Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DENGAN KEJADIAN KETUBAN

PECAH DINI DI RUANG KEBIDANAN RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU


TAHUN 2013
RELATED DISORDERS FETAL POSITION WITH EVENTS PREMATURE
RUPTURE MIDWIFERY IN SPACE HOSPITAL DR. M. YUNUS
BENGKULU YEAR 2013
(Ravika Ramlis : Stikes Dehasen, Prodi D3 Keperawatan
Email : ravikaramlis999@gmail.com, Hp 085367324044)
Abstrak : Kelainan letak terdiri dari kelainan posisi dan persentasi janin.Kelainan
posisi (Malposisi) adalah posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubunubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Sedangkan kelainan pesentasi
(malpresentasi) adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex
(Saifuddin, 2002). Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.Pada letak sungsang
berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar,dimulai dari lahirnya
bokong, bahu kemudian kepala (Rustam, 2005). Yaitu keadaan sumbu memanjang
janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tersebut membentuk sudut
lancip, disebut letak lintang obiik, yang biasanya sementara karena kemudian akan
berubah menjadi posisi longitudinal pada persalinan (Media Aesculapius, 2001).
Letak lintang didefinisikan suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain (Mansjoer,
2001). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelainan letak janin
dengan KPD di Ruangan C1 Kebidanan RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013.
Penelitian ini dilakukan di RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu. Desain penelitian yang
digunakan adalah cross sectional dengan uji chi-square dan untuk melihat keeratan
menggunakan uji contingency coefficient dan OR, populasinya yaitu ibu melahirkan
dengan kelainan letak sungsang dan lintang berjumlah 106 orang. Pengambilan data
dilakukan menggunakan teknik pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian dan 147
orang sampel terdapat 62 orang (55,5%) letak sungsang dengan ketuban pecah dini
(KPD) dan terdapat 44 orang (50,2%) letak sungsang dengan tidak ketuban pecah
dini (KPD), dan 48 orang sampel terdapat 15 orang (21,5%) yang mengalami letak
lintang tergolong letak lintang dengan ketuban pecah dini (KPD) dan terdapat 26
orang (19,5%) yang letak lintang tergolong dengan tidak ketuban pecah dini (KPD)
dengan kategori hubungan lemah dan OR = 2,442.
Kata Kunci : Kelainan Letak Janin, Ketuban Pecah Dini
Abstract: Abnormalities layout consists of position and percentage abnormalities
janin.Kelainan position (malposition) is the abnormal position of the vertex of the
fetal head (the occiput as markers) against the mother's pelvis. While abnormalities
pesentasi (malpresentasi) are all other presentations of the fetus than vertex
presentation (Saifuddin, 2002). Fetal breech is located aft with head in the fundus
and buttocks are at the bottom of the pouch uteri.Pada breech birth consecutive parts
grew bigger, starting from the birth of the buttocks, shoulders then head (Rustam,

2005). That is the state of fetal longitudinal axis approximately perpendicular to the
longitudinal axis forming an acute angle, called obiik latitude location, which is
usually temporary as it would then turn into a longitudinal position at delivery
(Media Aesculapius, 2001). Location of latitude defined a condition in which the
fetus inside the uterus with transverse head on one side, while on the other buttock
(Mansjoer, 2001). The purpose of this study was to determine the relationship of fetal
abnormality lies with the KPD in room C1 Obstetric Hospital. Dr.. M. Yunus
Bengkulu in 2013. The research was conducted in hospitals. Dr.. M. Yunus
Bengkulu. The study design is cross-sectional with chi-square test and test to see the
closeness using contingency coefficient and OR, the population is women giving
birth abnormalities and latitude breech numbered 106 people. Data collection was
conducted using secondary data collection techniques. The results and the sample
contained 62 147 people (55.5%) breech with premature rupture of membranes
(PROM) and there are 44 people (50.2%) breech with premature rupture of
membranes (PROM), and 48 samples contained 15 people (21.5%) were classified as
having the location latitude longitude location with premature rupture of membranes
(PROM) and there were 26 men (19.5%) were classified with no latitude location of
premature rupture of membranes (PROM) with a weak relationship categories and
OR = 2.442.
Keywords: Location of Fetal Abnormalities, premature rupture of membranes.

PENDAHULUAN
Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus
menjadi perhatian masyarakat dunia.memasuki abad ke-21, 189 negara menyerukan
Millennium Declaration dan menyepakati Millennium Development Goals. Salah
satu tujuan pembangunan Millennium Development Goals 2015 adalah perbaikan
kesehatan maternal.Kematian maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap
pencapaian tujuan tersebut, dengan menyediakan akses dan kualitas pelayanan,
memerangi

kemiskinan,

perkembangan

gender

pendidikan
menjadi

dan

persoalan

viii

pemberdayaan
penting

untuk

perempuan

dan

dikelola

dan

diwujudkan.Millennium Development Goals menempatkan kematian maternal


sebagai prioritas utama yang harus ditanggulangi melalui upaya sistematik dan
tindakan yang nyata untuk meminimalisasi risiko kematian, menjamin reproduksi
sehat, meningkatkan kehidupan dan meningkatkan kualitas hidup ibu dan kaum
perempuan (Andriansz G, 2005).
World Health Organization (WHO, 2006) melaporkan hampir 585.000 ibu
hamil dan bersalin meninggal setiap tahunnya di seluruh dunia saat hamil atau
bersalin.Artinya setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Di negara maju
angka kematian ibu (AKI) pertahunnya hanya 27/100.000 kelahiran hidup di negara
berkembang termasuk Indonesia AKI rata-rata dapat mencapai 18 kali lebih tinggi
pada tahun 2007 yakni 480.000/100.000 kelahiran hidup (Dirjen Binkesmas, 2004).
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir harus
melalui jalan yang terjal. Terlebih kala itu dikaitkan dengan target Millenium
Development Goals (MDGs) 2015, yakni menurunkan angka kematian ibu (AKI)
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi (AKB) menjadi
23 per 100.000 kelahiran hidup yang harus dicapai. Waktu yang tersisa hanya tinggal
dua tahun ini, tidak akan cukup untuk mencapai sasaran itu tanpa upaya-upaya yang
luar biasa (Direktorat Bina Kesehatan Anak Kemenkes RI, 2012).
Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah pendarahan (92%), preeklampsi
(13%), infeksi (10%), komplikasi abortus (11%), partus lama (9%), penyebab lain
(15%) (SDKI, 2008).Sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir di antaranya
asfiksia, berat bayi lahir rendah, tetanus neonatorum, infeksi dan lainnya (Wahara,
2008). Salah satu komplikasi obstetrik yang berdampak terhadap AKI dan AKB
adalah ketuban pecah dini, terutama pada kematian perinatal yang cukup
tinggi.Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda
persalinan.Insidensi ketuban pecah dini masih cukup tinggi lebih kurang 10%
persalinan didahului oleh ketuban pecah dini.Hal ini dapat meningkatkan komplikasi
kehamilan pada ibu maupun bayi, terutama infeksi (Ketut Suwiyoa, dkk, 2006).
Sedangkan menurut Manuaba (2008), KPD adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan.
Banyak faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun
faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi
faktor predisposisi dari ketuban pecah dini adalah inkompetensi servik (24,3%),
kelainan letak janin dalam rahim (35,2%), kelainan bawaan dari selaput ketuban

(12,9%), faktor infeksi (9,7%), hidramnion (8,8%), kehamilan ganda (gamelli)


(5,8%), faktor nutrisi(2,4%) dan faktor lain (0,9%)(Manuaba, 2008).
Faktor-faktor predisposisi yang akan diteliti adalah kelainan letak. Kelainan
letak janin terdiri dari kelainan posisi dan persentase janin.Kelainan posisi
(malposisi) adalah posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil
sebagai

penanda)

terhadap

panggul

ibu.

Sedangkan

kelainan

presentasi

(malpresentasi) adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex
(Saifuddin, 2002). Pada kelainan letak, posisi janin dengan sungsang dan lintang
dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput
ketuban pecah sebelum waktunya (Wiknjosastro, 2000). Berdasarkan dari teori
Wiknjosastro (2000), bahwa kelainan letak janin sungsang dapat menyebabkan
ketuban pecah dini sebesar 2 - 4%, sedangkan letak lintang sebesar 0,3%.
Berdasarkan hasil rekam medik yang diambil dari RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu periode Januari - Desember 2011 terdapat 1.062 ibu bersalin dengan 333
kasus KPD, 34 kasus janin letak lintang dan 162 kasus janin letak sungsang.
Sedangkan periode Januari-Desember 2012 terdapat 1.660 ibu bersalin dengan 429
kasus KPD, 21 kasus janin letak lintang dan 126 kasus janin letak sungsang.
Sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
kelainan letak janin dengan kejadian KPD di ruangan kebidanan RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu tahun 2013.

BAHAN DAN METODE


Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total sampling,
yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian yaitu ibu melahirkan dengan
kelainan letak sungsang dan letak lintang yang berjumlah 147 orang. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari medical record ruang mawar RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Analisis univariat dan bivariat pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
sebagian besar (72,1%) ibu bersalin yang mengalami letak sungsang, sebagian besar

(52,4%) ibu bersalin dengan kelainan letak yang mengalami ketuban pecah dini
(KPD) di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu Tahun 2013. Dari 106 orang sampel terdapat
62 orang (55,5%) letak sungsang dengan ketuban pecah dini (KPD) dan terdapat 44
orang (50,2%) letak sungsang dengan tidak ketuban pecah dini (KPD). Dari 41 orang
sampel terdapat 15 orang (21,5%) yang mengalami letak lintang tergolong letak
lintang dengan ketuban pecah dini (KPD) dan terdapat 26 orang (19,5%) yang letak
lintang tergolong letak lintang dengan tidak ketuban pecah dini (KPD).
Hasil analisis didapat nilai X2= 4,843 dengan asymp. Sig (p) sebesar 0,028 <
0,05 ( ), maka Ho ditolak dan Ha diterimah, atrinya ada hubungan yang
signifikan antara kelainan letak janin dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD)
diruang C1 kebidanan RSUD Dr M.Yunus Bengkulu. Hasil uji Odd Ratio (OR)
didapat nilai = 2,442 artinya ibu yang melahirkan letak sungsang dengan kejadian
ketuban pecah dini (KPD) memiliki peluang lebih besar, yakni 2,442 kali lipat
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan letak lintang.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar (72,1%) ibu
bersalin yang mengalami letak sungsang. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan didapatkan bahwa tingkat hubungan antara kelainan letak janin dengan
kejadian ketuban pecah dini di ruang C1 Kebidanan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan adanya kelainan letak terdiri dari
kelainan posisi dan persentasi janin. Kelainan posisi (Malposisi) adalah posisi
abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda)
terhadap panggul ibu. Sedangkan kelainan persentasi (malpresentasi) adalah semua
presentasi lain dari janin selain presentasi vertex (Saifuddin, 2002).
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Pada letak sungsang berturutturut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar, dimulai dari lahirnya
bokong, bahu kemudian kepala (Rustam, 2005).
Adapun faktor penyebab letak sungsang adalah Multiparitas, kehamilan
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit dan kadangkadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uteruskepala di fundus uteri dan
bokong di bagian bawah kavum uteri (Wiknjosastro, 2000).

Pada janin normal, posisi kepala yang baik yaitu menunduk seperti
menghadap ke bawah. Tapi, ada kemungkinan posisi kepala janin tegak menghadap
ke depan. Pada janin sungsang, bila dipaksakan keluar dapat mematahkan tulang
punggung yang paling atas dan dapat mengakibatkan radang otak. Sebab itulah
sebaiknya persalinan dilakukan dengan tindakan Caesar (Wiknjosastro, 2000).
Menurut Sarwono (2003) letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin
melintang di dalam uterus dengan kepala pada posisi yang satu sedangkan bokong
berada pada sisi yang lain, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.
Punggung

janin

dapat

berada

di

depan

(dorsoanterior),

di

belakang

(dorsoposterior), di atas (dorsosuperior) atau di bawah(dorsoinferior).Adapun


faktor penyebab letak lintang adalah relaksasi berlebih dinding abdomen akibat
multiparitas, uterus abnormal, panggul sempit, tumor daerah panggul, plasenta
previa, bayi premature, hidramnion, dankehamilan ganda (Mansjoer, 2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (52,4%) ibu bersalin
kelainan letak yang mengalami Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda persalinan, waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi
kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini (preode laten), ketuban pecah dini
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan (Manuaba,
2008). Ketuban pecah dini sangat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan,
salah satu fungsi ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan
ruang dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Semakin lama jarak
antara pecahnya selaput ketuban semakin besar kemungkinan terjadinya infeksi
dalam rahim yang dapat meningkatkan kejadian morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi. Disamping itu ketuban pecah dini yang di sertai kelainan letak akan
mempersulit pertolongan persalinan yang dilakukan di tempat fasilitas yang belum
memadai (Manuaba, 2008).
Pada kehamilan normal, persalinan biasa terjadi setelah cukup bulan dan
ketuban masih utuh. Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau II
persalinan yaitu pembukaan 10 cm. Biasa saja belum pecah sampai saat mengendan
sehingga kadang-kadang perlu dipecahkan (amniotomi). Menurut Manuaba (2008)
sampai saat ini penyebab ketuban pecah dini masih belum di ketahui secara jelas.
Pengaruh ketuban pecah dini akan menyebabkan terjadinya infeksi pada janin
walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, karena dengan robeknya selaput
ketuban, mikroorganisme (kuman dan bakteri) akan masuk dalam tubuh janin

bersama saat terjadi aspirasi air ketuban. Sedangkan terhadap ibu karena jalan lahir
terbuka, maka dapat terjadi infeksi intra partum, selain itu dapat juga di jumpai
infeksi puerperalis, peritonitis dan septicemia serta partus kering (dry-labor). Hal ini
dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu (Mochtar, 2001).
Hasil penelitian menunjukkan tabulasi silang antara variabel kelainan letak
janin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD). Dari 106 orang sampel terdapat 62 orang
(55,5%) letak sungsang dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) dan terdapat 44 orang
(50,2%) letak sungsang dengan tidak Ketuban Pecah Dini (KPD). Dari 41 orang
sampel terdapat 15 orang (21,5%) yang mengalami letak lintang tergolong letak
lintang dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) dan terdapat 26 orang (19,5)% yang letak
lintang tergolong letak lintang dengan tidak Ketuban Pecah Dini (KPD). Berdasarkan
uji chi-square didapat nilai X2 = 4,843 dengan Asymp. Sig (p) sebesar 0,028 < 0,05
(), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara
Kelainan Letak Janin dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di ruang C1
kebidanan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh (Wiknjosastro,
2000) Bahwa Hubungan kelainan letak dengan ketuban pecah dini adalah pada
kelainan letak sungsang, dimana letak janin dalarn uterus bergantung pada proses
adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan < 32 minggu, jumlah
air ketuban relative Iebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasan, dan dengan demikian janin dapat menetapkan diri dalam letak sungsang
/letak lintang. Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relative berkurang, karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar dan pada kepala maka bokong di paksa untuk menepati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil
disegmen bawah uterus. Letak sungsang dapat membuat ketuban bagian terendah
langsung menerima tekanan intrauteri dan ketegangan rahim meningkat, sehingga
membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya.
Kehamilan ganda adalah kehamilan duajanin atau lebih. Kehamilan kembar
dapat memberi resiko yang lebih tinggi baik pada janin maupun ibu. Faktor resiko
ketuban pecah dini pada kembar dua 50%dan kembar tiga 90%. Hamil ganda dapat
memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban
pecah sebelum waktunya (Manuaba, dkk. 2008).

Kelainan letak (malpresentase/malposisi) merupakan faktor predisposisi


terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD). Letak janin yang tidak normal yaitu letak
lintang dan letak sungsang, sering mengakibatkan adanya tali pusat menumbung
yang sebelumnya di dahului dengan pecahnya selaput ketuban. (Manuaba, 2008).
Pada kehamilan triwulan terakhir janin turnbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang, karena bokong dengan ke dua tungkai terlipat lebih besar
dan kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih 1uas di fundus
uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih. kecil disegmen bawah uterus.
Dengan dernikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan,
frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin
sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. (Wiknjosastro, 2000).
Hubungan kelainan letak lintang juga menyebabkan Ketuban Pecah Dini
(KPD), tapi tidak semua janin yang letak lintang dan letak sungsang mengakibatkan
Ketuban Pecah Dini (KPD), bisa saja faktor-faktor diatas yang Iainnya yang
rnenyebabkan terjadinya ketuban Pecah Dini (KPD). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan peneliti di RSUD M. Yunus Bengkulu dimana
ditemukan tingkat hubungannya lemah hal tersebut kemungkinan disebabkan karena
kelainan letak janin juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya diantaranya faktor
bawaan dan selaput ketuban, faktor infeksi, hidramnion, kehamilan ganda, dan faktor
nutrisi.Hal ini juga di perkuat dengan teori (Wiknjosastro,2000) yang menyatakan
bahwa kelainan letak sungsang dapat menyebabkan Ketuban Pecah Dini (KPD),
sebesar 2-4%, sedangkan letak lintang 0,3%.
Hasil Estimilasi Resiko didapat nilai OR = 2,442 yang berarti ibu yang
melahirkan letak sungsang dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) memiliki
peluang lebih besar, yakni 2,442 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
dengan letak lintang. Hal ini terjadi pada kasus bayi kembar, kemungkinan letak
sungsang akan lebih besar sebab janin yang kepalanya berputar kearah bawah akan
membuat rongga panggul ibu susah di lewati janin kembarannya. Sempitnya ruang
panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang. Sempitnya ruang
panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang. Maka pada byi
kembar dan sempinya ruang panggul ibu, posisi salah satunya adalah sungsang yang
dapat menstimulus ketuban untuk pecah dini (Aris Sujarwo, 2007).
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada kasus KPD, sebagian besar (72,1%)
responden dengan janin letak sungsang dan sebagian lagi 27,9% responden dengan

janin letak lintang. Sebagian besar (52,4%) responden dengan Ketuban Pecah Dini
(KPD). Ada hubungan yang signifikan antara kelainan letak janin dengan kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD) di ruang C1 Kebidanan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sebagian besar (72,1%) ibu bersalin di ruang C1 Kebidanan RSUD
dr.M.Yunus Bengkulu Tahun 2013 dengan kelainan letak janin yang mengalami
letak sungsang. Sebagian besar (52,4%) ibu bersalin kelainan letak di ruang C1
Kebidanan RSUD dr.M.Yunus Bengkulu Tahun 2013 yang mengalami Ketuban
Pecah Dini (KPD). Ada hubungan kelainan letak janin dengankejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) di ruang C1 Kebidanan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2013.

Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan kelainan letak janin dengan kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD) di ruang C1 Kebidanan RSUD dr. M. Yunus Bengkulu,
dan resikonya 2,442 kali lipat. Disamping itu ketuban pecah dini yang disertai
kelainan letak dan mempersulit pertolongan persalinan yang dilakukan ditempat
fasilitas yang belum memadai maka dari hal tersebut peneliti menyarankan kepada
pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan upaya pertolongan persalinan yang
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.
Jakarta :Rineka Cipta.
Aris Sujarwo, 2007. Posisi Bayi Melintang. http:// www.mail- archive. corn/ milisnakita @ News.Gramedia.com
Depkes RI, 2002. Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta :Depkes RI.

Hidayatun jalilah. 2009. Ketuban


http://luwzee.blog.frenster.com.

pecah

Dini.

Jakarta.

Diakses

dari

Kehamilan dengan Insiden Sepsis Neonatorium. Bali: diakses dari http://www.


kalbe.co.id.
Liu, David T. Y. 2007. Manual Persalinan Ed. 3.Jakarta :EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapis
Mitayani, 2009. : Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta :Salemba Medika.
Manuaba, dkk. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta :EGC.
Moctar, R. 2001. Sinopsis Obstetri, Jakarta. EGC.
Monika 2009. Pengaruh Pengetahuan terhadap perilaku http:// www.wikpedia.com
Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta.
Rachimhadhi. T. 2005. Ilmu Kebidaanan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid .1 Jakarta: EGC
Saifudin . 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta :JNPKR-POGI.
Sarwono Prawirohardjo dan Hanifa Winkjosastro (2003), Ilmu Kebidanan, edisi
ketiga, Jakarta:TBPSP.
Varney, dkk. 2008. Buku AjarAsuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta :EGC.
WHO.2006. Pelayanan Kesehatan Maternal.Jakarta : Media Aesculapius Press.

Daftar Tabel
Tabel 1

Distribusi frekuensi kelainan letak janin pada ibu bersalin dengan kelainan
letak di RSUD dr.M.Yunus tahun 2013.kelainan letak janin.
Kelainan letak janin
Letak sungsang
Letak lintang
Jumlah

Tabel 2

Persentase (%)
72,1

41
147

27,9
100,0

Distribusi frekuensi ketuban pecah dini (KPD) pada ibu bersalin dengan
kelainan letak di RSUD dr.M.Yunus Bengkulu Tahun 2013.
Uraian Ketuban
pecah dini
KPD
Tidak KPD
Jumlah

Tabel 3

Frekuensi
106

Frekuensi

Persentase (%)

77
70
147

52,4
47,6
100,0

Tabulasi Silang antara Kelainan Letak Janin dengan Kejadian Ketuban


Pecah Dini (KPD)
Kelainan Letak Janin
Letak
sungsang

KPD
Ya
Tidak
KPD
KPD
62
44
55,5
50,2

Total

X2

106
106,0
%
4,843

Letak
Lintang
Total

15
21,5

26
19,5

41
41,0%

77
77,0

70
70,0

147
147,0
%

0,028

Anda mungkin juga menyukai