PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan.
Dimana resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang dirawat di
Rumah Sakit, dapat juga terjadi pada para petugas Rumah Sakit tersebut. Berbagai
prosedur penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang
berasal dari pasien. Infeksi petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan karena
petugas menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien. 1
Kasus infeksi nosokomial (infeksi yang terjadi ketika pasien dirawat di
rumah sakit) di seluruh dunia rata-rata 9% dari 1,4 juta pasien rawat inap di sluruh
dunia. Di Indonesia, data akurat tentang angka kejadian infeksi nosokomial di
rumah sakit belum ada.
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Dr Farid W
Husain menjelaskan, infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang
menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien.
Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin
meningkat
terlebih
lagi
dalam
keadaan
sosial
ekonomi
yang
kurang
menguntungkan seperti yang telah dihadapi Indonesia saat ini. Indikasi rawat
pasien akan semakin ketat, pasien akan datang dalam keadaan yang semakin
parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama yang juga berarti pasien dapat
memerlukan tindakan invasif yang lebih banyak. Secara keseluruhan berarti daya
tahan pasien lebih rendah dan pasien cenderung untuk mengalami berbagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Infeksi Nosokomial
Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan pejamu rentan
yang terjadi melalui kode transmisi kuman yang tertentu. Cara transmisi
mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,
dan dengan kontak langsung. Di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya,
infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari petugas ke petugas,
dari petugas ke pasien dan antar petugas. Dengan berbekal pengetahuan tentang
patogenesis infeksi yang meliputi interaksi mikroorganisme dan pejamu, serta
cara transmisi atau penularan infeksi, dan dengan kemampuan memutuskan
interaksi antara mikroorganisme dan pejamu maka segala kemampuan
memutuskan interaksi antara mikoorganisme dan pejamu, maka segala bentuk
infeksi dapat dicegah.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan saat di dalam rumah
sakit, infeksi muncul setelah 48 jam setelah terjadi kontak di rumah sakit baik
dengan peralatan atau sarana dan prasarana maupun juga dengan petugas rumah
sakit tersebut. 4
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Sedangkan infeksi
nosokomial adalah Infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di
Rumah Sakit. Infeksi nosokomial biasanya terjadi setelah pasien dirawat minimal
3 x 24 jam di rumah sakit. Bisa saja ini merupakan persoalan serius yang dapat
menjadi penyebab langsung atau tidak langsung terhadap kematian pasien.
Mungkin saja di beberapa kejadian, Infeksi Nosokomial tidak menyebabkan
kematian pasien. Akan tetapi ia menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih
lama di Rumah Sakit.
Infeksi nosokomial tidak saja menyangkut penderita tetapi juga yang
kontak dengan rumah sakit termasuk staf rumah sakit, sukarelawan, pengunjung
dan pengantar. Suatu Infeksi dikatakan di dapat rumah sakit apa bila : 1)Pada
waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik
dari infeksi tersebut. 2)Pada waktu penderita dirawat di rumah sakit tidak sedang
dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut. 3) Tanda-tanda klinik tersesut baru
timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak dimulainya perawatan.
3)Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya. 4)Bila saat
mulai dirawat di rumah sakit sudah terdapat tanda-tanda infeksi dan dapat
dibuktikan infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang
sama pada waktu lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.5
2.2 Sejarah Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit
timbul atau tidaknya infeksi dan bervariasi antara satu mikroba dengan mikroba
lain dan antara satu host dengan host yang lain.8
Sumber infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien, petugas rumah sakit,
pengunjung ataupun lingkungan rumah sakit. Selain itu setiap tindakan baik
tindakan invasif maupun non invasif yang akan dilakukan pada pasien mempunyai
resiko terhadap infeksi nosokomial. Adapun sumber infeksi tindakan invasif
(operasi) adalah :
1. Petugas
tidak/kurang
menguasai
Tidak/kurang
memahami
memperharikan
cara
cara-cara
kebersihan
mengerjaklan
memperhatikan/melaksanakan
aseptik
dan
penularan,
perorangan,
tidak
tindakan,
tidak
antiseptik,
tidak
Infeksi silang (Cross Infection) Disebabkan oleh kuman yang didapat dari
orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak
langsung.
Infeksi sendiri (Self infection,Auto infection) Disebabkan oleh kuman dari
penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan kejaringan
lain.
Infeksi lingkungan (Enverenmental infection) Disebabkan oleh kuman
yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di
lingkungan rumah sakit. Misalnya : lingkungan yang lembab dan lain-lain
(Depkes RI 1995). 9
Menurut Jemes H,Hughes dkk yang dikutip oleh Misnadiarli 1994 tentang
model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi nosokomial yaitu : 1)Kontak
langsung antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga pasien 2)Kontak
tidak langsung ketika obyek tidak bersemangat/kondisi lemah dalam lingkungan
menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan, sebagai contoh
perawatan luka paska operasi. 3)Penularan cara droplet infection dimana kuman
dapat mencapai keudara (air borne). 4)Penularan melalui vektor yaitu penularan
melalui hewan/serangga yang membawa kuman. 10
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial
Infeksi pada dasarnya terjadi karena interaksi langsung maupun tidak
langsung antara penderita (host) yang rentan mikroorganisme yang infeksius dan
lingkungan sekitarnya (Environment). Faktor-faktor yang saling mempengaruhi
dan saling berhubungan disebut rantai infeksi sebagai berikut :
infection.
Penderita (host) yang rentan. Masuknya kuman kedalam tubuh
penderita tidak selalu menyebabkan infeksi. Respon penderita
terhadap mikroba dapat hanya infeksi subklinis sampai yang
yang
mengandung
antibodi).
Lingkungan
sangat
pembagian
faktor-faktor
diatas,
infeksi
nosokomial
juga
dipengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen. Faktor endogen adalah faktor yang
ada didalam tubuh penderita sendiri antara lain umur, jenis kelamin, daya tahan
tubuh dan kondisi lokal. Faktor eksogen adalah faktor dari luar tubuh penderita
berupa lamanya penderita dirawat, kelompok yang merawat, lingkungan,
peralatan tehnis medis yang dilakukan dan adanya benda asing dalam tubuh
penderita yang berhubungan dengan udarah luar (Roeshadi Joko,1991). Kondisikondisi yang mempermudah terjadinya Infeksi nosokomial Infeksi nosokomial
mudah terjadi karena adanya beberapa keadaan tertentu : 1.Rumah sakit
merupakan tempat berkumpulnya orang sakit/pasien, sehingga jumlah dan jenis
kuman penyakit yang ada lebih penyakit dari pada ditempat lain. 2.Pasien
10
mempunyai daya tahan tubuh rendah, sehingga mudah tertular. 3.Rumah sakit
sering kali dilakukan tindakan invasif mulai dari sederhana misalnya suntukan
sampai tindakan yang lebih besar, operasi. Dalam melakukan tindakan sering kali
petugas
kurang
memperhatikan
tindakan
aseptik
dan
antiseptik.
kuman
patogen.
6.Penggunaan
alat-alat
kedokteran
yang
umum
punya
interest,
wakil
kelompok
besar,
punya
11
Ada tiga hal yang perlu ada dalam program pengendalian infeksi
nosokomial yaitu :
1. Adanya sistem surveilan yang mantap.
Surveilan suatu penyakit adalah tindakan pengamatan yang sistematik dan
dilakukan terus menerus terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu
populasi tertentu dengan tujuan untuk dapat melakukan pencegahan dan
pengendalian. Jadi tujuan dari surveilan adalah untuk menurunkan risiko
terjadinya infeksi nosokomial.
Perlu ditegaskan di sini bahwa keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial
bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh
kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita secara
benar (the proper nursing care).Dalam pelaksanaan surveilan ini, perawat sebagai
petugaslapangan di garis paling depan, mempunyai peran yang sangat
menentukan.
2. Adanya peraturan yang jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan,
merupakan hal yang sangat penting adanya.
Peraturan-peraturan ini merupakan standar yang harus dijalankan setelah
dimengerti semua petugas; standar ini meliputi standar diagnosis (definisi kasus)
ataupun standar pelaksanaan tugas.Dalam pelaksanaan dan pengawasan
pelaksanaan peraturan ini, peran dokter muda besar sekali.
3. Adanya program pendidikan yang terus menerus.
Seperti disebutkan di atas, pada hakekatnya keberhasilan program ini ditentukan
oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan yang sempurna kepada
penderita. Perubahan perilaku inilah yang memerlukan proses belajar dan
12
(mahal
dan
bahaya
resistensi),
melainkan
ditentukan
oleh
Sarung Tangan
Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang
terkontaminasi
13
Pembersihan Lingkungan
14
Resusitasi Pasien
Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk
menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut
Penempatan Pasien
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin
meningkat
terlebih
lagi
dalam
keadaan
sosial
ekonomi
yang
kurang
menguntungkan seperti yang telah dihadapi Indonesia saat ini. Indikasi rawat
pasien akan semakin ketat, pasien akan datang dalam keadaan yang semakin
parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama yang juga berarti pasien dapat
16
memerlukan tindakan invasif yang lebih banyak. Mutu pelayanan di Rumah Sakit
dapat berpengaruh karena pasien bertambah sakit akibat infeksi nosokomial.
Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin
meningkat
terlebih
lagi
dalam
keadaan
sosial
ekonomi
yang
kurang
menguntungkan seperti yang telah dihadapi Indonesia saat ini. Indikasi rawat
pasien akan semakin ketat, pasien akan datang dalam keadaan yang semakin
parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama yang juga berarti pasien dapat
memerlukan tindakan invasif yang lebih banyak. Secara keseluruhan berarti daya
tahan pasien lebih rendah dan pasien cenderung untuk mengalami berbagai
tindakan invasif yang akan memudahkan masuknya mikroorganisme penyebab
infeksi nosokomial. Sementara itu jenis infeksi yang dialami dapat berupa
berbagai jenis infeksi yang baru diketahui misalnya infeksi HIV / AIDS atau
Ebola dan infeksi lama yang semakin virulen, misalnya tuberkulosis yang resisten
terhadap pengobatan. Mutu pelayanan di Rumah Sakit dapat berpengaruh karena
pasien bertambah sakit akibat infeksi nosokomial.
Pengetahuan tentang pencegahan ineksi sangat penting untuk petugas
Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang sangat
berbahaya. Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit, dan
upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan
yang bermutu. Untuk seorang petugas pertama dalam pemberian pelayanan yang
bermutu. Untuk seorang petugas kesehatan, kemampuan mencegah infeksi
memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan, karena mencakup setiap aspek
penanganan pasien.
17
mencegah transmisi
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartono.2000.Mengenal Alat Kesehatan dan Kedokteran.Jakarta : Heins
2.
3.
4.
5.
Von Hare
http://klikharry.wordpress.com/2006/12/21/infeksi-nosokomial/
www.infeksi.com
Ramah Surbakti. Pendekatan tim dalam pengendalian infeksi nosokomial,
Penataran Infeksi Nosokomial Perawat - Dokter, Surabaya, 7 Desember
1988.
6. Simposium - Lokakarya Nasional : Pengendalian Infeksi Nosokomial,
Surabaya,9 11 Juni 1988, hal. 10 dan 35.
7. Wenzel RP. Prevention and Control of Nosocomial Infections. Baltimore,
London, Los Angeles, Sydney: Williams & Wilkins.
8. www.depkes.go.id
9. Usman Chatib Warsa. Aspek Mikrobiologi Infeksi Nosokomial. Maj
Infonnasi Kesehatan No. 19, Januari 2011.
19
20