BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SCABIES
1. Definisi
Adalah penyakit kulit akibat infestasi dan sensitisasi tungau sarcoptes
scabei jenis manusia dan produknya pada tubuh.4
Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan
oleh kutu Sarcoptes scabiei var hominis.1,3 Infeksi ini terjadi akibat kontak
langsung dari kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda
misalnya pakaian handuk, sprei, bantal dan lain - lain).5
Gambar 1. Scabies 5
2. Epidemiologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain:
kebersihan yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik
serta ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat
Hubungan Seksual).6
Beberapa sumber menuliskan bahwa skabies merupakan penyakit yang
terdapat diseluruh dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh
faktor yang belum diketahui sepenuhnya. 3
Penyakit kulit karena infeksi dan insekta salah satunya yaitu skabies
sering menyerang pada anak-anak. Walaupun orang dewasa dapat pula
terkena. Rasio frekuensi sama antara perempuan dan laki-laki. 4
3. Etiologi
Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis.
Kutu scabies memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat
dilihat dengan menggunakan mata telanjang. Secara morfologik merupakan
tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai
alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut
dan keempat dengan alat perekat.5,6
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kirakira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. 6
Gambar 3. siklus hidup Sarcoptes scabiei 8
Kutu ini kawin di dalam kantongnya, dimana kutu jantan akan mati tetapi
kutu betina yang telah dibuahi menggali terowongan dan melanjutkan siklus
hidupnya. Setelah invasi pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu
untuk timbul reaksi hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini.7
Siklus hidup ini menjelaskan mengapa pasien mengalami gejala selama
bulan pertama setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Setelah
sejumlah kutu (biasanya kurang dari 20) telah dewasa dan telah menyebar
dengan cara bermigrasi atau karena garukan pasien, hal ini akan berkembang
dari rasa gatal awal yang terlokalisir menjadi pruritus generalisata.8
Selama siklus hidup kutu ini, terowongan yang terbentuk meluas dari
beberapa milimeter menjadi beberapa centimeter. Terowongan ini tidak
meluas ke lapisan bawah epidermis, kecuali pada kasus hiperkeratosis scabies
Norwegia, kondisi dimana terdapat kulit yang bersisik, menebal, terjadi
imunosupresan, atau pada orang-orang tua dengan jumlah ribuan kutu yang
menginfeksi. Telur-telur kutu ini akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3 telur
perharinya dan massa feses (skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini
dapat menjadi iritan dan menimbulkan rasa gatal.8
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat
terowongannya dan menghindari area yang memiliki banyak folikel
pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di
tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami
lebih dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi
dan pasien dengan pengobatan immunosuppresan mempunyai risiko tinggi
untuk menderita Norwegian scabies.9,10
Reaksi hipersensitivitas akibat adanya benda asing mungkin menjadi
penyebab lesi. peningkatan titer IgE dapat terjadi pada beberapa pasien
scabies, bersama dengan eosinofilia, dan reaksi hipersensitivitas tipe langsung
akibat reaksi dari kutu betina ini. Kadar IgE menurun dalam satu tahun
setelah terinfeksi. Eosinofil kembali normal segera setelah dilakukannya
perawatan. Fakta bahwa gejala yang timbul jauh lebih cepat ketika terjadi
reinfeksi mendukung pendapat bahwa gejala dan lesi scabies adalah hasil dari
reaksi hipersensitivitas.8
Cara penularanan (Transmisi)
Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama dan hubungan seksual.
Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain. 6
5. Diagnosis
5.1 Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabiei sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan
gambaran klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik.
Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies,
yaitu : 6,11
a. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan
kulit seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu.
Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul
hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam
hari.3,10 Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau
akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat
seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.6,11
b. Menyerang manusia secara berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam
sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga.
Begitu pula dalam sebuah pemukiman yang padat penduduknya,
skabies dapat menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam
kelompok mungkin akan ditemukan individu yang hiposensitisasi,
walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak menimbulkan
10
menggunakan
mikroskop,
biasanya
posisi
tungau
11
menggaruk,
pengambilan
tungau
ini
dengan
menggunakan kuret.13
12
terutama pada telapak tangan dan jari. 9 Lesi skabies pada anak dapat
mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan,
telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima,
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di
wajah.5 Lesi yang timbul dalam bentuk vesikel, pustul, dan nodul, tetapi
distribusi lesi tersebut atipikal. Eksematisasi dan impetigo sering
didapatkan, dan dapat dikaburkan dengan dermatits atopik atau
acropustulosis. Rasa gatal bisa sangat hebat, sehingga anak yang
terserang dapat iritabel dan kurang nafsu makan.5
13
14
dibuat
irisan
tipis,
dan
dilakukan
irisan
superfisial
15
pengalaman
dalam
mendiagnosis
scabies
dengan
16
DIAGNOSIS BANDING
a.
17
Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara
histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke
bawah epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes
scabiei di bagian teratas epidermis yang mengalami akantosis. Pada
prurigo, penyebabnya belum diketahui. Namun dalam beberapa kasus,
faktor stress emosional menjadi salah satu pemicu sehingga sulit
untuk ditentukan apakah ini adalah penyebab atau akibat dari prurigo
sedangkan pada skabies disebabkan oleh adanya tungau Sarcoptes
scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin (H.E).4,12
18
7. PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektifitas
yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara
lain umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan
terapi yang pernah diberikan sebelumnya.9
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh
permukaan tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di
daerah sela-sela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area
belakang telinga. Pada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan
kulit
kepala
juga
harus
dioleskan
skabisid
topikal.
Pasien
harus
19
Permethrin
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya
sangat baik. obat ini merupakan pilihan pertama dalam
pengobatan skabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia
sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat salah dalam
penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya
sedikit yang terabsorbsi dan cepat dimetabolisme di kulit dan
deksresikan di urin. Tersedia dalam bentuk krim 5 % dosis
tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan malam hari sekali
dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum sembuh bisa
dilanjutkan dengan
pemberian kedua
setelah
1 minggu.
20
Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil
yang merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate
bersifat neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25%
emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda
atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl
benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur
dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzyl
benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan
skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak
menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat
menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan
pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari
2 tahun. Tapi benzyl benzoate lebih efektif dalam pengelolaan
resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang dimana
sumber daya yang terbatas, benzyl benzoate digunakan dalam
pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.18
tidak
berwarna.
Pemakaian
secara
tunggal
dengan
21
Beberapa
bukti
menunjukkan
lindane
dapat
ahli
beranggapan
bahwa
krim
ini
tidak
22
sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak
kecil. 18
f
Ivermectin
Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh
Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip
antibiotik makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai
antibiotik, diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit.
Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia,
pada manusia digunakan untuk pengobatan penyakit filaria
terutama oncocerciasis. Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200
ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk skabies. Digunakan pada
umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus tentang
formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati skabies.
Efek samping yang sering adalah kontak dermatitis dan
toxicepidermal necrolysis.12
Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3
hari.
Malathion
Malathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24
jam, pemberian berikutnya beberapa hari kemudian.12 Namun
saat
ini
tidak
lagi
direkomendasikan
karena
berpotensi
23
24
Dosis
Keterangan
hari.
Losion
Lindane
1%
dan laktasi.
Krim
Crotamito
berturut-turut,
n 10%
Sulfur
presipitat
lalu dibersihkan.
5-10%
lalu tetapi
efektifitasnya
tidak
kotor
pemakaiannya
dalam
dan
data
Benzyl
lalu dibersihkan
Benzoat
namun
dapat
10%
Ivermectin
200 g/kg
efektifitas
dan
digunakan
topikal
pada
yang
aman.
Dapat
bersama
bahan
lainnya.
kasus-kasus
Digunakan
skabies
25
PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan skabies, orangorang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi
dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk
mencegah penyebaran skabies karena seseorang mungkin saja telah
mengandung tungau skabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik.9
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci
bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau skabies dapat
hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya juga harus
dibersihkan (vacuum cleaner).9
9.
KOMPLIKASI
Di utara Australia, dilaporkan angka kematian meningkat 50 %
selama lebih dari 5 tahun, dengan penyebab utamanya yaitu infeksi
bakterial sekunder, yang sering disebabkan oleh Streptococcus aureus,
Streptococcus -hemolitikus grup A, atau peptostreptococci. Beberapa
laporan kasus didapatkan vaskulitis leukositoklastik akibat scabies, dan
satu kasus tercatat adanya antikoagulan lupus.19 Impegtiginisasi sekunder
26
antibiotik
topikal
ataupun
oral,
tergantung
tingkat
10.
PROGNOSIS
Dengan memperhatikan pemulihan dan cara pemakaian obat, serta
syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain
higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang
baik. 6