck dan L. Sherman
adalah generasi ke-tiga dari Lewin (peserta didik dari peserta didik Lewin) yang
turut mengembangkan pandangan-pandangan Lewin tersebut di atas.
9

Para penerus Lewin mencari cara bagaimana memfasilitasi integrasi dan


memajukan hubungan antar manusia, mendorong demokrasi dan mengurangi
timbulnya

konflik.

Dari

sini

muncul

berbagai

strategi

pembelajaran

kooperatif.Para penerus Lewin (terutama generasi kedua dan ketiga Lewin)


mengembangkan berbagai teknik pembelajaran kooperatif yang menggabungkan
pandangan teoripsikologi sosial dari Lewin dan psikologi kognitif.
Banyak hasil penelitian Lewin yang mengetengahkan pentingnya
partisipasi aktif dalam kelompok untuk mempelajari ketrampilan baru,
mengembangkan sikap baru, dan memperoleh pengetahuan.Hasil penelitiannya
juga menunjukkan betapa produktifnya kelompok bila anggota-anggotanya
berinteraksi dan kemudian saling merefleksikan pengalaman-pengalamannya.
2.4. Langkah Langkah (Sintaks) Model Pembelajaaran Kooperatif STAD
Model pembelajaran kooperatif STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu
penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok, kegiatan belajar dalam tim,
kuis (evaluasi), penghargaan kerja tim. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan
langkah-langkah pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif STAD


Tahap
Fase 1

Guru

Aktivitas Guru
menyampaikan

Aktivitas Siswa
tujuan Siswa mendengarkan arahan

Penyampaian pelajaran yang ingin dicapai pada guru


Tujuan

dan pembelajaran

tersebut

untuk

melaksanakan

dan proses pembelajaran

Motivasi
Fase 2

memotivasi siswa untuk belajar


Guru membagi ke dalam beberapa Siswa

Pembagian

kelompok,

Kelompok
Fase 3

kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa


Guru mengarahkan siswa belajar Siswa belajar dalam kelompok

Kegiatan

dalam

Belajar

dibentuk

dimana

kelompok

yang

dibagi

ke

dalam

setiap beberapa kelompok

telah yang telah dibentuk

dalam Tim
10

Fase 4

Guru mengevaluasi hasil belajar Siswa menjawab kuis yang

Kuis

melalui pemberian kuis dan juga diberikan oleh guru

(evaluasi)

melakukan
presentasi

penilaian
hasil

terhadap

kerja

masing-

Fase 5

masing kelompok
Guru memberikan

Penghargaan

sesuai

Prestasi Tim

diperoleh masing-masing kelompok

dengan

penghargaan Siswa

prestasi

memberikan

yang kepada

siswa

lain

selamat
yang

mendapatkan penghargaan

Berikut ini uraian selengkapnya dari sintaks pembelajaran kooperatif STAD menurut
(Rusman ; 2012) :
1. Fase 1 ; Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. Tujuan utama dari pengajaran ini adalah
guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan.Setiap awal dalam
pembelajaran

kooperatif

STAD

selalu

dimulai

dengan

penyampaian

tujuan.Penyampaian tujuan tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan


terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi
pelajaran.
a. Pembukaan
Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal
itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang
menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep
atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat
mutlak.
b. Pengembangan
Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa
dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna
bukan hapalan.
Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
11

Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.


Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
c. Latihan terbimbing
Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini
bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya
siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan
balik.
Nilai awal juga menjadi bahan acuan dalam pembentukan kelompok. Nilai awal
bisa didapatkan dari nilai ujian sebelumnya atau nilai pre-test. Pre-test dapat dilakukan
dalam fase 1. Penerapan STAD tidak diharuskan melalukan pre-test terlebih dahulu
karena melihat situasi dan kondisi kelas tersebut. Pre-test dilakukan pada saat
penerapan STAD dimulai dari tahap awal, yaitu fase 1, sedangkan STAD yang
dilakukan secara berkelajutan tidak perlu melakukan pre-test, cukup melanjutkan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kelompok sebelumnya.

2. Fase 2 ; Pembagian Kelompok


Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya
terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam
prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik.
3. Fase 3 ; Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Guru mengarahkan siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru
menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua
anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja,
guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila
diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi
yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi
tersebut.Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan
yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga
perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau

12

menjawab pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai


berikut:
a. Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersama-sama dan
pindah ke meja kelompok.
b. Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
c. Bagikan lembar kegiatan siswa.
d. Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu
kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka
mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan
kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan
suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika
siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan
kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha
menjawab pertanyaan itu.
e. Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin
teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan
siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi
dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk
mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka
belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya
menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
f. Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru
sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang
anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota
yang lain bekerja dan sebagainya.
4. Fase 4 ; Kuis (evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing
kelompok. Siswa diberikan kuis secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama.
Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada
dirinya sendiri dan kelompok.Siswa diberikan nilai sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki dan seberapa bisa siswa menjawab setiap soal yang diberikan, misalnya 60, 77,
85, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan soal yang dikerjakan siswa. Hasil
kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai
perkembangan kelompok.
5. Fase 5 ; Perhargaan Prestasi Tim
13

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka
dengan rentangan 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan
kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung perkembangan skor individu
dihitung sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut :
Tabel 1.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu
No

Nilai Tes

1
2
3
4
5

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar


10 sampai 1 poin di bawah skor dasar
Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar)

Skor
Perkembangan
0 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 Poin

b. Menghitung Skor Kelompok


Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu
anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut sesuai dengan
rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam
Tabel 1.3 sebagai berikut:
Tabel 1.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok
NO
1
2
3
4

Rata- Rata Skor


Kualifikasi
0N5
6 N 15
Tim yang Baik (Good Team)
16 N 20
Tim yang Baik Sekali (Great Team)
21 N 30
Tim yang Istimewa (Super Team)
Pemberian hadiah atau penghargaan akan diberikan setelah masing-masing

kelompok memperoleh kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria yang ditetapkan


oleh guru).
2.5. Implementasi Model Pembelajaaran Kooperatif STAD dalam Salah Satu
Materi Pelajaran Matematika
Implementasi model pembelajaran kooperatif STAD adalah mengenai
bagaimana model pembelajaran kooperatif STAD ini diterapkan dalam pembelajaran
matematika sesuai dengan sintaks atau langkah-langkahnya. Adapun langkah
implementasi STAD, yaitu (1) penyampaian tujuan dan motivasi, (2) pembagian
14

kelompok, (3) kegiatan belajar dalam tim, (4) kuis (evaluasi), (5) penghargaan kerja tim.
Pengimplementasian model pembelajaran kooperatif STAD dalam pembelajaran
matematika, yaitu konsep himpunan dan diagram Venn.
Berikut ini disajikan sebuah contoh implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe STAD untuk materi konsep himpunan dan diagram Venn.
1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, pembentukan kelompok dilakukan
secara heterogen terdiri dari 4-5 siswa.
2. Siswa diberikan LKS (Lembar Kerja Siswa), yaitu :

Gambar 1.1
Negara-negara Peserta Piala Dunia Pertandingan Sepak Bola Tahun 2010 di
Afrika Selatan
Instruksi : Amatilah pengelompokan negara-negara yang menjadi peserta piala
dunia pertandingan sepak bola tahun 2010 di Afrika Selatan yang disajikan dalam
Gambar 1.1 diatas. Temukan konsep himpunan dengan menggunakan diagram
Venn.
3. Ketua kelompok diberikan arahan oleh guru tentang petunjuk pengerjakan LKS dan
ketua kelompok menyampaikan kembali kepada anggotanya.
4. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi mengerjakan LKS yang diberikan oleh
guru.
5. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
15

6. Kuis.
2.6. Situasi Ideal Pembelajaaran Kooperatif STAD
Situasi ideal dalam penerapan model pembelajaran kooperatif STAD yaitu:
1. Jumlah anggota di kelas cukup banyak sehingga memungkinkan membentuk
kelompok yang beranggotakan 4-5 orang yang heterogen.
2. Materi yang dibelajarkan harus hirearkis dan eksak.
3. Ketika keadaan kelas kurang aktif, STAD cocok diterapkan untuk
meningkatkan keaktifan siswa.

2.7. Kelebihan dan Kekurangan dari Model Pembelajaaran Kooperatif STAD


Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti memiliki kelebihan dan
kelemahannya. Uraian secara rinci kelebihan model ini ialah:
1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial
kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara.
2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok
menjadi lebih baik.
3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih
banyak.
4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping
kecakapan kognitif.
5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator,
motivator dan evaluator.
6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar
untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau
pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada
pembelajaran oleh guru.
8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas
menjadi lebih hidup
9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok
10. Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi
11. Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir
kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu
12. Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam
pembelajaran.
13. Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah memiliki tanggung
jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya nilai kelompok baik
16

14. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh
rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru
15. Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. Belakangan ini, siswa
cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman,
kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu,
ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil
akan dihasilkan warga negara yang egois, introfert (pendiam dan tertutup), kurang
bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang
menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang
lain. Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit
demonstrasi, main keroyokan, saling sikut dan mudah terprovokasi (Rusman,
2011: 204).
Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan.Semua
model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif
pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini.Namun, terkadang pada sudut
pandang tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak menutup kemungkinan
terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini.
1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional

(yang

hanya

penyajian

materi

dari

guru),

pembelajaran

menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan


memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi
dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih
lama dapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa
(LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan
pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat
dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam
kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan
kelompok dan penataan ruang kelas.
2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut sebagai
fasilitator, mediator, motivator dan evaluator. Dengan asumsi tidak semua guru
mampu menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik. Solusi
yang dapat di jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti
mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan tidak
membebankan biaya kepada guru serta melakukan pengawasan rutin secara
17

insindental. Disamping itu, guru sendiri perlu lebih aktif lagi dalam
mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran
3. Pembelajaran kooperatif STAD bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu
ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih
belajar mandiri.
4. Pembelajaran kooperatif STAD memerlukan waktu yang lama sehingga target
mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi
pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan
pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode
STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian
yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi.Selanjutnya,
pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah
maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar
berhasil mencapai tujuan dengan baik.
2.8. Upaya Optimalisasi Model Pembelajaran Kooperatif STAD
Bedasarkan kelemahan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif STAD,
dilakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif STAD, antara lain sebagai berikut:
1. Guru harus mengerti apa pengertian model pembelajaran STAD dan bagaimana
model tersebut berlangsung di kelas, agar dalam pengimplementasiannya dapat
berjalan baik.
2. Guru dituntut menyiapkan RPP dengan baik, agar dapat memaksimalkan waktu
pembelajaran yang diperlukan dalam menggunakan model ini.
3. Guru wajib mengasah kemampuannya sebagai fasilitator, mediator, motivator
dan evaluator untuk bisa menerapkan model ini dengan baik
4. Pembagian kelompok harus dilaksanakan dengan adil, diusahakan jumlah
anggota masing-masing kelompok sama banyak.
5. Siswa diberikan pengarahan-pengarahan sebelum melaksanakan diskusi
kelompok tentang apa yang harus dikerjakan saat diskusi.
6. Dalam pembahasan hasil diskusi guru harus memberikan perhatian ke semua
kelompok, tidak terfokus pada kelompok atau individu tertentu.
7. Komunikasi yang baik antara pendukung proses belajar mengajar juga sangat
diperlukan.
18

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
4. Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang secara sadar
dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan.
5. Kajian filosofis dan teoritik Model pembelajaran kooperatif STAD
merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
teori psikologi sosial. Ada bebrapa ahli yang mendukung teori psikologi
social yaitu: (a) Teori John Dewey dan Herbert Thelan, (b) Teori Gordon
Allport, (c) Teori Kurt Lewin.
6. Langkah-langkah (sintaks)

pembelajaran

kooperatif

STAD,

yaitu

penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok, presentasi guru,


kegiatan belajar dalam tim, kuis (evaluasi), penghargaan kerja tim (Rusman:
2012)
7. Model pembelajaran koperatif STAD dapat diterapkan dijengjang manapun
karena sangat efektif. Salah satu penerapan pembelajaran kooperatif STAD
dapat diterapkan pada siswa SMP kelas VII pada materi bangun datar dengan
sub topik persegi. Guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan lembar kerja
kegiatan secara berkelompok, masing-msing kelompok terdiri dari 4-5 orang
yang heterogensi. Dalam kerja kelompok semua anggota (siswa) aktif untuk
mengerjakan soal tersebut secar individual dan kelompok. Semua anggota
bertanggung jawab atas hasil kerja kelompok yang mereka lakukan dan
semua anggota diharuskan menguasai materi yang dipelajari saat itu. Siswa
memprestasikan hasil kerja kelompok dan guru akan memberikan nilai untuk
kelompok yang presentasi serta guru memberikan kuis kepada siswa secara
individu. Masing-masing kelompok akan diberikan penghargaan sesui dengan
prestasi yang diperoleh (kategori penghargaan ditetapkan oleh guru).
8. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif STAD memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Oleh karena itu pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
19

metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk


membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan
bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai
seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa
bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai
tujuan dengan baik.
3.2. Saran
Diharapkan guru dan siswa dapat memahami kajian filosofis dan teoritik model
pembelajaran

kooperatif

STAD,

bagaimana

langkah-langkah

(sintaks)

model

pembelajaran kooperatif STAD, implementasi pembelajaran kooperatif STAD, serta


kelemahan dan kelebihan pembelajaran kooperatif STAD.Agar nantinya ketika guru dan
siswa dapat berkontribusi untuk menerapkan pembelajaran kooperatif STAD, siswa
merasa nyaman dalam kegiatan pembelajaran dan guru dapat mengelola kelas secara
maksimal.Hasil kegiatan pembelajaran yang diperoleh sesuai dengan kompetensi dasar
yang ingin dicapai.Jika hasil pembelajaran kooperatif STAD dicapai secara maksimal
maka dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Daftar Pustaka
20

Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Djiwandono, Sri E.W. 2002.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Indonesia. Buku Siswa Matematika Kelas VII SMP Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.Matematika/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.--Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Bandung: Kencana Prenada Media Group
Trianto.2009. Mendesain Model Pembalajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana
Prenada Media Group

21

Anda mungkin juga menyukai