I.
II.
Tujuan
Mahasiswa mampu membuat sediaan Acidum Ascorbicum (Vitamin C) dalam
bentuk tablet secara kempa langsung.
Teori
1. Pengertian tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang
biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang
sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara
pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet
digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut (Ansel,
1989).
2. Jenis sediaan tablet
A. Berdasarkan prinsip pembuatan
1. Tablet Kempa atau Tablet Kempa Standar , dibuat dengan cara
pengemoaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul
menggunakan pans/cetakan biasa.
2. Tablet Kempa Ganda
Tablet dalam kategori ini biasanya dibuat untuk salah satu dari
kedua alasan, yaitu untuk memisahkan secara fisika atau kimia
bahan-bahan yang tidak dapat bercampur, atau untuk menghasilkan
produk dengan kerja ulang atau produk dengan kerja yang
diperpanjang.
B. Berdasarkan tujuan penggunaan
1. Tablet Aksi Diperlama dan Tablet Salut Enterik
Bentuk sediaan tablet aksi diperlama dimaksudkan untuk melepas
obat sesudah penundaan beberapa lama, atau setelah tablet melalui
satu bagian saluran cerna ke bagian lainnya.
1
jangka waktu yang lama, berkisar dari satu bulan sampai satu tahun.
Tablet Vaginal
2
3. Kriteria tablet
Kriteria umum dalam sediaan tablet sebagai berikut : (Agoes, 2008)
a. Disolusi obat optimal sesuai dengan ketentuan spesifikasi / farmakope.
b. Ketersediaan hayati sesuai dengan tujuan penggunaan (pelepasan
segera atau modifikasi).
c. Ketelitian dan keseragaman kandungan obat dalam setiap takaran.
d. Stabilitas ; termasuk stabilitas bahan aktif ; formulasi tablet secara
menyeluruh,
a. Keuntungan
Sediaan tablet
banyak
digunakan
karena
memiliki
beberapa
keuntungan, yaitu :
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat sehingga
memudahkan pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan).
2. Mengandung zat aktif yang tepat.
3. Sediaan tablet adalah kering sehingga zat aktif lebih stabil.
4. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah yang besar dengan
volume yang kecil.
5. Tablet sangat cocot untuk zat aktif yang sulit larut air.
6. Pelepasan zat aktif dapat diatur.
7. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutup rasa dan
bau yang tidak enak.
8. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana dan cepat sehingga
biaya produksinya lebih rendah.
9. Pemakaian oleh penderita lebih mudah (Lachman et al, 1994).
b. Kerugian
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai
beberapa kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam
keadaan tidak sadar/pingsan).
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena
sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya
cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui
saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk
diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa).
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak
disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan
kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa.
Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan
tablet jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan
yang paling banyak dijumpai di perdagangan.
5. Metode pembuatan tablet
4
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi
basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode
pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat
aktif yang akan dibuat tablet.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode
tersebut :
A. Granulasi Basah
Yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas (Lachman et al, 1994).
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik.
2. Meningkatkan kompresibilitas.
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai.
4. Mengontrol pelepasan.
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
6. Distribusi keseragaman kandungan.
7. Meningkatkan kecepatan disolusi.
Kekurangan metode granulasi basah :
1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
2. Biaya cukup tinggi.
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan
pelarut non air.
Langkah-langkah dalam metode granulasi basah :
1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan
Bahan aktif, pengisi, penghancur ditimbang sesuai yang
dibutuhkan, bahan pengisi biasanya laktosa, kaolin, manitol,
amylum, gula bubuk.
2. Pembuatan granulasi biasa
Agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper ke
dalam cetakan mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya
perlu mengubah campuran serbuk menjadi granula yang bebas
mengalir ke dalam cetakan disebut granulasi.
5
sedikit.
Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak
4.
tahan lembab
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati
proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa
langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari
proses
pengempaan
sehingga
pengisi
yang
glidan
kurang
atau
yang
dikompresi
adalah
bahan
berminyak/lengket.
f. Sticking
Adalah keadaan granul menempel pada dinding die. Penyebabanya yaitu
punch kurang bersih, tablet dikompresi pada kelembapan tinggi.
g. Mottling
Adalah keadaan distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata.
h. Binding
Adalah lubrikasi yang tidak memadai.
7. Formula Tablet
R/ Zat berkhasiat
Pengisi
Pengikat
Penghancur
Pelincir
Zat tambahan
Pewarna
Penambah rasa
Penyalut
Pembasah
8. Bahan Tambahan Tablet
a. Bahan Pengisi
Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan
untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya
tablet yang mengandung zat aktif dengan dosis kecil memerlukan zat
pengisi yang banyak. Jika dosis besar maka pengisi sedikit atau tidak
sama sekali.
Contoh zat pengisi :
1. Avicel (mikrokristalin selulosa)
Bentuk 103 memiliki keunggulan dibandingkan dengan 101, 102
karena volume spesifiknya kecil, aliran lebih baik dan waktu
seragam.
Untuk obat dengan dosis kecil, Avicel digunakan sebagai pengisi
aktif 20-30%.
Sinonim: terra alba, snow white filler.
Insoluble, non-higroskopis.
Semakin tinggi grade-nya semakin putih, pengisi paling murah,
bisa dipakai untuk zat aktif asam, netral, basa; punya kapasitas
amin
anhidrat.
Dikenal sebagai gula susu. Spray-dried Lactose (Lachman
Industri).
Untuk pengisi kempa langsung, umumnya digabung dengan
Avicel. Jika tunggal digunakan dalam konsentrasi 40-50% sebagai
pembawa.
11
Sifat direct compression-nya berkurang jika kadar air < 3%; dapat
dicampur dengan 20-25% zat aktif tanpa kehilangan sifat direct
compression-nya.
Kapasitas pegang 20-25% terhadap zat aktif; punya aliran baik
dan karakteristik pengikatan yang lebih baik dibandingkan laktosa
biasa.
Kelemahan: dapat menghitam dengan adanya lembab, amin, atau
mencegah caking.
Sukrosa digunakan sebagai pemanis dalam tablet kunyah dan
tetapi
menjadi
coklat
pada
penyimpanan
dan
higroskopis.
Turunan sukrosa yang dapat digunakan untuk kempa langsung:
a. Sugartab : 90-93% sukrosa, 7-10% invert sugar.
b. Di Pac : 97% sukrosa, 3% modified dekstrin.
c. Nu Tab : 95% sukrosa, 4% gula invert, 1% corn starch, Mg
stearat.
6. Dekstrosa
12
serbuk
kemudian
penyimpanan.
CMC Na
5-15%.
Inkompatibel dengan Mg, Ca, Al, dan garamnya.
Menghasilkan granul yang lebih rapuh dari PVP kecenderungan
untuk mengeras, umumnya tablet mempunyai waktu disintegrasi
Larut air, mirip akasia tapi tidak terlalu rentan dengan bakteri.
Membentuk granul yang lebih lunak dari acacia, menghasilkan
tablet yang disintegrasi lebih cepat dan tidak mengeras pada
penyimpanan.
C. Flavour (Lachman Industri)
Digunakan untuk tablet kunyah.
Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering,
biasanya sebagai fasa luar, sedangkan yang cair ditambahkan
diabsorbsikan ke adsorben.
Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75%.
D. Disintegran (Penghancur)
Fungsi : untuk memecah tablet
Cara pakai : saat granulasi dan sebelum dicetak (paling baik).
1. Starch (amylum)
Dapat digunakan sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur.
Dalam bentuk musilago amili 5-10%. Pemakaian terbaik maksimal
30%. Jika dosis zat aktif besar, starch diganti dengan penghacur yang
lebih baik, yaitu avicel.
Merupakan disintegran yang paling umum digunakan,Mekanisme
kerja dengan membentuk ikatan hydrogen saat pengempaan dan
pecah atau mengembang saat air masuk melalui pori (kapiler)
2. Starch 1500
Sebagai disintegran:
Merupakan disintegran yang baik dan ditambahkan dalam campuran
kering (dalam fasa dalam dan atau fasa luar pada metoda granulasi
kering atau kempa langsung, atau dalam fasa luar pada metoda
granulasi basah).
Perhatian: tidak boleh diberikan pada massa basah.
3. Sodium starch glycolate (primogel, explotab)
Pemakaian: 1-20% dengan konsentrasi optimum 4%.. Explotab tidak
dapat sebagai penghancur dalam.
Mekanisme sama dengan starch secara umum, merupakan starch
termodifikasi sehingga mampu menyerap air 200-300%.
16
Waktu
disintegrasi
ditentukan
pula
oleh
besarnya
tekanan
pengempaan.
Perhatian: pada suhu dan kelembaban yang tinggi dapat
memperlama waktu disintegrasi sehingga memperlambat waktu
disolusi.
4. Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol)
Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik
untuk digunakan sebagai disintegran karena larut air dan memiliki
afinitas yang besar pada air..
Acdisol ini digolongkan pada super disintegran. Penggunaan 25%.
5. Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum)
Pemakaian: 1-10%.
Bukan merupakan disintegran yang baik, karena kapasitas
pengembangannya yang relatif rendah
6. Clays
Pemakaian: 2-10%, sifat hilang jika digranulasi.
Bukan merupakan disintegran yang baik,
karena
dapat
tablet/serbukeffervescent.
Water insoluble: paling banyak dan digunakan konsentrasi rendah.
Mekanisme:
Fluid type lubricant
Membentuk lapisan cair antara massa cetak dengan logam cetakan.
Dapat meninggalkan noda pada tablet.
17
banyak.
Secara umum lubrikan dapat memperlama waktu hancur tablet dan
talk..
Lubrikan carbowax seringkali diberikan dalam bentuk larutan
alkohol.
Ketika lubrikan ditambahkan saat granulasi, mereka akan
membentuk lapisan di sekitar granul sehingga dapat mengurangi
kerusakan tablet setelah dikempa. Pembentukan lapisan ini juga
akan menyebabkan tablet menjadi labih berpori, elastik, mudah
melar, dan memberikan hasil tablet yang lebih besar sehingga
tablet
dan
kemudahannya
untuk
dikeluarkan
granulasi.
Sebagai lubrikan tunggal, Mg-lauril sulfiat pada konsentrasi yang
lebih rendah dapat dikombinasi dengan Mg-stearat.
Water soluble lubricant Water insoluble lubricant
Asam borat
: 1%
Logam (Mg, Ca, Na) stearat
: -2%
18
Sodium chlorid
DL-Leusine
Carbowax 4000/6000
Sodium oleat
Sodium benzoat
Stearowet
Sodium asetat
: 5%
Sodium lauril sulfat
: 1-5% dapat pula sebagai pengikat,
Mg-lauril sulfat
: 1-2% dikombinasi dengan Mg-stearat
Sodium benzoat + sodium asetat: 1-5%
F. Glidan
Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni.
Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati
untuk zat aktif yang penguraiannya dikatalisis oleh Fe.
1. Cab-O-Sil
: 5-10%
2. Corn starch
: 5-10%
3. Aerosil
: 1-3%
4. Talk
: 1-5%
5. Syloid
: 0,1-0,5%
G. Anti Adheren
Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien
adalah DL-Leusine.
Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis
PREFORMULASI
ACIDUM ASCORBICUM
Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C,
selain asam dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut
dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar kata
a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin
C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan kepada Walter
Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam askorbat. Pada
saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam heksuronat oleh
beberapa peneliti.
Rumus Molekul Asam Askorbat
antioksidan tersebut berasal dari gugus hidroksil dari nomor C 2 dan 3 yang
mendonorkan ion H+ bersama-sama dengan elektronnya menuju ke berbagai
senyawa oksidan seperti radikal bebas dengan gugus oksigen atau nitrogen, peroksida
dan superoksida. Meskipun demikian, di dalam sitoplasma dengan konsentrasi
senyawa Fe yang tinggi, asam askorbat dapat bersifat pro-oksidan oleh karena reaksi
redoks Fe3+ menjadi Fe2+ yang mencetuskan senyawa superoksida dan pada
akhirnya menjadi radikal bebas dengan gugus hidroksil yang sangat reaktif.
Vasodilasi/penyempitan pembuluh darah yang umumnya disebabkan oleh turunnya
sekresi NO oleh sel endotelial juga dapat diredam asam askorbat dengan
meningkatkan sekresi NO oleh sel endotelial melalui lintasan NO sintase atau siklase
guanilat, mengreduksi nitrita menjadi NO, dan menghambat oksidasi LDL.
Asam askorbat juga memainkan peran yang sangat penting sebagai koenzim
dan pendonor elektron di dalam reaksi organik enzimatik dioksigenase seperti
hidroksilasi pada karnitina, EGF; atau mono- dan di-oksigenasi pada berbagai
neurotransmiter dan sintesis hormon peptida, noradrenalin, kolesterol dan asam
amino;[5] demetilasi histon dan asam nukleat; dealkilasi oksidatif DNA;
meningkatkan kualitas asam suksinat, asam malat dan gliserol 3-fosfat di dalam
mitokondria; homeostasis gaya gerak proton; deglikanasi senyawa proteoglikan;
menangkap ROS berlebih hingga menurunkan stres oksidatif.[7] Salah satu fungsi
kofaktor yang sangat dikenal adalah dengan hidroksilase prolil dan lisil yang
mengkopling hidroksilasi pada hypoxia-inducible factor-1 dan prokolagen.
Oleh karena kapasitasnya sebagai antioksidan yang meredam spesi oksigen
reaktif yang dapat menyebabkan hipertensi, asam askorbat sering dianggap dapat
menurunkan tekanan darah tinggi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa asam
askorbat dapat menurunkan rasio plasma C-reactive protein, 8-isoprostane, dan
malondialdehyde-modified LDL, meskipun tidak selalu diiringi oleh penurunan
tekanan darah.[8]
21
Asam askorbat juga digunakan sebagai terapi anti kanker pada jenis-jenis tertentu
oleh karena sifatnya yang menekan sitokina IL-18 dan enzim hialuronidase pada
degradasi asam hialuronat[9] guna mencegah metastasis,[10] stimulasi kolagen untuk
mengisolasi sel tumor in vivo, mencegah efek onkogenik virus dan karsinogen. Asam
askorbat diketahui bersifat toksik terhadap beberapa jenis sel kanker, namun tidak
bersifat demikian terhadap sel normal tubuh. Studi klinis menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C dosis tinggi, baik melalui injeksi maupun asupan, dapat
meredakan simtoma patogen dan memperpanjang harapan hidup penderita kanker
stadium lanjut, seperti RCC, tumor kandung kemih, limfoma sel B.
FARMAKOKINETIK
1.
Absorpsi
Asam askorbat diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian per oral.
Dengan asupan Vitamin C yang normal (30-180 mg perhari), 70-90%
vitamin diabsorpsi. Pada dosis > 1g perhari, absorbsi menurun menjadi
50% atau kurang.
2. Distribusi
Asam askorbat terdistribusi luas dalam jaringan tubuh. Sejumlah besar
vitamin ditemukan dalam hepar, leukosit. Platelet, jaringan glandular dan
lensamata. 25% terikat dengan protein.
3. Metabolisme
Di hepar melalui oksidasi dan sulfation
4. Eliminasi
Melalui urin
FARMAKODINAMIK
Vitamin C diperlukan untuk metabolism karbohidrat dan protein dan sintesis
lemak. Sintesis kolagen juga membutuhkan vitamin C untuk endotel kapiler, jaringan
iket, dan perbaikan jaringan, serta jaringan osteid dari tulang. Vitamin C dalam dosis
besar dapat menurunkan efek antikoagulan oral. Kontrasepsi oral dapat menurunkan
konsentrasi vitamin C dalam tubuh. Merokok menurunkan kadar vitamin C serum.
Pemakaian terapi megavitamin, yaitu vitamin dalam dosis yang sangat besar, masih
dipertanyakan. Vitamin megadosis dapat menimbulkan toksisitas dan mungkin
22
menimbulkan efek yang diinginkan yang minimal. Kebanyakan pihak percaya bahwa
vitamin C tidak menyembuhkan atau mencegah flu biasa, tetapi mereka percaya
bahwa vitamin C mempunyai efek placebo.
digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi
vitamin C. Karena
EFEK SAMPING
Vitamin C dengan dosis lebih dari 1g/hari dapat menyebabkan diare,
DOSIS
Untuk pencegahan terhadap kekurangan Vitamin C : 1 kali sehaari = 1 Tablet
Untuk pengobatan terhadap kekurangan Vitami C : 1 Kali sehari = 2 Tablet
(Sumber : ISO Volume 49 dengan nama dagang Vitamin C IPI yang
mengandung Vitamin C 50 mg Halaman 529)
23
MONOGRAFI BAHAN
A. Zat Aktif
1.Vitamin C / Acidum Ascorbicum (Handbook of pharmaceutical excipients 6th
edition hal 43-45)
Struktur Kimia
Rumus Molekul
C6H8O6
Berat Molekul
176.13
Pemerian
Kelarutan
Suhu lebur
1900C
Berat Jenis
24
Penyimpanan
Kegunaan
Zat aktif
Zat Tambahan
1. Avicel (Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition hal 129-131)
Sinonim
Mikrokristalin sellulosa
Struktur Kimia
25
Rumus Molekul
C 6H10O5
Pemerian
Berupa
serbuk
kristal
poros,
putih,
tidak
berbau,tidak
Kelarutan
pH
OTT
Kegunaan
kuat.
Adsorbent 2090%, Antiadherent 520%, Capsule
binder/diluent 2090%, Tablet disintegrant 515%,
Tablet binder/diluent 2090
Sinonim
Povidon
Pemerian
(serbuk).
Kelarutan
Stabilitas
Konsentrasi
0,5 5%
OTT
Kegunaan
Pengikat
C36H70MgO4
Berat Molekul
591.24
Pemerian
27
Suhu lebur
1171500C
Berat Jenis
0.159g/cm3
OTT
yang
mengandung
aspirin,
beberapa
Penyimpanan
Kegunaan
Lubrikan -2%
FORMULASI
A. Formulasi Acuan
28
No
Nama Bahan
Jumlah/ tablet
Fungsi
Acidum Ascorbicum
50 mg
Zat aktif
Avicel PH 101
69,9%
PVP
5%
Pengikat
Mg Stearat
0,1%
Lubrikan
29
3. PVP
4. Magnesium Stearat
4. Penimbangan Bahan
Acidum Ascorbicum
Avicel PH 101
PVP
Magnesium Stearat
5. Alat dan Bahan
A. Alat
Stamper
Mortir
Beker glass
Batang Sudip
Gelas ukur
Erlenmeyer
= 6000 mg
= 16776 mg -> 16800 mg
= 1200 mg
= 24 mg
botol tablet
Anak timbangan
Sendok plastik
Kertas Perkamen
Penutup botol
Kotak Kemasan
6. Pembuatan
30
B.
Bahan
Acidum Askorbikum
Avicel PH 101
PVP
Mg. Stearat
homogeny
Tambahkan PVP gerus homogen
Tambahkan mg stearate gerus homogen
Lakukan evaluasi campuran serbuk yang dihasilkan
Cetak tablet dengan masa 200 mg
Lakukan evaluasi tablet yang dihasilkan
H. Evaluasi
I. Evaluasi Serbuk
a. Kecepatan Alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah
serbuk melalui lubang corong yang diukur dalam sejumlah zat yang
mengalir dalam sewaktu-waktu tertentu. Untuk 10 gram serbuk waktu
alirnya tidak boleh lebih dari 1 detik.
Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet. Parameter
yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan
laju alirnya.
Rumus
Kecepatan alir = w/t
Dimana w
t
Bebas mengalir
Mudah mengalir
Kohesif
31
<1,6
Sangat kohesif
(Aulton, 2001)
Cara pengukuran
Alat yang digunakan : Stopwatch,corong
Syarat
Prosedur :
1. Serbuk ditimbang 10 gram
2. Serbuk dimasukkan kedalam corong yang bagian bawahnya ditutup lebih
dahulu
3. Setelah seluruh serbuk masuk,siapkan stopwatch lalu buka tutup bagian
bawah corong lalu biarkan serbuk mengalir. Hitung kecepatan alir
menggunkan stopwatch . Waktu alir tidak boleh lebih dari 1 detik.
b.
Sudut Diam
Sudut diam adalah sudut tepat yang terjadi antara timbunan partikel
berbentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah serbuk
dituang kedalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi
oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil
atau sama dengan 300 menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir
dengan bebas, bila sudut lebih besar dari 400 biasanya daya mengalirnya
kurang baik.
Tabel . Hubungan antara Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir
Sudut Henti
Sifat Aliran
<25
25-30
30-40
>40
Sangat baik
Baik
Cukup
Buruk
32
Sifat Alir
5-15
12-16
18-21
23-35
35-38
>40
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Buuruk
Sangat buruk
Sangat buruk sekali
minyak, kotoran). Warna yang tidak seragam dan adanya kecacatan pada
tablet selain dapat menurunkan nilai estetikanya juga dapat menimbulkan
persepsi adanya ketidak seragaman kandungan dan kualitas produk yang
buruk.
b. Keseragaman ukuran (Ansel, 1989)
RATA
DALAM %
A
15 %
30 %
26 mg - 150 mg
10 %
20 %
151 mg - 300 mg
7,5 %
15 %
5%
10%
25 mg atau
kurang
Rumus :
Bobot rata-rata =
bobot
Jumlah tablet
Penyimpangan = bobot rata-rata-bobot satu tablet
Bobot rata-rata
X 100%
d. Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat
bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness
tester (Banker and Anderson, 1984).
35
Caranya :
Ambil masing-masing 6 tablet dari tiap batch , yang kemudian diukur
kekerasanya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Letakkan sebuah
tablet dengan posisi tegak diantara anvit dan punch, lalu tablet dijepit
dengan cara memutar sampai tablet pecah dan retak. Pada saat tersebut
angka yang ditunjukkan oleh jarum adalah kekerasan tablet tersebut.
e. Friabilitas atau kerapuhan tablet (Lachman,1994)
Cara pengukuran :
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari
sebunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
36
tablet
Cara kerja :
Pengujian waktu menggunakan 6 buah tablet
Masukkan tablet pada masing-masing tabung kecil dari keranjang.
Masukkan 1 cakram pada tiap-tiap tabung.
Gunakan air bersuhu 37 +/_ 2 c sebagai media yang ada di penangas air yang
ditermostatisasi.
5. Setelah alat dioperasikan ,keranjang akan bergerak keatas dan kebawah
sebanyak 30 kali dalam semenit.
6. Tablet hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji
merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas. Bila 1 tablet
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan waktu yang
ditambah sebanyak 15 menit. Semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15
menit untuk tablet tidak bersalut dan untuk tablet bersalut waktunya 60 menit.
37
Lampiran
Design Kotak
38
Etiket
39
Brosur
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi; Edisi Revisi dan
Perluasan.Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.
40
41
Siregar, Charles J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar Praktis.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Swabrick,
J.
2007.
Encyclopedia
of
Pharmaceutical
Technology,
third
42
Praktikum
Evaluasi Tablet
43
Praktikum
Evaluasi Tablet
= 24024 mg
b.
= 23040 mg
c.
d.
= 120 Tablet
e.
= 200 mg
f.
= 192 mg
= 120 Tablet
44
2. Evaluasi Serbuk
Adapun evaluasi serbuk yang telah dilakukan adalah :
a.
Kecepatan Alir
1.
Metode corong
Maukkan 10 gram serbukkedalam corong kaca. Setelah dihitung waktu
alirnya adalah 4,73 sehingga dapat disimpulkan bahwa serbuk tersebut
mudah mengalir.
Bebas mengalir
Mudah mengalir
Kohesif
Sangat kohesif
(Aulton, 2001)
Alat yang digunakan : Stopwatch,corong
Syarat
45
2.
h : tinggi kerucut
r : jari-jari bidang dasar kerucut
Sifat Aliran
<25
25-30
30-40
>40
Sangat baik
Baik
Cukup
Buruk
b.
BJ Mampat
Syarat % kompresibilitas yang baik adalah 5-15% menurut table berikut :
Tabel . Presentase Komprebilitas Terhadap Sifat Alir Serbuk
% kompresibilitas
Sifat Alir
5-15
12-16
18-21
23-35
35-38
>40
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Buruk
Sangat buruk
Sangat buruk sekali
47
Kadar Pemampatan
3.
a.
Pemeriksaan Organoleptik
48
Hasil
Warna
Putih Bersih
Rasa
Sedikit asam
Bau
Penampilan
Mengkilap
Tekstur Permukaan
Halus
Derajat Kecacatan
Tidak Ada
Tidak Ada
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa tablet yang dihasilkan
sudah baik karena sudah memnuhi kriteria atau standar pemeriksaan
organoleptik tablet yang sesungguhnya.
b.
Keseragaman Ukuran
Dari evaluasi tablet yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tablet Ke-
Diameter
Ketebalan
0,77 cm
0,67 cm
0,76 cm
0,54 cm
0,77 cm
0,67 cm
0,76 cm
0,63 cm
0,77 cm
0,52 cm
0,77 cm
0,54 cm
0,77 cm
0,58 cm
0,77 cm
0,66 cm
0,76 cm
0,53 cm
10
0,77 cm
0,51 cm
11
0,76 cm
0,51 cm
12
0,77 cm
0,66 cm
49
13
0,76 cm
0,66 cm
14
0,77 cm
0,53 cm
15
0,76 cm
0,53 cm
16
0,77 cm
0,51 cm
17
0,76 cm
0,65 cm
18
0,76 cm
0,51 cm
19
0,77 cm
0,52 cm
20
0,77 cm
0,52 cm
Jumlah ( )
15,32
11,45
Rata-rata (
0,7660
0,5725
0,05
0,06
)
Standar
Deviasi
(SD)
Alat yang digunakan
: Jangka Sorong
Keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga
kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet (Depkes, RI 1979).
Tebal tablet (h)
= 0,5725
= ( 1 1/3 3 ) x h
= ( 1 1/3 sampai 3 ) x h
= 4/3 x h sampai 3 x h
= 4/3 x 0,5725 sampai 3 x 0,5725
= 0,7633 sampai 1,7175
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan tablet tersebut telah memiliki diameter
yang sesuai standar yaitu berada diantara 0,7633 cm sampai 1,7175 cm dan dapat
50
disimpulkan bahwa diameter semua tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang
dari 1 1/3 tebal tablet.
c. Keseragaman Bobot
Syarat keseragam bobot menurut Farmakope Indonesia Edisi III adalah bila
bobot rata-rata lebih kurang 300 mg, jika ditimbang satu persatu tidak lebih dari 2
buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya,
dan tidak ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot
rata-ratanya.
Alat yang digunakan : Timbangan Analitik
Cara pengukuran : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet . Jika
ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A,
dan tidak satupun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata lebih dari yang ditetapkan kolom B.
BOBOT RATA-
RATA
A
25 mg atau kurang
15 %
30 %
26 mg - 150 mg
10 %
20 %
151 mg - 300 mg
7,5 %
15 %
5%
10%
Dari evaluasi tablet yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tablet Ke-
Bobot (gr)
% Penyimpangan
0,1958
2,1 %
0,1940
3,0 %
0,1942
2,9 %
51
0,1914
4,3 %
0,1934
3,3 %
0,1875
6,2 %
0,1911
4,4 %
0,1905
4,7 %
0,1887
5,6 %
10
0,1900
5,0 %
11
0,2003
0,1 %
12
0,1935
3,2 %
13
0,1993
0,3 %
14
0,1927
3,6 %
15
0,1907
4,6 %
16
0,1907
4,6 %
17
0,1937
3,1 %
18
0,1931
3,4 %
19
0,1914
4,3 %
20
0,1920
4,0 %
Jumlah ( )
3,854
72,7
Rata-rata (
0,1927
3,635
0,0313
)
Standar
Deviasi
(SD)
Berat 20 tablet
= 3,9041 gram
Rumus :
Bobot rata-rata =
bobot
52
Jumlah tablet
Penyimpangan = bobot rata-rata-bobot satu tablet X 100%
Bobot rata-rata
Bobot rata-rata per tablet =
3,9041
= 0,1952 gr/ tab
20
Penyimpangan = 0,1952 gr X 100% = 4,9 %
3,9041 gr
Dari hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa hanya ada satu tablet
yang memiliki penyimpangan lebih dari 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak
ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rataratanya, sehingga dapat dikatakan bahwa tablet yang dihasilkan sudah memiliki
bobot tablet yang baik.
d. Kekerasan
Uji kekerasan tablet dilakukan dengan cara ambil masing-masing 10 tablet
secara acak, yang kemudian diukur kekerasanya dengan alat pengukur
kekerasan tablet ( Hardness Tester ). Letakkan sebuah tablet dengan posisi
tegak diantara anvit dan punch, lalu tablet dijepit dengan cara memutar
sampai tablet pecah dan retak. Pada saat tersebut angka yang ditunjukkan oleh
jarum adalah kekerasan tablet tersebut.
Alat yang digunakan
: Hardness Tester
Dari evaluasi tablet yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tablet Ke-
8 kg
5 kg
7 kg
7 kg
4 kg
4 kg
4 kg
53
6 kg
6 kg
10
8 kg
Jumlah ( )
53
Rata-rata ( )
5,9
Standar Deviasi
1,59
(SD)
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa tablet yang dihasilkan telah
memenuhi standar karena evaluasi kekerasan tablet yang dihasilkan berkisar
antara 4-8 kg, yang mana merupakan standar dari kekerasan tablet pada
umumnya.
e. Friabilitas atau Kerenyahan Tablet
Uji kerenyahan tablet dilakukan dengan cara tablet yang akan diuji sebanyak
20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari sebunya dan ditimbang dengan
seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator dan
diputar sebnayak 100 kali putaran selama 4 menit , jadi kecepatan putaranya
25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan
dari debu dan timbang kembali seluruh tablet dengan seksama. Kemudian
hitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari 1 %
Alat yang digunakan
: Friabilator
Dari evaluasi tablet yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Berat 20 tablet sebelum diuji (W1) = 3,8941 gram
Berat 20 tablet setelah diuji (W2) = 3,8629 gram
Kerenyahan
= W1 W2 x 100%
W1
3,8941
gram - 3,8629 gram x 100%
=
3,8941 gram
= 0,8%
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tablet yang dihasilkan telah baik,
karena memiliki keregasan atau kerenyahan tablet kurang dari 1%.
54
f. Waktu Hancur
Adapun Uji Waktu Hancur dilakukan dengan cara :
1.
Pengujian waktu hancur menggunakan 6 buah tablet
2.
Masukkan tablet pada masing-masing tabung kecil dari keranjang.
3.
Masukkan 1 cakram pada tiap-tiap tabung.
4.
Gunakan air bersuhu 37 +/_ 2 c sebagai media yang ada di penangas air
5.
yang ditermostatisasi.
Setelah alat dioperasikan ,keranjang akan bergerak keatas dan kebawah
6.
Dari evaluasi tablet yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tablet Ke-
56,71 detik
57,21 detik
56,71 detik
57,10 detik
58.97 detik
58.97 detik
Jumlah ( )
347,67
Rata-rata ( )
57,61
Standar Deviasi
1,0713
(SD)
Alat yang digunakan
55
Dari hasil evaluasi waktu hancur tablet yang telah dilakukan dapat
disimpulkan
bahwa tablet tersebut memiliki waktu hancur yang baik dan
telah memenuhi persyaratan untuk waktu hancur tablet biasa karena waktu
hancur tablet yang dihasilkan kurang dari 15 menit yaitu hanya 57,61 detik.
4.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dibuat tablet dengan menggunakan zat aktif Acidum
Ascorbicum (Vitamin C) dengan menggunakan metoda kempa langsung
dengan perhitungan 100 tablet dan dilebihkan 20% sehingga totalnya menjadi
120 tablet. Namun sebelum dilakukan pencetakan tablet tersebut dilakukan
evaluasi terhadap serbuk yaitu kecepatan alir dengan menggunakan metode
corong dan sudut istirahat atau sudut diam, dan kompresibilitas.
Evaluasi serbuk yang pertama dilakukan adalah kecepatan alir dengan
menggunakan metode corong, setelah dihitung waktu alirnya adalah 4,73
gr/det sehingga berdasarkan tabel laju alir terhadap sifat alir dapat
disimpulkan bahwa serbuk tersebut mudah mengalir. Kemudian dilanjutkan
dengan evaluasi kecepatan alir dengan menggunakan metode sudut istirahat
atau sudut diam dan setelah dihitung waktu alirnya adalah 23,26 gr/det dari
angka tersebut dapat dilihat pada table hubungan antara nilai sudut henti atau
sudut diam terhadap sifat alir bahwa kecepatan alir dari serbuk ini sangat baik.
Evaluasi serbuk berikutnya adalah kompresibilitas setelah dihitung
%Kompresibilitasnya adalah 20,16% berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat
pada tabel %Kompresibilitas terhadap sifat alir serbuk dapat disimpulkan
bahwa serbuk tersebut memiliki kompresibilitas yang cukup baik. Selain itu
juga %Kadar pemampatan yang diperoleh adalah 20% yang artinya serbuk
tersebut memiliki kadar pemampatan yang sudah cukup baik. Setelah
dilakukan evaluasi serbuk barulah tablet dicetak dan dievaluasi kembali.
Dari hasil evaluasi tablet didapatkan keseragaman ukuran yang memenuhi
persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III yaitu tidak ada tablet yang
memiliki diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet dan kurang dari 1 1/3
tebal tablet. Hasil evaluasi keseragaman bobot pada saat tablet ditimbang satu
persatu, tidak ada lebih dari dua tablet yang masing masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata ratanya lebih besar dari 5% dan tidak ada satu
tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata rataya lebih dari 10%
(Depkes RI , 1979).
56
Hasil evaluasi rata rata kekerasan tablet yaitu 5,9 kg. Kekerasan tablet
tersebut telah memenuhi persyaratan karena masih berada pada range standar
kekerasan tablet yaitu 4 8 kg (Parrot, 1970). Tablet harus mempunyai
kekuatan dan kekerasan yang memenuhi standar agar tablet tersebut dapat
bertahan dalam berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan, dan pengapalan atau pendistribusian. Kekerasan yang cukup dari
suatu tablet merupakan salah satu persyaratan penting dari suatu tablet. Faktor
faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan
sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini yang dipakai sebagai ukuran dari
tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat pengempaan
akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada evaluasi friability atau kerenyahan
tablet, tablet yang dihasilkan telah baik karena memiliki keregasan atau
kerenyahan tablet sebesar 0,8% yang artinya kurang dari 1% yang merupakan
standar dari friability atau kerenyahan tablet pada umumnya.
Dari hasil evaluasi waktu hancur tablet yang telah dilakukan dapat
disimpulkan
bahwa tablet tersebut memiliki waktu hancur yang baik dan
telah memenuhi persyaratan untuk waktu hancur tablet biasa karena waktu
hancur tablet yang dihasilkan kurang dari 15 menit yaitu hanya 57,61 detik.
Dari semua evaluasi tablet yang telah dilakukan mulai dari evaluasi serbuk
hingga evaluasi tablet jadi, dapat disimpulkan bahwa tablet Acidum
Ascorbicum (Vitamin C) yang dibuat oleh kelompok III telah memenuhi
standar dan kriteria pembuatan tablet pada umumnya, sehingga tablet Acidum
Ascorbicum (Vitamin C) sudah layak untuk diperjualbelikan kepada
masyarakat.
57
Lampiran
Proses Pembuatan
Penimbangan Bahaan
58
59
Evaluasi Serbuk
Evaluasi Kecepatan Alir dengan Metode Sudut Istirahat atau Sudut Diam
60
Pencetakan Tablet
Serbuk tablet 200 mg sebelum dicetak
Tablet dicetak dengan menggunakan alat pencetak tablet Single Punch dengan bobot
tablet 200 mg
Evaluasi Tablet
62
63
64