Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Definov Tacsa Meta
1008114310
Pembimbing :
dr. Dyah Siswanti, Sp.JP-FIHA
Latar Belakang
Gagal jantung kongestif/Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu
jantung berkisar 0,4% - 2% dan meningkat pada usia yang lebih lanjut, dengan
rata-rata umur 74 tahun. Prognosis dari gagal jantung akan jelek bila dasar atau
penyebabnya tidak dapat diperbaiki.2
Sekitar 3 20 per 1000 orang pada populasi mengalami gagal jantung, dan
prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia
di atas 65 tahun), dan angka ini akan meningkat karena peningkatan usia populasi
dan perbaikan ketahanan hidup setelah infark miokard akut. Prevalensi faktor
etiologi tergantung dari populasi yang diteliti, penyakit jantung koroner dan
hipertensi merupakan penyebab tersering pada masyarakat barat (>90% kasus),
sementara penyakit katup jantung dan defisiensi nutrisi mungkin lebih penting di
negara berkembang. Gagal jantung susah dikenali secara umum, karena
beragamnya keadaan klinis, tidak spesifik serta hanya sedikit tanda tanda klinis
pada tahap awal penyakit. Hanya 35 % pasien yang baru didiagnosis gagal
jantung dapat bertahan hidup rata-rata sampai 5 tahun.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi mampu
tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi
(backward failure), atau kedua-duanya.4
2.2
Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi tersering dari segala penyakit jantung
2.3
Patofisiologi
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi keadaan-
memperlihatkan normal area katup mital dan penyempitan katup mitral pada
stenosis mitral.
plasma menuju interstisial paru dan alveoli. Pasien akan mengeluhkan sesak dan
gejala lain dari gagal jantung kongestif.1-4 Pada stenosis mitral berat, peningkatan
tekanan vena pulmonal menyebabkan terbentuknya kolateral antara vena
pulmonal
dengan
vena
bronkial.
Peningkatan
tekanan
vena
pulmonal
dengan
mengurangi
aliran
darah
ke
organ-organ
yang
angiotensin-aldosteron.
Hipertrofi ventrikel
2.4
Klasifikasi
Menurut American College of Cardiology, gagal jantung terdiri atas empat
stadium, yaitu:3
Stadium
Kriteria
bergejala
Adanya struktural yang abnormal dari pasien dengan gejala awal gagal
jantung
Pasien dengan gejala tahap akhir gagal jantung sulit diterapi dengan
pengobatan standar
Menurut
(NYHA), gagal
jantung
Kriteria
Penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik serta
tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah,
sesak nafas atau berdebar-debar, apabila mereka melakukan kegiatan
biasa.
II
III
IV
2.5 Diagnosis
Diagnosis
dibuat
berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan gejala sebagai berikut:
sesak.
Tekanan darah sistolik bisa normal atau tinggi, tapi pada umumnya
berkurang pada gagal jantung lanjut karena fungsi LV yang sangat
menurun.
vasokontriksi sistemik.
Sinus tachycardia adalah gejala non spesifik yang diakibatkan oleh
2)
3)
seringkali
tidak
ditemukan
rhonki
bahkan
ketika
4)
pleura.
Pemeriksaan jantung10
Pemeriksaan jantung, walau penting, seringkali tidak dapat
memberikan informasi yang berguna mengenai beratnya gagal
jantung. Jika terdapat kardiomegali, titik impulse maksimal (ictus
cordis) biasanya tergeser kebawah intercostal space (ICS) ke V, dan
5)
drainase peritoneum.
Jaundice dapat juga ditemukan dan merupakan tanda gagal jantung
stadium lanjut, biasanya kadar bilirubin direk dan indirek
meningkat. Ikterik pada gagal jantung diakibatkan terganggunya
fungsi hepar sekunder akibat kongesti (bendungan) hepar dan
hipoksia hepatoselular.
Edema perifer adalah manisfestasi kardinal gagal jantung, hal ini
walau demikian tidaklah spesifik dan biasanya tidak terdapat pada
pasien yang telah mendapat diuretik. Edema perifer pada pasien
gagal jantung biasanya simetris, beratnya tergantung pada gagal
jantung yang terjadi, dan paling sering terjadi sekitar pergelangan
10
fungsi ginjal dan hati, dan (4) untuk mengukur brain natriuretic
peptide (beratnya gangguan hemodinamik).3,7
Foto thoraks
Pemeriksaan Chest X-Ray (CXR) sudah lama digunakan dibidang
kardiologi, selain menilai ukuran dan bentuk jantung, struktur dan
perfusi dari paru dapat dievaluasi. Kardiomegali dapat dinilai melalui
CXR, cardiothoracic ratio (CTR) yang lebih dari 50%, atau ketika
ukuran jantung lebih besar dari setengah ukuran diameter dada, telah
menjadi parameter penting pada follow-up pasien dengan gagal
jantung.3,5
EKG
Pemeriksaan elektrokardiogram (ECG) harus dilakukan untuk setiap
pasien
yang
dicurigai
gagal
jantung.
Dampak
diagnostik
4. Kriteria Diagnosis
Kriteria Framingham dapat dipakai untuk diagnosis gagal jantung
kongestif. Kriteria diagnosis ini meliputi kriteria mayor dan minor.3
11
Kriteria mayor:
Kriteria mayor terdiri dari beberapa tanda klinis, antara lain:
Ronki paru
Kardiomegali
Gallop S3
Refluks hepatojugular
Kriteria minor:
Kriteria minor terdiri dari beberapa gejala, antara lain:
Edema ekstremitas
Dispnea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penatalaksanaan Farmakologis:
12
dll.3,10
Diuretik
Diuretik menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dan air dari
aliran darah sehingga mengurangi jumlah volume darah dalam sirkulasi.
Dengan volume darah yang rendah, jantung tidak akan bekerja keras.
Penggunaan diuretik ini dapat mengurangi gejala klinis berupa retensi
cairan pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Selain itu, diuretik
dapat menurunkan tekanan vena jugular, kongesti pulmonal, dan edema
perifer. Diuretik dimulai dengan dosis awal yang rendah, kemudian dosis
perlahanlahan ditingkatkan sampai output urine meningkat dan berat
badan menurun, biasanya 0.5 hingga 1 kg per hari. Dosis pemeliharaan
diuretik digunakan untuk mempertahankan diuresis dan penurunan berat
badan. Penggunaan diuretik ini perlu dikombinasikan dengan pembatasan
13
jantung
(pada
atrial
fibrilasi).
Kelebihan
digoksin
dapat
Prognosis
Menentukan prognosis pada gagal jantung sangatlah kompleks, banyak
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Nama
: Ny.A
Umur
: 34 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: pedagang
Status
: Menikah
15
Masuk RS
: 9 Agustus 2014
Tanggal periksa
: 13 Agustus 2014
Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan utama
Pasien mengeluhkan sesak nafas semakin berat sejak 1 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang
-
2,5 tahun SMRS, pasien mengeluhkan sesak nafas. Sesak dirasakan ketika
beraktifitas ringan dan berjalan ke kamar mandi. Selama sesak nafas
pasien
tidur
dengan
menggunakan
bantal
2-3
bantal.
Pasien
Pedagang di pasar.
Merokok (-)
Alkohol (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
Kesadaran
: Komposmentis
Keadaan umum
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Nafas
: 24 x/menit
Suhu
: 36,8C
Tinggi badan
: 158 cm
Berat badan
: 65 kg
IMT
: 26,10 kg/m2
Kepala leher:
Mata kiri dan kanan
Mata tidak cekung
Konjungtiva
: tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
Pupil
: bulat, isokor diameter 3mm/3mm, refleks cahaya
+/+
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5+3 cmH2O
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri
17
HCT 34,5
Kimia darah:
Tgl 8/8/2014
Ureum
: 67,7 mg/dl
Creatinin
: 2,9 mg/dl
Rontgent thorax
Dari foto thorax PA didapatkan kardiomegali dengan CTR >50%, dan
18
HR
EKG:
: 76 bpm
Irama Sinus
Ritme : Ireguler
Axis
Fibrilasi atrium
RVH
19
Ekokardiografi
20
Daftar masalah
1. CHF
2. SM
3. AF
4. MR
Rencana Penatalaksanaan
Nonfarmakologis :
Memposisikan semi fowler
Mengurangi asupan cairan dalam rangka mengurangi beban jantung
Mengurangi asupan garam untuk mengurangi retensi cairan dalam tubuh
Farmakologis :
Oksigen 3 Liter
IVFD NaCl 0,9% asnet
Spironolacton 1x25 mg
Lasik 2x1 ampul
ISDN 2x5mg
Injeksi ranitidine 2x1
Simarc 1x1
Anjuran terapi
FOLLOW UP
Tanggal
14/8/2014
S
O
Sesak napas (-), T: 100/70 mmHg
A
CHF
Jantung
N: 90x/menit
ec
berdebar-debar
S: 36,5 C
MS
berkurang,
P: 24 x/menit
,MR
21
P
-
Spironolacton 1x25 Mg
Lasik 1x1
Lansoprazol 1x1
Injeksi ranitidine 2x1
ISDN 2x5mg
Simarc 1x1
Badan
terasa
lemas
namun
dan AF
berkurang
PEMBAHASAN
Pasien NY A , usia 34 tahun masuk ke ruang rawat jantung dengan
keluhan sesak nafas yang semakin berat sejak 5 hari SMRS. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan maka
diagnosis pasien ini adalah gagal jantung kongestif (CHF) dengan penyebab
utamanya dapat dipikirkan adalah Stenosis Mitral (SM).
Diagnosis gagal jantung kongestif dapat ditegakkan berdasarkan kriteria
Framingham dimana didapatkan minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria
minor, dari anamnesis pasien didapatkan dispnea deffort, batuk malam hari
kemudian dari pemeriksaan fisik didapatkan peninggian JVP, kardiomegali, dan
22
ronki basah basal. Pada pasien ini didapatkan 3 kriteria mayor dan 2 kriteria minor
sehingga diagnosis pada pasien ini adalah gagal jantung kongestif (CHF),
berdasarkan klasifikasi yang disusun oleh NYHA, maka gagal jantung pada kasus
ini tergolong kedalam stage IV, yakni gejala dapat timbul pada saat pasien
beristirahat dan semakin berat setelah beraktifitas fisik meskipun sangat ringan.
Penyebab gagal jantung pada pasien ini dipikirkan adalah Stenosis Mitral
(SM) karena pada pemeriksaan EKG ditemukan adanya artrial fibrillasi. Pada
rontgen thoraks ditemukan pembesaran jantung kardiomegali dengan CTR >50%
selain itu Pada pemeriksaan ekokardiografi daun katub mitral anterior dan
posterior menebal memendek. Stenosis mitral akan menghalangi aliran darah dari
atrium
kiri
ke
ventrikel
kiri
selama
fase diastolik
ventrikel.
Untuk
23
Daftar Pustaka
1. Irmalita. Gagal jantung kongestif. Dalam: Rilantono LI, Baraas F, Karo SK,
Roebiono PS, editors. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit Fakulras
Kedokteran Universitas Indonesia, 2002.
2. Colucci WS, Braunwald E. Pathophysiology of heart failure. In Baunwalds
Heart Disease. A Textbook of cardiovascular medicine. 7th edition. Elsevier
Saunders. Philadelphia.2005
24
of
South
Carolina:
2006.
Available
from
URL:
http://www.emedicinehealth.com/congestive_heart_failure/article_em.htm
25