Anda di halaman 1dari 24

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

SCABIES
1. Definisi
Adalah penyakit kulit akibat infestasi dan sensitisasi tungau sarcoptes
scabei jenis manusia dan produknya pada tubuh.4
Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan
oleh kutu Sarcoptes scabiei var hominis.1,3 Infeksi ini terjadi akibat kontak
langsung dari kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda
misalnya pakaian handuk, sprei, bantal dan lain - lain).5
Gambar 1. Scabies 5

2. Epidemiologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain:
kebersihan yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik

serta ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat
Hubungan Seksual).6
Beberapa sumber menuliskan bahwa skabies merupakan penyakit yang
terdapat diseluruh dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh
faktor yang belum diketahui sepenuhnya. 3
Penyakit kulit karena infeksi dan insekta salah satunya yaitu skabies
sering menyerang pada anak-anak. Walaupun orang dewasa dapat pula
terkena. Rasio frekuensi sama antara perempuan dan laki-laki. 4
3. Etiologi
Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis.
Kutu scabies memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat
dilihat dengan menggunakan mata telanjang. Secara morfologik merupakan
tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai
alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut
dan keempat dengan alat perekat.5,6

Gambar 2. Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei 5


4. Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kirakira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. 6
Gambar 3. siklus hidup Sarcoptes scabiei 8

Kutu scabies betina menggali terowongan pada stratum corneum


dengan kecepatan 2 mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3 telur-telurnya
setiap harinya. Telur-telur ini akan menetas setelah 3 hari dan menjadi larva,
yang akan membentuk kantung dangkal di stratum corneum dimana larvalarva ini akan bertrasnformasi dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu.

Kutu ini kawin di dalam kantongnya, dimana kutu jantan akan mati tetapi
kutu betina yang telah dibuahi menggali terowongan dan melanjutkan siklus
hidupnya. Setelah invasi pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu
untuk timbul reaksi hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini.7
Siklus hidup ini menjelaskan mengapa pasien mengalami gejala selama
bulan pertama setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Setelah
sejumlah kutu (biasanya kurang dari 20) telah dewasa dan telah menyebar
dengan cara bermigrasi atau karena garukan pasien, hal ini akan berkembang
dari rasa gatal awal yang terlokalisir menjadi pruritus generalisata.8
Selama siklus hidup kutu ini, terowongan yang terbentuk meluas dari
beberapa milimeter menjadi beberapa centimeter. Terowongan ini tidak
meluas ke lapisan bawah epidermis, kecuali pada kasus hiperkeratosis scabies
Norwegia, kondisi dimana terdapat kulit yang bersisik, menebal, terjadi
imunosupresan, atau pada orang-orang tua dengan jumlah ribuan kutu yang
menginfeksi. Telur-telur kutu ini akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3 telur
perharinya dan massa feses (skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini
dapat menjadi iritan dan menimbulkan rasa gatal.8
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat
terowongannya dan menghindari area yang memiliki banyak folikel
pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di
tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami
lebih dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi
dan pasien dengan pengobatan immunosuppresan mempunyai risiko tinggi
untuk menderita Norwegian scabies.9,10
Reaksi hipersensitivitas akibat adanya benda asing mungkin menjadi
penyebab lesi. peningkatan titer IgE dapat terjadi pada beberapa pasien
scabies, bersama dengan eosinofilia, dan reaksi hipersensitivitas tipe langsung
akibat reaksi dari kutu betina ini. Kadar IgE menurun dalam satu tahun
setelah terinfeksi. Eosinofil kembali normal segera setelah dilakukannya

perawatan. Fakta bahwa gejala yang timbul jauh lebih cepat ketika terjadi
reinfeksi mendukung pendapat bahwa gejala dan lesi scabies adalah hasil dari
reaksi hipersensitivitas.8
Cara penularanan (Transmisi)
Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama dan hubungan seksual.
Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain. 6
5. Diagnosis
5.1 Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabiei sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan
gambaran klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik.
Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies,
yaitu : 6,11
a. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan
kulit seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu.
Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul
hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam
hari.3,10 Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau
akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat
seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.6,11
b. Menyerang manusia secara berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam
sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga.
Begitu pula dalam sebuah pemukiman yang padat penduduknya,
skabies dapat menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam
kelompok mungkin akan ditemukan individu yang hiposensitisasi,
walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak menimbulkan

keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier bagi individu


lain.6,10
c. Adanya terowongan (kunikulus)
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada
kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum
korneum, oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit
yang memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan
tipis. 6

Gambar 4. Terowongan pada penderita Scabies 12


Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul
dan nodul yang sering ditemukan di daerah sela-sela jari,
pergelangan tangan bagian depan dan lateral telapak tangan, siku,
aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. Bila ada
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorfik (pustul,
ekskoriasi, dan lain-lain).6

Gambar 5 . Gambaran klasik Scabies 5

Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi


hipersensitivitas pada antigen tungau. Lesi yang patognomonis
adalah terowongan yang tipis dan kecil seperti benang,
berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih
abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel
yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum
korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari,
pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut
sukar ditemukan di awal infeksi karena aktivitas menggaruk
pasien yang hebat.9

10

Gambar 6. Distribusi makro lesi primer scabies pada orang


dewasa 7

Gambar 7. Distribusi makro lesi primer scabies pada anak 7


d. Menemukan Sarcoptes scabiei
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh
kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva,
nimfa maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling
diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat ini agak susah
ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada umumnya
datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik. 12
Diagnosa positif hanya didapatkan bila menemukan tungau
dengan

menggunakan

mikroskop,

biasanya

posisi

tungau

11

determined dalam liang, dapat menggunakan pisau untuk teknik


irisan ataupun denggan menggunakan jarum steril, tungau ini
mayoritas dapat ditemukan pada tangan, pergelangan tangan dan
lebih kurang pada daerah genitalia, siku, bokong dan aksila. Pada
anak anak tungau banyak ditemukan dibawah kuku karena
kebiasaan

menggaruk,

pengambilan

tungau

ini

dengan

menggunakan kuret.13

Gambar 8. Telur, nimfa, dan skibala Sarcoptes scabiei 13

5.2 Bentuk Klinis


Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak
khas, meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan
diagnostik yang dapat berakibat gagalnya pengobatan.. Beberapa bentuk
skabies antara lain :
a. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah
yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. 11
b. Skabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan
kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Nodul pruritis
eritematous keunguan dapat ditemukan pada aksila dan daerah lateral
badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul berminggu-minggu
setelah eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bula bisa timbul

12

terutama pada telapak tangan dan jari. 9 Lesi skabies pada anak dapat
mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan,
telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima,
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di
wajah.5 Lesi yang timbul dalam bentuk vesikel, pustul, dan nodul, tetapi
distribusi lesi tersebut atipikal. Eksematisasi dan impetigo sering
didapatkan, dan dapat dikaburkan dengan dermatits atopik atau
acropustulosis. Rasa gatal bisa sangat hebat, sehingga anak yang
terserang dapat iritabel dan kurang nafsu makan.5

Gambar 9 : Skabies pada anak 5


c. Skabies nodular
Skabies nodular adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7% dari
kasus skabies dimana

lesi berupa nodul merah kecoklatan

berukuran 2-20 mm yang sangat gatal. Umumnya terdapat pada


daerah yang tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan aksila.
Pada nodul yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap
selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah
mendapat pengobatan anti skabies.14
d. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan
gejala dan tanda pada penderita apabila penderita mengalami
skabies. Akan tetapi dengan penggunaan steroid, keluhan gatal
tidak hilang dan dalam waktu singkat setelah penghentian
penggunaan steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih

13

buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon


imun seluler.11

Gambar 10. Lesi krusta terlokalisasi pada penderita dengan


pengobatan regimen imunosupresan 5

e. Norwegian scabies (Skabies berkrusta)


Merupakan skabies berat ditandai dengan lesi klinis generalisata
berupa krusta dan hiperkeratosis dengan tempat predileksi pada
kulit kepala berambut, telinga, bokong, telapak tangan, kaki, siku,
lutut dapat pula disertai kuku distrofik bentuk ini sangat menular
tetapi gatalnya sangat sedikit. Dapat ditemukan lebih dari satu juta
populasi tungau dikulit. Bentuk ini ditemukan pada penderita yang
mengalami gangguan fungsi imun

misalnya AIDS, penderita

gangguan neurologik dan retardasi mental.6,9

14

Gambar 11. Norwegian scabies yang bermanifestasi sebagai


kulit yang terekskoriasi, likenifikasi, hiperkeratosis 3

5.3 Pemeriksaan Penunjang


Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi
penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti
sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan
dua dari empat cardinal sign. 11 Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menemukan tungau dan produknya yaitu :
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau
KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan skalpel steril
yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan
pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup
lalu diperiksa dibawah mikroskop.11
b. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan
kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke
ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, tungau terlihat pada
ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini
mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.11
c. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit.
Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut
akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena
akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk
gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk S.11
d. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk
kemudian

dibuat

irisan

tipis,

dan

dilakukan

irisan

superfisial

menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak


berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi

15

dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop. 11


Biopsi irisan dengan pewarnaan Hematoksilin and Eosin

Gambar 12. Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan


pewarnaan H.E 14
e. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam
kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet
dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan efluoresensi
kuning keemasan pada kanalikuli.11
f. Dermoskopi
Dermoskopi awalnya dipakai oleh dermatolog sebagai alat yang berguna
untuk membedakan lesi-lesi berpigmen dan melanoma. Dermoskopi juga
dapat menjadi alat yang berguna dalam mendiagnosis scabies secara in
vivo. Alat ini dapat mengidentifikasi struktur bentuk triangular atau
bentuk-V yang diidentifikasi sebagai bagian depan tubuh tungau,
termasuk kepala dan kaki. Banyak laporan kasus yang didapatkan
mengenai

pengalaman

dalam

mendiagnosis

scabies

dengan

16

menggunakan Dermoskopi. Dermoskopi sangat berguna, terutama dalam


kasus-kasus tertentu, termasuk kasus scabies pada pasien dengan terapi
steroid lama, pasien imunokompromais dan scabies nodular.16

Gambar 13. Scabies yang teridentifikasi dengan Dermoskopi 16


6.

DIAGNOSIS BANDING
a.

Insect bite (gigitan serangga) :


Karakteristik lesi berupa urtikaria papul eritematous 1-4 mm
berkelompok dan tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau skabies
lebih suka memilih area tertentu yaitu menghindari area yang
memiliki banyak folikel pilosebaseus.10
Pada umumnya popular urtikaria terjadi akibat gigitan dan
sengatan serangga tetapi area lesinya hanya terbatas pada daerah
gigitan dan sengatan serangga saja sedangkan skabies ditemukan lesi
berupa terowongan yang tipis dan kecil seperti benang berwarna putih
abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.9
Gigitan serangga biasanya hanya mengenai satu anggota keluarga
saja, sedangkan skabies menyerang manusia secara kelompok,
sehingga dalam sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota
keluarga.11

17

Gambar 14 . Tampak gigitan serangga berupa bulla 14


b.

Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara
histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke
bawah epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes
scabiei di bagian teratas epidermis yang mengalami akantosis. Pada
prurigo, penyebabnya belum diketahui. Namun dalam beberapa kasus,
faktor stress emosional menjadi salah satu pemicu sehingga sulit
untuk ditentukan apakah ini adalah penyebab atau akibat dari prurigo
sedangkan pada skabies disebabkan oleh adanya tungau Sarcoptes
scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin (H.E).4,12

Gambar 15. Tampak prurigo nodularis di daerah lengan 14

18

7. PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektifitas
yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara
lain umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan
terapi yang pernah diberikan sebelumnya.9
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh
permukaan tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di
daerah sela-sela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area
belakang telinga. Pada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan
kulit

kepala

juga

harus

dioleskan

skabisid

topikal.

Pasien

harus

diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang


adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu.
Jika tidak diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan
yang diberikan tidak berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti
skabies secara berlebihan. Steroid topikal, anti histamin maupun steroid
sistemik jangka pendek dapat diberikan untuk menghilangkan ruam dan gatal
pada pasien yang tidak membaik setelah pemberian terapi skabisid yang
lengkap.9
a. Penatalaksanaan secara umum
Edukasi pada pasien skabies : 4
1

Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan

Menghindari orang-orang yang terkena

Mencuci/menjemur alat-alat tidur dan jangan memakai pakaian/


handuk bersama-sama.

7.1 Penatalaksanaan secara khusus

19

Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan skabies


dapat berupa topikal maupun oral antara lain :
a

Permethrin
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya
sangat baik. obat ini merupakan pilihan pertama dalam
pengobatan skabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia
sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat salah dalam
penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya
sedikit yang terabsorbsi dan cepat dimetabolisme di kulit dan
deksresikan di urin. Tersedia dalam bentuk krim 5 % dosis
tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan malam hari sekali
dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum sembuh bisa
dilanjutkan dengan

pemberian kedua

setelah

1 minggu.

Permethrin tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2


bulan, wanita hamil, dan ibu menyusui. Efek samping jarang
ditemukan berupa rasa terbakar, perih, dan gatal. Beberapa studi
menunjukkan tingkat keberhasilan permetrin lebih tinggi dari
lindane dan crotamiton. Kelemahannya merupakan obat topikal
yang mahal.12,17
b Presipitat Sulfur 2-10%
Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama
digunakan, sejak 25 M. Preparat sulfur yang tersedia dalam
bentuk salep (2% -10%) dan umumnya salep konsentrasi 6%
lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni
mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama
24 jam tiga hari berturut-turut. Keuntungan penggunaan obat ini
adalah harganya yang murah dan mungkin merupakan satusatunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi massal.12,14
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan
membentuk hidrogen sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6)
yang bersifat germisid dan fungisid. Secara umum sulfur bersifat

20

aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui


serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian
pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi.12
c

Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil
yang merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate
bersifat neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25%
emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda
atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl
benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur
dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzyl
benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan
skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak
menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat
menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan
pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari
2 tahun. Tapi benzyl benzoate lebih efektif dalam pengelolaan
resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang dimana
sumber daya yang terbatas, benzyl benzoate digunakan dalam
pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.18

d Lindane (Gamma benzene heksaklorida)


Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah
sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau.
Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan
selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan
konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang
menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau, lindane
dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.18
Lindane tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau
dan

tidak

berwarna.

Pemakaian

secara

tunggal

dengan

21

mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24


jam dalam bentuk 1% krim atau losion. Setelah pemakaian dicuci
bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini
untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah
oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan
penggunaan lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk
tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak
menggunakan konsentrasi lain selain 1%.12
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas
sistem saraf pusat, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau
bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP
setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing,
muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari
kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan
kematian.

Beberapa

bukti

menunjukkan

lindane

dapat

mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia


aplastik, trombositopenia, dan pansitopenia.18
e

Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)


Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim
10% atau losion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan
70%. Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali
sehari selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan
mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam,
kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang
ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.11
Beberapa

ahli

beranggapan

bahwa

krim

ini

tidak

direkomendasikan terhadap skabies karena kurangnya efikasi dan


data penunjang tentang tingkat keracunan terhadap obat tersebut.
Crotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek

22

sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak
kecil. 18
f

Ivermectin
Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh
Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip
antibiotik makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai
antibiotik, diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit.
Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia,
pada manusia digunakan untuk pengobatan penyakit filaria
terutama oncocerciasis. Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200
ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk skabies. Digunakan pada
umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus tentang
formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati skabies.
Efek samping yang sering adalah kontak dermatitis dan
toxicepidermal necrolysis.12

Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3
hari.

Malathion
Malathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24
jam, pemberian berikutnya beberapa hari kemudian.12 Namun
saat

ini

tidak

lagi

direkomendasikan

karena

memberikan efek samping yang sangat tinggi.18


7.2 Penatalaksanaan skabies berkrusta

berpotensi

23

Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun


skabies berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan
beberapa pengobatan dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi
kepala, wajah, kecuali sekitar mata, hidung, mulut dan khusus dibawah
kuku jari tangan dan jari kaki diikuti dengan penggunaan sikat di bagian
bawah ujung kuku. Pengobatan diawali dengan krim permethrin dan
jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat
membantu bila sebelum terapi dengan skabisid diobati dengan
keratolitik.11
7.3 Penatalaksanaan skabies nodular
Skabies nodular merupakan salah satu karakteristik skabies yang kronik
mengenai beberapa bagian tubuh seperti genitalia pria dan aksilla.
Skabies seperti ini ditangani dengan anti skabitik disertai dengan
pemberian steroid. 18

7.4 Pengobatan terhadap komplikasi


Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral
khususnya eritromisin.18
7.5 Pengobatan simptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal
yang secara karakteristik menetap selama beberapa minggu setelah
terapi dengan anti skabies yang adekuat. Pada bayi, aplikasi
hidrokortison 1% pada lesi kulit yang sangat aktif dan aplikasi pelumas
atau emolien pada lesi yang kurang aktif mungkin sangat membantu,
dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon 0,1% untuk
mengurangi keluhan.18

24

Tabel 1. Pengobatan Skabies 9


Jenis Obat
Krim

Dosis

Keterangan

Dioleskan selama 8-14 Terapi lini pertama di Amerika

Permethrin jam, diulangi selama 7 Serikat dan kehamilan kategori


5%

hari.

Losion

Dioleskan selama 8 jam Tidak dapat diberikan pada

Lindane

setelah itu dibersihkan, anak umur 2 tahun kebawah,

1%

olesan kedua diberikan 1 wanita selama masa kehamilan


minggu kemudian.

dan laktasi.

Krim

Dioleskan selama 2 hari Memiliki efek anti pruritus

Crotamito

berturut-turut,

n 10%

diulangi dalam 5 hari.

Sulfur

Dioleskan selama 3 hari Aman untuk anak kurang dari

presipitat

lalu dibersihkan.

5-10%

lalu tetapi

efektifitasnya

tidak

sebaik topikal lainnya.

2 bulan dan wanita dalam masa


kehamilan dan laktasi, tetapi
tampak

kotor

pemakaiannya

dalam
dan

data

efisiensi obat ini masih kurang.


Losion

Dioleskan selama 24 jam Efektif

Benzyl

lalu dibersihkan

Benzoat

namun

dapat

menyebabkan dermatitis pada


wajah

10%
Ivermectin

Dosis tunggal oral, bisa Memiliki

200 g/kg

diulangi selama 10-14 tinggi


hari

efektifitas

dan

digunakan
topikal
pada

yang

aman.

Dapat

bersama

bahan

lainnya.
kasus-kasus

Digunakan
skabies

berkrusta dan skabies resisten.

25

Setelah pengobatan berhasil untuk mematikan tungau, rasa gatal dapat


bertahan dan dirasakan selama 6 minggu sebagai reaksi eksematous. Pasien
dapat diobati dengan pengobatan eksema biasa dengan emolien dan
kortikosteroid topikal dengan atau tanpa antibiotik topikal tergantung adanya
infeksi sekunder Staphylocccus aureus. Antipruritus topikal crotamiton sering
membantu jika kulit gatal dengan hanya sedikit reaksi peradangan. Pasien harus
disarankan bahwa erupsi dari skabies membutuhkan waktu untuk proses
penyembuhan dan sebaiknya berhati-hati dengan penggunaan skabisid yang
berlebihan. 18
8.

PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan skabies, orangorang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi
dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk
mencegah penyebaran skabies karena seseorang mungkin saja telah
mengandung tungau skabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik.9
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci
bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau skabies dapat
hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya juga harus
dibersihkan (vacuum cleaner).9
9.

KOMPLIKASI
Di utara Australia, dilaporkan angka kematian meningkat 50 %
selama lebih dari 5 tahun, dengan penyebab utamanya yaitu infeksi
bakterial sekunder, yang sering disebabkan oleh Streptococcus aureus,
Streptococcus -hemolitikus grup A, atau peptostreptococci. Beberapa
laporan kasus didapatkan vaskulitis leukositoklastik akibat scabies, dan
satu kasus tercatat adanya antikoagulan lupus.19 Impegtiginisasi sekunder

26

adalah komplikasi umum ditemukan dan berespon baik terhadap


pemberian

antibiotik

topikal

ataupun

oral,

tergantung

tingkat

piodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga terjadi


terutama pada skabies Norwegian Scabies.9 Glomerulonefritis juga
pernah dilaporkan sebagai komplikasi dari scabies.9 Post-streptococcal
glomerulonephritis bisa terjadi karena scabies-induced pyodermas yang
disebabkan oleh Streptococcus pyogens.9

10.

PROGNOSIS
Dengan memperhatikan pemulihan dan cara pemakaian obat, serta
syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain
higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang
baik. 6

Anda mungkin juga menyukai